NIM : A73219057
Manusia dan cinta kasih dalam kasus ini dapat di lihat dari bagaimana keluarga mereka telah
menyadari “keberadaan” mereka sehingga mampu menjemput tunawisma yang berada di
sepanjang trotoar. Kasus ini juga menjadi penderitaan bagi tunawisma karena sebelum para
keluarga meraka menjemput para Tunawisma ini harus menghadapi derita sepanjang hari di
trotoar dengan pokok kehidupan yang tidak layak. Papan sandang pangan yang seharusnya
dapat mereka rasakan menjadi suatu hal yang paling mereka inginkan. Ketidakmampuan
mereka untuk memiliki hunian yang layak, sekadar hanya sebagai tempat pelindungan dari
panas dan hujan tidak mereka sanggupi karena keterbatasan ekonomi yang mereka alami.
Sangat memungkinkan sekali jika mereka tidak memiliki pekerjaan tetap untuk bisa
mendirikan hunian yang nyaman. Dalam kasus ini yang di angkat oleh sumber berita
detik.com diketahui bahwa sebanyak 57 tunawisma yang berada di sepanjang GOR telah di
bawa oleh keluarga mereka masing masing, jika ada tunawisa yang tidak memiliki keluarga
maka dengan saran yang di ajukan satpol pp mereka tinggal di tempat teman terdekat mereka
yang mampu untuk menampung tunawisma. Dinas sosial menegaskan bahwa meraka telah
menulis sebuah surat pernyataan bahwa tidak akan lagi turun ke jalan sebagai tunawisma,
dengan bukti foto dan surat pernyataan maka diharapkan kedepannya para tunawisma ini
menjalani kehidupan yang lebih baik kedepannya. Meski saat ini masih terdapat 3 tunawisma
yang belum meninggalkan gor karena terkendala tiket kendaraan trasnportasi, mereka akan
diberi perhatian khusus agar dapat Kembali kedalam lingkup keluarga mereka masing
masing. Keadilan yang ada dalam kasus ini yaitu Ketika satpol pp menertibkan semua
tunawisma tak terkecuali anak yang dibawah umur, mereka mendapat perhatian khusus
kedepannya. Keadilan lain yang dapat di ambil dari kasus ini pemerintah “masih”
memperbolehkan ketiga tunawisma tinggal di GOR karena keterbatasan transportasi umum.
Rachel Vennya Bebas Dari Hukuman Penjara Karena Sopan, Netizen : Fix Duta
Karantina 2022
Deskriminasi yang terjadi dalam kasus diatas merupakan hal yang sangat tidak bisa di
lihat keadilannya. Yang pasti semua orang yang berhadapan dipersidangan dengan hakim
maka merekaakan menunjukan sikap se sopan mungkin dengan harapan mereka akan di
kurangi hukumannya. Namun sampai saat ini belum ada pembebasan hukuman karena
sopan selain dari kasus Rachel yang kabur dari karantina. Netizen Indonesia yang
mnedengar kasus ini di tiadakan karena sopan langsung membanding mbandingkan
dengan kasus seorang nenek yang di duga mencuri pohon dari lahan pemerintah, nenek
tersebut mencuri pohon hanya untuk bahan bakar memasaknya. Namun setelah di
persidangan nenek tersebut sampai turun dari kursi dan memohon pada hakim dengan
melkaukan jongkon dengan kedua tangan yang memohon. Hal tersebut lebih dari kata
sopan, dibandingkan kasus Rachel yang sangat riskan karena tidakmelakukan harantina.
Pelapisan social yang terjadi pada hukum di Indonesia harusnya di hapuskan pada kasus
diatas hanya karena tahta Rachel yang lebih dikenal dengan sebutan selebgram yang
dibandingkan dengan nenek yang tidak memiliki jabatan apapun dengan kasus yang tidak
seberat Rachel. Namun pada kasus nenek masih di lanjut sampai di tahan, berbeda
sebaliknya dengan Rachel.