Oleh :
NISA DEWANTI
131814153005
BAB 1
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat (Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, 2009). Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh
menentukan kualitas pelayanan dari Rumah Sakit. Perawat merupakan profesi yang
keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang
dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dialami (Nursalam,2008). Namun, pada saat ini sering
penelitian Josua, dkk (2015) di Instalasi CVBC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado ditemukan bahwa ada 40 perawat pelaksana yang bekerja di instalasi CVBC
dan dari 100 Asuhan Keperawatan ada 55% Asuhan Keperawatan yang belum sesuai
pengkajian 10 berkas tidak terisi lengkap, diagnosa keperawatan 10 berkas tidak diisi
atau diisi namun belum lengkap dan tidak sesuai dengan ProblemEtiologi Sign and
Symtom (PES), lembar perencanaan ada 10 berkas tidak lengkap atau tidak diisi, dan
lembar integrasi yang berisi implementasi dan evaluasi ada 25 lembar yang tidak
Dokumentasi keperawatan yang dilakukan dapat sebagai bukti untuk tingkat kualitas
lengkap adalah informasi yang diterima rekam medis menjadi tidak tepat, tidak
akurat, dan tidak sah atau legal. Selain itu, ketidaklengkapan pengisian dokumen
mencapai tujuan (Wibowo dalam Hidayati dkk, 2017). Seberapa kuat motivasi yang
Hezberg ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu factor pemuas
(motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation dan
factor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation
(Robbins, dkk, 2007). Faktor pemuas atau intrinsic motivation terdiri atas prestasi
motivation terdiri dari uang/ gaji (money), kondisi pekerjaan (working condition),
hubungan dengan rekan kerja (relationship with peers), kebijakan dan administrasi
untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai
tujuan-tujuan. Goal setting theory didasarkan pada bukti yang berasumsi bahwa
sasaran (ide-ide masa depan, keadaan yang diinginkan) memainkan peran penting
dalam bertindak (Binberg dalam Mahennoko, 2011). Teori ini juga menjelasakan
bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat
diukur hasilnya dan sapat meningkatkan kinerja, yang diikuti kemampuan dan
berkomitmen pada tujuan (Robbins, dkk, 2007). Jika seorang individu berkomitmen
untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan
theory dan goal setting theory terhadap kinerja perawat dan pendokumentasian
dalam hal ini adalah rumah sakit untuk menentukan strategi terbaik dalam upaya
1.2.1 Tahap 1
kerja perawat?
perawat?
1.2.2 Tahap 2
1.3 Tujuan
higiene theory dan goal setting theory untuk meningkatkan kinerja perawat dalam
pendokumentasian keperawatan.
1. Tahap 1
perawat.
2. Tahap 2
mendesak agar diketahui salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perawat
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
1.5.2 Praktis
Manfaat yang didapatkan perawat dari penelitian ini yaitu berupa peningkatan
untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian ini juga dapat membantu pihak
rumah sakit dalam mengidentifikasi kinerja perawat dan upaya yang dapat dilakukan
keperawatan.
8
BAB 2
KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor pemuas
Prestasi (achievement)
Kemajuan (advancement)
Pekerjaan itu sendiri
(work it self)
Pengakuan (recognition)
Pertumbuhan (growth) Peningkatan kinerja
Goal Setting Theory perawat
Komitmen terhadap (pendokumentasian
tujuan keperawatan)
Faktor kesehatan
Gaji/ upah (money)
Kondisi pekerjaan
(working condition)
Hubungan dengan rekan
(relationship with peers)
Kebijakan admin
perusahaan (company
policy and
administration)
Keamanan (security)
Diukur
Tidak diukur
Frederick Hezberg ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu factor
pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic
motivation dan factor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau
9
menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi tinggi, dan
tidak perlu diawasi dengan ketat. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh
factor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi
kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkan
organisasi (Sondang, 2002). Faktor pemuas atau intrinsic motivation terdiri atas
motivation terdiri dari uang/ gaji (money), kondisi pekerjaan (working condition),
hubungan dengan rekan kerja (relationship with peers), kebijakan dan administrasi
untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai
tujuan-tujuan. Goal setting theory yaitu model individual yang menginginkan untuk
memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan-
hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja). Konsep dasar
teori ini adalah seseorang yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organiasi
kepadanya) akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini juga menyatakan bahwa
perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat
dipandang sebagai tujuan atau tingkat kerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika
seseorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan
tujuannya.
2.2 Hipotesis
2.2.1 Tahap 1
H1: 1. Ada pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,
perawat.
kinerja perawat.
2.2.2 Tahap 2
H1: Ada pengaruh model motivasi perawat terhadap kinerja perawat dalam
pendokumentasian keperawatan
11
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, dkk. (2017). Analisis Faktor Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja Sebagai
Mediasi. Jurnal Maksipreneur, vol. VII, ni. 1, pp. 18-30.