Artikel OSF
Artikel OSF
Pendahuluan
Keberlangsungan proses belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Baik itu yang datang dari dalam diri subjek belajar, dari luar diri subjek
belajar seperti metode belajar dan kurikulum.1 Kurikulum merupakan bagian terpe
nting yang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Tanpa kurikulum pendidi
kan akan berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hal ini berarti bahwa kurikulu
m yang telah ditetapkan oleh pemerintah bila terimplementasi dengan baik maka a
kan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik pula. Namun, di zaman modern i
ni standar yang diberlakukan dalam kurikulum 2013 sulit terimplementasikan kare
na berbagai faktor penghambat baik dari segi sarana dan prasarana, kualitas penga
jar, lokasi pendidikan yang berada ditempat yang tertinggal dan faktor penghamba
t lainnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan adanya berbagai faktor tantangan, b
aik secara internal maupun eksternal. Tantangan yang berkaitan dengan kondisi pe
ndidikan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, pr
oses, kompetensi kelulusan pendidik dan tenaga kependidikan, sarpas, pengelolaa
n, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Kemajuan teknologi, arus globalisasi, p
erkembangan pendidikan tigkat internasional, merupakan faktor eksternal lainnya
yang mempengaruhi perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu. Dalam kurik
ulum 2013 memiliki tiga aspek yang akan dinilai, yaitu knowledge, afektif, dan psi
komotorik2 Kita sebagai pelaku pendidikan tentu merasa gembira ketika tujuan kur
ikulum ini dapat terimplementasikan secara baik dan tepat sasaran. Namun, disisi l
ain ada banyak daerah yang masih kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013. N
TT menjadi saksi ketika banyak kegiatan pembelajaran dilakukan tidak pada temp
at yang tepat, mereka sering menggunakan balai desa untuk melaksanakan kegiata
1
Hendro H. siburian, Arif Wicaksono, Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama dan
Implementasinya Bagi PAK Masa Kini, Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, Vol.
2, No. 2, Desember 2019, 213.
2
https://pemerintah.net/kurikulum-2013/ Di akses Tanggal 17/03/ 2020, Jam 10.55.
1
n pembelajaran, ada juga yang menggunakan gedung sekolah lain dalam proses pe
mbelajaran, ada sekolah yang belum memiliki sarana danb prasara seperti listrik, k
omputer, ruang kelas yang layak dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kurikulum
2013 menjadi suatu solusi yang baik dan juga menjadi suatu sumber masalah ketik
a sekolah atau daerah-daerah tertentu mengalami persolan seperti yang sudah pen
ulis jelaskan di atas.
Rumusan Masalah
Pengertian kurikulum 2013?
Fungsi dan peranan Kurikulum pendidikan di zaman modern?
Apa yang menjadi halangan dalam penerapan kurikulum 2013?
3
Ibid., hlm 5.
2
tis, efektif, dan produktif, menawarkan banyak konten pengetahuan atau mata pela
jaran yang diajarkan atau ditransmisikan. Sedangkan Hass Lebih menitikberatkan
kurikulum sebagai rencana atau rancangan pendidikan yang berisikan program da
n pengalaman yang tersusun secara sistematis.4 Yang kemudian penulis melihat
bahwa kesimpulan dari pandangan Sukmadinata mengenai kurikulum sangatlah
tepat, karena ia menyoroti tiga bagian penting yang tidak penulis temukan pada
pandangan-pandangan parah ahli lainnya. ia berpendapat bahwaKurikulum dapat
dilihat dalam tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu (curriculum as a body of knowledg
e), sebagai sistem (curriculum as a system), dan sebagai rencana (Curriculum as a
plan).5
3
enggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu seba
gaimana yang diatur dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang SPN. Kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap pe
serta didik secara holistik. Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dita
gih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didi
k. Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengetah
ui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi
yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan wawasan kemanu
siaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Sedangkan kompetensi keterampil
an peserta didik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, me
nalar, serta berkemampuan berpikir, dan bertindak efektif, kreatif. Dan hal yang b
erikut adalah kompetensi sikap peserta didik yang meliputi menerima, menjalanka
n, menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara e
fektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya.8
Karena pentingnya pendidikan, maka kurikulum tentu didesain sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tentu tujuan pendidikan ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan khas, kondisi d
an potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Karakteristik Kurikulum b
isa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat men
goptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesiona
lisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian.
Kurikulum memungkinkan sekolah untuk meningkatkan pengajaran dengan
sendirinya dan itu adaptif dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Dalam k
egiatannya, guru dituntut untuk memilih strategi yang melibatkan peserta didik se
cara aktif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih aktif dalam mencari jawa
ban dengan manampilkan data-data yang bisa diperoleh melalui penelitian dan ke
giatan kelas lainnya semuanya bertujuan untuk meningkatkan cara berpikir peserta
didik dan mendorong peserta didik untuk dapat bersikap terampilan dalam menyel
esaikan masalah.9
8
Ibid., hlm 119.
9
Herman Zaini, karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), Jurnal Idaroh, Vol. 1, No. 1, Juni 2013. hlm 16.
4
Dari berbagai pengertian dan pandangan yang telah penulis tuliskan diatas d
apat memberikan gambaran bahwa untuk membentuk suatu kurikulum perlu mem
pertimbangkan banyak hal dan semuanya harus bertujuan untuk meningkatkan
prestasi pendidikan yang ada di bangsa ini. Karena tantangan dunia pendidikan
kedepan sangat kompleks, terlebih kalau penulis melihat perkembangan zaman
yang begitu luar biasa dengan di topang oleh perkembangan teknologi yang begitu
hebat. Bahkan dapat penulis katakan bahwa dunia teknologi saat ini dapat
menguasai kehidupan manusia, apabila tertinggal dalam bidang pendidikan dan
informatika.
5
dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.
4. Kurikulum 1968 - Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni.
5. Kurikulum 1975 - Kurikulum 1975 menekankan pendidikan lebih efektif dan
efisien. Yang di dalamnya terdapat metode, materi dan tujuan pengajaran
secara jelas.
6. Kurikulum 1984 - Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian
yang mana peserta didik dituntut untuk dapat mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994
merupakan hasil upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun tujuan ini menuai pro dan kontra
karena dinilai tidak berhasil karena kurikulum tersebut menjelma menjadi
kurikulum padat.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) - menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Dan sumber belajar berpusat
pada guru.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) - Pada
Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan
penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
10. Kurikulum 2013 - Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.
11. Kurikulum 2015 - Kurikulum tahun 2015 ini ternyata masih dalam tahap
penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun Ujian Nasional yang digelar
pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006 yaitu KTSP.
6
Karena, untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan
Kurikulum 2013 baru melaksanakan tiga semester.10
Dari kesebelas perubahan kurikulum ini, maka penulis menyimpulkan
bahwa perubahan kurikulum terjadi karena berbagai faktor terkait yang sangat
mempengaruhi harus adanya suatu perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan.
Faktor-faktor yang penulis amati adalah, faktor perkembangan jaman dan mugkin
saja faktor perkembangan ilmu pengetahuan. Karena tentu dengan adanya faktor-
faktor ini akan juga terlihat kekurangan dan kelebihan suatu kurikulum. Senada
dengan pandangan ini Anselmus JE Toenlioe ketika mengutip pandangan Pinar
yang mana memberikan pesan bahwa dalam pengembangan kurikulum,
diharapkan pengalaman-pengalaman lalu terkait dengan kurikulum dikaji untuk
diketahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya, kemudian dijadikan
acuan pengembangan kurikulum. Tentu saja dengan menghindari kelemahan-
kelemahan kurikulum masa lalu, dan memaksimalkan aplikasi kelebihan-
kelebihannya. Dengan demikian, akan dihasilkan kurikulum yang tidak
mengulang kesalahan masa lalu, dan menjanjikan perbaikan masa depan.11
Fungsi dan peran kurikulum dalam dunia pendidikan sudah menjadi suatu
bagian yang sangat penting dan sudah tidak bisa terpisahkan. Keberadaan
kurikulum dalam pendidikan sebagai suatu alat untuk membantu pencapaian
tujuan pendidikan nasional sehingga peranan dan fungsi ini adalah menjadi
profesional lebih penting dan upaya untuk mengelola kurikulum secara baik dan
profesional adalah tugas yang tidak sederhana yang dilakukan oleh pengembang
kurikulum. Tanpa kurikulum pendidikan akan berjalan tanpa arah dan tujuan yang
jelas, seperti orang linglung atau yang mabuk berjalan di tengah keramaian tanpa
jelas arah dan tujuan.
Ada beberapa kutipan yang coba diadopsi oleh Rino dalam menjelaskan
pentingnya peran dan fungsi kurikulum itu sendiri. hamalik mengatakan bahwa
setidaknya kurikulum memiliki tiga jenis peranan yang sangat penting yaitu:
1. Peranan konservatif – merupakan tugas lembaga pendidikan untuk mewariskan
nilai-nilai budaya masyarakat kepada generasi muda yaitu siswa.
10
https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-kurikulum-pendidikan-dari-
masa-ke-masa-150502x.html#, 25 Maret 2020.
11
Anselmus JE Toenlioe, Pengembangan Kurikulum Teori, Catatan Kritis, dan Panduan,
2017. (Bandung: PT Refika Aditama), hlm 20.
7
2. Peranan kreatif – sekolah dapat mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan
perkembang atau tuntutan zaman.
3. Peran kritis evaluatif – kurikulum berperan dalam menyeleksi dan
mempertahankan budaya untuk dimiliki oleh peserta didik.
Sedangkan Neil yang dikutip oleh Sanjaya mengklasifikasikan fungsi
kurikulum dilihat dari isi cakupannya pada empat fungsi utama:
1. Pendidikan umum – mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
dan warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
2. Suplementasi – alat pendidikan yang memberikan pelayanan kepada setiap
siswa yang beragam.
3. Eksplorasi – kurikulum harus menemukan dan mengembangkan minat dan
bakat dari semua peserta didik.
4. Keahlian – kurikulum berfungsi untuk mengembangkan keahlian anak sesuai
minat dan bakat siswa.
Dari semua penjelasan dan pandangan ini, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kurikulum merupakan bagian terpenting dalam nyawa
pendidikan. Atau dengan kata lain, kurikulum adalah jantungnya pendidikan itu
sendiri yang memegang peran dan fungsi yang sangat sentral dalam mengatur dan
mengontrol tujuan pelaksanaan pendidikan yang ada.12
12
Rino. Kurikulum,2017. (Bandung: ALFABETA), hlm 10.
8
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada
penjelasan pasal 35 dinyatakan bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Sebenarnya hal ini sejalan pula
dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis
pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.13
Hal lain juga yang menjadi penekanan dan perhatian dari kurikulum 2013
yakni, Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar, yang menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Kurikulum berbasis
karakter dan kompetensi diharapkan memecahkan berbagai persoalan bangsa,
khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik,
melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara
efektif, efisien dan berhasil. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif
ketika pemerintah (kemendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam
seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum
2013.14
Pengembangan dan perubahan kurikulum selalu menuai pro dan kontra yang
sering mengganggu dunia pendidikan. Banyak faktor yang sering menjadi
penghambat dalam pengembangan serta pengimplementasian kurikulum 2013
yang menarik perhatian dari berbagai pihak atau pelaku pendidikan seperti halnya
kurang tersedia fasilitas sekolah, tenaga pengajar yang minim pengetahuan, dan
lokasi pendidikan atau sekolah yang berada pada tempat terpencil. Oleh karena itu
sebelum melakukan pembenahan dan pemberlakukan suatu kurikulum alangkah
baiknya pihak pemerintah dan satuan pendidikaan perlu memahami perbedaan
kondisi antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan, atau tempat yang telah
13
IJCETS, Kendala Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Jawa Tengah dan Strategi
Penangannya,Vol. 5 No. 2. Februari 2017. hlm 67.
14
Titiek Rohanah Hidayati, Implementasi Pengembangan Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sma Negeri 4 Jember, Jurnal
Fenomena, Vol. 14 No. 1 April 2015. hlm 2-3.
9
mengalami kemajuan teknologi dan tempat yang tertinggal. Dari beberapa
masalah yang penulis sebutkan ini, adalah contoh khasus yang dapat dijumpai di
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT terdiri dari 22 Kabupaten/Kota
dengan jumlah penduduk yang ± 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa masih minim bahkan sangat asing
dengan yang namanya sekolah. Menjadi suatu konsep yang sudah turun-temurun
telah dianut oleh beberapa kelompok orang yang berada di NTT. Menurut
pandangan mereka, sekolah bukanlah suatu hal yang penting dan harus dipahami
oleh setiap orang atau setiap anak. Hal yang penting adalah ketika anda sebagai
anak mengalami keberhasilan dalam bidang pertanian, baik itu berkebun, maupun
yang menghabiskan waktunya sebagai seorang petani yang mahir dalam
mencocok tanam.
Adapun masalah pendidikan lainnya, dimana tidak semua daerah di NTT
sudah memiliki sekolah. Masih banyak proses pembelajaran dilaksanakan di
gedung sekolah tetapi bukan sekolah atau gedung mereka. Mereka masih
numpang di sekolah-sekolah lain, di gedung desa, gedung gereja dan tempat
lainnya guna mendapatkan ilmu. Ada juga masalah lainnya, dimana tersedia
gedung sekolah namun minimnya pendidik untuk membagikan ilmu pengetahuan.
Karena itu pendidikan yang diselenggarakan terkadang tidak berdasarkan
kurikulum, RPP, Silabus dan komponen-kompenen lain yang harusnya dimiliki
oleh sekolah maupun pendidik.
Salah satu penekanan dari kurikulum 2013 adalah memberikan ruang
seluas-luasnya untuk peserta didik dapat mencari tahu serta mengakses setiap
materi pembelajaran serta tugas sekolah mereka secara mandiri dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Namun persoalan yang dihadapi
oleh peserta didik dan pendidik adalah ketika sekolah itu berada ditempat
terpencil dan tidak memiliki akses internet karena tidaknya listrik. Dan setiap
terjadi perubahan kurikulum, guru adalah pihak yang paling terkena dampaknya.
Perubahan kurikulum berarti perubahan bahan ajar dan pendekatan yang
digunakan. Berarti guru harus membuat persiapan yang baru menyesuaikan
kurikulum yang berubah. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi dialami
10
para guru di berbagai belahan dunia. Penghalang lain yang mengakibatkan sulit
terimplementasinya kurikulum 2013 karena pendidik yang tidak pernah dibekali
dan di berikan latihan secara khusus berkaitan dengan pengembangan dan
perpindahan kurikulum 2013 ini. karena itu tidak heran banyak orang ketika
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran masih menggunakan sistem
pembelajaran KBK dan KTSP dan belum menerapkan kurikulum 2013. Ataupun
di terapkan belum dapat dikatakan maksimal karena kurangnya pembekalan itu
sendiri.
Guru selalu menjadi sorotan dalam pemberlakuan suatu kurikulum karena
mereka adalah pelaksana dari kurikulum. Guru perlu dibekali dengan pemahaman
yang benar tentang kurikulum 2013 itu sendiri. Pembekalan itu bisa berupa
pelatihan secara langsung oleh pemerintah dan dukungan langsung dari
pemerintah daerah serta satuan pendidikan agar dapat terealisasi pemberlakuan
kurikulum 2013 secara merata. Pemahaman yang dimiliki guru merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh guru dalam memahami sesuatu mengingat serta
mampu mengimplementasikannya. Ketika hal-hal ini tidak dikuasai dan
dimengerti oleh guru tentu akan mempengaruhi penerapan kurikulum.15
Hal yang sama juga terjadi di daerah lain seperti halnya yang terjadi di
wilayah Jawa Tengah, terutama pada beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah di wilayah utara dan selatan sesuai dengan kutipan artikel yang penulis
baca. Ada lima masalah yang menjadi faktor utama penghambat kurikulum 2013
tidak terimplementasi di daerah Jawa Tengah diantaranya:
15
Ema Rahma Melati, Potret Pemahaman Guru Sekolah Dasar Terhadap Kurikulum 2013
(Studi Kasus Di Sd Muhammadiyah 11 Semarang), Juni 2015. (Semarang: Universitas Negeri
Semarang), hlm 11.
11
lain juga yang menjadi masalah dalam penerapan kurikulum 2013 adalah
minimnya dokumen kurikulum, buku kurikulum 2013, sehingga ketika guru
mengajar tidak berlandaskan RPP, sebagian besar guru dalam persiapan
pembelajaran berbekal materi yang ada dalam buku siswa.
Dengan adanya masalah ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hal
yang perlu diperbaiki adalah mentalitas para guru, bukan perubahan kurikulum.
Guru juga perlu mengikuti pelatihan dengan benar, belajar dan menggali
informasi dari internet atau sumber lain yang lebih mengetahui kurikulum dan
yang membahasnya secara detail.
12
pengadaan buku juga semakin besar, bahkan ditambahkan peserta latihan yang
awalnya hanya pendidik, sekarang pelatihan tersebut melibatkan kepala-kepala
sekolah dan pengawas sekolah.
Pemerintah juga terus melebarkan sayapnya untuk pelatihan dapat
melibatkan orang tua peserta didik dan komite sekolah juga menjadi sasaran
berikutnya yang akan menerima sosialisasi kurikulum 2013 sehingga mereka juga
bisa memberikan dukungan dalam implementasi kurikulum baru ini. dan dalam
pendampingan pelatihan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya,
karena itu perlu pengawasan yang ekstra sehingga tidak ada lagi kasus-kasus
korupsi dalam pengadaan kebutuhan pendidikan dan pembiayaan pelatihan untuk
satuan pendidikan. Karena korupsi sudah sangat membudaya di bangsa Indonesia
yang harus diputuskan mata rantainya agar pendidikan di bangsa kita mengalami
kemajuan.
13
mengalami kesulitan dalam membuat skala penilaian 1-4 serta kesulitan dalam
menulis buku rapor.
Semua ini menjadi masalah yang sangat serius dan mengancam dunia
pendidikan, karena itu menurut hemat penulis baik guru maupun pendidik harus
mengubah perilaku mereka. Guru harus merubah pola pikir dalam pembelajaran,
bahwa siswalah yang harus aktif belajar dan pembelajaran harus menyenangkan
bagi siswa. Ketika semua ini berubah maka hambatan dalam pengimplementasian
kurikulum dapat teratasi dan kurikulum dapat diterapkan sebagai mana yang
direncanakan oleh pemerintah.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan temuan-temuan yang penulis teliti, dapat
peneliti simpulkan bahwa permasalahan kurikulum 2013 harus segera diselesaikan
terutama di beberapa daerah seperti yang telah penulis bahas dalam pembahasan
ini. Dari pembahasan ini penulis menemukan bahwa implementasi kurikulum
2013 belum berjalan dengan baik seperti yang sudah pernah di teliti jauh sebelum
penulis mengerjakan tugas yang membahas mengenai kurikukum 2013 ini.
Penulis juga akhirnya menemukan beberapa masalah utama mengapa sulit bagi
satuan pendidikan dalam hal mengimplementasikan kurikulum 2013 sebagai
berikut:
16
IJCETS, Kendala Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Jawa Tengah dan Strategi
Penangannya,Vol. 5 No. 2. Februari 2017. hlm 70-73.
14
Pertama, NTT masuk dalam daerah yang cukup tertinggal dalam berbagai
hal. Seperti halnya fasilitas sekolah yang minim, listrik yang belum menjangkau
sekolah-sekolah di desa-desa, kurangnya tenaga pendidik, bahkan tidak
tersedianya gedung sekolah yang permanen. Kedua, belum semua guru
memahami bagaimana melakukan proses pembelajaran yang dalam kurikulum
2013.
Ketiga, kurangnya dukungan pemerintah untuk sekolah-sekolah, hal itu
dilihat tidak adanya pelatihan atau sosialisasi tentang kurikulum 2013 secara baik
dan benar, dan minimnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah. Hal itu
makin di perparah dengan belum banyaknya warga sekolah yang mendapatkan
pelatihan kurikulum ini, kurang juga pengadaan buku, dan minim pengiriman atau
pengutusan para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah untuk mengikuti
pelatihan, serta dukungan sekolah yang sangat minim.
Dan yang terakhir penulis melihat bahwa tidak adanya kematangan
perencanaan dalam implementasi kurikulum 2013 sehingga menjadi faktor
penghambat. Tidak adanya kordinasi yang jelas, pemerintah yang juga sebagai
penanggungjawab terhadap implementasi kurikulum juga terlihat seperti tidak
berfungsi baik pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang ada di
Indonesia. Tidak adanya penentuan target yang harus terlaksanakan,
penganggaran, pengadaan sarana pendidikan, pelatihan, pendampingan dan
pelatihan, serta tidak adanya evaluasi keberhasilan dan kegagalannya kurikulum
2013.
Semua hal ini harus diperhatikan, karena menurut berita yang penulis baca
dan dengan ada wacana untuk merubah kurikulum 2013 ke kurikulum yang lain
dengan tujuan meningkatkan pendidikan di Indonesia. Penulis berharap ada
perhatian yang secara teliti oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sehingga perubahan kurikulum ini
tidak lagi berbauh politik namun benar-benar perencanaan dan perubahan
kurikulum membantu masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang
baik dan terstruktur.
Daftar Pustaka
Rino. Kurikulum, 2017. Bandung: ALFABETA.
15
Widyastono Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari
Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara.
Tim pengembangan MKDP kurikulum dan pembelajaran. 2011. Kurikulum dan P
embelajaran, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Siburian, Hendro H., Arif Wicaksono, Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama
dan Implementasinya Bagi PAK Masa Kini, Fidei: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika, Vol. 2, No. 2, Desember 2019.
Rohanah Titiek Hidayati, April 2015. Implementasi Pengembangan Kurikulum
2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
Sma Negeri 4 Jember, Jurnal Fenomena, Vol. 14 No. 1. Di akses Tanggal
30/03/ 2020, Jam 07.55.
Zaini Herman. Juni 2013. karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), Jurnal Idaroh, Vol. 1, No. 1, Di akses Tanggal
24/04/ 2020, Jam 08.10.
IJCETS, Februari 2017. Kendala Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Jawa
Tengah dan Strategi Penangannya,Vol. 5 No. 2. Di akses Tanggal 24/04/
2020, Jam 08.10.
16
17