Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENELITIAN

PENELITIAN PADA SISTEM KERJA TUBUH MANUSIA


Diajukan Untuk Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan

Dosen Ampu oleh Ibu Istianah, S.Kep.,Ners, M.Kep

PENGARUH INPUT TERHADAP OUTPUT MANUSIA DAN PENGARUH


AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP KERJA SISTEM KARDIOVASKULER

Di Susun Oleh;

Nama NPM Nama NPM

Rafi Fadli 1118105 Alfina Syamsiah C. 1118126

Maysah Ekasari 1118119 Festynidar Gulo 1118127

Deniem Maulana 1118120 Ninda Aina Juwita 1118128

Nurul Amalia H. 1118121 Faizal Ahmad N. 1118145

Tiara Sopiana S. 1118122 Nurhakim 1118149

Nurmaulida A. 1118123 Nurfitri Mardianty 1118152

Laily Arviyati A. 1118124 Erica Septinur 1118153

Oktavia Ayu L. 1118125 Nisah Yulina 1118154

KEPERAWATAN 1C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

Jl. Manglayang, Cihanjuang Rahayu, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat 40559, Jawa

Barat

2018 – 2019
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris sistem perkemihan


dan sistem kardiovaskuler. Judul dari penelitian ini adalah “INPUT TERHADAP
OUTPUT MANUSIA DAN PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP
KERJA SISTEM KARDIOVASKULER”. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian secara kualitatif, dimana kami penulis akan
meneliti dengan menggunakan sample dari beberapa orang.

Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Sedangkan sistem kardiovaskuler terdiri dari pembuluh darah dan jantung. Hasil
dari sistem perkemihan adalah urine, dan jumlah urine sangat dipengaruhi oleh
jumlah input seseorang. Aktivitas manusia yang dilakukan oleh seseorang juga
akan berpengaruh pada kerja sistem jantung. Oleh karena itu pentinglah menjaga
sistem yang ada di tubuh manusia.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Judul karya tulis yang penulis sajikan adalah “PANDANGAN AGAMA


TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS” Penulisan karya tulis ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini,
sangat jauh dari yang namanya sempurna baik secara isi materi maupun cara
penulisan, untuk itu penulis mengharapkan saran, nasihat maupun kritikan untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga kebaikan itu dibalas oleh Allah SWT.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak–banyak terima kasih semoga


karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, aamiin

Bandung , 06 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Abstrak i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Pembatasan Masalah 1

1.3 Rumusan Masalah 1

1.4 Tujuan Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Perkemihan

2.1.1 Ginjal 3

2.1.2 Ureter 12

2.1.3 Kandung Kemih 13

2.1.4 Uretra 14

2.1.5 Mikturisi 15

2.2 Sistem Kardiovaskuler

2.2.1 Pembuluh Darah 15

2.2.2 Vena 15

2.2.3 Kapiler Arteriol 16

2.2.4 Jantung 16

2.2.5 Aliran Darah ke Jantung 17

2.2.6 Suplai Darah ke Jantung 18

2.2.7 Suplai Konduksi Jantung 19

iii
2.2.8 Nodus Sinoatar 19

2.2.9 Nodus Atriventrikal 19

2.2.10 Berkas Antriventrikal 19

2.2.11 Saraf yang Mempersaraf di Jantung 20

2.2.12 Siklus Jantung 20

2.2.13 Tahapan Siklus Jantung 20

2.2.14 Bunyi Jantung 21

2.2.15 Perubahan Listrik Jantung 21

2.2.16 Curah Jantung 22

2.2.17 Isi Sekuncup Stroke 22

2.2.18 Aliran Balik Vena 22

2.2.19 Frekuensi Jantung 23

2.2.20 Tekanan Darah 24

2.2.21 Kontrol Tekanan Darah 25

2.2.22 Nadi 26

2.2.23 Sirkulasi Darah 26

2.2.24 Sirkulasi Sistemik 27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Penelitian Satu

3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian 29

3.1.2 Metode Penelitian 29

3.1.3 Subjek Penelitian 29

3.1.4 Instrumen Penelitian 29

3.1.5 Prosedur Penelitian 29

iv
3.2 Penelitian Dua

3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian 30

3.2.2 Metode Penelitian 30

3.2.3 Subjek Penelitian 30

3.2.4 Instrumen Penelitian 30

3.2.5 Prosedur Penelitian 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Satu 32

4.2 Hasil Penelitian Dua 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 37

5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 39

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh merupakan satu kesatuan dari sel yang selalu bekerja setiap saat.
Dalam proses tersebut, dihasilkan zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan ada zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan
dibuang melalui sistem tertentu. Proses ini dinamakan sebagai proses eliminasi.

Hasil dari proses eliminasi salah satunya yaitu urine. Urine adalah hasil dari
sistem perkemihan, maka dari itu sangat penting kita menjaga sistem perkemihan
kita agar proses eliminasi urine berjalan dengan normal. Ada beberapa factor yang
bisa mempengaruhi eliminasi urine, dengan demikian kami penulis makalah akan
memaparkan factor yang bisa mempengaruhi proses eliminasi urine melalui
penelitian.

Selain sistem perkemihan, tubuh juga terdiri dari sistem kardivaskuler


dimana organ yang berperan aktif yaitu jantung. Sistem ini merupakan sistem
yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Aktivitas manusia bisa menjadi factor
kerja sistem kardiovaskuler terganggu, dimana jantung akan bekerja lebih cepat
atau lambat. Oleh karena itu, kami penulis akan melakukan penelitian pada sistem
kardiovaskuler.

1.2 Pembatasan Masalah


Masalah utama dalam penelitian ini adalah pengaruh air minum terhadap
kerja ginjal juga pengaruh aktivitas manusia terhadap kerja jantung. Factor utama
yang menyebabkan hal tersebut adalah setiap manusia mempunyai cara dan
aktivitas yang berbeda.
1.3 Rumusan Masalah
13.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem perkemihan dan
sistem kardiovaskuler?
13.2 Bagaimana pengaruh dari penelitian yang dilakukan?
13.3 Bagaimana hasil akhir dari penelitian yang dilakukan?
2

13.4 Bagaimana kaitannya dengan sistem tubuh manusia?


1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem
perkemihan dan sistem kardiovaskuler
1.4.2 Mahasiswa mengetahui pengaruh dari penelitian yang dilakukan
1.4.3 Mahasiswa mengetahui hasil akhir dari penelitian yang dilakukan
1.4.4 Mahasiswa mengetahui kaitannya dengan sistem tubuh manusia?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2,1SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri dari 2


ginjal (untuk menyekresi urine) 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke
kandung kemih), kandung kemih (tempat urine di kumpulkan dan disimpan
sementara), ureta ( mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh) .

Ginjal menghasilkan urine yang mengandung produk sisa metabolisme,


meliputi nitrogen yang meliputi nitrogen yang merupakan senyawa urea dan
asamura, kelebihan ion,serta beberapa obat .

Urine terdiri atas air ( 96% ) urea ( 2% ), terdiri atas nama urat kreatinim,
amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat, dan oksalat . Urine berwarna
kuning jernih karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah diusus,
direabsorpsi, kemudian dieksresikan oleh ginjal . Berat jenisurine antara 1020 dan
1030, sedangkan Ph urine sekitar 6 ( rentang normali4,5-8) . Orang dewasa yang
sehat mengeluarkan 1000-1500 ml urine per hari . Jumlah urine yang dihasilkan
dan berat jenisnya bergantung pada asupan cairan dan jumlah larutan yang
diekskres . Produksi urine berkurang saat tidur dan latihan.

2.1.1 GINJAL
Ginjal terletaki di dinding abdomen posterior, masing-masing satu buah
di sisi kiri dan kanan kolum vertebrata, di belakang peritoneum dan di bawag
diafragma. Tinggi ginjal adalah vertebrata toraksik ke-12 sampai lumbar ke-3, dan
dilindungi oleh sangkar iga . Ginjal kanan biasanya sedikit lebih pendek dari pada
ginjal kiri, mungkin karena di atas ginjal kanan terdapat ruang yang ditempati
hati.
5

Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, yang panjangnya sekitar11 cm,


lebar 6 cm, lebal 3 cm, serta eratnya 150 g. Ginjal melekat pada posisinya karena
berikatan dengan suatu massa lemak. Selubung fasia renal fibroelastik
membungkus ginjal dan lemak ginjal . Organ yang Berbatasan dengan Ginjal:

2.1.1.1 Ginjal kanan


2.1.1.1.1 Superior : kelenjar adrenal kanan
2.1.1.1.2 Anterior : lobus kanan kiri, deodenum, dan fleksurhepatika kolon
2.1.1.1.3 Posterior : diafragma dan otot dinding posteror abdomen
2.1.1.2 Ginjal kiri
2.1.1.2.1 Superior : kelenjar adrenal kiri
2.1.1.2.2 Anteror : limpa, lambang, pankreas, jejenum, dan flesur splenik
kolon
2.1.1.2.3 Posterior : diafragma dan otot dinding posterior abdomen
2.1.1.3 Struktur Makroskopik Ginjal

Ada tiga area jaringan yang dapat di bedakan saat bagian longitudinal dilihat
mata telanjang

2.1.1.3.1 Kapsul fibrosa, mengilimgi ginjal


2.1.1.3.2 Korteks, lapisan jaringan yang berwarna coklat kemerahan tepat
berada di bawah kapsul dan di luar piramid .
2.1.1.3.3 Medula, lapisan terdalam ginjal yang terdiri atas steiasi ( garis-
garis ) berbentuk kerucut yang pucat ( piramid renal ) .

Hilum merupakan batas medial ginjalberbentukcekung (konkaf ), tempat


masuknya pembuluh daran dan pembuluh limfe ginjal, ureter,dan saraf .
6

Pelvis renal merupakan struktur yang berbentuk corong yang bekerja


sebagai wadah penampung urine yang dibentuk oleh ginjal . Pelvis renal memiliki
sejumlah cabang-cabang di bagian distal yang disebut kaliks , dan masin-masing
kaliks mengelilingi apeks piramid renal . Urine dibentuk di ginjal melalui papila
di apeks piramid ke kaliks minor , kemudian ke kaliks mayor sebelum
melaluipelvis ke ureter . Dingding pelvis terdiri atas otot polos dan dilapisi oleh
epitelium transisional . Peristalsis otot polosberasal dari sel pemacu di dinding
kaliks yang mendorong urine melalui pelvisdan ureter ke kandung kemih .
Kemampuan ini merupakan sifat intrinsik otot polos tidaj di bawah kendali
saraf .

2.1.1.4 Struktur Mikroskop Ginjal

Ginjal terdiri atas sekitar 1 juta unit fungsional nefron, dan sejumlah kecil
duktus kolektivus. Kolektivus mengangkut urine melalui piramid ke pelvis renal
menyebabkan piramid ini tampak bergaris-garis. Tubulus di tunjang oleh sejumlah
kecil jaringan ikat, yang berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, serta saraf.

Nefron terdiri atas tubulus yang salah satu ujungnya buntu ( tertutup ) dan
ujung lainnya terhubung dengan tubulus kolektivus. Ujung yang buntu melekuk
membentuk kapsul glomereular yang berbentuk cangkir ( KapsulBowmen ), yang
hampir membungkusseluruh kapiler arteri, dinamakan glomerulus. Di bawah
glomerulus , masih terdapat sisa nefron yang panjang 3 cm dan terdiri atas :

2.1.1.4.1 tubulus kontortus proksimal,


2.1.1.4.2 lengkung medula ( Ansa Henle ),
2.1.1.4.3 tubuluskontrotus distal, bersambung ke duktus kolektivus. Unit
duktus kolektivus , membentuk duktus duktus lebih besar yang
menyalurkan urine ke klaliks minor .
7

Setelah sampai dihilum ,arteri renalis bercabang menjadi arteri dan arterol
yang lebih kecil . Di korteks , arterol , yaitu arteri aferen , masuk ke tiap kapsul
gomerulusdan kemudian bercabnag menjadi kumpulan kapiler ,
membentukglomerulus . Antara lengkungan kapiler , terdapat jaringanikat sel
mesangial yang bersifat fagosit , dan merupakan bagian sistem makrofag –
monosit . Pembuluh darah yang keluar dari glomerulus adalah arteriol eferen .
Arteriol ini kemudian bercabang menjadi jaringan kapiler sekumder , di mana
terjadi pertukaran antara nefron dan darah dinding kapiler yang berfungsi untuk
mengatur komposisi darah dan menyuplai nutrien serta oksigen kejaringan
setempat . Darah vena yang keluar dari dasar kapiler ini akhirnya meninggalkan
ginjaldi vena renalis , yang mengalirkan darah ke vena kava inferior . Tekanan
darah di di glomerulus lebih tinggi daripada di kapiler lainnya karena diameter
anteroir aferen lebih besar darippada diameter arteror eferen .

Dinding glomerulus dan kapsul bowman ( kapsul glomerulus ) terdiri atas


lapisan tunggla sel epitelium gepeng . Dinding glomeruluslebih permabel daripada
dimding kapiler lainnya . Bagian nefron lainnya dan tubulus kolektivus di
bentukoleh lapisan tunggal sel yang sangat khusus .

2.1.1.5 Fungsi ginjal

Pembentukan urine. Ginjal membentuk urine, yang mengalir melalui


ureterke kandung kemih untukdisimpan sebelum diekskresi. Komposisi urine
menunjukkan pertukaran zat antara nefron dan darah kapiler renal. Produk sisa
metabolisme protein dieksresikan, kadarelektrolit dikontrol dan Ph
(Keseimbangan asam-basa) dipertahankan dengan eksresi ion hidrogen. Terdapat
tiga proses yang terlibat dalam pembentukan urine.
8

Filtrasi. Filtrasi terjadidi dinding semipermeabel glomerulus dan kapsul


bowman. Airdan molekul kecil lainnya melalui dinding semipermeabel ini,
walaupun sebagian akan direabsorpsi kemudian. Sel darah, protein plasma, dan
molekul besar lainnya terlalu besar untuk difiltras (disaring), oleh karena itu tetap
berada dikapiler. Filtrasi di glomerulus memiliki komposisi yang sangat serupa
dengan plasma, kecuali protein plasma.

Filtrasi di bantu oleh perbedaan antara tekanan darah di glomerulus dan


tekanan filtrat di kapsul bowman. Karena arveriol eferen leih sempit daripada
arterior aferen, terbentuklah tekanan hidrostatik kapiler sekitar 7,3 kPa (55mmHg)
di glomerulus. tekanan ini berlawanan dengan tekanan osmotik darah, yang
diberikan oleh protein plasma. yaitu sekitar 4 kPa (30 mmHg), dan oleh tekanan
hidrostatik filtrat sekitar 2 kPa (15 mmHg) di kapsul bowman .

Volum filtrat dibentuk oleh kedua ginjal tiap menit disebut laju filtrasi
glomerulus (glomerular filtratation rate, GFR). Pada orang dewasayang sehat,
sekitar 125 mili permenit; yakni 180 liter filtrat dibentuksetiap harinya oleh kedua
ginjal. Hampirsemua filtrat kemudian direabsorbpsi dengan kurang dari 1%, yakni
1-1,5 liter dieksresikan sebagai urine. Perbedaan volume dan konsentasi
disebabkan reabsorpsi selektif sebagai konstituen (penyusus) filtrat dan sekresi
tubulus lainnya .

Aliran darah ginjal dilindungi oleh mekanisme yang di sebut otoregulasi,


yakni aliran darah ginjal dipertahankan pada tekanan konstanselama rentan
tekanan darah sistolik (dari 80-200 mmHg).otoregulasi bekerja dengan bebas
tanpa dikendalikan saraf sehingga jika saraf yang mempersarafi pembuluh darah
ginjal terganggau, otoregulasi terus berlanjut. Oleh karena itu, sama dengan sifat
9

pembuluh darah ginjal; dapat distimulasi oleh perubahan tekanan darah diarteri
renalis atau oleh fluktuasi kadar metabolit tertentu, misal prostaglandin.

Pada kondisi syok berat, saat tekanan sistolik turun dibawah 80 mmHg,
otoregulasi gagal dan aliran darah ginjal dan tekanan hidrostatik menurun,
sehingga mengganggu filtrasi didalam nefron.

Reabsorpsi selektif adalah proses perubahan komposisi dan volum filtrat


glomerulus saat melalui tubulus kontortus, Ansa Henle, dan tubulus kolektifus.
Proses ini memungkinkan reabsopsi konstituen filtratdalam darah yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimangan cairan dan elektrolit serta pH darah.
Transpor aktif berlangsung disisis karir di membran epitelium, menggunakan
energi kimia untuk mengangkut substansi melawan gradien konsentrasinya.

Sebagai konstituen filtrat glomelurus (misal klukosadan asam amino)


normalnya tidak berada dalam urine karena konstituen ini secara sempurna
direabsorpsi kecuali jika kadar darah berlebihan. Kapasitas maksimum ginjal
untuk mereabsorpsi suatu zat disebut ambang ginjal maksimum transpor.
Misalnya, kadar klukosa darah normal 3,5-8 mmol/L (63-144 mg/100ml), jika
kadar ini meningkat melebihi ambang ginjal sekitar 9 mmol/L (160mg/100 ml),
glukosa akan muncul didalam urine. Hal ini terjadi karena semua sisi karier
dipenuhi substansi dan mekanisme transpor aktif di tubulus melebihi kelebihan
muatan. Substansi lain yang direabsorpsi oleh transpor aktif meliputi natrium,
kalium, fosfat, dan klorida.

Beberapa ion,misal natrium dan klorida, dapat diabsorpsi baikoleh


mekanisme pasif maupun aktif bergantung pada sisi nefron. Ambang ginjal dari
beberapa zat bervariasi menurut individu tertentu, memerlukan beberapa saat, dan
pada beberapa kasus, reabsorpsi diatur oleh hormon.
10

2.1.1.6 Beberapa hormon yang mempengaruhi reabsorpsi selektif


2.1.1.6.1 Hormon paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonim
darikelenjar tiroid bersama-sama mengatur reabsorpsi kalsium dan fosfar,
sehingga kadar darah normal dipertahankan. Hormon paratiroid meningkatkan
kadar kalsiumdarah sementara kalsitonon menurunkannya.
2.1.1.6.2 Hormon antidiuretik (antidiuretic hormone,ADH) dari
lobus posterior kelenjar hipofisis meningkatkan permeabelitas tubulus kontortus
distal dan duktud kolektivus, meningkatkan reabsorpsi air.
2.1.1.6.3 Aldosteron, disekresi oleh korteks adrenal, meningkatkan
rebsorpsi natrium dan ekskresi kalium. Sekresi diatur melalui sistem umpan balik
negatif.
2.1.1.6.4 Peptida natriuretik atrikal oleh atrium jantung dalam
berespons terhadap peregangan dinding atrium, penurunan reabsorpsi natrium dan
air di tubulus kontortus proksimal dan dukdus kolektivus . Hormon ini juga
menghambat sekresi ADH dan aldosteron.
2.1.1.6.5 Reabsorpsi produk sisa nitrogen, seperti urea dan asam urat
sangat terbatas. Normalnya, substansi yang tidak ditemukan dalam darah dan
11

tidak direabsobsi.jika darah melalui glomerulus terlalucepat menfiltrasi


untukmembersihkan subtansi tersebut, tubulus akan menyekresikan subtansi itu ke
dalam filtrasi.

Sekresi tubulus. Filtrasi terjadi saat aliran darah melalui glomerulus. Zat yang
tidak diperlukan dan materi asing, misal obat termasuk penisilin dan aspirin tidak
dapat dibersihkan dari darah oleh filtrasi karena waktu yang singkat sehingga zat
tersebut tetap berada di glomerulus. Zat tersebut dibersihkan oleh sekresi di
tubulus kontortus dan diekresikan di dalam urine. Sekresi tubulus ion hidrogen
(H+) penting untuk mempertahankan pH darah normal.

2.1.1.7 Mengatur Keseimbangan Keluaran Air Dan Urine.

Sumber utama air dalam tubuh adalah makanan dan minuman, serta
sebagian kecil air yang dibentukoleh proses metabolik. Air diekresikan sebagai
konstituen utama urine, udara ekpirasi, feses, dan keringat. Jumlah udara yang
ekspirasi dan feses sangat konstan, sedangkan jumlah keringat yang dihasilkan
berhubungan dengan lingkungan dan suhu tubuh.

Keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan dikendalikan oleh ginjal.


Keluaran urine minimum adalah volume terkecil yang diperlukan untuk
mengekresikan produk sisa tubuh, yaitu sekitar 500 ml per hari. Volume urine
diatur terutama oleh hormon antidiuretik yang dilepaskan di dalam darah oleh
lobus posterior kelenjar hipofisis. Hipofisis berkaitan erat dengan hipotalamus di
otak.

Sel saraf sensorik di hipotalamus (osmoreseptor) mendeteksi perubahan


dakam tekanan osmotik darah. Impuls saraf dari osmoreseptor menstimulasi
hipofisis posterior untuk melepaskan ADH. Saat tekanan osmotik meningkat,
12

keluaran ADH meningkat dan akibatnya reabsorpsi air oleh sel di tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus meningkat, serta menurunkan tekanan
osmotik darah dan keluaran ADH. Mekanisme umpan balik negatif ini
mempertahankan tekanan osmotik darah (termasuk konsentrasi natrium dan air)
dalam batas normal.

Mekanisme umpan balik dapat disupresi saat terdapat jumlah zat terlarut
yang berlebihan didalam darah. Misalnya, pada diabetes melitus saat kadar
glukosa melebihi ambang ginjal yaitu pada tubulus ginjal,maka air dan glukosa
yang berlebihan diekresi. Poliuria ini dapat menyebabkan dehidrasi karena
meskipun produksi ADH meningkat,tetapi biasanya disertai rasa haus dan
peningkatan asupan air.

Saat volume darah meningkat,reseptor regangan atrium jantung


melepaskan hormon ANP. Hormon ini menurunkan reabsorpsi natrium dan air
oleh tubulus kontortus proksimal dan duktus kolektivus, yang berarti bahwa lebih
banyak natrium dan air yang diekskresi. Pada gilirannya, hal ini menurunkan
volume darah dan mengurangi regangan atrium, lalu melalui mekanisme umpan
balik negatif,sekresi ANP dihentikan. Peningkatan kadar ANPjuga menghambat
sekresi ADH dan aldosteron, selain meningkatkan jumlah natrium dan air yang
hilang.

2.1.1.8 Keseimbangan Elektrolit

Perubahan dalam konsentrasi di dalam cairan tubuh dapat menyebabkan


perubahan isi cairan tubuh atau kadar elektrolit. Terdapat beberapa mekanisme
yang mempertahankan keseimbangan konsentrasi air dan elektrolit.
13

Keseimbangan natrium dan kalium. Natrium merupakan kation (ion


bermuatan positif) yang paling umum terdapat dalam cairan ekstraselular dan
kalium merupakan kation intraselular yang paling umum.

Natrium menyusun hampir semua makanan dan garam sering kali


ditambahkan dalam makanan saat memasak.ini berarti bahw asupan garam
menjadi berlebihan dari yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan natrium biasanya
diekresi melalui urine dan keringat.

Jumlah natrium yang diekresidalam keringat cukup besar kecuali saat


produksi keringat berlebihan. Hal ini terjadi saat terdapat pireksia, suhu
lingkungan yang tinggi, atau saat latihan fisik yang terus menerus.
Normalnya,mekanisme ginjal mempertahankan konsentrasi natrium dalam batasan
fisiologis. Saat keringat berlebihan terjadi terus menerus, misal pada iklim panas
atau bekerja di lingkungan panas, aklimasi ( penyesauaian terhadap iklim ) terjadi
sekitar 7-10 hari dan akan terjadi penurunan jumlah elektrolit yang hilang dalam
keringat .

Natrium merupakan konstituen normal dari urine dan jumlah yang


dieksresi diatur oleh hormon aldosteron yang di sekresi oleh korteks adneral. Sel
di dalam arteriol aferen nefron distimulasi untukmemproduksi enzim renin oleh
stimulasi simpatis, volume darah yang rendah, atau tekanan darah yang rendah .
Renin mengubah protein plasma angiotensinogen, yang diproduksi oleh hati,
menjadi angiotensin 1. ACE di bentuk dalam jumlah kecil diparu, tubulus
kontortus proksimal, dan jaringan lain, lalu mengubah angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2, yang merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat dan
meningkatkan tekanan darah. Renin dan peningkatan kadar kalium darah juga
menstimulasi kelenjar adrenal untuk menyekresi aldosteron. Air dan natrium
14

direabsorpsi,keduanya meningkatkan volume darah dan menyebabkan penurunan


sekresi renin melalui mekanisme umpan balik negatif. Saat terjadi reabsorpsi
natrium di sertai peningkatan ekskresi kalium, maka akan terjadi penurunan
kalium intraselular secara tidak langsung

Keseimbangan kalsium. Pengaturan kadar kalsium dicapai dengan sekresi


hormon paratiroid yang terkoordinasi. Tubulus kolektivus distal mereabsorpsi
lebih banyak kalsium dalam berespsons terhadap sekresi hormon paratiroid, dan
sebaiknya mereabsorpsi lebih sedikit kalsium dalam berespsons terhadap sekresi
kalsitonin

Keseimbangan pH. Untuk mempertahankan pH normal darah


(keseimbangan asam-basa), sel tubulus kontortus proksimal menyekresi ion
hidrogen. Dalam filtrat, sel ini bergabung dengan penyangga:

2.1.1.8.1 Bikarbonat, membentuk asam karbonat;

(H+ + HCO3H2CO3)

2.1.1.8.2 Amonia, membentukion amonium;

(H+ + NH3 NH4+)

2.1.1.8.3 Hidrogen fosfat, membentuk dihidrogen fosfat;

(H+ + HPO32- H2PO3-)

Asam karbonat diubah menjadi karbon dioksida (CO2) dan air, kemudian
CO2 direabsorpsi, mempertahankan kemampuan darah sebagai penyangga. Ion
hidrogen di ekskresi di urin sebagai garam amonium dan hidrogen fosfat. Urine
memiliki pH normal yang bervariasi dari 4,5 sampai 8, bergantung pada diet
15

asupan nutrisi. Individu yang dietnya mengandung banyak protein hewani


cendrung menghasilkan urine yang lebih asam(pH rendah) daripada vegetarian.

2.1.2 URETRA

Uretra adalah saluran yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung


kemih. Panjangnya sekitar 23-30 cm dengan diameter sekitar 3 mm.

Uretra terhubung dengan pelvis renal yang berbentuk corong. Bagian


bawah uretra terhubung dengan rongga abdomen di belakang peritoneum yang
berada didepan otot psoas menuju rongga pelvis, dan terletak obliq di dinding
posteroir kandung kemih. Karena susunan ini, saat urine terakumulasi dan tekanan
kandung kemih meningkat, ureter tertekan dan pintunya tersumbat. Hal ini
mencegah refleks urine ke ureter (menuju ginjal) ketika kandung kemih terisi dan
saat berkemih (mikturisi), serta saat tekanan meningkat karena kontraksi otot
kandung kemih.

2.1.2.1 Struktur

Ureter terdiri atas tiga lapisan jaringan.

2.1.2.1.1 Lapisan luar adalah jaringan fibrosa yang bersambung


dengan kapsul fibrosa ginjal.
2.1.2.1.2 Lapisan tengah adalah lapisan otot yang terdiri atas serat
otot polos yang menyatu dan membentuk unit fungsional yang berbentuk
spiral mengitari ureter, sebagian berputar searah jarum jam dan sebagian
lagi berputar berlawanan arah dengan jarum jam serta lapisan longitudinal
luar tambahan
2.1.2.1.3 Lapisan dalam adalah mukosa yang terdiri atas epitelium
teransisional
16

2.1.2 Fungsi

Ureter mendorong urine dari ginjal ke kandung kemih melalui kontraksi


pristalsis lapisan otot polos titik . Pristalsis berasal dari suatu pemacu yang ada di
kaliks minor . Gelombbang kristalsis terjadi beberapa kali permenit, dimna
prekuensinya meningkat seiring volume urine yang di produksi, dan
mengantarkan semburan kecil urine ke kandung kemih .

2.1.3 KANDUNG KEMIH

Kandung kemih merupakan penampung (reserpoir) urine . Kandung kemih


berada di rongga pelvis dimana ukuran serta posisinya bervariasi, bergantung pada
volume urine didalamnya . Saat mengalami distensi, kandung kemih naik ke
rongga abdemen .

Struktur

Kandung kemih tampak menyerupai buah pir, tetapi menjadi semakin oval saat
terisi urine . Permukaan posterior disebut basal . Kandung kemih terhubung
dengan uretra di bagian terbawahnya (leher kandung kemih) .

Pada wanita, di bagian posterior kandung kemih di kelilingioleh uterus,


sedangan pada pria dikelilingi rektum .

Dinding kandung kemih terdiri atas tiga lapisan .

2.1.1 Lapisan luar-jarigan ikat longgar, berisi pembuluh limfe da darah


seta saraf, menutuppermkaan atas peritoneum .
2.1.2 Lapisan tengah-terdiri atasmassa serat otot polos yang bersatu
dengan jaringan ikat longgar elastis . Otot ini disebut otot destrusor dan
saat berkontraksi menyebabkan pengosongan kandung kemih .
17

2.1.3 Mukosa, terdiri atas epitelium transisional

Saat kandung kemih kosong, lapisan bagian dalamtersusun dalamlipatan,


atau rigae, yang perlahan-lahan menghilang saat terisi urine . Kandung kemih
dapat melebar (distensi), tetapi saat berisi 300-400 ml urine akan muncul
keinginan untuk berkemih . Kapasitas otot jarang melebihi dari 600 ml .

Tiga ofisirium di dinding kandung kemih membentuk suatu segitiga atau


trigon . Dua ofisirium atas di dinding posterior merupakan pintu masuk keuretra .
Sfingter uretra internal, suatu penebalan otot polos uretra di bagian atas uretra,
berfungsi mengendalikan aliran urine dari kandung kemih .Sfingter ini tidak
berada di bawah kontrol voluntir .

2.1.4 Uretra

Uretra adalah saluran yang memanjang dari leher kandung kemih hingga
eksteror, di orifisium uretra eksternal . Uretra pria lebih panjang daripada wanita .
Uretra pria berhubungan dengan sistemperkemihan dan reproduksi .

Panjang uretra wanita sekitar empat cm yang memanjang dari atas ke


bawah di belakang sinfisis pubisdan terhubung dengan orifisium uretra eksternal
tepat di depan vagina . Orifisium uretraeksternal di kontrol oleh sfingter uretra
eksternal, yang di kendalikan otot voluntir .

Dinding uretra terdiri atas tiga lapisan jaringan .

2.1.4.1 Lapisan otot merupakan sambungan dari otot yang ada di kandung
kemih . Lapisan ini bermula dari sfingter uretra internal yang terdiri atas terutama
jaringan elastik dan serat otot polos, yang berada di bawah kendali sarf otonom .
18

Kontraksi sfingter uretra internal yang terus menerus yang lambat, menjaga uretra
tetap tertutup .
2.1.4.2 Submukosa merupakan lapisan berongga yang berisi pembuluh
darah dan saraf .
2.1.4.3 Mukosa merupakan sambungan dari mukosa yang ada di kandung
kemih di bagian tas uretra . Dibagian bawah, terdiri atas epitelium skuamosa
berlapis, yang berlanjut di bagian ekternaldengan kulit vulva .
2.1.5 Mikturisi

Kandung kemih bekerja sebagai reserpoin urine . Saat volume urine


sekitar 300-400 ml terakumulasi, serat saraf otonom aferen di dinding kemih yang
pekat terhadap ragangan,terstimulasi . Pada bayi, hal ini di inisiasi oleh reflek
spinal dan terjadilah mikturisi (berkemih) . Mikturisi terjadi saat serat eferen
menghantarka infus ke kandung kemih menyebabkan kontraksi otot detrusor dan
relaksasi sfingter uretra internal . Saat sistem saraf berkembang sempurna, reflek
berkemih terstimulasi, tetapi influs sensoris juga di hantarkan ke otat dan muncul
keinginan untuk berkemih . Dengan belajar dan upaya sadar, kontraksi sfingter
uretra eksternal dan otot dasar pelvis (panggul) akan menghambat berkemih untuk
waktu yang terbatas .

2.2,2 SISTEM KARDIOVASKULER


2.2.1 PEMBULUH DARAH
2.2.1.1 Arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh, kecuali arteri pulmonalis. Arteri mempunyai dinding yang kuat dan elastik,
yang tersusun dari tiga lapisan:
2.2.1.1.1 Tunika intima/interna Lapisan yang tipis, halus, dan
pipih yang dilapisi jaringan epitelium skuamosa.
19

2.2.1.1.2 Tunika media Lapisan yang terdiri atas otot polos


dan sebagian jaringa fibrosa. Dalam arteri yang berukuran lebih besar, jumlah
serat elastik ini lebih banyak, dan sebaliknya lebih sedikit pada arteri yang lebih
kecil.
2.2.1.1.3 Tunika eksterna/adventisia Lapisan ini terdiri atas
jaringan fibrosa yang melindungi pembuluh darah.
2.2.2 Vena. adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya CO2
dari tubuh ke jantung. Dinding vena lebih tipis daripada dinding arteri, tetapi
memiliki tiga lapisan jaringan yang sama. Vena paling kecil disebut venul.
2.2.3 Kapiler Arteriol (arteri berukuran paling kecil) terkecil bercabang
menjadi sejumlah pembuluh panjang yang disebut kapiler. Dinding kapiler terdiri
atas lapisan tunggal sel endotelium yang memiliki membran dasar tiis, yang dapat
dilalui air dan substansi molekul kecil lainnya. Molekul besar seperti protein
plasma tidak dapat melalui dinding kapiler. Kapiler membentuk jaringan
pembuluh darah tipis yang besar, dimana menghubungkan arteriol terkecil dengan
venul terkecil. Kapiler terdiri atas satu lapisan jaringan epitelium skuamosa.
Kapiler berfungsi dalam pertukaran oksigen dan nutrien dengan materi sisa secara
osmosis.
2.2.4 JANTUNG merupakan organ muskular berbentuk kerucut yang
berongga. Panjangnya sekitar 10 cm dan berukuran satu kepalan tangan
pemiliknya. Berat jantung sekitar 225 g pada wanita dan 310 g pada pria.

Jantung berada dalam rongga toraks di area mediastinum (ruang antara


paru). Jantung terletak obliq. Letak jantung lebih condong ke sisi kiri daripada
kanan tubuh, dan terdiri atas sisi apeks (bagian atas) dan basal (bagian bawah).
Apeks terletak sekitar 9 cm ke kiri garis tengah. Basal berada setinggi iga ke 2.
20

Jantung terdiri atas tiga lapisan jaringan : perikardium, miokardium dan


endokardium.

2.2.4.1 Perikardium. Perikardium memiliki dua sakus


(kantong/pembungkus). Sakus terluar terdiri atas jaringan fibrosa, sedangkan
sakus terdalam terdiri atas lapisan membran serosa ganda. Sakus fibrosa terluar
meluas ke tunika adventisia dari pembuluh darah besar di atasnya dan melekat
hingga diafragma dibawanya. Sakus ini tidak elastik dan sifat fibrosa mencegah
distensi jantung berlebihan. Lapisan luar membran serosa, perikardium parietal,
melapisi sakus fibrosa. Lapisan dalam, perikardium viseral, atau epikardium yang
berlanjut ke perikardium parietal, melekat pada otot jantung. Membran serosa
dilapisi sel epitel gepeng. Sel ini menyekresi cairan serosa ke dalam ruangan di
antara parietal dan viseral, yang memungkinkan gerakan halus antara keduanya
saat jantung berdetak.
2.2.4.2 Miokardium. Miokardium terdiri atas otot jantung.
Gerakan otot jantung bersifat involuntir. Setiap serat sel memiliki satu inti sel dan
satu atau lebih cabang. Miokardium paling tebal pada bagian apeks dan paling
tipis di bagian basal. Hal ini menunjukkan beban kerja tiap bilik berperan dalam
memompa darah. Miokardium paling tebal di bagian ventrikel kiri, yang memiliki
beban kerja paling besar.

Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh cincin jaringan fibrosa yang tidak
mengonduksi impuls listrik. Akibatnya, saat aktivitas gelombang listrik melalui
otot atrium, gelombang ini hanya daoat menyebar ke ventrikel melalui konduksi
sistem yang menjembatani cicncin fibrosa dari atrium ke ventrikel.

2.2.3.3 Endokardium. Endokardium melapisi bilik katup jantung.


Lapisan ini merupakan membran yang tampak mengilap, halus, dan tipis yang
21

memungkunkan aliran darah yang lancar ke dalam jantung. Lapisan ini terdiri atas
sel epitelium gepeng dan berlanjut ke pembuluh darah yang melapisi
endotelium.jantung dibagi menjadi sisi kiri dan kanan yang dipisahkan oleh
septum. Saat lahir, darah dari satu sisi ke sisi lain tidak dapat langsung
menyeberangi septum. Setiap sisi dipisahkan oleh katup atrioventrikular ke
serambi atas yaitu atrium, dan bilik bawah yaitu ventrikel. Aliran darah di jantung
adalah satu arah, darah masuk ke jantung via atrium dan melalui ventrikel di
bawahnya. Katup membuka saat tekanan dalam atrium lebih besar dripada
ventrikel. Saat sistol ventrikular (kontraksi), tekanan di ventrikel naik melebihi
atrium dan katup menutup mencegah aliran balik ke jantung.
2.2.5 ALIRAN DARAH KE JANTUNG

Dua vena besar tubuh, vena kava superior dan inferioe, memompa darah
ke atrium kanan. Darah melalui katup trikuspid masuk ke ventrikel kanan, dan
dari ventrikel kanan dipompa untuk masuk ke arteri pulmonalis atau trunkus
(satu-satunya arteri yang membawa darah miskin oksigen). Lubang arteri
pulmonalis dijaga oleh katup pilmonal, yang dibentuk oleh katup trikuspid
semilunar. Katup ini mencegah aliran balik darah ke ventrikel kanan saat otot
ventrikel relaksasi. Setelah meninggalkan jantung, arteri pilmonalis bercabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri, yang membawa darah vena ke dalam
paru di mana ertukaran gas terjadi karbon dioksida diekskresikan dan oksigen
diabsorpsi.

Dua vena pulmonalis dari tiap paru membawa darah yang kaya oksigen
kembali ke atrium kiri. Kemudian darah mengalir melalui katup mitral masuk ke
ventrikel kiri, dan dari sini darah dipompa ke aorta, arteri pertama dari sirkulasi
umum. Pintu aorta dijaga oleh katup aortik, yang dibentuk oleh katup trikuspid
semilunar.
22

Dari rangkaian peristiwa ini dapat dilihat bahwa darah melewati sisi kanan
masuk ke sisi kiri jantung melalui paru, atau sirkulasi pulmonal. Akan tetapi,
harus diingat bahwa atrium berkontraksi pada waktu yang sama dan hal ini diikuti
oleh kontraksi simultan kedua ventrikel.

Lapisan dinding otot atrium lebih tipis daripada ventrikel. Hal ini sesuai
dengan beban kerja yang mereka lakukan, atrium, biasanya dibantu oleh gravitasi,
mendorong darah hanya melalui katup atrioventrikular ke ventrikel, dimana
ventrikel secara aktif memompa darah ke paru dan ke seluruh tubuh.

Trunkus pulmonal keluar meninggalkan jantung dari bagian atas ventrikel


kanan dan aorta keluar meninggalkan jantung dari bagian atas ventrikel kiri.

2.2.6 SUPLAI DARAH KE JANTUNG

Jantung diperdarahi oleh darah arteri, yaitu arteri koronaria kanan dan kiri,
yang bercabang dari aorta dengan segera ke bagian distal katup aortik. Arteri
koronial menerima sekitar 5% darah yang dipompa dari jantung. Arteri koronial
terlihat melintasi jantung, pada akhirnya membentuk jaringan kapiler yang luas.

Sebagian besar darah vena dikumpulkan ke sebagian vena kecil yang bergabung
membentuk sinus koroner, yang terbuka hingga ke atrium kanan. Sisanya
langsung melewati bilik jantung melalui saluran vena kecil.

2.2.7 SISTEM KONDUKSI JANTUNG

Jantung mrmiliki sistem intrinsik, yakni otot jantung secara otomatis


terstimulasi untuk berkontraksi tanpa perlu stimulasi eksternal, hal ini disebut
autoritmesitas. Sebagian sel neuromuskular khusus dalam iokardium menginisiasi
23

dan mengonduksi impuls sehingga kontraksi otot jantung terkoordinasi dan


sinkron.

2.2.8 NODUS SINOATRIAL (NODUS SA)

Massa sel khusus berukuran kecil ini terletak di dinding atrium kanan
dekat pintu/lubang vena kava superior. Nodus SA adalah pacemaker jantung
karena nodus ini normalnya menginisiasi impuls semakin lebih cepat daripada
kelompok sel neuromuskular lainnya. Bangkitan nosud SA menyebabkan
kontraksi atrium.

2.2.9 NODUS ATRIOVENTRIKULAR (NODUS AV)

Neuromuskular yang kecil ini berada di septum atrium dekat katup


atrioventrikular. Normalnya, impuls nodus AV yang tiba melalui atriu dan berasal
dari nodus SA. Terdapat keterlambatan di sini sinyal listrik memerlukan 0,1 detik
untuk melewati ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium menyelesaikan kontraksi
sebelum ventrikel berkontraksi.

Nodus AV juga memiliki fungsi pacemaker kedua dan mengambil alih


peran ini jika terdapat masalah dengan nodus SA sendiri, atau disertai transmisi
impuls dari strium. Akan tetapi, laju bangkitan intrinsik lebih lambat daripada laju
bangkitan yang diatur nodus SA.

2.2.10 BERKAS ATRIOVENTRIKULAR (BERKAS AV ATAU BERKAS HIS)

Berkas His merupakan massa serat khusus yang berasal dari nodus AV.
Berkas His menyebrangi cincin fibrosa yang memisahkan atrium dan ventrikel
kemudian, diujung atas septum ventrikel, berkas bercabang menjadi serat-serat
halus, yang disebut serat purkinje. Berkas His, cabang berkas His, dan serat
24

purkinje menghantarkan impuls listrik dari nodus AV ke apeks miokardium


dimana dimulai kontraksi gelombang ventrikular, selanjutnya bergerak ke atas dan
keluar, memompa darah ke arteri pilmonalis dan aorta.

2.2.11 SARAF YANG MEMPERSARAFI JANTUNG

Selain impuls intrinsik yang dibangkitakan dalam sistem konduksi yang


dijelaskan diatas, jantung ipengaruhi oleh saraf autonom yang berasal dari pusat
vaskular di medulla oblongata. Saraf autonom ini terdiri atas saraf simpatis dan
parasimpatis, yang kerjnya berlawanan.

Saraf vagus (parasimpatis) mempersarafi terutama otot atrium, serta ndus


SA dan AV. Stimulasi saraf parasimpatis mengurangi lahu impuls yang dihasilkan
sehingga mengurangi laju dan gaya denyut jantung.

Saraf simpatis mempersarafi nodus SA dan AV serta miokardium atrium


dan ventrikel. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan laju dan gaya denyut
jantung.

2.2.12 SIKLUS JANTUNG

Fungsi utama jantung adalah mempertahankan sirkulasi darah yang


konstan diselutuh tubuh. Jantung bekerja sebagai pompa dan kerjanya terdiri atas
serangkaian kejadian yang disebu siklus jantung. Jumlah siklus jantung per menit
bberkisar dari 60-80 denyut. Siklus ini terdiri atas : sistol atrium (kontraksi
atrium), sistol ventrikel (kontraksi ventrikel), dan diastol jantung komplet
(relaksasi atrium dan ventrikel). Pada saat istirahat,jantung orang dewasa yang
sehat umumnya berdenyut rata-rata 60-80x/menit (BPM). Dalam setiap denyut
jantung atau siklus jantung,jantung berkontraksi (sistol) dan kemudian berelaksasi
(diastol)
25

2.2.13 TAHAPAN SIKLUS JANTUNG

Sebagai contoh,dalam 74 denyut/menit,setiap siklus berlangsung sekitar


0,8 detik dan terdiri dari :

2.2.11.1 Sistol atrium-Kontraksi atrium


2.2.11.2 Sistol ventrikel-kontraksi ventrikel
2.2.11.3 Diastol jantung lengkap-relaksasi antrium&ventrikel

2.2.14 BUNYI JANTUNG

Terdapat 4 bunyi jantung,tiap bunyi menunjukkan kejadian tertentu dalam


siklus jantung.dua bunyi jantung yang pertama mudah dibedakan,dan bunyi yang
terdengar distetoskop terdiri”lup dup”.bunyi pertama “lup” terdengar sangat
keras,dihasilkan oleh katup atrioventrikular yang menutup.hal ini menunjukkan
awal sistol ventrikel.Bunyi kedua “dup”,terdengar lebih pelan karena katup aorta
dan pulmonal yang menutup.hal ini menunjukkan sistol atrium.

2.2.15 PERUBAHAN LISTRIK JANTUNG

Pola aktivitas listrik jantung dapa ditampilkan oleh layar oksiloskop atau
penanda pada kertas.aparatus yang digunakan adalah elektrokardiograf dan
penanda adalah elektrokardiogram (EKG).EKG normal menunjukkan 5
gelombang yang diberi nama p,q,r,s, dan t. Gelombang p naik saat implus dari
nodus SA menjalar ke atrium.kompleks QRS menunjukkan penyebaran implus
yang sangat cepat dari nodus AV melalui berkas his dan serat purkinje serta
aktivitas listrik otot ventrikel,sedangkan gelombang T menunjukkan relaksasi otot
ventrikel.
26

EKG Menggambarkan Irama Jantung Yang Berasal Dari Nodus SA dan


Dikenal Sebagai Irama Sinus.

Laju irama sinus adalah 60-100 denyut/menit. Frekuensi jantung yang cepat
disebut takikardia dan yang lebih lambat disebut bradikardia.dengan memeriksa
pola gelombang dan waktu interval antara siklus dan bagian siklus,dapat diperoleh
kondisi miokardium dan sistem konduksi jantung.

2.2.16 CURAH JANTUNG

Curah jantung adalah jumlah darah yang didorong keluar jantung.jumlah


darah yang dikeluarkan setiap kontraksi ventrikel disebut isi sekuncup ( stroke
volume ).Curah jantung dinyatakan dalam liter/menit (1/min) dan dihitung dengan
mengalirkan isi sekuncup dengan frekuensi (denyut) jantung ( diukur dalam
denyut/menit): Curah jantung=isi sekuncupxfrekuensi jantung.

2.2.17 ISI SEKUNCUP STROKE VOLUME

Ditentukan oleh volume darah dalam ventrikel segera sebelum ventrikel


berkontraksi,yakni volume akhir diastolik ventrikular(FEDV),kadang disebut
beban awal (Preload).Pada gilirannya,Preload bergantung pada jumlah darah yang
kembali ke jantung melalui vena kava superior dan inverior ( aliran balik vena ) .
Isi sekuncup dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.

a. Tekanan darah arteri Tekanan darah arteri memengaruhi stroke


volume karena tekanan darah ini menciptakan resistansi pada darah yang dipompa
dari ventrikel ke arteri besar.resistansi ini,kadang disebut beban awal atau
27

afterload,ditentuka oleh distensi bilitas,elastisitas arteri besar dan resistansi perifer


arteri.
b. Volume darah Volume darah normalnya dipertahankan konstan
oleh ginjal,dan jika isi sekuncup menurun,maka curah jantung dan aliran vena
menurun.
2.2.18 ALIRAN BALIK VENA

Aliran balik vena merupakan penentu utama curah


jantung,normalnya,jantung memompa darah untuk kembali ke jantung.Gaya
kontraksi ventrikel kiri mendorong darah keluar ke aorta tidak cukup untuk
mengembalikan darah melalui vena dan kembali ke jantung.faktor lain yang
terlibat adalah sebagai berikut:

2.2.18.1 Posisi tubuh

Gravitasi membantu aliran balik vena dari kepala dan leher saat
duduk atau berdiri dan memberikan sedikit resistansi terhadap aliran balik vena
dari anggota tubuh bagian bawah saat individu berbaring rata.

2.2.18.2 Kontraksi moskular

Aliran balik darah didalam vena ekstremitas,khususnya saat berdiri


dicegah oleh katup.kontraksi otot rangka yang mengelilingi vena profunda
menekan otot,mendorong darah ke jantung.

2.2.18.3 .Pompa respirasi


28

Saat inspirasi,dada mengembang menghasilkan tekanan negatif dalam


toraks membantu aliran darah ke jantung.

2.2.19 FREKUENSI JANTUNG

Frekuensi jantung ditentukan oleh curah jantung.Frekuensi jantung


berbanding lurus dengan curah jantung.Faktor yang juga menentukan frekuensi
jantung adalah sebagai berikut.

2.2.19.1 Sistem saraf otonom

Laju interinsik frekuensi jantung merupakan keseimbangan antara aktifitas


simpatis dan para simpatis dalam menentukn frekuensi jantung.

2.2.19.2 Zat Kimia yang bersirkulasi

Hormon adrenalin dan nor-adrenalin yang disekresikan medula adrenal


memiliki efek simpatis,yakni meningkatkan frekuensi jantung.hormon tiroksin
meningkatkan frekuensi jantung melalui efek metabolik.Hipoksia dan peningkatan
karbon dioksida menstimulasipeningkatan frekuensi jantung.

Ketidakseimbangan elektrolit,misal hiperkalsemia,dapat menurunkan fungsi


jantung dan menyebabkan bradikardia.Sebagian obat,misal antagonis reseptor beta
juga menyebabkan bradikardia.

2.2.19.3 Posisi

Frekuensi jantung lebih cepat saat orang berdiri daripada berbaring.

2.2.19.4 Latihan
29

Frekuensi jantung lebih cepat pada otot yang aktif daripada otot yang
beristirahat.

2.2.19.5 Status emosional

Saat senang,takut,atau cemas,denyut jantung akan meningkat.

2.2.19.6 Jenis kelamin

Frekuensi jantung wanita lebih cepat daripada pria

2.2.19.7 Usia

Pada bayi dan anak,frekuensi jantung lebih cepat daripada orang dewasa.

2.2.19.8 Suhu tubuh

Frekuensi jantung naik dan turun berbanding lurus dengan suhu tubuh.

2.2.19.9 Refleks baroreseptor

Refleks barareseptor berbanding terbalik dengan frekuensi jantung.ujung


saraf yang peka terhadap perubahan tekanan dalam pembuluh berada diarkus aorta
dan sinus karotikus.Peningkatan tekanan darah diarteri ini menstimulasi
baroreseptor,meningkatkan output ke pust kardiovaskuler (CVC). CVC berespon
dengan meningkatkan aktifitas parasimpatik di jantung,memperlambat frekuensi
jantung. Pada saat yang sama, stimulasi simpatis dipembuluh darah dihambat
menyebabkan vasodilatasi. Akibatnya tekanan darah sistemik
turun.Sebaliknya,jika tekanan dalam arkus aorta dan sinus karotikus turun,laju
muatan baroreseptor juga turun,CVC berespon dengan meningkatkan laju
simpatis.
30

2.2.20 TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah kekuatan atau tekanan dimana darah menekan


dinding pembuluh darah.Tekanan darah arteri sistemik mempertahankan aliran
darah yang penting lke dalam dan keluar oorgan tubuh.Menjaga tekanan darah
dalam batasan normal sangatlah penting.

2.2.20.1 Jika tekanan darah terlalu tinggi,pembuluh darah dapat


mengalami kerusakan,mengakibatkan gumpalan darah atau pendarahan
dari bagian pembuluh darah yang rusak.
2.2.20.2 Jika tekanan darah terlalu rendah,maka aliran darah yang
melalui lapisan jaringan menjadi tidak adekuat.

Hal ini berbahaya terutama untuk beberapa organ penting seperti


jantung,otak,dan ginjal.Tekanan darah arteri sistemik,biasanya disebut sebagai
tekanan darah arteri,yang merupakan hasil dari pengeluaran darah dari ventrikel
kiri kedalam aorta yang sudah penuh.

Tekanan darah bervariasi bergantung pada waktu,postur tubuh,jenis


kelamin,dan usia setiap individu.Tekanan darah turun saat istirahat dana selama
tidur.Tekanan darah naik seiring usia dan biasanya lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria.

Tekanan sistol dan diastol.Ketika ventrikel kiri berkontraksi dan


mendorong darah masuk kedalam aorta,tekanan yang dihasilkan dalam sistem
arteri disebut sebagai tekanan darah sistol.pada orang dewasa sekitar
120mmHg.Pada fase diastol jantung lengkap,saat jantung beristirahat setelah
pengeluaran darah,tekanan dalam arteri jauh lebih rendah dan disebut sebagai
31

tekanan darah diastol.Pada orang dewasa sekitar 80mmHg.Perbedaan antara


tekanan darah sistol dan diastol adalah pada tekanan nadi.

2.2.21 KONTROL TEKANAN DARAH

Tekanan darah dikontrol dengan dua cara:

2.2.21.1 Kontrol jangka pendek,pada waktu ke waktu yang


umumnya melibatkan refleks baroreseptor dan juga kemoreseptor dan
hormon yang beredar
2.2.21.2 Kontrol jangka panjang,melibatkan pengaturan volume
darah oleh ginjal dan sistem renin –angiotensin-aldosteron.
2.2.22 NADI

Jumlah denyut nadi permenit biasanya mencerminkan denyut jantung dan


bervariasi pada setiap orang dan pada orang yang sama pada waktu yang
berbeda.Umumnya,rerata 60-80xdenyutan pada istirahat.Informasi yang
didapatkan dari nadi termasuk:

2.2.22.1 Jumlah denyut pada saat jantung berdenyut


2.2.22.2 Keteraturan denyut jantung-interval antara denyutan harus
sama
2.2.22.3 Volume atau kekuatan denyut-harus memungkinkan untuk
menekan arteri dengan tekanan yang cukup,menghentikan aliran darah,penekanan
pada pembuluh darah memberikan beberapa indikasi tekanan darah dan keadaan
ketegangan dinding pembuluh darah-dinding arteri seharusnya terasa lembut dan
lunak saat ditekan dengan jari
2.2.23 SIRKULASI DARAH
32

Sirkulasi darah yang terjadi ditubuh terdiri atas dua bagian:sirkulasi


pulmobnal dan sistemik

Sirkulasi pulmonal.Sirkulasi ini merupakan sirkulasi darah dari ventrikel


kanan jantung ke paru dan kembali ke atrium kiri di paru,karbon dioksida
dieksresikan dan oksigen diabsorpsi.

Trunkus atau arteri pulmonalis membawa darah yang miskin oksigen,


meninggalkan bagian atas vebtrikel kanan jantung menuju ke atas dan bercabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri pada vetebrata kelima toraksik. Arteri
pulmonlis kiri menjalar ke dasar paru kiri dimana arteri ini bercabang menjadi
dua, dan setiap cabang memasuki masing – masing lobus atas paru. Arteri
pulmonalis kanan menjalar ke dasar paru kanan dan bercabang menjadi dua,
cabang yang lebih besar membawa darah ke lobus medialis dan lobus basalis paru,
sedangkan cabang yang lebih kecil membawa ke darah lobus apeks paru.

Dalam paru, arteri bercaang menjadi arteri yang lebih kecil, yaitu arterior
dan kapiler. Pertukaran gas terjadi antara darah dikapiler dan udara dialveolus
paru. Pada setiap paru, kaoiler mengandung darah yang kaya oksigen bersatu pada
akhirya membentuk dua vena pulmonalis.

Dua vena pulmonalis keluar meninggalkan masing masing paru,


mengembalikan darah yang kaya oksigen ke atrium kiri jantung. Saat sistol
atrium, darah ini dipompa ke ventrikel kiri, dan saat sistol ventrikel, darah
didorong ke aorta, arteri pertama dari sirkulasi sistemik.

2.2.24 SIRKULASI SISTEMIK

Darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri dibawa oleh cabang cabang
aorta disekitar tubuh dan kembali ke artium kanan jantung melalui vena kava
33

superior dan inferior. Aorta bercabang menjadi 2 pada veterbra toraks kedua 12
menjadi arteri iliaka komunis. Selanjutnya aorta bercabang menjadi 2 jenis cabang
menurut letaknya :

2.2.24.1 Aorta torasik yang memiliki 3 cabang, yakni aorta


desenden ditoraks, aorta asenden yang memiliki percabangan arteri koronaria kiri
dan kanan yang berfungsi untuk suplai miokardium, arkus aorta bercabang
menjadi 3 yaitu arteri atau terunkus berankiosefalik, arteri karotis komunis, serta
arteri subklavia kiri.
2.2.24.2 Aorta abdomen yang memiliki 4 pasang cabang arteri
frenik inferior (memperdarahi diafragma), arteri renal (memferdarahi ginjal dan
bercabang menjadi arteri subrarenal yang memperdarahi kelenjar adrenal), arteri
testikular (memperdarahi testes), dan arteri ovarian (memperdarahi ovarium).
Aorta abdomen juga memiliki cabang arteri yang tidak berpasangan :
2.2.24.3 Arteri seliaka yang memiliki 4 cabang arteri yang tidak
berpasangan, arteri gasterik kiri (memperdarahi lambung), arteri spelenik
(memperdarahi pankreas dan linpa), arteri hepatika (memperdarahi hati, kandung
empedu, sebagian lambung, duadenum, dan pankreas).
2.2.24.4 Arteri mesenterika superior yang memperdarahi usus halus
dan separuh froksimal usus besar.
2.2.24.5 Arteri mesenterika inferior yang memperdarahi separuh
distal usus besar dan bagian rectum.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 PENELITIAN SATU


3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1.1 Tempat : Asrama STIKES Rajawali Kampus 2
3.1.1.2 Waktu : 06 Januari 2018
3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


secara kualitatif, dimana kami penulis akan meneliti dengan menggunakan sample
dari beberapa orang.

3.1.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian kualitatif adalah para mahasiswa yang


berada di asrama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Kampus dua. Jumlah
mahasiswa yang dilibatkan berjumlah tiga orang, dimana satu orang meminum
minuman yang berbeda.

3.1.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ke satu ini adalah:
3.1.4.1 Satu buah botol dengan ukuran 600 ml
3.1.4.2 Satu buah botol dengan ukuran 240 ml
3.1.4.3 Empat buah botol dengan ukuran 1,5 ml
3.1.4.4 Alat tulis
3.1.4.5 Satu gelas kopi ukuran 250 ml
3.1.4.6 Satu gelas air mineral ukuran 250 ml
3.1.4.7 Satu botol air mineral 1,5 liter
3.1.5 Prosedur Penelitian

34
3.1.5.1 Tiga pelaku uji coba di perintahkan untuk buang air kecil
pada saat bangun tidur lalu urine dari masing – masing dimasukkan
ke dalam botol yang telah disiapkan

35
36

3.1.5.2 Setelah miksi tiga pelaku dipersilahkan untuk makan pagi .


setelah makan pagi tiga pelaku di minta untuk meminum minuman
yang berbeda. Antara lain :
3.1.5.2.1 1 orang yang meminum 1 gelas kopi
3.1.5.2.2 1 orang meminum 1 gelas air mineral berukuran 250 ml
3.1.5.2.3 1 orang meminum air mineral sebanyak 1,5 liter
3.1.5.3 Setelah meminum minuman yang berbeda, pelaku tidak
diperkenankan untuk makan selama 2 jam. Jika pelaku miksi, urine
ditampung ke dalam, botol yang sudah disediakan/setelah 2 jam
urine tiga pelaku tersebut diamati.
3.2 PENELITIAN DUA
3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1.1 Tempat : Asrama STIKES Rajawali Kampus 2
3.2.1.2 Waktu : 06 Januari 2018
3.2.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


penelitian secara kualitatif, dimana kami penulis akan meneliti dengan
menggunakan sample dari beberapa orang.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian kualitatif adalah para mahasiswa


yang berada di asrama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Kampus
dua. Jumlah mahasiswa yang dilibatkan berjumlah dua orang, dimana satu
orang akan melakukan tantangan berlari selama lima belas menit dan satu
orang melakukan tantangan berjalan santai selama lima belas menit.

3.2.4 Instrumen Penelitian


3.2.4.1 Sarung tangan
3.2.4.2 masker
3.2.4.3 alat tulis
3.2.4.4 termometer
37

3.2.4.5 stopwacth
3.2.4.6 sphymomanometer
3.2.4.7 stetoskop
3.2.4.8 jam tangan
3.2.5 Prosedur Penelitian
3.2.5.1 Yang pertama saat pelaku bangun tidur penguji memeriksa tanda-
tanda vital . dua pelaku diperiksa tanda – tanda vital
3.2.5.2 Ke dua satu orang diberikan tantangan berjalan selama 15 menit
tanpa henti dan setelah itu penguji memeriksa kembali tanda-tanda
vitalnya.
3.2.5.3 Ke tiga satu orang pelaku yang berbeda diberi tantangan untuk
berlari 15 menit tanpa henti. Setelah itu penguji memeriksa kembali tanda
tanda vital tersebut.
3.2.5.4 Ke empat setelah keduanya melakukan tantangan tersebut, penguji
meneliti kedua hasil dan melakukan perbandingan kedua hasil tersebut.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian 1

Pada tanggal 06 januari 2019 kami melakukan uji coba dengan


menggunakan sempel urine dari tiga pelaku. Didapatkan hasil :

4.1.1 Orang yang minum kopi


4.1.1.1 Sebelum atau bangun tidur
4.1.1.1.1 Warna : Kuning Muda
4.1.1.1.2 Bau atau aroma : Sangat Pesing (+++)
4.1.1.1.3 Jumlah urine : ± 125 ml
4.1.1.1.4 Kepekatan :Normal
4.1.1.1.5 Miksi : 07.00 WIB
4.1.1.2 Sesudah minum kopi
4.1.1.2.1 Warna : kuning pekat
4.1.1.2.2 Bau : pesing
4.1.1.2.3 Jumlah urine : 80 Ml.
4.1.1.2.4 Kepekatan : sedang
4.1.1.2.5 Miksi : 11.00 WIB
4.1.2 Orang yang minum 1 gelas
4.1.2.1 Bangun Tidur
4.1.2.1.1 Warna : coklat
4.1.2.1.2 Bau : pesing
4.1.2.1.3 Jumlah urine : ± 50 Ml.
4.1.2.1.4 Kepekatan : sangat pekat
4.1.2.2 Sesudah Minum
4.1.2.2.1 Warna : Cokelat

38
4.1.2.2.2 Bau : Pesing
4.1.2.2.3 Jumlah Urine : ± 40 Ml.
4.1.2.2.4 Kepekatan : Pekat

39
40

4.1.3 Orang yang minum air 1,5 gelas


4.1.3.1 Bangun tidur
4.1.3.1.1 Warna : kuning
4.1.3.1.2 Bau : pesing
4.1.3.1.3 Jumlah urine : ± 250 Ml
4.1.3.1.4 Kepekatan : Pekat
4.1.3.1.5 Miksi : 07.38 WIB
4.1.3.2 Sesudah 2 jam
4.1.3.2.1 Warna : kuning jernih
4.1.3.2.2 Bau : pesing
4.1.3.2.3 Jumlah urine : + 800
4.1.3.2.4 Kepekatan : Pekat
4.1.3.2.5 Miksi : Pada jam 10.05 WIB, 10.14 WIB, 10.37
WIB, 10.44 WIB, dan 10.59 WIB.
4.1.4 Hubungan hasil penelitian dengan anatomi sistem perkemihan.
4.1.4.1 Pelaku yang meminum kopi menurut anatomi sistem
perkemihan adalah ,engalami diurisik pengurangan jumlah urine,
karena kafein yang terkandung pada kopi menyebabkan diuretic.
Tetapi pada penelitian kami di dapatkan :
4.1.4.1.1 tidak terjadi diuretic dikarenakan jenis kopi yang
diminum pelaku
4.1.4.1.2 jumlah urine yang dihasilkan hanya ... ml. Karena
jumlah masukan yang sedikit maka akan mempengaruhi jumlah
urine
4.1.4.1.3 aroma urine setelah pelaku minum kopi lebih
tercium bau kopi, karena baunya makanan bisa mempengaruhi
bau urine.
4.1.4.2 Pelaku yang meminum air 1 gelas .
4.1.4.2.1 Urine pelaku saat bangun tidur bewarna lebih pekat
disbanding urine setelah minum 1 gelas air mineral ukuran 250 ml.
Ini dipengaruhi oleh input output dan pelaku. Pelaku mengakui
41

bahwa dirinya tidak suka meminum air sebanyak 1,5 liter. Itu juga
bisa mengakibatkan kepekatan dan jumlah urine yang dihasilkan.
42

4.1.4.2.2 Jumlah urine yang dihasilkan sangat sedikit ini


dipengaruhi oleh banyak air yang masuk ke dalam diri pelaku.
4.1.4.2.3 aroma dari 2 urine tidak jauh beda, ini karena
pelaku tidak banyak jenis makanan yang dimakan.
4.1.4.3 Pelaku yang meminum air 1,5 liter
4.1.4.3.1 jumlah urine pelaku saat bangun tidur normal,
karena dari keseharian pelaku yang selalu banyak minum
menjadikan jumlah pelaku normal. Setelah atau selama penelitian
berlangsung. Jumlah pelaku hamper mencapai setengah dari botol
1,5 liter
4.1.4.3.2 bau yang dikeluarkan dari urine juga tidak berbau
busuk, alias normal.
4.1.4.3.3 kepekatan dari urine bangun tidur termasuk normal.
Dan selama penelitian kepekatan urine terbilang jernih.
4.2 Penelitian 2
4.2.1 Nurhakim (lari) 15 menit
4.2.1.1 Bangun Tidur
4.2.1.1.1 Tekanan Darah : 90/60 mmHg
4.2.1.1.2 Nadi : 63 x/menit
4.2.1.1.3 Respirasi : 18x/menit
4.2.1.1.4 Suhu : 35ْC
4.2.1.2 Sesudah Lari
4.2.1.2.1 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
4.2.1.2.2 Nadi : 130x/menit
4.2.1.2.3 Respirasi : 30x/menit
4.2.1.2.4 Suhu : 36,3ْC
4.2.2 Faizal (jalan) 15 menit
4.2.2.1 Sebelum jalan
4.2.2.1.1 Tekanan Darah : 110/90 mmHg
4.2.2.1.2 Nadi : 71x/menit
4.2.2.1.3 Respirasi : 19x/menit
43

4.2.2.1.4 Suhu : 35,1ْC


4.2.2.2 Sesudah Jalan 15 Menit
4.2.2.2.1 Tekanan Darah : 120/110 mmHg
4.2.2.2.2 Nadi : 82x/menit
4.2.2.2.3 Respirasi : 28x/menit
4.2.2.2.4 Suhu : 36ْC
4.2.2.3 Hubungan hasil penelitian dengan sistem kardiovaskuler
4.2.2.3.1 Saat pelaku 1 bangun tidur, hasil tanda-tanda vital
terbilang normal, tetapi, pada saat pelaku melakukan tantangannya hasil
tanda-tanda vitalnya berubah dan cenderung meningkat. Ini dikarenakan
aktivitas seseorang dapat mempengaruhi hasil tanda-tanda vital.
4.2.2.3.2 Pelaku 2 yang lari selama 15 menit
4.2.2.3.3 Hasil tanda-tanda vital pelaku yang kedua saat
bangun tidur hampir sama dengan pelaku 1, karena aktivitas ke 2 pelaku
ini masih sama. Tetapi saat melaksanakan tantangannya selama 15 menit
hasilnya sangat meningkar drastic, khusunya pada respirasi dan nadi. Ini
dikarenakan kerja kardiovaskuler pelaku ke 2 meningkat drastic.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

pada penelitian 1 semua data yang diperlukan sejalan dengan


penjelasan yang terdapat pada kajian teori. Dimana makanan yang masuk
akan mempengaruhi bau urine, banyaknya air yang masuk akan
mempengaruhi jumlah urine seseorang, serta jenis minuman yang
diminum juga mempengaruhi kepekatan dari setiap urine.

Pada penelitian 2 data yang diperoleh sejalan dengan penjelasan


yang terdapat pada kajian teori. Dimana factor yang dapat mempengaruhi
kerja kardiovaskuler adalag aktivitas seseorang. Pada aktivitas yang berat
kerja kardiovaskuler akan meningkat dan jika aktivitas sedang dan tingan
kerja kardiovaskuler akan normal.

5.2 Saran
5.2.1 peneliti ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi seluruh
manusia, khususnya mahasiswa agar lebih menjaga kesehatannya.
5.2.2 dengan adanya penelitian ini semuanya bisa menjadi bahan
referensi ke depannya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ross dan Wilson. (2014). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi (Twelfth Ed.)
Indonesia: ELSIEVER

45
LAMPIRAN

Hasil Urine dari Pelaku yang Meminum Air 1.5 Lt.

Yang kanan = Sesudah Bangun Tidur

Yang Kiri = Sesudah meminum air 1,5 Lt

Hasil Urine Pelaku Meminum Satu Gelas Kopi

Kiri = Bangun Tidur

Kanan = Setelah Meminum Kopi

j Hasil dari Pelaku yang Meminum Air


Mineral satu gelas

Yang kanan = Urine bangun tidur

46
Yang kiri = Urine setelah minum satu gelas air
mineral

47

Anda mungkin juga menyukai