Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.

2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

PREVALENSI PENYAKIT KECACINGAN DAN HUBUNGANNYA


DENGAN ANEMIA PADA ANAK SEKOLAH DASAR
YANG ADA DI KOTA MAKASSAR

Prawansa Amran
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Koresponden: amranprawansa67@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit kecacingan termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia karena penyakit tersebut akan mempengaruhi gizi, daya
kognitif dan produktifitas kerja. Dalam rangka Indonesia sehat 2020,
pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional, yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang sehat,
produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. Salah satu ciri bangsa yang
maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu
kehidupan yang tinggi pula. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan
masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit anemia dan kecacingan.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Prevalensi penyakit
kecacingan dan kejadian Anemia pada anak sekolah dasar serta menghubungkan
penyakit kecacingan dengan kejadian anemia. Penelitian yang dilakukan
merupakan observasi laboratorik yakni melakukan uji laboratorium untuk
mengetahui prevalensi penyakit kecacingan dan kejadian Anemia serta
hubungannya dengan Anemia pada anak Sekolah Dasar yang ada di Kota
Makassar. Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengatahui prevalensi Penyakit
kecacingan ditemukan Anak Sekolah yang ada di Kota Makassar mengalami
penyakit kecacingan adalah 18 siswa atau 18 %, Laki-Laki 8 % dan perempuan
105, sedangkan Prevalensi kejadian Anemia pada Anak Sekolah Dasar adalah 35
siswa atau 35 % , Laki-Laki 19 % dan perempuan 16 % data tersebut diperoleh
dari 100 siswa yang dijadikan sampling yang diambil dari 3 (tiga) lokasi Sekolah
Dasar yang ada di Kota Makassar. Semua Anemia yang ditemukan pada anak
sekolah dasar masih kategori anemia ringan. Penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan kasus kecacingan dan kejadian anemia di Makassar masih meningkat
berdasarkan laporan dari Riskesda yang melaporkan bahwa kejadian anemia
tahun 2013 sebesar 26,4 %. Kejadian Penyakit Kecacingan dengan Kejadian
Anemia dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan antara Penyakit
Kecacingan dengan Kejadian Anemia.

Kata Kunci: Prevalensi Kecacingan, Anemia

PENDAHULUAN sumber daya manusia karena penyakit


Pembangunan disektor kesehatan tersebut akan mempengaruhi gizi, daya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kognitif dan produktifitas kerja. Dalam
sumber daya manusia. Penyakit rangka Indonesia sehat 2020,
kecacingan termasuk salah satu faktor pembangunan kesehatan merupakan
yang dapat mempengaruhi kualitas bagian yang tidak terpisahkan dari
59
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

pembangunan Nasional, yang bertujuan umur penderita anemia berumur 5 – 14


untuk mewujudkan manusia yang tahun sebesar 26,4%, dan sebesar
sehat, produktif dan mempunyai daya 18,4% pada kelompok umur 15-24
saing yang tinggi. Salah satu ciri tahun.
bangsa yang maju adalah bangsa yang Faktor yang mempengaruhi
mempunyai derajat kesehatan yang tingginya prevalensi kecacingan juga
tinggi dengan mutu kehidupan yang mempengaruhi tingginya penyakit
tinggi pula. Anemia karena Indonesia terletak di
Di Indonesia masih banyak daerah tropik dimana hal ini
penyakit yang merupakan masalah merupakan tempat yang ideal bagi
kesehatan, salah satu diantaranya perkembangan telur cacing. Kurangnya
adalah Anemia, Kecacingan yang pengetahuan mengenai hygiene
disebabkan oleh Cacing Nematoda perorangan dan sanitasi lingkungan
usus khususnya pada anak-anak yang serta sosial ekonomi (Rampengan
ditularkan melalui tanah (Soil TH,1997).
Transmitted Helminth). Kecacingan ini Salah satu upaya pemerintah
dapat mengakibatkan penurunan Indonesia dalam menanggulangi
kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan penyakit dengan cara diadakan
produktifitas penderitanya karena dapat program pembangunan kesehatan yang
menyebabkan kekuranan karbohidrat diarahkan untuk meningkatkan kualitas
dan protein serta kehilangan darah, sumber daya manusia (SDM) serta
sehingga dapat disimpulkan bahwa hal kualitas kehidupan, terpadu dan
tersebut dapat menurunkan kualitas berkesinambungan, serta perbaikan
sumber daya manusia.(cermin dunia status gizi.
kedokteran no.124,1999) Namun kenyataan usaha tersebut
Anemia Merupakan salah satu belum memperlihatkan hasil yang
masalah kesehatan di seluruh Dunia maksimal, hal ini di karenakan masih
terutama negara berkembang yang ditemukan beberapa permasalahan
diperkirakan 30 % penduduk dunia akan kesehatan masyarakat. Salah
menderita anemia. Anemia banyak satunya penyakit yang disebabkan
terjadi pada masyarakat terutama pada parasit yaitu kecacingan. Ini terlihat
anak, remaja dan ibu hamil. Menurut masih tingginya prevalensi kecacingan
World Health Organization (WHO) yang terjadi di Indonesia.
tentang prevalensi anemia dunia Anak sebagai generasi penerus
berkisar 40-88%. Menurut Laporan adalah pewaris cita-cita perjuangan
Kemennterian Kesehatan RI 2013 bangsa yang merupakan sumber daya
Jumlah penduduk usia anak-anak manusia yang sangat penting dalam
sampai remaja (7 – 19 tahun) di mencapai keberhasilan pembangunan.
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri Untuk menjadi sumber daya manusia
dari 50,9% laki-laki dan 49,1% yang berkualitas maka pembinaan
Perempuan. Menurut Data Riskesdas sejak dini terhadap anak sangat
2013 prevalensi anemia di Indonesia penting, dan untuk mewujudkan semua
yaitu 21,7 % , dengan proporsi 20,6% ini, anak harus dituntut selalu sehat
di perkotaan dan 22,8% di pedesaan secara jasmani dan rohani.
serta 18,4% laki-laki dan 23,9% Dalam kesadaran tinggi dan
perempuan. Berdasarkan kelompok keadaan perekonomian yang stabil,

60
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Tentu tidak ada orang tua yang rela Sekolah Dasar yang ada di Kota
membiarkan anak-anaknya untuk Makassar. Tujuan penelitian adalah
terkena penyakit khususnya untuk mengetahui Prevalensi kejadian
Kecacingan yang dapat mempengaruhi penyakit kecacingan Pada anak
menderita Anemia sehingga dapat Sekolah Dasar yang ad di Kota
menurungkan kecerdasan anak. Anak Makassar, untuk mengetahui
biasanya tidak mengetahui pentingnya Prevalensi Kejadian Anemia Pada
kesehatan sehingga anak-anak tidak Anak Sekolah Dasar yang ada di Kota
menyadari bahwa tempat biasanya Makassar, untuk mengetahui apakah
bermain banyak sekali terdapat bibit ada hubungan Angka Kejadian
penyakit yang sewaktu-sewaktu Kecacingan dengan Angka Kejadian
menyerang dirinya dan segala aktivitas Anemia.
dengan tidak memperdulikan keadaan
disekitarnya. Kehidupan yang bebas METODE
yang dijalani oleh anak-anak tidak Jenis penelitian, waktu, dan tempat
dapat mengontrol dirinya, penelitian
Kecacingan sangat Jenis Penelitian ini merupakan
mempengaruhi terjadinya Anemia. survey untuk mengetahui prevalensi
Anemia adalah kumpulan gejala yang penyakit kecacingan dan anemia
ditandai dengan kulit dan membran dengan melakukan pemeriksaan feces
mukosa pucat, dan pada test dan Kadar hemoglobin secara
laboratorium didapatkan kadar Laboratorium. Penelitian dilaksanakan
hemoglobin, hematokrit (Hm), dan di Laboratorium Jurusan Anaalis
eritrosit kurang dari normal. Insidennya Kesehataan Poltekkes Kemenkes
30% pada setiap individu diseluruh Makassar bulan Juli 2017
dunia, prevalensinya terutama tinggi di Populasi dan Sampel
negara berkembang karena faktor Populasi dalam penelitian ini
defisiensi diet atau kehilangan darah adalah Sekolah Dasar yang ada di Kota
akibat infeksi parasit (Hardjoeno.H, Makassar. Sampel yang digunakan
2006). dalam penelitian ini adalah Anak
Anemia merupakan keadaan Sekolah dasar yang diambil darahnya
menurunnya kadar hemoglobin, dan Fecesnya yang dijadikan sebagai
hematokrit dan jumlah sel darah merah sampling penelitian sebanyak 100
di bawah nilai normal yang dipatok siswa
untuk perorangan (Arisman, 2008). Teknik Pengumpulan Data
Anemia sebagai keadaan dimana level a. Pemeriksaan Feces
hemoglobin rendah karena kondisi Alat dan bahan yang digunakan
patologis. Defisiensi Fe merupakan dalam penelitian ini adalah :
salah satu penyebab anemia, tetapi Objeck glass, Mikroskop, Lidi, Zat
bukanlah satu-satunya penyebab Warna. Prosedur kerja : Pertama-
anemia (Fatmah dalam FKM UI, pertama feces diambil dengan
2007). Berdasarkan uraian di atas maka menggunakan lidi yang telah
penulis ingin melakukan penelitian disiapkan dan diletakkan diatas
untuk mengetahui prevalensisi penyakit objeck glass yang terlebih dahulu
kecacingan, Anemia dan pada anak- ditetesi zat warna Eosin 2 %,
anak sekolah Dasar di beberapa selanjutnya dapat diperiksa secara

61
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

mikroskopis dengan pemebesaran Analisis Data


objektif 10 X dan 40 X. Analisis data dilakukan secara
Interpretasi Hasil : Positif (+) Jika deskriptif yang disajikan dalam
ditemukan telur cacing dalam bentuk prosentase dan
lapang pandang lebih dari satu memnghubungkan Kecadian
Dan Negatif (-) jika tidak kecacingan denga kejadian anemia
ditemukan telur cacing dalam den dinarasikan.
lapang pandang. Rumus :
b. Pemeriksaan Kadar haemoglobin 1. Persentasi Kejadian kecacingan
Disiapkan semua alat yang dan Anemia.
digunakan, kemudian alat Essy T
Touch di Tes terlebih dahulu Persentase =-----------x 100%
apakah alat tersebut siap untuk N
digunakan, Strep di masukkan Keterangan :
kedalam alat, dan alat akan T adalah Jumlah saampel
memperlihatkan gambar tetesan positif
darah (alat siap dugunakan), darah N adalah banyaknya sampel\
diambil dibagian kapiler, kemudian 2. Analisis Hubungan Kecacingan
darah yang dikeluarkan diisap dengan kejadian Anemia dengan
dengan menggunakan strip yang menggunakan Uji Chi-Square Test
sudah menempel pada alat Essy
Touch , selanjutnya waktu berjalan HASIL
dan dapat dilihat pada alat , dan Berdasarkan hasil penelitian
beberapa detik akan yang telah dilakukan dan diperoleh
memperlihatkan hasil kadar data hasil pemeriksaan feces, dan
Hemoglobin pada monitor pada alat Hasil Pemeriksaan Haemoglobin (Hb),
Interpretasi Hasil : data ini diperoleh dari 3 (tiga) Lokasi
Nilai Normal Hemoglobin adalah : SD yang diambil sebagai populasi dan
Perempuan : 12 – 16 g% dijadikan sebagai sampling Penelitian
Laki Laki : 14 – 18 g% sebanyak 100 siswa, dan dapat dilihat
Anak – Anak : 11,5 – 16 g% berikut ini.
Bayi Baru Lahir : 12 – 14 g%

Tabel 1.
Hasil Pemeriksaan Feces dan Pemeriksaan Haemoglobin
Jumlah Siswa Siswa (+)
Lokasi
Siswa Anemia Kecacingan
SD.1 49 18 12
SD.2 29 8 2
SD.3 22 9 4
Total 100 35 18

Berdasarkan data dari Tabel 1. 18 siswa, data ini diambil dari 3 (tiga)
ditemukan jumlah siswa yang lokasi Sekolah Dasar dengan jumlah
mengalami anemia 35 siswa dan siswa siswa sebanyak 100 siswa.
yang mengalami kecacingan sebanyak

62
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Tabel 2.
Prevalensi Kejadian Kecacingan dan Anemia pada Anak Sekolah Dasar yang ada
di Kota Makassar
Jenis Kelamin
Kejadian Prevalensi
Laki-Laki Perempuan
Kecacingan 18 % 8% 10 %
Anemia 35 % 19 % 16%

Prevalensi kejadian Kecacingan ditemukan Kecacingan 18 siswa (18


dan Kejadian Anemia yang ada %), laki-laki 8 % , perempuan 10 siswa
dikalangan Sekolah Dasar dari 3 (tiga) (10 %). Prevalensi Kejadian anemia 35
lokasi yang dijadikan sampling Siswa , Laki-laki 19 %, perempuan 16
penelitian berjumlah 100 siswa %.

Tabel 3.
Tabulasi Hubungan Kecacingan dengan Anemia
Jenis Anemia
Total
Kasus Tidak Ya
Tidak 59 21 80
Kecacingan
Ya 9 11 20
Total 68 32 100
kecacingan adalah 80 siswa, siswa
Dari tablel 3. menunjukkan bahwa yang terinfeksi cacing sebanyak 11
jumlah siswa yang tidak terinfeksi siswa tetapi tidak mengalami anemia
cacing sebanyak 59 siswa, tetapi 21 sebanyak 9 siswa sehingga totalnya 20
siswa yang anemia, sehingga total siswa yang mengalami kecacingan.
siswa yang tidak mengalami Total siswa keseluruhan 100 siswa.

Tabel 4.
Test Statistik : Uji Chi-Square
Pengaruh Kecacingan
terhadap Anemia
Chi- .014
Square
df 1
Sig (2-) .030

63
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Dari tabel di atas diperoleh nilai p-value = selanjutnya telur cacing akan masuk
.030, Karena p-value < α (0.03 < 0.05) kedalam usus dan menetas menjadi larva.
maka HO ditolak Jadi dapat disimpulkan Larva akan akan menginvasi aliran darah
bahwa ada hubungan kecacingan dengan dan mengalir bersama darah sampai ke
penyakit anemia. paru-paru sehingga dapat menimbulkan
refleksi batuk, dan larva akhirnya masuk
PEMBAHASAN kembali ke usus dan akan tinggal di usus
Kejadian Kecacingan masih banyak dan menjadi dewasa dan menghasilkan
ditemukan dikalangan anak-anak kurang lebih 200,000 telur per harinya dan
khususnya yang masih duduk dibangku menghisap darah 0,5 sampai 1 ml per
Sekolah Dasar masih rawang terinfeksi harinya untuk setiap ekor cacing dewasa.
cacingan, kita ketahui bahwa infeksi cacing Pada kasus kecacingan yang
pada anak-anak sangat berbahaya bagi ditemukan pada penelitian ini dengan
pertumbuhan anak itu sendiri. Cacing yang mengambilan sampling dari 3 (tiga) lokasi
banyak menginfeksi manusia adalah Sekolah Dasar yang ada di Kota Makassar
golongan cacing Nematoda Usus seperti ditemukan jumlah anak yang mengalami
Cacing Ascaris lumbricoides (cacing kecacingan berjumlah 18 siswa atau 18 % ,
Gelang), Cacing Tambang (Ancylostoma), laki-laki 8 % dan perempuan 10 % dari
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura), 100 jumlah siswa yang berumur 7 – 11
Cacing Kremi (Oxiuris vermicularis). tahun yang di jadikan sampling penelitian ,
Cacing tersebut ditas memiliki walaupun pemerintah telah melakukan
habitat yang berbeda, untuk Ascaris program pemberian obat cacing yang
lumbricoides hidup dalam usus halus, diberikan pada anak Sekolah Dasar yang
sehingga dapat merugikan karena ada di Kota Makassar, tetapi masih di
mengambil sari-sari makanan dalam usus, temukan Anak Sekolah Dasar yang
sehingga dapat menyebabkan kekurangan kecacingan, ini berarti masih ada anak atau
gizi sehingga akan berpengaruh pada orang tua yang belum memahami
kualitas hidup seseorang dan mengganggu pentingnya pencegahan dan pengobatan
produktifitas kerja. Pada kondisi anak-anak penyakit kecacingan, sehingga yang perlu
yang terinfeksi cacing tersebut akan diperhatikan oleh pemerinta tidak hanya
menyebabkan terganggunya prestasi memberikan obat tetapi perlu adanya
belajar karena pada keadaan kurang gizi penyuluhan untuk memberikan
maka dapat menyebabkan lesu pada anak, pemahaman pentingnya pencegahan dan
sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi pengobatan penyakit kecacingan
belajar disekolah. Berdasarkan sifat daric dikalangan anak Sekolah Dasar.
acing tersebut khususnya berdasarkan cara Sedangkan pada angka kejadian anemia
siklus hidup cacing di dalam tubuh dikalangan Anak Sekolah Dasar
manusia adalah Cacing dewasa dalam usus berdasarkan penelitian yang dilakukan juga
akan menghasilkan telur fertile dan dapat mengambil 3 (tiga) lokasi Sekolah Dasar
ditemukan dalam tinja penderita, yang ada di Kota Makassar bahwa kejadian
selanjutnya tinja kontak dengan tanah dan anemia yang ditemukan dikalangan Anak
akan terbawah oleh debu, kotoran masuk Sekolah Dasar yang ada di Kota Makassar
ke dalam tubuh melalui mulut bersama sebanyak 35 siswa , laki-laki 19 % dan
dengan makanan dan minuman, perempuan 16 % dari 100 siswa yang
64
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

berumur 7 – 11 tahun di jadikan sebagai 5. Pascaoperasi pengangkatan bagian


sampling penelitian sehingga prevalensi lambung yang dikenal sebagai
kejadian anemia di kalangan Anak Sekolah gastrektomi
Dasar adalah 35 %. Ini berarti masih ada 6. Infeksi cacing tambang atau
peningkatan berdasarkan laporan Nemastoda usus adalah Parasit yang
Riskesdas 2013 yang melaporkan kejadian hidup dalam usus halus manusia.
anemia sebesar 26.4%. Banyak orang yang terinfeksi cacing
Berdasarkan uji statistik dengan tambang dan tidak menyadarinya,
menguji secara Chi-Square Test untuk karena kondisi ini tidak memiliki
mengetahu apakah ada hubungan antara gejala yang signifikan . Cacing
Penyakit kecacingan dengan anemia dari tambang menyerap makanan dan darah
data diperoleh table Uji Chi-Square antara
kecacingan dengan penyakit anemia KESIMPULAN
dinyatakan ada hubungan kecacingan Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan penyakit anemia. Walaupun dilakukan untuk mengetahui Prevalensi
sebelum penelitian dilakukan pengobatan penyakit Kecacingan dan prevalensi
melalui pemberian obat cacing pada anak- Kejadian Anemia pada anak Sekolah Dasar
anak melalui Sekolah Dasar yang ada di dengan jumlah sampel 100 Siswa dari 3
Kota Makassar. (tiga) Sekolah Dasar yang ada di Kota
Jadi Anemia terjadi karena Makassar maka dapat disimpulkan :
kurangnya asupan zat besi dalam makanan 1. Prevalensi Penyakit Kecacingan pada
menjadi penyebab anemia nomor satu di anak SD sebanyak 18 % yang terdiri
Indonesia. Penderita anemia perlu dari Laki-Laki 8 % dan perempuan 10
meningkatkan jumlah konsumsi makanan %, umur 7 – 11 tahun
yang kaya akan zat besi dan membuat 2. Prevalensi Kejadian Anemia pada Anak
menu makanan yang memenuhi konsep SD sebanyak 35 % yang terdiri dari
pedoman gizi seimbang, makanan seperti Laki-Laki 19 % dan Perempuan 16 %,
bayam, tahu, brokoli, ikan dan daging umur 7 – 11
merah memiliki kandungan zat besi yang 3. Berdasarkan Uji Chi - squaret
tinggi. Malabsorpsi adalah kondisi ketika ditemukan ada hubungan penyakit
tubuh tidak bias menyerap nutrisi termasuk kecacingan dengan kejadian Anemia.
zat besi dari makanan yang dicerna tubuh.
Kondisi malabsorpsi juga bias DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan anemia defisiensi besi. Depkes, 2015 Pedoman Pengendalian
Malabsorpsi contohnya bias terjadi dalam Kecacngan. Diakses pada tanggal
kondisi berikut ini : 26 Juni 2015
1. Penderita penyakit Cellac atau Entjang I 2003. Mikrobiologi dan
Intoleransi terhadap gluten Parasitologi Untuk Akademi
2. Intoleransi usus terhadap bahan keperawatan, PT Citra
makanan tertentu seperti laktosa dalam Aditya Bakti, Bandung.
susu Gandahusada S, Ilahude H D,Pribadi W,
3. Penderita Penyakit Crohn 2000. Parasitologi Kedokteran,
4. Penderita colitis Ulseratif Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Edisi III.
65
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8, No.2, November 2017
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Garcia LS, 1996. Diagnosis Parasitologi Onggowaluyo JS, 2001. Parasitologi


Kedokteran, Penerbit Buku Medik I Helmintologi, EGC,
kedokteran EGC, Jakarta. Jakarta.
Http ; id wikipedie / wik i/ cacing Prianto,J,Tjahayu,Darwanto,1994.Atlas
kremi.6,2013. Parasitologi Kedokteran, ECG
Inge S,Is Suharsiah I,Pudji K S, Sungkar .Jakarta.
Saleha,2009. Parasitologi Politeknik kesehatan kementerian
Kedokteran, Jakarta, fakultas kesehatan Makassar.2013. Penuntun
Kedokteran Universitas Indonesia, Praktikum Parasitologi 1. Analis
Edisi IV. kesehatan Makassar.
Naim 2009,Identifikasi telur nematoda Rampengan, 1995. Penuntun Praktikum
usus pada anak balita penghuni Parasitologi Medik, Bhakti Wijaya
tempat penitipan anak masagena Kediri, AAK Depkes Surabaya.
Kota Makassar Prodi Analis Ompusunggu sahat, 1999.Cermin Dunia
Kesehatan Politehnik Kesehatan Kedokteran,Jakarta.
Makassa. Soedarto, 1995. Helmintologi Kedokteran,
Natadistra Djainuddin,Agus Ridad,2009. EGC, Jakarta
Parasitologi Kedokteran. penerbit Soedarto, 2008.Parasitologi Klinik,
buku kedokteran EGC,Jakarta. Airlangga university, Surabaya

66

Anda mungkin juga menyukai