Anda di halaman 1dari 7

ASPEK LEGAL DAN KODE ETIK DALAM PERAWATAN BENCANA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Bencana”

Disusun Oleh :

Kelompok: 4
1. Eko Agus Susanto Nim 18215253

2. Nur Afifah Nim 18215262

3. Nuraeni Nim 18215263

4. Serenia Desi Nim 18215266

5. Siti Solha Elmalia Nim 18215268

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Makalah teori KEPERAWATAN BENCANA

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
kami, penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini diantaranya
ucapan terima kasih kepada Dosen Pengajar Bapak Ahmad Zubairi. yang telah memberikan
tugas penting untuk berkembangnya pengetahuan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat konstruksi demi kemajuan dimasa yang akan datang. Kami
berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas kurang dan lebihnya makalah ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Tangerang, 19 November 2021


    

                           


Penyusun
A. PENDAHULUAN

Dalam undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, dikenal pengertian
dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik faktor alam atau
faktor non alam maupun faktor manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan hidup
secara berkelompok atau bermasyarakat dengan lingkungannya. Dalam bermasyarakat akan terjadi
suatu interaksi secara intens terhadap anggota masyarakat lainnya. Hal ini diperlukan suatu tatanan
dalam berperilaku agar tidak terjadi suatu benturan terhadap anggota masyarakat yang lain sehingga
mendapatkan suatu manfaat yang optimal. Tatanan yang dimaksud adalah etika.

Etika adalah ajaran tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik buruk yang di
terima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Aspek etik dan legal dalam
konteks keperawatan adalah merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana
seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain, selain
itu merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah, baik atau buruknya dalam berhubungan
dengan orang lain. Keperawatan telah mengembangkan kode etik dengan menggambarkan kondisi ideal
profesional. Kode etik mencerminkan prinsip etis yang secara luas dapat diterima anggota profesi.

B. LANDASAN ETIK/MORAL DALAM PERILAKU PERAWAT

 Otonomi

Otonomi maksudnya mandiri dan bersedia menanggung resiko dan bertanggung gugat
terhadap keputusan dan tindakan yang telah diambil. Otonomi juga dapat diartikan
penghargaan terhadap otonomi klien dalam mengambil keputusan jadi perawat juga harus
dapat menghargainya apa yang telah menjadi keputusannya.

 Beneficience (Berbuat Kebaikan)

Setiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien.

 Non Maleficence (Tidak Merugikan)

Dalam memberikan suatu tindakan atau keputusan tidak menimbulkan bahaya/cedera baik
secara fisik dan psikologis

 Juctice (Adil)

Berperilaku adil, tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasi klien, memperlakukan


berdasarkan keunikan klien, kebutuhan spiritual klien.

 Fidelity (Menepati Janji)


Dalam memberikan suatu pelayanan “caring”, selalu berusaha menepati janji, memberikan
harapan memadai, komitmen moral dan peduli, didalamnya ada confidenciality/kerahasiaan.

 Veracity (Kejujuran)

Bersifat jujur dan mengatakan berdasarkan suatu kebenaran, tidak berbohong termasuk
penyediaan data-data.

C. KODE ETIK PERAWAT DI INDONESIA

Kode etik keperawatan ini mengatur bagaimana seorang perawat dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

D. PERAN PERAWAT DALAM PRAKTIK

1. Perawat dapat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui belajar
terus-menerus

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disdertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien

3. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien

4. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengethuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien.

E. PERAN PERAWAT DALAM MASYARAKAT

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Hubungan perawat dengan teman sejawat


1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

Perawat dan profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja
yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi

F. EKSISTENSI PERAWAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan sesuai dengan pasal I butir 6 UU No.36 tahun 2009.
bahwa tenaga kesehatan adalah stiap orang yang mengabdikan diri dibidang kesehatan dan atau
memiliki keterampilan dalam bidang kesehatan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Kewenangan dimaksud adalah
diatur dalam pasal 23 UU No.23 Th.2009. Diantaranya adalah :

Berwenang menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan keahlian di bidangnya dan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ini wajib memiliki izin (dilarang mengutamakan kepentingan
yang bernilai materi).

G. IZIN PRAKTIK DAN REGISTRASI

Registrasi : praktik wajib memiliki STR. STR di keluarkan oleh konsil keperawatan. Pernyataan mematuhi
etika profesi yang berlaku 5 tahun dan dapat di registrasi ulang diatur oleh perkonsil.

Izin praktik : bentuk izin SIPP dikeluarkan oleh Pemda Kab/Kota berlaku hanya 1 tempat praktik, paling
banyak 2 tempat praktik mandiri harus pasang papan nama dan rekomendasi organisasi profesi

H. KEWENANGAN PERAWAT

Kewenangan perawat meliputi : pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan


implementasi (pelaksanaan prosedur, penkes dan konseling dan evaluasi keperawatan). perawat hanya
dapat memberikan obat bebas dan terbatas dan tindakan perawatan komplementer misal : akupuntur,
refleksiology, herbal medicine dll.

Perawat dapat melakukan diluar kewenangan perawat sesuai UU RI No. 38 Tahun 2014 Bab V pasal 35
tentang tugas dan wewenang bahwa : dalam keadaan gawat darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.

1. Pertolongan pertama sebagaimana di maksud pada ayat (I) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

2. Keadaan darurat sebagaimana di maksud pada ayat (I) merupakan keadaan yang mengancam nyawa
atau kecacatan klien

3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (I) ditetapkan oleh perawat sesuai dengan hasil
evaluasi berdasarkan keilmuannya.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana di maksud pada ayat (I) diatur dengan
Peraturan Menteri.
5. Adapun UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 32 ayat 1

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih
dahulu.

Pasal 32 ayat 2

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang
menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

I. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan akan selalu mendapat perlindungan hukum selama dalam memberikan tindakan :

Menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan, demi kepentingan terbaik pasien dan dalam melakukan
tindakan sesuai kemampuan yang dimiliki, ada aspek pembuktian kemampuan/keahlian.

J. ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN BENCANA

Hukum kesehatan adalah bagian dari hukum umum yang mengatur perilaku setiap anggota-anggota
profesi kesehatan, yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Aspek pidana, aspek
perdata, UU Kesehatan, UU Rumah sakit, dan aspek administrasi.

Manfaat hukum kesehatan

1. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

2. Memberikan kepastian dan perlingan hukum kepada pemakai jasa pelayanan kesehatan

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

4. Memantapkan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan

5. Mendorong perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan

Pertolongan dalam keadaan darurat

Keperawatan gawat darurat adalah bagian dari asuhan keperawatan yang berhadapan dengan pasien
yang berada dalam keadaan gawat darurat (emergensi, kriitis)

Asuhan keperawatan gawat darurat/emergensi lazimnya diselenggarakan di Unit Gawat Darurat

Tugas dan pelimpahan wewenang

Tugas dan pelimpahan wewenang harus secara tertulis agar jelas bentuk pelimpahannya apakah berupa
delegasi atau mandat.

Delegatif merupakan tugas yang diberikan kepada perawat profesi atau vokasi yang terlatih sesuai
dengan kompetensinya. Misal pasang infus atau menyuntik, hal ini secara hukum tanggung jawab
berpindah kepada penerima delegasi.

Mandat merupakan tindakan yang dikerjakan masih tetap dalam pengawasan pemberi mandat artinya
bentuk tanggung jawab masih tetap ada pada pemberi mandat. Misalkan dalam melakukan penjahitan
luka, pemberian terapi parenteral dan tugas-tugas yang diberikan oleh pemerintah.

K. JENIS WEWENANG

1. Atribusi

Wewenang yang diperoleh dari perundang-undangan


2. Delegasi

Wewenang yang diperoleh berdasarkan pelimpahan wewenang dari pihak lain yang mempunyai
wewenang atribusi. Ada pelepasan tanggung jawab dari pemberi wewenang

3. Mandat

Wewenang dilaksanakan oleh pihak lain dalam satu institusi. Tidak ada pelepasan tanggung jawab dari
pemberi wewenang.

4. Reanimasi

Wewnang manusia sebagai makhluk sosial yang harus saling tolong-menolong.

L. MALPRAKTIK

Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktik” mempunyai arti “pelaksanaan” atau
“tindakan” sehingga malpraktik berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”.

Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakana tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien,
yang lazim di pergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukran dilingkungan yang
sama.

WMA (world medical associations) adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan
terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau perbaikan perawatan pasien, yang menjadi
penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai