Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.

H DENGAN STROKE NON


HEMORAGIK DI RUANG HCU RSUP FATMAWATI

Feriza Khairunnisa
¹Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Karya Husada Jakarta
² Gedung Atlanta Lt. 5 No. 28 Margonda Depok
Email:

ABSTRAK

Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Stroke non hemoragik
dapat disebabkan oleh trombus dan emboli. Stroke non hemoragik adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya sumbatan pada aliran darah di otak. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada salah satu pasien
dengan stroke non hemoragik yang di rawat di RSUP Fatmawati. Berdasarkan hasil analisa
didapatkan adanya gangguan menelan, kesulitan berbicara dan kelemahan pada otot. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus ini yaitu Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan infark jaringan otak, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular, hemiplegia dan resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan fisik.
Rencana keperawatan disusun 100% sesuai dengan teori, namun pelaksanaan yang dilakukan
pada pasien hanya 80% dari masing-masing perencanaan keperawatan dikarenakan keterbatasan
waktu. Pasien dengan stroke non hemoragik telah mendapatkan proses asuhan keperawatan
dengan baik. Dari seluruh diagnosa keperawatan yang muncul belum teratasi semua.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Kesulitan Berbicara, Stroke Non Hemoragik

ABSTRACT

Stroke is one of the most common cause of death. Non hemorrhagic stroke can be caused by
thrombi or emboli. Non hemorrhagic stroke is a disease caused by a blockage in blood flow in
the brain. The method used in this paper is a descriptive method whit a case study approach in
patients with non hemorrhagic stroke who are addmitted to fatmawati hospital. Based on the
results of the analysis found a swallowing disorders, difficulty in speaking and weakness in
muscles. The nursing diagnosis found in this case is that Ineffective cerebral tissue perfusion
associated with brain tissue infarction, Impaired physical mobility associated with
neuromuscular disorders, hemiplegia and The risk of falling is related to muscle
weakness.Nursing plans are prepared 100% according to theory but the implementation carried
out on patients is only 80% of each nursing plan due to time constraints. Patients with non
hemorrhagic stroke have received a good nursing care process. Of all nursing diagnoses that
emerged, only one diagnosis had been resolved.

Keywords : Nursing Care, Difficulty in Speaking, Hemorrhagic Stroke


Pendahuluan

Cedera serebrovaskuler atau sering gangguang menelan, nyeri akut, hambatan


disebut stroke merupakan suatu kehilangan mobilitas fisik, hambatan komunikasi
fungsi otak yang disebabkan oleh verbal, defisit perawatan diri, ketidak
terhentinya suplai darah sampai ke otak seimbangan nutrisi, dan salah satu masalah
(Smeltzer & Bare, 2013). yang dapat menyebabkan kematian yaitu
Menurut data yang diperoleh American gangguan perfusi jaringan serebral.
Health Association (AHA) tahun 2014, Gangguan perfusi jaringan yaitu penurunan
prevalensi stroke mencapai 43 juta pasien jumlah oksigen yang mengakibatkan
di dunia. stroke merupakan penyebab kegagalan untuk memelihara jaringan pada
kematian ketiga setelah penyakit jantung tingkat perifer.
koroner dan kanker di Negara maju Penyakit stroke merupakan penyakit
maupun di Negara berkembang. Stroke yang sudah tidak asing bagi sebagian besar
merupakan penyebab kecacatan yang dapat masyarakat, diakibatkan oleh angka yang
dicegah. Seseorang bisa terkena stroke cukup tinggi pada jumlah kasus baru yang
kedua yaitu 1 dari 10 orang dalam 6-12 terjadi di masyarakat. Menurut World
bulan setelah stroke Junaidi (2011). Health Organization (WHO), setiap
Terjadinya stroke ulangan bergantung pada tahunnya sekitar 15 juta orang di dunia
jenis stroke awal, usia, penyakit terkait, dan mengalami stroke. Sekitar 5 juta orang
faktor risikonya, serta kurun waktu mengalami kelumpuhan permanen.
kejadian stroke. Di Asia Tenggara terdapat sekitar 4,4
Menurut Tarwoto (2013), mobilisasi juta orang terserang stroke (WHO, 2010).
sangat penting untuk meningkatkan Di tahun 2020, diperkirakan sekitar 7,6 juta
kekuatan otot, jantung dan pengembangan orang akan meninggal diakibatkan penyakit
paru pada pasca stroke. Sehingga latihan stroke (Misbach, 2010).
gerak pada pasien stroke setelah stroke Berdasarkan data yang diperoleh dari
pertama dapat meminimalkan terjadinya Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki),
stroke kedua. Stroke non hemoragik dapat masalah ini semakin penting dan mendesak
menyebabkan beberapa masalah seperti dikarenakan jumlah penderita stroke di
Indonesia saat ini adalah terbanyak dan memberikan terapi dan obat-obatan sebagai
menduduki urutan kedua pada usia 60 tindakan kolaborasi dengan dokter maupun
tahun keatas, dan urutan kelima pada usia tim kesehatan lainnya. Untuk upaya
15-59 tahun (Yastroki, 2012). rehabilitative bagi pasien stroke,terutama
Berdasarkan catatan Rekam Medik di bagi pasien stroke berulang, kegiatan ini
ruang HCU Rumah Sakit Umum Pusat bertujuan untuk mencegah stroke berulang
Fatmawati Jakarta selama 6 bulan terakhir yang dapat memperburuk kondisi klien
(Juli 2019-Desember 2019), Terdapat 31 pasca stroke dan untuk meminimalkan
kasus stroke dari 903 kasus yang di kecacatan. Penanganan rehabilitasi pada
temukan. pasien pasca stroke seperti terapi wicara,
Dari uraian di atas, maka perawat terapi fisik, terapi okupasi dan terapi
memiliki peran yang penting dalam psikologis seperti berbagi rasa, motivasi,
pencegahan dan penanggulangan stroke, terapi wisata, dan lain sebagainya.
baik dalam upaya promotif, preventif, Berdasarkan latar belakang diatas
kuratif dan rehabilitatif. Dalam upaya penulis tertarik mengangkat laporan kasus
promotif, perawat berperan dalam dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
membantu mengadakan promosi kesehatan Pasien dengan Cerebrovascular Disease di
yang bertujuan meningkatkan pengetahuan ruang HCU RSUP Fatmawati”
tentang penyakit stroke, dimulali dari
pengertian stroke, gejala penyakit, Metodologi
penyebab stroke, komplikasi yang Metode yang digunakan dalam penulisan
ditimbulkan, dan tindakan yang diberikan ini adalah metode deskriptif, dan
sehingga mampu mengubah pola prilaku pendekatan yang digunakan adalah :
dari pasien atau masyarakat. ntuk upaya 1. Studi kasus melalui
preventif, perawat dapat memberikan a. Wawancara langsung dengan klien
penjelasan mengenai bagaimana upaya dan keluarga klien.
pencegahan penyakit stroke, seperti diit b. Observasi langsung pada klien
rendah garam pada pasien hipertensi, untuk memperoleh data-data tentang
menganjurkan olahraga untuk melatih dan keadaan klien.
melenturkan otot-otot. Dalam upaya c. Pemeriksaan fisik dengan inspeksi,
penanganan kuratif, peran perawat yaitu palpasi, auskultasi, dan perkusi.
2. Studi dokumentasi dilakukan dengan x/menit, SpO2 98%, klien sudah
membaca status klien dan catatan dapat mengeluarkan suara tetapi
perawat. bicara belum jelas
Studi literatur dilakukan dengan melihat A : tujuan teratasi sebagian, masalah
dan membaca buku-buku sumber yang keperawatan ketidakefektifan
diberikan dengan hemiparesis dextra dalam perfusi jaringan serebral belum
penulisan makalah ilmiah ini, sehingga teratasi
dapat membandingkan antara teori dengan P : intervensi dilanjutkan
pelaksanaan yang ada pada kasus nyata. 1. Monitor tanda-tanda vital
Instrumen pengumpulan data yang 2. Monitor status respirasi
digunakan adalah format pengkajian, 3. Berikan terapi oksigen
komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan 4. Monitor tingkat kesadaran
fisik. dan keadaan umum
5. Monitor tekanan intracranial
Hasil Penelitian dan respon neurologis

Dari diagnose yang di temukan : 6. Posisikan elevasi 30o dengan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan posisi leher tidak menekuk


serebral b/d infark jaringan otak 7. Kolaborasi pemberian terapi
2. Hambatan mobilitas fisik b/d
obat (metformin 500 mg)
gangguan
neuromuscular,hemiplegia dan diet
3. Resiko jatuh b/d kelemahan fisik 2. Hambatan mobilitas fisik b/d
Setelah dilakukan tindakan selama gangguan
3x24 jam hasil yang didapat sebagai neuromuscular,hemiplegia
berikut : S : belum dapat dikaji
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan O : jari tangan kanan klien sudah
serebral b/d infark jaringan otak
mampu digerakkan, kebutuhan
S : belum dapat dikaji ADL, personal hygiene dan
O : KU pasien sedang, kesadaran pemenuhan nutrisi dibantu perawat
compos mentis, GCS A : tujuan teratasi sebagian, masalah
E4M6Vaphasia broca, TD : 130/82 keperawatan hambatan mobilitas fisik
mmHg, HR : 110 x/menit, RR : 19 belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan b. Memasang side rail tempat
a. Kaji kemampuan motorik tidur
b. Bantu pasien dalam pemenuhan c. Menyediakan tempat tidur yang
ADL dan nutrisi nyaman dan bersih
c. Ajarkan pasien untuk melakukan d. Membatasi pengunjung
ROM minimal 4x perhari bila e. Berikan penjelasan bagi
memungkinkan keluarga atau pengunjung
d. Ubah dan ajarkan posisi pasien adanya perubahan status
setiap 2 jam, berikan bantuan kesehatan dan penyebab
e. Observasi daerah ya azng penyakit.
tertekan termasuk warna, edema
atau tanda lain gangguan sirkulasi
f. Inspeksi kulit terutama pada daerah
tertekan, beri bantalan lunak
Pembahasan
g. Monitoring tanda-tanda vital
Menurut World Health Organization
sebelum dan sesudah melakukan
(WHO) dalam Munir (2015), stroke adalah
latihan dan lihat respon pasien saat
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
latihan.
yang sebabkan oleh gangguan fungsi otak
3. Resiko jatuh b/d kelemahan fisik
baik fokal maupun global, dengan gejala
S :-
yang dialami berlangsung selama 24 jam
O : side rail tempat tidur terpasang,
atau lebih dan dapat menyebabkan
pasien tidak cedera
kematian tanpa adanya penyebab selain
A : tujuan keperawatan teratasi,
penyebab vaskuler.
masalah keperawatan resiko jatuh
Menurut Black & Hawks (2014), stroke
teratasi.
merupakan istilah untuk menggambarkan
P : intervensi dilanjutkan, untuk
suatu perubahan neurologis yang terjadi
mencegah kejadian cedera selama
karena adanya gangguan pada suplai darah
pasien dirawat
kebagian otak.
a. Sediakan lingkungan yang
Berdasarkan data etiologi yang terdapat
aman bagi pasien
di kasus dan teori tidak memiliki perbedaan
yang jauh yaitu pasien menderita stroke
non hemoragik disebabkan oleh gangguan 3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
pasokan aliran darah ke otak. Gangguan berhubungan dengan obstruksi jalan
pasokan aliran darah ke otak dapat terjadi nafas, reflek batuk yang tidak adekuat
dimana saja di dalam arteri-arteri yang 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
membentuk sirkulasi Willisi yaitu arteri dengan neuromuskuler, kelemahan
karotis interna dan sistem vetebrobasilar anggota gerak
dan semua cabang-cabangnya. Secara 5. Defisit perawatan diri berhubungan
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak dengan kelemahan
terputus selama 15-20 menit akan terjadi Sedangkan diagnosa yang muncul pada tn.
infark atau kematian jaringan (Dosen H:
Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan
2016). serebral b/d infark jaringan otak
Pengumpulan diagnosa dengan 2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan
pernyataan yang menggambarkan respons neuromuscular, hemiplegia
manusia (keadaan sehat atau perubahan 3. Resiko jatuh b/d kelemahan fisik
pola interaksi actual atau potensial) dari Pada beberapa diagnosa yang tidak
individu atau kelompok tempat perawat diangkat penulis yakni, ketidakefektifan
secara legal mengidentifikasi dan perawat pola napas berhubungan dengan depresi
dapat memberikan intervensi secara pasti pusat pernapasan karena dalam proses
untuk menjaga status kesehatan atau unutk pengkajian tidak ditemukan adanya
mengurangi, menyingkirkan dan mencegah hambatan dalam upaya napas pada klien.
perubahan (Rohman & Walid, 2012). Pada diagnosa ketidakefektifan bersihan
Diagnosa yang muncul pada teori sebagai jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
berikut : jalan nafas, reflek batuk yang tidak adekuat
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan tidak diangkat karena klien tidak adanya
serebral berhubungan dengan infark gangguan pada jalan nafas dan reflek batuk
jaringan otak, vasospasme serebral, tidak adekuat pada klien. Pada diagnosa
edema serebral deficit perawatan diri berhubungan dengan
2. Ketidakefektifan pola napas kelemahan tidak diangkat karena
berhubungan dengan depresi pusat perencanaan dan pelaksanaan sudah
pernapasan tercakup dalam diagnosa hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan tidak menekuk, kolaborasi pemberian terapi
gangguan neuromuskular, hemiplegia. obat dan diet.
Faktor pendukung dari tahap penentuan Pelaksanaan tindakan dalam asuhan
diagnosa adalah adanya literatur dan proses keperawatan. Tujuan dari pelaksanaan
keperawatan yang membahas tentang adalah membantu pasien dalam mencapai
Stroke Non Hemoragik sehingga penulis tujuan yang ditetapkan yang mencakup
dapat mengunakan pedoman dasar yang peningkatan kesehatan, pencegahan
tepat, sehingga prioritas masalah pada Tn. penyakit dan pemulihan kesehatan. Dalam
H dengan Stroke Non Hemoragik dapat pelaksanaan penulis melakukan tindakan
ditentukan. Didalam merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan rencana yang
keperawatan penulis tidak menemukan telah disusun.
hambatan. Diagnosa :
Perencanaan keperawatan yang disusun Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berdasarkan prioritas masalah yang muncul berhubungan dengan suplai O2 ke otak
pada klien. Prioritas utama diagnosa tidak efektif intervensi terlaksana
keperawatan pada Tn. H yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan gangguan neuromuscular,
berhubungan dengan infark jaringan otak hemiparesis intervensi terlaksana
dengan tujuan perfusi jaringan serebral 1. Resiko jatuh berhubungan dengan
efektif, dan kriteria hasil TTV dalam batas kelemahan fisik intervensi terlaksana
normal (110-130 mmHg), tidak ada Namun ada beberapa faktor yang
penurunan kesadaran, status sirkulasi menjadi penghambat penulis dalam
lancar, kemampuan komunikasi baik, dan melakukan tindakan keperawatan,
berfungsinya saraf dengan baik. Adapun rencana tindakan yang tidak dapat
intervensi dibuat berdasarkan kebutuhan dilanjutkan oleh penulis karena
klien saat ini yaitu monitor tanda-tanda keterbatasan waktu yaitu tindakan
vital, monitor status respirasi, berikan terapi melakukan ROM pasif 4x sehari hanya
oksigen, monitor tingkat kesadaran dan bisa dilakukan 1x sehari, pemenuhan
keadaan umum, monitor tekanan ADL mandi yang hanya dilakukan
intracranial dan respon neurologis, dipagi hari, maka alternatif yang
posisikan elevasi 30o dengan posisi leher digunakan untuk pemecahan masalah
yaitu melakukan pendegelasian pada analisis ini disimpulkan berdasarkan
perawat ruangan untuk melanjutkan jari tangan kanan klien sudah mampu
rencana tindakan keperawatan pada Tn. digerakkan, kebutuhan ADL, personal
H. hygiene dan pemenuhan nutrisi masih
Evaluasi merupakan tahap akhir dibantu perawat.
dari proses keperawatan yang Pada diagnosa ketiga resiko jatuh
ditunjukan untuk menilai tingkat berhubungan dengan kelemahan fisik
keberhasilan terhadap rencana yang yang ditemukan tanggal 16 Desember
dibuat. Dalam penyusunan evaluasi 2019, tujuan teratasi, masalah resiko
penulis menggunakan SOAP. jatuh teratasi, analisis ini dapat
Pada diagnosa pertama disimpulkan pasien tidak mengalami
ketidakefektifan perfusi jaringan cedera selama di rumah sakit, dan
serebral berhubungan dengan suplai O2 perawat serta keluarga yang menjenguk
ke otak tidak efektif yang ditemukan pasien memastikan tindakan
tanggal 16 Desember 2019, tujuan pencegahan resiko jatuh pada klien.
teratasi sebagian, masalah Faktor pendukung dalam evaluasi
ketidakefektifan perfusi jaringan adalah klien dan keluarga yang cukup
serebral belum teratasi, analisis ini kooperatif dan evaluasi ini dapat
disimpulkan dengan klien belum dapat dilakukan dengan berpedoman pada
dikaji secara subjektif dengan GCS tujuan dan kriteria hasil pada tahap
E4M6Vaphasia broca, TD : 130/82 evaluasi, penulis tidak menemukan
mmHg, HR : 110 x/menit, RR : 19 faktor penghambat.
x/menit, SpO2 98%, klien sudah dapat
mengeluarkan suara tetapi bicara belum
jelas.
Pada diagnosa kedua hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular, hemiparesis
yang ditemukan tanggal 16 Desember
2019, tujuan teratasi sebagian, masalah
hambatan mobilitas fisik belum teratasi,
Kesimpulan
stroke merupakan penyebab kematian ketiga
setelah penyakit jantung koroner dan kanker di
Negara maju maupun di Negara
berkembang. Stroke merupakan penyebab
kecacatan yang dapat dicegah. Stroke non
hemoragik dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti gangguang menelan, nyeri
akut, hambatan mobilitas fisik, hambatan
komunikasi verbal, defisit perawatan diri,
ketidak seimbangan nutrisi, dan salah satu
masalah yang dapat menyebabkan kematian
yaitu gangguan perfusi jaringan
serebral. Gangguan perfusi jaringan yaitu
penurunan jumlah oksigen yang
mengakibatkan kegagalan untuk memelihara
jaringan pada tingkat perifer.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Yayasan
Stroke Indonesia , masalah ini semakin penting
dan mendesak dikarenakan jumlah penderita
stroke di Indonesia saat ini adalah terbanyak
dan menduduki urutan kedua pada usia 60
tahun keatas, dan urutan kelima pada usia 15-
59 tahun.
Dari uraian di atas, maka perawat memiliki
peran yang penting dalam pencegahan dan
penanggulangan stroke, baik dalam upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Anda mungkin juga menyukai