TINJAUAN PUSTAKA
Namun, penelitian sejenis yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi banyak
Daerah Yogyakarta dengan alat analisis Structural Equation Model (SEM). Hasil
rumah sakit daerah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sejarah kesehatan
dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus pada respon time I di IGD
Bedah dan Non bedah RSUP Dr. Wahyudin Sudirohusodo. Alat analisis
faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap penanganan kasus di IGD Bedan
dan RSUP Dr. Wahyudin Sudirohusodo yaitu ketersediaan stretcher dan petugas
Menyusu Dini (IMD) di Kota Pekanbaru. Data dianalisis menggunakan uji Chi-
square dan regresi logistik. Hasil analisis bivariat didapat bahwa variabel umur,
8
9
Hasil analisis multivariat didapat bahwa pelatihan merupakan variabel yang paling
Pekanbaru.
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Hasil penelitian
dengan analisis regresi tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara sistem
terhadap kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirangadi
menunjukkan tidak ada pengaruh antara prestasi kerja terhadap kinerja perawat
tanggung jawab, peluang maju, dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat.
Kabupaten Bogor. Variabel laten dalam penelitian ini adalah faktor individu,
yang diwakili oleh proses pembelajaran. Faktor organisasi yang tercermin dari
karyawan.
organisasi dan pengaruhnya terhadap turnover dan kepuasan kerja karyawan (the
contribution of organizational variables and its impact on job turnover and job
human resources (sumber daya manusia), pay level (tingkat pembayaran), work
situation (situasi kerja), dan firm stability (stabilitas perusahaan) memiliki kontribusi
turnover karyawan.
(KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Data dianalisis dengan
guru.
Gambaran realita dan hasil kajian empiris dari berbagai bidang tersebut
program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi instansi yang tertuang
dalam strategic planning. Kinerja bisa diketahui apabila individu atau kelompok
tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang
atau instansi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.
tertinggi, ditentukan oleh orang itu sendiri, standar melampaui yang diminta atau
diharapkan orang lain, sedangkan Rivai (2012: 98) mendefinisikan kinerja sebagai
Menurut PPNI (2001) dikutip dari Nursalam (2013: 117) kinerja profesi
keperawatan dinilai tidak hanya berdasarkan konsep keilmuan yang dimiliki tetapi
juga berdasarkan hasil pelayanan yang diberikan kepada pasien. Pelayanan prima
dan medis gawat darurat tetapi juga stabilitas empati dan emosional.
perawat dalam melaksanakan tugas, pekerjaan sesuai dengan standar dan kriteria
teratur dan sistematis dalam membandingkan pencapaian hasil melalui tolak ukur
serta penyusunan saran-saran, sehingga dapat dilakukan pada setiap tahap dari
pelaksanaan program.
yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para pegawai secara rutin dan
dinilai. Secara rinci Soeprihanto (2001: 107) mengemukakan bahwa tujuan dari
3. Mendorong terciptanya timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
kepegawaian.
14
perawat dilakukan dengan tepat dan seksama akan dapat mengatur perilaku
perawat dalam meberikan pelayanan yang berkualitas tinggi. Menurut Depkes R.I.
(2008: 48) kinerja perawat dapat dinilai melalui kesesuaian asuhan keperawatan
operasional prosedur.
pulang setelah dirawat inap minimal selama tiga hari. Selain itu, disediakan
lembar khusus untuk kesan dan saran dari pasien atau keluarga dalam bentuk
Menurut Ilyas (2002) dikutip dari Adiwibowo (2010: 44) untuk mengetahui
terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis terdapat tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu: faktor individu, organisasi
Model teori kinerja oleh Gibson, et al. (2009: 355) dapat dijabarkan dalam
bagan berikut:
Variabel Individu Perilaku Individu Variabel Psikologis
1. Kemampuan dan (Apa yang 1. Persepsi
keterampilan Dikerjakan) 2. Sikap
(mental dan fisik). 3. Kepribadian
2. Latar belakang Kinerja 4. Belajar
a. Keluarga 5. Motivasi
b. Tingkat sosial
c. Pengalaman
3. Demografis
a. Keluarga
b. Tingkat sosial
Variabel Organisasi
c. Pengalaman
1. Sumber Daya
2. Kepemimpinan
3. Imbalan
4. Struktur
5. Desain Pekerjaan
yaitu:
variabel dependennya.
belajar, dan motivasi. Variabel ini sulit diukur, banyak dipengaruhi oleh
Organizational
Characteristics
1. Reward
System
2. Goal Setting
and MBO
3. Selection
4. Training and
Develompent
5. Leadership
6. Organization
Structure 1. Knowledge Work Job Organiza-
2. Skill Behaviours Performan- tional
3. Abilities ce
4. Motivations
5. Beliefs and Productivity Productivity Productivity
Values
6. Attitude
Work
Characteristics
1. Objective
performance
2. Objective
feedback
3. Judgemental
performance
Selain itu, model partner‒lawyer oleh Ivancevich, et al. (1994) dalam Rivai,
kepuasan kerja. Disimpulkan ada kinerja tiga hal yang paling berpengaruh, yaitu:
2009 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
kesehatan. Lebih lanjut dalam Kemenkes R.I., (2010: 13) pelayanan gawat darurat
1. Dokter
Menurut Kemenkes R.I. (2010: 13) IGD rumah sakit kelas A minimal
subspesialis siaga di tempat (on site) atau siaga dipanggil (on call), serta
dokter umum siaga di tempat (on site) selama 24 jam. Kualifikasi medik yaitu
2. Perawat
Basic Life Support (BLS), Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS), atau
dengan masalah ABCD untuk tindak lanjut terapi (Kemenkes R.I., 2010: 13).
daya manusia adalah tempat menyimpan daya, yaitu daya pikir atau daya cipta
manusia yang tersimpan dalam dirinya. Upaya menggali dan mendayakan sumber
daya manusia secara lebih terarah dan produktif, pemanfaatannya perlu dikelola,
semua unsur, seperti energi, bakat, keterampilan, kondisi fisik, dan mental untuk
jemen, berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan
laan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
tertentu.
Lebih lanjut, Umam (2012: 72) menjelaskan bahwa empat unsur dalam
pengelolaan dari sumber daya manusia baik secara umum maupun tim kesehatan
yaitu:
Pada tahap ini, instansi harus berpijak dari visi dan misi, kemudian
ngan harapan. Selanjutnya, kompetensi inti dan pendukung yang harus dimiliki
SDM dirancang agar lebih mudah dalam pengelolaannya (Umam 2012: 72).
yang saat ini telah dimiliki oleh SDM yang ada. Kemudian dibandingkan
sehingga peta kompetensi tadi dapat terisi dengan baik (Umam 2012: 72).
pemcapai tujuan, interaksi, perbedaan peran, inisiasi struktur, dan kombinasi dari
dua atau lebih dari hal-hal tersebut. Khuntia dan Suar (2004: 20) menyatakan
melibatkan orang lain, tidak meratanya distribusi kekuasaan antara pemimpin dan
komunikasi antara unit kerja, pelayanan di rumah sakit, dan pengeluaran rumah
sakit menjadi lebih efisien dan efektif. Pelayanan menjadi semakin terpadu,
seluruh rumah sakit sehingga memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien.
tingkat upaya dan kinerja para pengikut melampaui apa yang bisa dicapai.
sional memiliki visi, keahlian retorika, dan pengelolaan kesan positif, menggu-
semakin baik.
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Lebih lanjut, Yukl (2010: 320)
sung muncul rasa percaya, kagum, setia, dan penghormatan terhadap atasannya
serta pemecahan masalah secara cermat (Avolio & Bass, 2002: 83).
Pemimpin mengangkat
Pemimpin mempertinggi nuansa kebutuhan bawahan
probabilitas keberhasilan ke tingkat yang lebih tinggi
yang subjektif pada hierarki
Transformasional organisasi
Kondisi sekarang dari upaya Makin meningginya motivasi
yang diharapkan bawahan bawahan untuk mencapai hasil
dengan upaya tambahan
Bawahan menghasilkan
kinerja sebagaimana yang Bawahan mempersembahkan
diharapkan kinerja melebihi apa yang
diharapkan
2.2.4 Imbalan
Pengertian Imbalan menurut Arep dan Tanjung (2003: 74) adalah segala
sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas upaya-upaya kerja
imbalan biasa juga disebut dengan kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai
(2004: 445) menyebutkan bahwa sistem imbalan baik berupa finansial maupun
non finansial yang dikendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat
tekanan faktor-faktor pasar kerja, posisi rebut tawar kolektif, peraturan pemerintah,
imbalan internasional
merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai penukar dari kontribusi jasa
imbalan yang berbeda-beda sesuai dengan visi, misi, dan tujuannya. Menurut
1. Imbalan Finansial
pembelian saham.
2) Bayaran di luar jam kerja yaitu liburan, hari besar, cuti tahunan, dan cuti
hamil.
Alat motivasi yang umum diberikan oleh organisasi untuk mendorong dan
pengupahan umum.
Insentif lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi secara
umum pemberian yang bersifat non material disebut sebagai reward. Edi Sutrisno
dikaitkan langsung dengan kinerja dan gain sharing yang akibat peningkatan
senioritas atau jam kerja. Insentif dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja
pekerja. Program insentif dapat berupa insentif perorangan, insentif untuk seluruh
pegawai atas prestasi yang dilakukannya diluar dari sistem pengupahan pada
umumnya (gaji).
atas kinerja yang lebih yang diberikan oleh perawat pada organisasi diluar gaji
Cara dan system insentif dapat berhasil dengan baik apabila perusahaan
mampu melaksanakan sifat dasar dari insentif, seperti yang dikatakan oleh
dan efisiensi.
Schuter & Jackson (2006: 554) dan Ayuningtyas (2006: 90) pemberian
2004: 448).
2. Prinsip keadilan
terhadap upaya yang telah dilakukan, dan organisasi memperoleh hasil yang
114).
Waktu dan lama pemberian insentif diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
Selain itu, ketapatan waktu pemberian insentif akan memicu karyawan untuk
92).
spesifik. Sistem pemberian insentif tergantung pada kebijakan yang diambil oleh
peran melalui penentuan kegiatan yang harus ditempuh untuk mencapai visi, misi,
dari aktivitas dan hubungan antar subunit dari organisasi. Kemudian Robbins
dan rentan kendali dari suatu organisasi yang akan menentukan kegiatan dan
hubungan serta ruang lingkup tanggung jawab dan peran masing-masing individu.
30
Menurut Nurslam (2013: 129) saat ini struktur organisasi unit perawatan
sikan empat unsur, yakni standar, proses, pendidikan, dan sistem MAKP. Hal
•Nasional •Pengkajian
•Institusional •Perencanaan
•Intervensi
•Evaluasi
Standar Proses
Kebija- Kepera-
kan watan
Pendi-
dikan Sistem
Pasien MAKP
Sumber: Dikutip dari Rowland (1997) dikutip dari Nursalam (2013: 129).
31
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup dalam
setiap ship jaga, terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
profesional dan perawat pelaksana, disupervisi oleh ketua tim. Kelebihan metode
MAKP:
Kepala Ruangan
(customer departementalization)
4. Tanggung jawab, hal ini dimaksudkan agar setiap bagian dapat menjalankan
yang sehat.
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelayanan minimum dan
kesehatan;
pelayanan kesehatan;
kesehatan;
kesehatan.
e. Alat monitoring dan evaluasi bagi RSUD dalam pelaksanaan urusan wajib
bidang kesehatan.
dan teratur terhadap hasil pelaksanaan SPM RSUD. Dapat dilihat pada
No Indikator Standar
1. Kemampuan mengenai life saving anak 100%
dan dewasa
2. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam
3. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan 100%
yang bersertifikat yang masih berlaku
(ATLS, BTCLS, ACLS, PPGD)
4. Kesediaan tim penanggulangan bencana Satu tim
5. Waktu tanggap pelyanan dokter di unit ≤ 5 menit terlayani setelah
gawat darurat pasien datang
6. Kepuasan pelanggan ≥ 70%
7. Tidak adanya pasien yang dihruskan 100%
membayar uang muka
8. Kematian pasien ≤ 24 jam ≤ dua per seribu (pindah
kepelayanan rawat inap
setelah 8 jam)
9. Tidak ada pasien yang diharuskan 100%
membayar uang muka
Sumber: Direktorat Jendral Pelayanan medik, Depkes R.I. (2008: 6)
36
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit
kerja bersangkutan.
cara atau tahapan yang dibakukan serta harus dilalui untuk menyelesaikan
langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan
di seluruh unit kerja dapat terkendali dan berjalan sesuai ketentuan berlaku.
Dilihat dari fungsinya, menurut Potter dan Perry (2009: 118) SOP
berfungsi membentuk sistem kerja serta aliran kerja yang teratur, sistematis,
yang sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar satuan kerja.
organisasi.
gas/pegawai terkait.
sebagai suatu tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang
Nursing Association (PPNI, 2001) dalam Nursalam (2013: 94) sebagai berikut:
38
No Standar Uraian
1 2 3
1. Standar I Mengumpulkan data tentang status kesehatan
pasien.
2. Standar II Menetapkan diagnosa.
3. Standar III Mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk
setiap pasien.
4. Standar IV Mengembangkan rencana asuhan kekerawatan
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Standar V Mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan.
6. Standar VI Mengevaluasi perkembangan pasien dalam
mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan.
Sumber: Dikutip dari Nursalam (2013: 94).
yang dilakukan oleh seluruh perawat dalam melaksanakan tugas serta fungsinya.
darurat, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pasien dan keluarga pasien
mengemukakan bahwa rumah sakit adalah bagian integral dari satu instansi sosial
rumah sakit adalah suatu instansi melalui tenaga medis profesional terorganisir
39
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat meliputi kegiatan promotif,
bahwa rumah sakit merupakan bagian teramat penting dalam pemberi pelayanan
kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama, berfungsi sebagai pusat rujukan,
bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat keterampilan.
mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai
tujuan bersama (organization is the form of every human association for the
organisasi merupakan persekutuan antara dua orang atau lebih, bekerja bersama,
secara formal terikat dalam pencapaian tujuan telah ditentukan dalam ikatan,
terdiri dari atasan dan seorang atau sekelompok orang disebut bawahan.
dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan. Dwight Waldo dalam Syafie
dalamnya terjadi hubungan antar individu, kelompok, baik dalam maupun luar
publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai
tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah
sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.
serta governing body (badan otoritas tertinggi yang membina dan mengawasi
Kesehatan No. 340 Tahun 2010, rumah sakit tipe A dapat menjadi RS
c. Dua belas pelayanan medis spesialis lain (pelayanan medis spesialis THT,
mata, kulit kelamin, kedokteran jiwa,syaraf, gigi dan mulut, jantung, paru,
Kesehatan No. 340 Tahun 2010, rumah sakit tipe B dapat menjadi RS
Kesehatan No. 340 Tahun 2010 bahwa rumah sakit tipe C mempunyai fasilitas
Rumah sakit tipe B dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 Tahun
2010 dikutip dari Azwar (2010: 85) harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan umum dan paling sedikit dua pelayanan medis spesialis dasar
Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
resusitasi serta stabilisasi, selama 24 jam secara terus menerus, 7 hari dalam
seminggu (Kemenkes R.I., 2010: 13). Black (2009: 75) menjelaskan bahwa pasien
khusus atau pasien dengan penyakit yang telah diagnosis, dirujuk, dan dianggap
tempat penanganan dengan upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi
dasar (basic life support) dan bantuan hidup lanjutan (advance life support).
43
gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat (Emergency Unit) atau
yang berjaga.
Kegiatan yang menjadi tanggungan IGD oleh Flynn (1962) dalam Azwar
Menurut Kemenkes R.I. (2010: 13) lingkup pelayanan IGD antara lain:
High care Unit (HCU), cito laboratorium, cito radiognostic, cito darah, dan cito
depo farmasi.
ratan lain (saluran kemih, prostat, pencernaan, obstetri dan ginekologi, dll).
ruang tindakan, ruang observasi, ruang khusus, dan ruang penunjang medis.
berikut:
masal.
2. Ruang tindakan meliputi ruang resusitasi bedah dan non bedah, ruang
3. Ruang khusus atau ruang plester, ruang untuk melakukan tindakan gips.
4. Ruang penunjang medis, ruang farmasi/obat, ruang linen steril, ruang alat
medis, ruang radiologi (jika diperlukan), laboratorium standar dan khusus (jika
Menurut Kemenkes R.I., (2010: 16) pasien yang masuk melalui IGD,
kegawatdaruratan, alur pasien harus diatur dengan baik terutama dalam ruangan
Berikut ini alur pelayanan IGD dalam Kemenkes R.I. (2010: 16):
didasarkan atas derajat cedera, jumlah anggota tubuh yang mengalami cedera,
membagi pasien dalam kelompok sesuai dengan simbol warna menjadi merah,
1. Emergency (Merah)
2009: 3).
stabil masuk ke ruang rawat inap. Pasien meninggal akan dikirim ke instalasi
2. Urgen (Kuning)
pada pasien tidak gawat tapi darurat atau tidak darurat tetapi gawat, misalnya
appendiksitis akut.
penanganan dengan segera misalnya luka lecet, luka memar, demam. Pasien
circullation, dan disability (Black, 2009: 1893), berikut ini penjabaran lebih lanjut:
1. Airway
dapat ditarik kesimpulan airway baik. Penilaian airway penderita tidak sadar
1893). Menurut Jevon dan Beverley (2007: 3) pengelolaan airway pasien tidak
ada cairan.
b. Menjaga jalan nafas secara manual, lidah pasien tidak sadar dihindarkan
48
tulang leher.
2. Breathing
pola pernapasan pasien belum tentu baik, sehingga perlu selalu dilakukan
berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang: airway baik, namun
dengan pemberian oksigen, yaitu dengan dua cara tergantung pada kondisi
pasien:
a. Melakukan pemberian oksigen bila pasien tidak sadar secara kanul hidung
(nasal canule).
3. Circullation
a. Melakukan perabaan denyut nadi pada lengan bawah atau di belakang ibu
b. Melakukan perabaan denyut nadi pada sisi samping dari jakun (nadi
karotis).
Pasien dengan gejala henti jantung dengan gejala syok berat akan
berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti nafas
4. Disabalility
Jevon dan Beverley (2007: 6) harus dilakukan pijat jantung luar yang
merupakan bagian dari Resusitasi Jantung Paru (RJP). RJP menghasilkan 25-
30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen tambahan mutlak
lain:
b. Panggil bantuan bila petugas sendiri, (tidak mulai RJP sebelum memanggil
bantuan).
e. Melakukan Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) bila tidak ada pulsasi.
dada penderita.