Oleh :
1. Achmad Abi Sholih A. 12. Erlina Wulandari.
(E93219072) (C91219108)
2. Ach.Wahyu Zakaria. 13. Fakhri Ali Wahfiuddin.
(E03219002) (B92219095)
3. Annisah Salsabila. 14. Fauziyah Putri Irfani
(I03219010) (A73219057)
4. Alya Okta Nurjanah. 15. Ilmi Mufidah.
(D01219011) (D75219029)
5. Cut Raissa Farahiya. 16. Kika’Faqihuddin A.
(B91219093) (H75219026)
6. Daffa Ramadhan. 17. Mohammad Bagus H.
(C94219072) (C72219066)
7. Dewi Wulanita P. 18. Nabil Rahma W.
(C02219011) (B93219133)
8. Diah Ayu Anggraini 19. Nadhimatu Authoriyah.
(E03219007) (C95219053)
9. Drew Nourman M. 20. Noviya Kurniawati
(I02219011) (G73219048)
10. Elliya Nisa Fauzi 21. Nur Aini Maulidiyah
(B93219114) (E92219072)
11. Eni Mar'atul Konita 22. Nurul Afifah.
(D09219010) (G74219112)
1
23. One Thowimma. 24. Sifaun Nisa.
(H76219031) (A01219032)
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIP. 198905172015031006
1
PENGESAHAN LAPORAN KULIAH KERJA NYATA
Ketua LP2M UIN Sunan Ampel Kepala PPM UIN Sunan Ampel
2
KATA PENGANTAR
Shalawat dan salam kami limpahkan kepada Utusan Allah SWT Nabi
Muhammad SAW juga kepada keluarga, sahabat-sahabat, dan para ‘alim ulama, yang
telah membebaskan umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan dan kebaikan.
Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas KKN yang bertujuan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dan
mengharapkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang sebelumnya belum
pernah kami dapatkan diperkuliahan, dan berakhir bisa mempraktekannya ketika
berada di masyarakat.
Kami ucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang membantu dalam
proses KKN demi mendapat kelancaran, baik disaat terjun ke lapangan maupun di saat
penulisan laporan Kuliah Kerja Nyata ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya tersebut kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Akh. Muzakki, M. Ag., Grad.Dip.SEA., M. Phil., Ph.D. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.
2. Bapak Dr. Phil. Khoirun Niam selaku ketua LP2M UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Bapak Ikhsan Fatah Yasin, SHI, MH. selaku dosen Pembimbing Lapangan yang
telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi kami.
4. Bapak Agus Widodo, selaku Kepala Desa Banjaransari beserta jajarannya yang
telah memberikan sambutan terhangat dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil.
3
5. Seluruh warga Desa Banjaransari yang telah memberikan waktu dan keramahan
dalam menyambut kami.
6. Seluruh sahabat-sahabat KKN kelompok 134 dan semua sahabat-sahabat yang telah
membantu pelaksanaan KKN ini.
Apabila terdapat kesalahan dalam segi penulisan maupun isi dari penyusunan
laporan kami, itu semua murni karena kesalahan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama, demi
kemajuan dan kebaikan pelaksanaan proses pembelajaran ini.
Tim Penyusun
4
DAFTAR ISI
LEMBAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KULIAH KERJA NYATA ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB II : PROFIL DESA BANJARANSARI 1
A. Sejarah Desa Banjaransari 1
B. Letak Geografis Desa Banjaransari 2
C. Letak Demografi Desa Banjaransari 3
D. Keagamaan 5
E. Bidang Ekonomi 6
BAB II : PELAKSANAAN KKN ABCD 8
A. Metode ABCD 8
B. Pemetaan Aset 12
BAB III : TAHAP PELAKSANAAN KKN ABCD 20
A. Inkulturasi 20
B. Discovery 25
C. Design 26
D. Define (mendukung keterlaksanaan program) 26
E. Hasil Fasilitas Kepada Masyarakat 27
F. Evaluasi 27
BAB IV : PENUTUP 28
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
LAMPIRAN 30
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR TABEL
7
BAB I
PEMBUKAAN
PROFIL DESA BANJARANSARI
1
sampai dengan saat ini tahun 2020 yang menjadi Kepala Desa Banjarsari adalah
Bpk Drs H. Basarodidin.
Semenjak Pemerintahan Kepala Desa Banjarsari Bapak Drs H. Basaroddin
telah dilakukan berbagai mediasi dengan tokoh adat sesepuh desa dan tokoh
agama banjarsari dapat digali informasi asal - usul berdirinya desa banjarsari dan
adanya informasi tersebut akhirnya kepala desa banjarsari menetapkan setiap
tanggal 5 Desember merupakan hari jadi desa banjarsari dan sampai saat ini Desa
Banjarsari telah berumur 135 tahun.
GG
2
Keseluruhan luas wilayah geografis Desa Banjaransari yaitu sekitar 473,50
ha. Dengan rincian sebagai berikut :
No Usia Jumlah
3
1. 0-4 tahun 273 jiwa
4
Tabel 1 3 Jenis Pendidikan Masyarakat Desa Banjaransari
Tidak/belum
1. 180 179 359
sekolah
Usia 7 – 18 tahun
2. yang sedang 157 151 308
sekolah
Tamat
3. 572 761 1.333
SD/sederajat
Tamat
4. 454 315 769
SMA/sederajat
Tamat
5. 17 21 38
S-1/sederajat
D. Keagamaan
Masyarakat Desa Banjaransari terdapat 2 agama, diantaranya Islam dan
Kristen. Mayoritas warga Banjaransari beragama Islam dari jumlah seluruh warga
Desa Banjaransari yang berjumlah 2.802 jiwa beragama Islam. Beberapa rutinitas
keagamaan Desa Banjaransari diantaranya setiap kamis malam diadakan yasin,
tahlil, muslimat 2 minggu 1 kali, istighosah dsb. Pelaksanaan dilakukan baik di
Masjid, Musholla, maupun di rumah warga secara bergilir. Desa Banjaransari
hanya terdapat jenis organisasi NU (Nahdlatul Ulama).
5
Berikut tabel agama masyarakat Desa Banjaransari menurut data Desa sebagai
berikut :
Kristen 2 3 5
Jumlah 2.807
E. Bidang Ekonomi
Tabel 1 5 Jenis Pekerja/Profesi Masyarakat Desa Banjaransari
5. Peternak 5 13 18
6. Montir 0 2 2
7. Pedagang Keliling 10 5 15
8. Perangkat Desa 4 8 12
9. Tukang Jahit 4 0 4
6
10. Tukang Sumur 0 2 2
7
BAB II
PELAKSANAAN KKN ABCD
A. Metode ABCD
1. Pengertian ABCD
ABCD atau Asset Based Community Development adalah salah satu
pendekatan pengembangan masyarakat yang berpusat pada Aset1. Masyarakat
diapresiasikan sebagai jejaring potensi yang sangat luar biasa. Masyarakat
lahir, hidup, dan berkembang bersama-sama dengan alam sekitarnya sehingga
memiliki aset baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Banyak hal yang dimiliki
oleh masyarakat akan tetapi masyarakat tidak menyadari bahwa semua itu
adalah bagian dari asetnya2.
Dengan mengetahui kekuatan dan aset yang dimiliki serta agenda
perubahan yang dirumuskan bersama, melalui pendekatan ABCD masyarakat
difasilitasi untuk merumuskan agenda perubahan yang mereka anggap
penting. Perubahan menuju kepada upaya perbaikan yang dapat diwujudkan
ketika manusia dapat mencermati hal terbaik dalam diri masyarakat dan
mengoptimalkan hal baik tersebut untuk apapun yang ingin dicapainya.
ABCD merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan untuk menemukan
aset masyarakat setempat. Pemetaan ini adalah sebagian besar dari apa yang
dilakukan orang atas nama ABCD. Yang lebih penting dari ABCD adalah
praktik dan prinsip-prinsip untuk memobilisasi masyarakat setempat. ABCD
mempunyai rancangan dasar sekaligus prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi acuan pokok dan sekaligus karakteristik dan
distingsi pendekatan atau perbedaan dengan pendekataan yang lainnya.
Pendekatan ABCD adalah pendekatan yang semuanya mengarah kepada
konteks pemahaman dan internalisasi aset, potensi, kekuatan, dan
pemberdayagunaan secara mandiri dan maksimal.
1
G Aeby et al., “Research Article Abcd Model And Relational-Cultural Relational Cultural Theory As The
Foundation For Clinical Clinical- Community Practice 1 Victor” (2016).
2
Munich Personal And Repec Archive, “Munich Personal Repec Archive Interconnecting Theory A And
ABC Model Of Organizational Performance In Ntercon Nnecti Ng Th Heory A And ABC Mode El Of Orga
Anizat Tional Resea Arch Pe Erform Mance,” No. 78999 (2018): 1–13.
8
Asset Asset Based Community Development (ABCD) adalah metodologi
yang bertujuan untuk menggunakan kekuatan dalam masyarakat sebagai
sarana untuk pembangunan berkelanjutan3. Berikut langkah-langkah dalam
proses pembangunan masyarakat adalah:
1. Langkah pertama adalah menilai sumber daya dari masyarakat melalui
proses pemetaan (mapping) atau berbicara dengan warga untuk
menentukan apa saja jenis keterampilan dan pengalaman yang tersedia
atau yang ada di daerah tersebut.
2. Langkah kedua adalah mendukung masyarakat untuk menemukan potensi
yang telah dimiliki.
3. Langkah terakhir adalah menentukan bagaimana masyarakat dapat
bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Untuk itu, prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pendekatan ABCD
yaitu fokus pada aset yang dimiliki masyarakat, menganggap masyarakat
memiliki potensi (nobody has nothing), partisipasi, kemitraan, penyimpangan
positif, segala sesuatu berawal dari masyarakat, dan menuju sumber energi
(heliotropic). Selain itu ABCD juga memiliki beberapa tahapan yang harus
dilaksanakan sehingga terdapat perbedaan dengan pendekatan pengembangan
masyarakat yang lain. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
a. Discovery
b. Dream
c. Design
d. Define
3
P S Aithal and P M Suresh Kumar, “Cce Approach Through Abcd Analysis of ‘Theory a’ on
Organizational Performance,” International Journal of Current Research and Modern Education
(IJCRME) ISSN I, no. Ii (2016): 2455–5428
9
difahami, diinternalisasi, kemudian dapat dimobilisasi oleh masyarakat
tersebut dalam kerangka untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan
semua elemen komunitas dalam masyarakat. Prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat berbasis aset (ABCD) berikut ini :
a. Setengah terisi lebih berarti (Half full and half empty)
Bahwa program pengabdian masyarakat berbasis aset adalah merubah
cara pandang komunitas terhadap dirinya. Pada tahap ini lebih fokus
terhadap aset, ABCD ini lebih berfokus pada bagian gelas yang terisi 4.
Pada bagian yang terisi tersebut dapat berupa kekuatan, kapasitas, dan aset
komunitas, beberapa komunitas tidak fokus dengan aset yang dimilikinya.
Macam-macam aset yang sering dijumpai yaitu cerita hidup, pengetahuan,
pengalaman, inovasi, kemampuan individu, aset fisik, sumber daya alam,
sumber finansial, budaya (termasuk tradisi lokal), perkumpulan, dan
kelompok kerja (PKK, kelompok tani), institusi lokal (RT, RW, Lurah,
Camat).
b. Semua punya potensi (Nobody has nothing)
Dalam konteks ABCD pada tahap ini, bahwa semua manusia tersebut
mempunyai potensi kelebihan masing-masing yang sudah terbentuk dari
lahir5.
c. Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Partisipasi yaitu peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan baik dalam bentuk kegiatan dengan memberi
masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan materi serta ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Partisipasi dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi vertikal, dan
partisipasi horizontal6. Partisipasi Vertikal adalah suatu bentuk kondisi
tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil
4
Agus Afandi, “Asset Based Community Development (ABCD),” Transforming Society (2018): 229–240.
5
Ibid.
6
Ibid.
10
bagian dalam suatu program pihak lainnya, baik dalam melakukan usaha
bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.
Partisipasi Horizontal adalah masyarakatnya tidak mustahil untuk
mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/kelompok masyarakat
berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang yang lainnya, baik
dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan
kegiatan dengan pihak lain.
d. Kemitraan (Partnership)
Partnership yaitu adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan “mitra” atau
“partner”7. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik
sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan atau non-
pemerintahan untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan
atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
Partnership memiliki beberapa macam prinsip yaitu prinsip saling
percaya, prinsip saling kesefahaman, prinsip saling menghormati, prinsip
kesetaraan, prinsip keterbukaan, prinsip bertanggung jawab bersama,
prinsip saling menguntungkan8. Dalam tahap partner ini mempunyai
langkah-langkah untuk membangun partnership yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan potensi kekuatan
2. Seleksi potensi kekuatan
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku-pelaku potensial
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama
mitra dalam upaya mencapai tujuan
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan,
tujuan dan tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan
sumber daya yang tersedia di masing-masing mitra kerja.
e. Penyimpangan positif (Positive deviance)
Positive Deviance (PD) ialah sebuah pendekatan terhadap perubahan
perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam
7
Aeby Et Al., “Research Article Abcd Model And Relational-Cultural Relational Cultural Theory As The
Foundation For Clinical Clinical- Community Practice 1 Victor.”
8
Nadhir Salahudin et al., Panduan KKN ABCD, 2015.
11
setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang
yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang
memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atau masalah
yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka.
f. Berawal dari masyarakat (Endogenous)
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep
inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan
pemberdayaan komunitas masyarakat berbasis aset kekuatan. Beberapa
konsep inti sebagai berikut:
1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan
2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh
3. Mengapresiasi cara pandang dunia
4. Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal.
g. Mengarah pada sumber energi (Heliotropic)
Heliotropic adalah istilah untuk menggambarkan proses
berkembangnya
tumbuhan yang condong mengarah
kepada sumber energi9. Energi
dalam pengembangan
komunitas bisa beragam,
diantaranya adalah mimpi besar yang
dimiliki oleh komunitas, proses
pengembangan yang
apresiatif, atau bisa juga
keberpihakan anggota komunitas yang
penuh totalitas dalam
pelaksanaan program.
B. Pemetaan Aset
1. Mapping (Denah Desa Banjaransari)
G
9
Ibid. G
12
Desa Banjaransari merupakan salah satu Desa dari 12 Desa yang ada di
Kecamatan Padas. Secara Geografis Desa Banjaransari termasuk wilayah yang
berada di daerah dataran rendah. Letak Desa Banjaransari berada dibagian
Timur dari kecamatan Padas.
Selain itu, Desa Banjaransari terletak sekitar 11 km dari kantor kecamatan
Padas. Desa Banjaransari ini sangat terjangkau dari tempat-tempat umum
seperti akses puskesmas, serta pasar. Pada Desa Banjaransari ini belum
dilewati kendaraan angkutan umum yang membantu kebutuhan masyarakat
setempat sehingga untuk beraktivitas sehari-hari masyarakat hanya
menggunakan kendaraan pribadi masing-masing.
2. Transect
Transect merupakan salah satu teknik yang paling efektif untuk
mengetahui aset fisik dan alam10. Transect dilakukan untuk mengetahui suatu
batas desa maupun dusun di wilayah tersebut. Selain itu, dengan melakukan
transect masyarakat juga mengetahui macam-macam vegetasi alam,
penggunaan lahan, jenis tanah, tanaman, manfaat, potensi, dan masalah yang
ada di wilayah tersebut. Berikut ini dapat dijelaskan contoh hasil penelusuran
wilayah (Transect) di desa Banjaransari:
TATA PEKARANGAN
GUNA DAN SAWAH TEGALAN JALAN
LAHAN PEMUKIMAN
10
Ibid.
13
- Jambu - Cabai
- Cabai - Kacang
Panjang
14
- Masyarakat
rukun/ guyub
3. Pemetaan Aset
a. Pemetaan Aset Individu
Untuk melakukan pemetaan individual aset antara lain metode yang
bisa digunakan yaitu kuesioner, interview, dan focus group discussion11.
Dalam hal ini untuk melakukan pemetaan individual aset antara lain
metode yang bisa digunakan yaitu kuesioner, interview, dan focus group
discussion. Dalam hal melaksanakan kegiatan pemetaan aset individu kami
menggunakan metode interview atau wawancara. Wawancara adalah tanya
jawab dengan seseorang (pejabat atau sebagainya) yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat
dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar
televisi. Wawancara merupakan alat untuk mengumpulkan data sosial
berupa informasi tentang objek penelitian dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal-hal yang diteliti. Data atau informasi tersebut berupa
tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, serta hasil pemikiran dan
pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan
sehubungan dengan masalah penelitian. Selain itu, metode wawancara
yang kami lakukan adalah wawancara secara langsung. Oleh karena itu,
informasi yang kami dapat dari informan (masyarakat Banjaransari) adalah
informasi yang penting untuk digali.
Berikut hasil pemetaan aset individu melalui metode wawancara yang
terdapat di desa Banjaransari.
1) Petani
Pertemuan kami dengan para warga saat itu dapat disimpulkan bahwa
masing masing personal memiliki keterampilan dalam bercocok
tanam.Kemampuan ini didapat secara turun-temurun dari waktu ke
waktu.Sehingga masyarakat Banjaransari mayoritas adalah petani.Hal ini
11
Ibid.
15
dapat diketahui dari luasnya lahan pertanian yang terdapat di desa
Banjaransari dan didukung karena tanahnya yang subur.
2) Peternak
Masyarakat Banjaransari yang berprofesi sebagai peternak masih
minim. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat
berbagai jenis hewan yang dipelihara oleh masyarakat antara lain, kambing,
ayam, Bebek, dan ikan lele/gurame.
3) Wiraswasta
Wiraswasta adalah hasil penggabungan dari dua kata yaitu wira artinya
berani dan swasta artinya berdiri sendiri.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hal ini berkaitan dengan dunia bisnis terutama dalam mendirikan
usaha sendiri sehingga pelaku wiraswasta disebut sebagai
pengusaha.Kegiatan usaha mandiri yang terdapat di desa Banjaransari yang
termasuk ke dalam wiraswasta adalah pedagang seperti toko serba ada
(Toserba), warung makan, pengusaha nugget, pengusaha keripik, pengrajin
kayu dan sebagainya.
G G
b. Pemetaan Aset
Institusi
Institusi adalah
norma atau aturan
mengenai suatu
aktivitas
16
masyarakat yang khusus sifatnya mengikat dan relatif lama serta memiliki
ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai, aturan main, dan tujuan. Sedangkan
asset institusi dapat dikatakan suatu potensi yang dimiliki atau yang dapat
ditemukan pada lembaga atau sekumpulan organisasi.
1) Lembaga Pendidikan
Pendidikan merupakan hal penting dalam memajukan tingkat
sumber daya manusia (SDM) yang dapat berpengaruh dalam jangka
panjang dalam peningkatan perekonomian, dengan tingkat pendidikan
yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat
serta kemajuan suatu masyarakat, salah satunya dapat dilihat dari
aspek tinggi rendahnya pendidikan yang ada dalam masyarakat
tersebut.
Dengan adanya pendidikan akan mampu membawa masyarakat
yang berpendidikan dan berperilaku mulia. Pendidikan sangat
berperan dalam perkembangan dan kemajuan dalam suatu masyarakat.
Di desa Banjaransari ini, memiliki beberapa lembaga pendidikan
formal dan pendidikan non formal yaitu TPQ, Organisasi Bela Diri
dan Bimbingan Belajar (les) yang sudah tersebar di beberapa dusun.
Kegiatan non formal seperti TPQ tersebut dilakukan di Masjid
maupun rumah warga pada pukul 15.00 WIB yang dimana
pembelajaran itu berlangsung setiap hari kecuali hari Jum’at.
Sedangkan pelatihan bela diri berlangsung di halaman SDN
Banjaransari 2 yang dilakukan satu minggu sekali setiap malam
Minggu pukul 20.00-24.00 WIB. Kegiatan TPQ yang berada di Desa
Banjaransari sangat aktif bahkan jarang sekali melihat anak-anak TPQ
datang terlambat.
2) Lembaga Kesehatan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan. Kesehatan di Desa Banjaransari dapat
17
dikatakan sangat baik, kesehatan masyarakat juga dilihat dari
kepedulian masyarakat akan perlunya pengobatan ketika mengalami
sakit di antara anggota keluarga.
Sebagaimana warga Desa Banjaransari ini, kepedulian masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh posyandu
desa baik pengobatan pada lansia maupun balita, dapat membuktikan
bahwa masyarakat sudah peduli akan kesehatannya. Posyandu yang
telah tersebar di setiap dusun ini memiliki kegiatan rutin yakni
imunisasi balita (seperti imunisasi Polio, DPT 1, BCG dan DBD).
Selain itu, ada pula pengobatan gratis untuk lansia yang dimana
telah dilakukan dekat-dekat ini dalam jangka waktu dalam 3 bulan.
Setiap hari Selasa dan Jum’at ada senam sore di balai desa untuk
warga dan terutama lansia desa Banjaransari yang dilakukan pada
pukul 15.00. Selain itu juga, ada program pemeriksaan gratis dan
mendatangkan dokter serta cek kesehatan mengenai cek darah, kadar
gula, dan pemberian obat bagi lansia yang sedang sakit dan diadakan
pada pukul 09.00 sampai pasien lansia selesai.
Selanjutnya, kesadaran masyarakat akan kesehatan juga terlihat
dari penggunaan air di dalam keluarga (untuk minum maupun
kebutuhan cuci dan kakus). Kesadaran akan penggunaan air bersih
yang berasal dari PDAM. Sebagian besar warga baik dalam keluarga
menengah bawah maupun atas telah menggunakan air PDAM untuk
kebutuhan sehari-hari.
c. Pemetaan Aset Asosiasi
Asosiasi merupakan proses interaksi terbentuknya lembaga-lembaga
sosial. Manfaat asosiasi antara lain mengidentifikasi kapasitas suatu
organisasi. Pemetaan Asosiasi dan Institusi, cara mengamati Asosiasi dan
Institusi12. Asosiasi adalah proses interaksi yang mendasari terbentuknya
lembaga-lembaga sosial yang terbentuk faktor-faktor sebagai berikut :
kesadaran akan kondisi yang sama, adanya relasi sosial, dan orientasi pada
12
Rachma Dini, “Asset Based Communities Development : Pemberdayaan Perempuan Melalui
Usahatani Sayur Organik Pada Komunitas Brenjonk, Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto,” Material Safety Data Sheet 33, no. 1 (2022): 1–12,
18
tujuan yang telah ditentukan. Institusi adalah norma atau aturan mengenai
suatu aktivitas masyarakat yang khusus sifatnya mengikat dan relatif lama
serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai, aturan main, dan tujuan.
Aset asosiasi ada di desa Banjaransari antara lain perkumpulan ibu-ibu
PKK, kelompok ibu-ibu hadroh, ibu-ibu karawitan, kelompok tani,
kelompok yasinan setiap malam jum‟at dan karang taruna dll. Yang
memiliki tujuan yang sama untuk menyatukan kemampuan yang sama dan
menjadi sebuah ikon yang dapat dipertunjukkan kepada masyarakat yang
lain dalam bentuk kegiatan atau hasil karya.
d. Pemetaan Aset Fisik
Aset fisik ini merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas hidup
suatu komunitas, aset fisik terdiri dari sawah, jalan, bangunan,
infrastruktur dan sumber daya alam dalam masyarakat13. Dalam hal ini
keadaan bentang alam desa Banjaransari sebagian besar merupakan lahan
persawahan, ada juga waduk padas yang dimanfaatkan untuk wisata desa
ada pemancingan dan wisata edukasi. Halaman depan rumah warga
dimanfaatkan untuk menanam pohon mangga dan jambu air.
13
Ibid.
19
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN KKN ABCD
A. Inkulturasi
Desa Banjaransari memiliki berbagai macam potensi, mulai dari potensi alam
hingga potensi sumber daya manusia. Jika dilihat dari segi fisik atau tata letak
desa ini, maka yang muncul tentu saja pertanian. Sehingga secara umum bisa
dilihat bahwa penduduk Desa Banjaransari terikat dengan hal-hal yang
berhubungan dengan pertanian.
Kebudayaan atau kebiasaan masyarakat desa ini memiliki beberapa keterkaitan
dengan lokasi atau topografi desa. Mulai dari aktifitas sehari-hari hingga
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Meskipun mayoritas secara
umum masyarakat Desa Banjaransari memeluk Agama Islam. Namun, tak bisa di
pungkiri bahwa kebiasaan-kebiasaan atau budaya sekitar masih erat dengan tradisi
atau model kepercayaan masyarakat.
Hal tersebut jika dianalisis, dapat menjadi salah satu potensi desa. Tidak hanya
itu, berbagai macam hal yang ada di desa ini dapat menjadi potensi desa yang
nantinya akan menunjang kemajuan dan kesuksesan desa. Salah satunya aset
SDM yang tentu sangat berhubungan erat dengan potensi alam di desa ini.
1. Inkulturasi
Tahapan awal merupakan tahap inkulturasi. Dimana mahasiswa mulai
beradaptasi dan menyesuaikan diri. Dimana sebelum adanya penggalian data
hingga berkolaborasi dengan masyarakat, strategi awal yakni mulai dengan
perkenalan14. Mulai dengan berkunjung kerumah dari beberapa warga yang
ada di daerah tempat tinggal mahasiswa KKN 134 hingga berkunjung ke
rumah-rumah dusun lainnya. Mulai dari stakeholder dari beberapa organisasi
atau kelompok masyarakat hingga anggotanya.
Selain itu, pendekatan ini juga di upayakan atau bentuk usaha dari
mahasiswa untuk dapat menyatu dan bergabung menjadi satu dengan
masyarakat. Tentu saja dengan cara-cara mengikuti beberapa kegiatan yang
14
E. Dr Martasudjita, “Proses Inkulturasi Liturgi Di Indonesia,” Studia Philosophica et Theologica 10
(2010): 60.
20
memang menjadi rutinitas masyarakat sekitar. Kegiatan yang dihasilkan dari
proses ini yakni,
a. Kunjungan door to door
Kunjungan ini diperuntukkan di daerah atau wilayah sekitar tempat
basecamp. Tujuannya untuk menyambung tali silaturrahim dan
memperkenalkan adanya kegiatan KKN 134 di Desa Banjaransari. Selain itu,
juga menggali informasi desa dari berbagai macam sudut pandang.
G G
21
Kami mengikuti kegiatan ini pada jamaah muslimatan Dusun Banjar 2.
Kegiatan muslimatan ini dilakukan setiap hari Sabtu malam dan Kamis
malam. Dari kegiatan itu, kami berusaha untuk berkomunikasi dengan
masyarakat guna menunjukkan maksud dan tujuan kami di desa tersebut.
Selain itu, kami juga berharap dapat menjadi lebih akrab dengan masyarakat
Desa Banjaransari. Sehingga kami selaku pendatang dapat menjadi bagian
dari masyarakat desa sekitar.
c. Undangan Istighosah rutinan
Hal ini tidak jauh berbeda dari kegiatan diatas. Hanya saja kegiatan ini
dapat menunjukkan bahwa adanya mahasiswa KKN telah diketahui dan di
akui keberadaannya. Sehingga dari hal itu, dapat menjadi indikator sejauh
mana proses inkulturasi ini telah berjalan.
2. Penyambutan
Penyambutan mahasiswa KKN UINSA dilakukan oleh bapak camat
pada masing-masing kecamatan tempat dimana mereka ditempatkan untuk
KKN. KKN 134 disambut oleh bapak camat Padas. Kami melakukan
pembukaan bersama kelompok dari desa lain saat hari pertama atau
pemberangkatan dari kampus kami langsung menuju ke kantor kecamatan.
Dan Penyambutan juga dihadiri dari LP2M UINSA dan juga beberapa para
Dosen Pembimbing Lapangan KKN di kecamatan Padas.
3. Membantu kegiatan di balai Desa
Mahasiswa KKN 134 membantu kegiatan desa seperti Musyawarah
Desa, Stunting, Posyandu, pemberian PMT, dan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di balai desa. Kami membantu mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan untuk kegiatan. Keperluan yang dibutuhkan kami persiapkan
sebelum hari pelaksanaanya. Selain kami membantu mempersiapkan, kami
juga ikut serta dalam kegiatan hingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar
dan sukses.
4. Kunjungan ke gabungan kelompok tani
Di desa Banjaransari kelompok tani ini dinaungi oleh suatu instansi
yang disebut gapoktan. Kegiatan yang dilakukan diantaranya pemberian
22
pupuk, pemberian bibit, penanaman buah, perbaikan irigasi. Di gapoktan
sendiri juga terdapat koperasi dimana disini para petani bisa simpan pinjam.
5. Melakukan Diskusi bersama Perangkat Desa dan Pokja PKK
Mahasiswa KKN 134 melaksanakan Diskusi dengan masyarakat desa
Banjaransari yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat dan perwakilan dari
masing-masing dusun diantaranya ada Kepala Desa, Perangkat Desa, Kasun,
dan Pokja PKK yang bertempat di pendopo kantor desa Banjaransari. Acara
tersebut berlangsung pada hari Senin tanggal 1 Agustus 2022.
Dalam Diskusi tersebut KKN 134 menyampaikan aset-aset yang ada di
desa, diantaranya sampah, kerajinan tangan, ukiran kayu jati. Berdasarkan
diskusi bersama masyarakat, kita mendapatkan aset yang akan kita
kembangkan bersama-sama yaitu sampah. Dari aset sampah yang sudah kita
sepakati, kita akan membuat Bank Sampah yang berasal dari sampah warga di
Desa Banjaransari.
6. Pendidikan
a. Pembinaan TPQ
Mahasiswa KKN 134 melakukan kunjungan ke beberapa TPQ di
desa Banjaransari setelah melihat keadaan beberapa TPQ di desa
Banjaransari, KKN 134 membantu melakukan pembinaan di TPQ yang
kurang akan pengajarnya. Pembinaan TPQ ini dilakukan di dua Dusun
Desa Banjaransari, yaitu Dusun Barahan dan Dusun Brangkal. Kegiatan
pembinaan TPQ ini rutin dilakukan setiap hari.
b. Pendampingan SD
KKN 134 selain melakukan pembinaan di TPQ juga melakukan
pendampingan di SD Banjaransari, tepatnya di SDN 02 Banjaransari.
Pendampingan ini juga dilakukan setiap hari, selain dilakukan
pendampingan di dalam kelas juga dilakukan pendampingan di luar
kelas, seperti pelatihan banjari berencana untuk mengajar di Sekolah
Dasar. Namun karena keterbatasan waktu dan anggota, maka kegiatan
ini hanya dirancang selama 3 minggu. Meskipun terkesan sebentar,
namun kegiatan ini berhasil ditaklukkan, dan kepercayaan pihak
sekolah terhadap KKN 134 pun terbentuk. Hal ini ditandai dengan
23
respon dari guru-guru yang menginginkan KKN 134 mengajar di kelas-
kelas lain yang seharusnya bukan jatah dari mahasiswa KKN 134.
Tidak hanya mengajar di SD, mahasiswa KKN 134 juga
melakukan pengajaran di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan TK
binaan Kelurahan Banjaransari. Pengenalan terhadap angka, huruf,
warna, dll. telah dilakukan. Tujuan kegiatan ini sama seperti kegiatan-
kegiatan sebelumnya, yakni memunculkan rasa kepercayaan
masyarakat, terutama di lingkungan kelurahan, PAUD, dan TK. Untuk
pengajaran di PAUD dan TK sendiri, mahasiswa KKN 134
mendapatkan berbagai macam pengalaman dan pelajaran. Mulai dari
semangat guru-guru disana yang memang bekerja dengan tanpa upah,
sampai dengan semangat anak-anak yang bersekolah disana.
7. Kesehatan
Mahasiswa KKN 34 juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu,
yang juga bertempat di rumah kepala dusun masing-masing. Banyak yang
dapat dipelajari dari kegiatan tersebut. Peneliti tidak hanya mengamati, namun
juga ikut menjalankan kegiatan tersebut, mulai dari menimbang balita,
mengukur tinggi badan, memberi vitamin. Keseriusan peneliti dalam
menjalankan kegiatan membuat kepercayaan masyarakat terhadap peneliti
sendiri meningkat. Hal ini menguntungkan bagi peneliti karena memang
tujuan utamanya adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
mahasiswa KKN.
a. Senam sore bersama ibu-ibu PKK dan lansia
Di desa Banjaransari ada kegiatan senam bersama dengan ibu-ibu
PKK dan lansia. Senam bersama dengan ibu-ibu PKK dilaksanakan di
balai desa Banjaransri setiap hari selasa dan jumat sore pukul 15.00
sampai selesai.
b. Posyandu
Disetiap dusun desa Banjaransari terdapat posyandu. Posyandu ini
terdiri dari posyandu balita dan lansia. Posyandu dilakukan di rumah
masing-masing kepala dusun. Di posyandu juga terdapat taman posyandu
yang diperuntukan untuk anak sebelum masuk paud. Dalam kegiatan
24
taman posyandu, peneliti tidak hanya mengamati tetapi juga ikut
memberi materi seperti mengenal anggota tubuh, bernyanyi,
menggambar, dan lain-lain.
B. Discovery
Tahapan ini, merupakan tahapan yang berusaha untuk menemukenali aset-
aset yang ada di Desa Banjaransari. Ada berbagai macam aset yang dapat kami
temukan melalui beberapa percakapan maupun forum-forum santai dan formal.
Forum-forum tersebut tentu saja diawali dengan forum-forum non formal.
Dimana lokasi percakapan hingga waktu yang memang tidak direncanakan
sebelumnya. Tahapan ini merupakan tahapan paling penting. Dimana tahapan ini
berusaha untuk menemukenali potensi yang ada di masyarakat. Sehingga
masyarakat dapat mengetahui masih banyak potensi yang belum maksimal di
Desa Banjaransari. Sehingga adanya pemaksimalan potensi tersebut perlu
dilakukan.
Dalam tahapan ini, aset-aset desa dapat ditemukenali mulai dari proses
sebelumnya yakni inkulturasi bersama masyarakat. Menemukenali potensi yang
ada di Desa Banjaransari ini, Salah satunya yakni dengan cara diskusi bersama
masyarakat. Dari hasil diskusi hingga potensi yang muncul. Masyarakat tentu saja
memiliki berbagai macam tantangan di berbagai macam sektor kehidupan.
Namun, secara mayoritas sektor pengolahan sampah menjadi sektor utama yang
diperhatikan.
Salah satu aset kelompok yang digandeng dan perlu didampingi yang sesuai
dengan tantangan yang ada di masyarakat yakni kelompok sampah. Dimana
kelompok ini pada dasarnya berfokus pada pengelolaan sampah dan pemanfaatan
sampah yang ada. Dari hasil perumusan bersama masyarakat minimnya
pengelolaan yang ada menjadi salah satu titik atau tantangan yang perlu segera
diatasi. Karena dari hasil analisa, potensi sumber daya fisik yang ada, dimasing-
masing rumah di Desa Banjaransari memiliki banyak masalah sampah.
Pemanfaatan sampah ini jika dikembangkan tentu saja menjadi salah satu
alternatif mulai dari peningkatan perekonomian hingga peningkatan skill dari
SDM yang ada.
25
Sebagaimana potensi yang ada, yakni banyaknya masalah sampah yang
minim pemanfaatannya dan masih belum maksimalnya kesadaran dari masalah
sampah yang ada, Maka dari itu menjadi fokus dari kegiatan yang akan
dirumuskan.
C. Design
Dalam tahap ini, merupakan perumusan strategi guna menuju harapan yang
diinginkan. Perumusan program, dirumuskan bersama-sama dengan masyarakat.
Dalam kegiatan perumusan ini yang terlibat langsung yakni mahasiswa dan
Kelompok, ibu-ibu PKK, seluruh lapisan warga yang terlibat langsung.
Proses pelaksanaan ini tidak menjadi masalah. Yakni “Pengembangan
Sumber Daya Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah dengan Metode
Pembentukan Bank Sampah”. Hal ini memiliki beberapa landasan mengapa
program tersebut terpilih. Pengembangan SDM ini merupakan hal yang paling
utama. Dimana SDM merupakan pelopor paling utama dalam mewujudkan
program ini. Dengan pengembangan SDM yang baik, dan dengan pengelolaan
yang baik pula maka hal ini dapat menunjang peningkatan perekonomian dan
peningkatan skill masyarakat.
Program ini ditujukan untuk pelestarian lingkungan desa Banjaransari.
Diwujudkan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dimana pemanfaatan ini
menjadi salah satu media atau program kelompok desa Banjaransari menuju
kebersamaan atau kesolidan kelompok. Kegiatan pengelolaan sampah ini, secara
teknis dirumuskan oleh masyarakat. Dimana masyarakat secara skill telah
mendapatkan pelatihan dari Dinas Lingkungan Hidup. Sehingga perumusan
teknis, tata cara, hingga penyelesaiannya dirumuskan seluruhnya oleh perangkat
desa. Dan partisipasinya dari seluruh Warga Desa Banjaransari.
26
Untuk pembimbingan mengenai program ini dilakukan sosialisasi, sehingga
kita mendapat ilmu tentang bank sampah kita juga langsung praktik mengenai
cara pelaksanaannya. Setelah acara selesai, warga membuat struktur organisasi
untuk bank sampah dan satu minggu selanjutnya adalah untuk praktek
pengembangan atau sosialisasi mengenai bank sampah
F. Evaluasi
Karena luasnya wilayah Desa Banjaransari, sehingga waktu sebulan untuk
mengkoordinasi seluruh elemen masyarakat yang ada sedikit kesulitan. Selain itu,
minimnya jumlah kaderisasi atau anak muda yang seharusnya menjadi penggerak
perubahan desa. Hal ini bisa dilihat dari beberapa organisasi yang ada di desa.
Evaluasi dalam kegiatan program, masih belum dapat terkondisikan mengenai
jobdesk dari masing-masing bidang yang dibutuhkan. Sehingga penanggung
jawab dari masing-masing bidang masih sering berpacu pada ketua atau
stakeholder yang ada.
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Banjarsari adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Padas
Kabupaten Ngawi.Desa Banjaransari merupakan Desa yang terdiri dari 4 Dusun dan
24 RT. Mayoritas penduduk Desa Banjarsari tersebut bermata pencaharian sebagai
petani dan membuat para masyarakat tidak begitu peduli terhadap lingkungan, karena
kesibukan yang menguras tenaga dan waktu.Sehingga masyarakat banyak yang
membuang sampah begitu saja.Untuk itu, mahasiswa KKN 134 mencoba untuk
mengembangkan asset yang ada dengan membuat metode ABCD dan penggunaan
bank sampah yang berasal dari sampah warga Desa Banjarsari,dengan adanya Bank
Sampah membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat desa akan
pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis.
Sebenarnya asset yang ada di Desa Banjarsari meliputi sampah, kerajinan tangan,
ukiran kayu jati, dan anyaman Berdasarkan saran bersama salah satu warga desa
pengrajin kerajinan tangan , kita mendapatkan aset yang akan kita kembangkan
bersama-sama yaitu sampah. Dari aset sampah yang sudah kita sepakati, kita akan
mengembangkan bank sampah desa Banjaransari.Dalam mendukung program tersebut
mahasiswa KKN 134 mengikuti salah satu studi banding bersama kader PKK desa
Banjaransari lalu mensosialisasikan terhadap warga desa.
Program ini berjalan dengan baik tentu mempunyai faktor pendukung yang
banyak,terutama bapak Kepala Desa Banjaransari beserta perangkat desa, Organisasi
Desa Banjaransari ,ibu-ibu PKK Desa Banjaransari dan segenap warga desa
Banjaransari mensukseskan program KKN 134 bersosialisasi “Pengolahan Sampah
dengan metode ABCD” yang bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup
B. Saran
Kelompok 134 dalam pelaksanaan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mendapatkan
banyak kesempatan untuk berkontribusi di masyarakat, dari hal yang termudah hingga
yang rumit, serta menghadapi banyak problematika sosial yang ada di dalam
masyarakat. Syukur Alhamdulillah kelompok KKN 134 selalu diberikan kemudahan
28
dan kelancaran dari segi sandang, papan, pangan serta aspek sosial yang ada di
masyarakat. Dukungan dari masyarakat Desa Banjaransari adalah penyemangat dalam
setiap program yang mahasiswa laksanakan, maka peneliti berharap KKN berikutnya
dapat lebih berbaur dengan masyarakat, lebih cepat mengenali aset-aset yang ada,
dengan memperluas zona inkulturasi, serta dapat lebih memberikan kontribusi pada
masyarakat secara menyeluruh mengingat luasnya Desa Banjaransari. Dengan adanya
program kerja yang dibuat oleh kelompok kami yakni Pengembangan Desa Bersih
Melalui Program Bank Sampah, kami mengharapkan periode selanjutnya mampu
menindak lanjuti hasil program kerja kelompok KKN sebelumnya, agar adanya
program kerja yang telah dilaksanakan mampu berkembang dengan baik di lingkungan
masyarakat desa Banjaransari sesuai dengan mimpi masyarakat untuk menjadikan
desa Banjaransari menjadi desa bersih..
29
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
30
Dokumentasi
31
Foto Bersama: Mahasiswa KKN 134 dengan DPL Bapak Fatah
32
Foto Bersama : Mahasiswa KKN 134 dengan Pengerajin Sampah Plastik
33
Foto Bersama : Mahasiswa KKN 134 mengikuti
Kegiatan Imunisasi Anak
34
Foto Bersama :Mahasiswa KKN 134 dan Ibu Kader PKK
melakukan studi banding Bank Sampah Induk Ngawi
35
DAFTAR PUSTAKA
Aeby, G, Jason Radosevich, Tracy Carpenter-aeby, and Carpenter Aeby. “Research
Article Abcd Model And Relational-Cultural Relational Cultural Theory As The
Foundation For Clinical Clinical- Community Practice 1 Victor” (2016).
Afandi, Agus. “Asset Based Community Development (ABCD).” Transforming
Society (2018): 229–240.
Aithal, P S, and P M Suresh Kumar. “Cce Approach Through Abcd Analysis of
‘Theory a’ on Organizational Performance.” International Journal of Current
Research and Modern Education (IJCRME) ISSN I, no. Ii (2016): 2455–5428.
Dini, Rachma. “Asset Based Communities Development : Pemberdayaan Perempuan
Melalui Usahatani Sayur Organik Pada Komunitas Brenjonk, Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.” Material Safety
Data Sheet 33, no. 1 (2022): 1–12.
Martasudjita, E. Dr. “Proses Inkulturasi Liturgi Di Indonesia.” Studia Philosophica et
Theologica 10 (2010): 60.
Personal, Munich, and Repec Archive. “Munich Personal RePEc Archive
Interconnecting Theory A and ABC Model of Organizational Performance In
Ntercon Nnecti Ng Th Heory A and ABC Mode El of Orga Anizat Tional Resea
Arch Pe Erform Mance,” no. 78999 (2018): 1–13.
Salahudin, Nadhir, Afida Safriani, Moh Ansori, Purwati Eni, Mohammad Hanafi,
Nabiela Naily, Advan Navis Zubaidi, et al. Panduan KKN ABCD, 2015.
36