Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODEL MOTIVASI KERJA PERAWAT

BERDASARKAN MOTIVATOR-HIGIENE THEORY DAN GOAL SETTING


THEORY TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM
PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN

Oleh :

NISA DEWANTI
131814153005

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat (Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, 2009). Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator dalam

menentukan kualitas pelayanan dari Rumah Sakit. Perawat merupakan profesi yang

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, dimana salah satu aspek

terpenting dari kinerjanya adalah pendokumentasian asuhan keperawatan. Kinerja

perawat dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

karakteristik organisai (kepemimpinan), karakteristik individu (motivasi), dan

karakteristik pekerjaan (beban kerja) (Nursalam, 2015).

Pendokumentasian merupakan hal yang penting karena pelayanan

keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang

dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai

kemungkinan masalah yang dialami (Nursalam,2008). Namun, pada saat ini sering

ditemukan ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan

penelitian Josua, dkk (2015) di Instalasi CVBC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado ditemukan bahwa ada 40 perawat pelaksana yang bekerja di instalasi CVBC

dan dari 100 Asuhan Keperawatan ada 55% Asuhan Keperawatan yang belum sesuai

dengan syarat pendokumentasian askep yang benar dengan kelengkapan pengisian


3

pengkajian 10 berkas tidak terisi lengkap, diagnosa keperawatan 10 berkas tidak diisi

atau diisi namun belum lengkap dan tidak sesuai dengan ProblemEtiologi Sign and

Symtom (PES), lembar perencanaan ada 10 berkas tidak lengkap atau tidak diisi, dan

lembar integrasi yang berisi implementasi dan evaluasi ada 25 lembar yang tidak

dilengkapi. Kemudian di RS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pendokumentasian

asuhan keperawatan tidak lengkap sebanyak 70,5% (Nuryani, 2014).

Tujuan pendokumentasian menurut Wahid dan Suprapto (2012) adalah a)

mengidentifikasi status kesehatan, merencanakan, melaksanakan tindakan dan

mengevaluasi tindakan, b) dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.

Dokumentasi keperawatan yang dilakukan dapat sebagai bukti untuk tingkat kualitas

asuhan keperawatan. Pembuatan dokumentasi yang tidak lengkap dapat menunjukkan

pekerjaan perawat dapat dinilai tidak sesuai (Dinarti,2009).

Akibat pengisian dokumentasi asuhan keperawatan diruangan yang tidak

lengkap adalah informasi yang diterima rekam medis menjadi tidak tepat, tidak

akurat, dan tidak sah atau legal. Selain itu, ketidaklengkapan pengisian dokumen

asuhan keperawatan rekam medis dapat mempengaruhi terhadap kegunaan rekam

medis seperti administrasi, hukum, keuangan, penelitian, pendidikan, dan

dokumentasi (Nuryani, 2014).

Beberap a faktor dapat menjadi penyebab dari kurangnya kinerja perawat

khususnya dalam pendokumentasian keperawatan. Salah satu faktor utama yang

mempengaruhi kinerja perawat adalah motivasinya dalam melakukan pekerjaan.

Motivasi adalah dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia dalam

mencapai tujuan (Wibowo dalam Hidayati dkk, 2017). Seberapa kuat motivasi yang

dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang

ditampilkannya. Berdasarkan motivator-higiene theory yang dikemukakan Frederick


4

Hezberg ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu factor pemuas

(motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation dan

factor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation

(Robbins, dkk, 2007). Faktor pemuas atau intrinsic motivation terdiri atas prestasi

(achievement), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (work it self),

pengakuan (recognition), dan pertumbuhan (growth). Faktor kesehatan atau ekstrinsic

motivation terdiri dari uang/ gaji (money), kondisi pekerjaan (working condition),

hubungan dengan rekan kerja (relationship with peers), kebijakan dan administrasi

perusahaan (company policy and administration), dan keamanan (security).

Kinerja perawat juga dipengaruhi oleh seberapa besar individu menginginkan

untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai

tujuan-tujuan. Goal setting theory didasarkan pada bukti yang berasumsi bahwa

sasaran (ide-ide masa depan, keadaan yang diinginkan) memainkan peran penting

dalam bertindak (Binberg dalam Mahennoko, 2011). Teori ini juga menjelasakan

bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat

diukur hasilnya dan sapat meningkatkan kinerja, yang diikuti kemampuan dan

keterampilan kerja. Goal setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu

berkomitmen pada tujuan (Robbins, dkk, 2007). Jika seorang individu berkomitmen

untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan

mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengembangan model motivasi perawat berdasarkan motivator-higiene

theory dan goal setting theory terhadap kinerja perawat dan pendokumentasian

keperawatan”. Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyedia layanan yang


5

dalam hal ini adalah rumah sakit untuk menentukan strategi terbaik dalam upaya

meningkatkan kinerja perawat khususnya dalam hal pendokumentasian keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Tahap 1

1. Apakah ada pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu

sendiri, pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap komitmen terhadap tujuan

kerja perawat?

2. Apakah ada pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan, hubungan

dengan rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan) terhadap

komitmen terhadap tujuan kerja perawat?

3. Apakah ada pengaruh komitmen terhadap tujuan kerja perawat terhadap

peningkatan kinerja perawat?

4. Apakah ada pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu

sendiri, pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap peningkatan kinerja

perawat?

5. Apakah ada pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan, hubungan

dengan rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan) terhadap

peningkatan kinerja perawat?

1.2.2 Tahap 2

Apakah ada pengaruh model motivasi perawat terhadap kinerja

perawat dalam pendokumentasian keperawatan?


6

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menyusun sebuah model motivasi kerja perawat berdasarkan motivator-

higiene theory dan goal setting theory untuk meningkatkan kinerja perawat dalam

pendokumentasian keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Tahap 1

1) Menganalisis pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu

sendiri, pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap komitmen terhadap

tujuan kerja perawat.

2) Menganalisis pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan,

hubungan dengan rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan)

terhadap komitmen terhadap tujuan kerja perawat.

3) Menganalisis pengaruh komitmen terhadap tujuan kerja perawat

terhadap peningkatan kinerja perawat.

4) Menganalisis pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu

sendiri, pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap peningkatan kinerja

perawat.

5) Menganalisis pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan,

hubungan dengan rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan)

terhadap peningkatan kinerja perawat.

2. Tahap 2

Menganalisis pengaruh model motivasi perawat terhadap kinerja

perawat dalam pendokumentasian keperawatan.


7

1.4 Urgensi Penelitian

Penelitian tentang pengembangan model motivasi kerja perawat berdasarkan

motivator-higiene theory dan goal setting theory untuk meningkatkan kinerja

perawat dalam pendokumentasian keperawatan merupakan kepentingan yang

mendesak agar diketahui salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perawat

khususnya dalam pendokumentasian keperawatan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh motivasi kerja perawat

terhadap peningkatan kinerja perawat dalam pendokumentasian keperawatan sehingga

dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu manajemen keperawatan yang

berhubungan dengan kinerja perawat.

1.5.2 Praktis

Manfaat yang didapatkan perawat dari penelitian ini yaitu berupa peningkatan

pengetahuan dan keterampilan perawat untuk membangun motivasi dan komitmen

untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian ini juga dapat membantu pihak

rumah sakit dalam mengidentifikasi kinerja perawat dan upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kinerja perawat khususnya dalam pendokumentasian

keperawatan.
8

BAB 2

KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 Kerangka Konseptual

Faktor pemuas
Prestasi (achievement)
Kemajuan (advancement)
Pekerjaan itu sendiri
(work it self)
Pengakuan (recognition)
Pertumbuhan (growth) Peningkatan kinerja
Goal Setting Theory perawat
Komitmen terhadap (pendokumentasian
tujuan keperawatan)

Faktor kesehatan
Gaji/ upah (money)
Kondisi pekerjaan
(working condition)
Hubungan dengan rekan
(relationship with peers)
Kebijakan admin
perusahaan (company
policy and
administration)
Keamanan (security)

Diukur

Tidak diukur

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengembangan Model Motivasi Kerja


Perawat Berdasarkan Motivator-higiene Theory dan Goal
Setting Theory Terhadap Kinerja Perawat dalam
Pendokumentasian Keperawatan

Konsep diatas merujuk pada teori motivator-higiene theory yang dikemukakan

Frederick Hezberg ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu factor

pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic

motivation dan factor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau
9

ekstrinsic motivation (Notoadmojo dalam Hidayati dkk, 2017). Karyawan yang

terdorong secara intrinsic akan menyenangi pekerjaan yang memungkinkan

menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi tinggi, dan

tidak perlu diawasi dengan ketat. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh

factor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi

kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkan

organisasi (Sondang, 2002). Faktor pemuas atau intrinsic motivation terdiri atas

prestasi (achievement), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (work it self),

pengakuan (recognition), dan pertumbuhan (growth). Faktor kesehatan atau ekstrinsic

motivation terdiri dari uang/ gaji (money), kondisi pekerjaan (working condition),

hubungan dengan rekan kerja (relationship with peers), kebijakan dan administrasi

perusahaan (company policy and administration), dan keamanan (security).

Kinerja perawat juga dipengaruhi oleh seberapa besar individu menginginkan

untuk memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai

tujuan-tujuan. Goal setting theory yaitu model individual yang menginginkan untuk

memiliki tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan-

tujuan (Binberg dalam Mahennoko, 2011). Goal Setting theory menjelaskan

hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja). Konsep dasar

teori ini adalah seseorang yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organiasi

kepadanya) akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini juga menyatakan bahwa

perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat

dipandang sebagai tujuan atau tingkat kerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika

seseorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan

mepengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Dengan


10

menggunakan pendekatan Goal setting theory, kinerja karyawan diidentikan sebagai

tujuannya.

2.2 Hipotesis

2.2.1 Tahap 1

H1: 1. Ada pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,

pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap komitmen terhadap tujuan kerja

perawat.

2. Ada pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan, hubungan dengan

rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan) terhadap komitmen

terhadap tujuan kerja perawat.

3. Ada pengaruh komitmen terhadap tujuan kerja perawat terhadap

peningkatan kinerja perawat.

4. Ada pengaruh factor pemuas (prestasi, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,

pengakuan, dan pertumbuhan) terhadap peningkatan kinerja perawat.

5. Ada pengaruh factor kesehatan (gaji, kondisi pekerjaan, hubungan dengan

rekan, kebijakan admin perusahaan, dan keamanan) terhadap peningkatan

kinerja perawat.

2.2.2 Tahap 2

H1: Ada pengaruh model motivasi perawat terhadap kinerja perawat dalam

pendokumentasian keperawatan
11

DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, A, dkk. (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Hidayati, dkk. (2017). Analisis Faktor Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja Sebagai
Mediasi. Jurnal Maksipreneur, vol. VII, ni. 1, pp. 18-30.

Josua, dkk. (2015). Hubungan Perilaku Perawat dengan Pedokumentasian Asuhan


Keperawatan Dicardiovaskular and Brain Center RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E-journal Keperawatan, vol 3, no. 2, pp.1-9.

Mahennoko, Anandhika. (2011). Pengaruh motivasi kerja dan komitmen organisasi


terhadap kinerja pegawai bidang keuangan pada pemerintah daerh
Kabupaten Demak. Universitas Diponegoro. Tidak diterbitkan.
http://eprints.undip.ac.id

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (5th Ed). Jakarta: Salemba Medika.

Nuryani. (2014). Hubungan pengetahuan dengan kelengkapan dokumentasi asuhan


keperawatan di RSUD dr. Soekarjo kota Tasikmalaya. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, vol 3, no 1, pp. 5-9.

Robbins,dkk. (2007). Perilaku Organisasi. Salemba empat: Jakarta

Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. (2009). Undang-


Undang RI no.44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta:Jakarta.

Wahid, A & Suprapto, I. (2012). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.


Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai