Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN TUTORIAL

TRAUMATIC ANTERIOR DISLOKASI PADA SENDI BAHU

Dony Septrian, dr.,MH.Kes.

Oleh Kelompok Tutorial 13:


Zikri Resa Hasrian 10100118185
Muhammad Akbar R. 10100119117
Miska Amani Sakina 10100119119
Safana Edisa 10100119121
Lukman Hakim M. 10100119138
Putri Dwi Rahmasari 10100119143
Nadilla Meilenia 10100119146
Nadia Salsabila 10100119157
Nissa Febriany A. 10100119164
Nur Annisa Rahmawati 10100119178
Amelia Nurshafa 10100119192

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jl. Hariangbanga No.2 Tamansari – Bandung
Telp: (022)4203368 | Fax: (022)423121
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalammua’laikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Tutorial Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Bandung tahun 2020 yang berjudul TRAUMATIC ANTERIOR DISLOKASI PADA
ANTERIOR BAHU.

Laporan Tutorial ini ditujukan untuk memenuhi tugas tutorial. Dalam penyusunan laporan
ini kami mendapat banyak bantuan, saran, dan bimbingan. Oleh karena itu dengan segala hormat,
izinkan kami untuk mengucapkan terima kasih kepada dr.Dony Septrian,MH.kes. sebagai dosen
pembimbing tutorial beserta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
tutorial ini.

Dalam penyusunan laporan ini, kami sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan
sengaja maupun tidak disengaja, hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan ilmu yang
dimiliki oleh kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran untuk perbaikan
penyusunan laporan tutorial ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya dan membalas segala
kebaikan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas laporan tutorial ini. Semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 9 juni 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah2

BAB II PEMBAHASAN 5

2.1 TULANG 5

2.1.1 Histologi Tulang 7

2.1.2 Fisiologi tulang 14

2.2 DISLOCATION ......................................................................................34

2.3 INTERPRETASI KLINS 18

2.3.1 Kegawat Daruratan 18

2.3.2 Interpretasi X-Ray 19

2.4BHP, IIMC, PATOMEKANISME ............................................................42

2.4.1 BHP42

2.4.2 IIMC 42

2.4.3 Patomekanisme 43

DAFTAR PUSTAKA iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mr.B (25 tahun),datang keruang gawat darurat setelah cedera olahraga.

CC:

 Bahu kanan tidak dapat digerakan dan sakit


AI:

 Merupakan pemain basket terjatuh saat bermain dengan keadaan outstretched right
forearm
 Dia menopang siku kanannya dengan tangan kiri
PE:

 Sadar namun terlihat sedikit sakit


 Vital sign: Normal
 Local status: region bahu kanan ada pembengkakkan( +)
 Deformintas (+)
 Kehilangan deltoid contour(step ladder sign)
 Lengan atas abduksi dan ada rotasi external
 Luka (-)
 Anterior aspect dari bahu kanan ada :hard lump,tenderness (+),muscle spasm (+),distal
pulsation normal,sensibilitas normal
 Pergerakan bahu: aktif dan pasif ROM terbatas karena ada nyeri dan deformitas
AE:

 X-ray (shoulder anterior posterior,scapular Y view,axillary view) menunjukan


pembengkakkan jaringan
 Dislokasi pada anterior kepala humerus dari glenoid fossae
 Tidak ada fraktur

LAB:

Hb:12,5 gr/dl
WBC: 12.000/mm3

Thrombocyte: 250.000/mm3

DIAGNOSIS: traumatic anterior dislokasi pada sendi bahu

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.review anatomi(upperlimb), histologi,fisiologi tulang?

2.apa itu sendi?

3.macam macam sendi?

4.struktur sendi ?(makro struktur dan mikrostruktur)

5.struktur pada bahu?(tulang,otot,sendi,ligament)

6.vaskularisasi,drainase,innervasi upperlimb?

7.pergerakan pada bahu?

8. apa itu deltoid contour (step ladder sign)?

9.apa itu hard lamp?

10.apa itu ligament?

11.ligament pada upper limb?

12.jenis jenis ligament?

13.perbedaan ligament dan tendon?

14.makro struktur dan mikro struktur dari ligament?

15.intrepretasi X-ray?

16.apa itu dislokasi?

17.macam macam dislokasi?

18. all about dislokasi pada shoulder joint?

(definisi-treatment)

19. apa itu arm sling?

20.apa itu velpeau position?

2
21.mengapa diberikan analgesic?

22.kapan pasien dikatakan gawat dan dikatakan darurat?

23.yang mana punya skala prioritas tinggi dan rendah?

24.definisi gawat darurat?

25.fisiologi pergerakan?

26. perbedaan manifestasi klinis dari disklokasi dan diagnosis banding lain

27.BIP

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi tulang


Sistem skeletal dapat dibagi menjadi 2 bagian fungsional

1.

AXIAL SKELETON

2. APPENDICULAR SKELETON

Fungsi dari skeletal system

• Menopang tubuh

• Melindungi organ dalam

• Menjadi basis mekanis pegerakan tubuh (tuas)

• Penyimpanan mineral

• Alat gerak pasif

5
• Penyedia suplai darah baru

Klasifikasi tulang

• Tulang Panjang (humerus, Femur)

Berbentuk tubular memanjang

• Tulang pendek ( tarsus, carpus)

Berbentuk pipih biasanya memiliki fungsi melindungi

• Tulang irregular ( tulang


wajah)

Memiliki bentuk yang tidak biasa


selain tubular dan pipih

• Tulang sesamoid ( patella)

Berada di persimpangan tendon


pada ujung tulang Panjang

TULANG PADA UPPER LIMB

• Calvicle

• Scapula

• Humerus

• Ulna & Radius

• Bone Of Hands

CLAVICLE

• Menyatukan upper limb dengan trunk.

6
• Klavikula memungkinkan pergerakan seperti tuas dan menahan humerus tetap diposisi
nya.

• Klavikula tidak memiliki “sumsum tulang” walaupun merupakan tulang Panjang.

• Bagian superior menempel pada subkutan dan otot platysma serta memiliki permukaan
yang rata/halus

• Bagian inferior merupakan bagian yang kasar, tempat menempelnya ligament.

SCAPULA

• Merupakan tulang pipih berbentuk segitiga yang terletak posterolateral dari thoraks.

• Permukaan posterior dipisahkan oleh spine of capula (memisahkan supraspinous fossa


dan infraspinous fossa)

• Bagian costal surface (anterior) membentuk subscapular fossa.

• Deltoid tubercle pada scapular spine merupakan tempat deltioid menempel

• Glenoid cavity pada bagian lateral memiliki artikulasi dengan humerus.

7
• C
or
a
c
oi
d

process tempat menempelnya coracoclavicular ligament

HUMERUS

• Humerus adalah tulang terbesar pada upper limb, memiliki artikulasi dengan scapula
pada sendi glunohumeral dan radius ulna pada sendi elbow.

• Bagian proksimal humerus memiliki “head” serta “surgical” dan “anatomical” neck

• Bagian shaft humerus memiliki deltoid tuberosity pada bagian lateral untuk
menempelnya otot deltoid, radial groove tempat untuk radial nerve dan arteri brachii
profunda berakhir pada supra-epicondylar ridges.

8
• Bagian distal humerus memiliki trochlea, capitulum, olecranon, coronoid dan radial
fossa yang membentuk “condyle of humerus”. Condyle of humerus memiliki 2
permukan persendian : capitulum (lateral) untuk head of radius dan Trochlea (medial)
untuk ujung proksimal ulna. Pada bagian anterior terdapat coronoid fossa dan radial
fossa lalu pada bagian posterior terdapat olecranon fossa

9
Forearm (ULNA)

• Ulna merupakan tulang yang menstabilkan “forearm”, terletak medial dan lebih Panjang
dari ulna.

• Ujung proksimal lebih besar memungkinkan adanya persendian yang kuat. Artikulasi
pada humerus memiliki 2 projeksi (1) Olecranon yang membentuk bagian posterior
siku/elbow untuk ekstensi siku. (2) coronoid process yang membentuk siku anterior.
Tuberosity of ulna (inferior thd coronoid process) untuk menempelnya tendon dari otot
brachialis.

• Bagian shaft ulna merupakan bagian yang tebal dan berbentuk silindris pada bagian
proksimalnya, namun ukurannya mengecil sepanjang distalnya.

• pada ujung distal ulna yang kecil terdapat head of ulna yang kecil serta ulnar styloid
process yang berbentuk seperti corong

Forearm (RADIUS)

• Tulang radius Terletak lateral dan lebih pendek dari ulna.

10
• Ujung proksimal memiliki short head, neck dan tuberosity yang menghadap medial

Head radius memiliki cekungan untuk artikulasi capitulum humerus saat felksi dan ekstensi
siku.

Neck radius merupakan penyempitan dari head. Terdapat radial tuberosity yang mengarah
medial.

• Bagian Shaft radius mengalami pembesaran secara distal.

• Ujung distal terdapat styloid process radius dan tubercle dorsal

• ULNA & RADIUS dihubungkan dengan


syndesmosis (sendi radioulnar) yang
terbentuk dari intrrosseous membrane
(jaringan fibrosa padat)

11
HAND

CARPAL (8 tulang)

• Proksimal  (lateral ke medial)

Scaphoid

Lunate

Triquetrum

Pisiform

• Distal  (lateral ke medial)

Trapezium

Trapezoid

Capitate

Hamate

METACARPAL (5 tulang)

PHALANGES (14 tulang)

12
VASKULARISASI, DRAINASE, INNERVASI UPPER LIMB

Vaskularisasi ARM

• Brachial Artery adalah pembuluh arteri


utama pada regio lengan atas, dapat
ditemukan pada kompartemen anterior.
Berawal dari arch of aorta  subclavian a
 axillary a  brachial a dan profunda a
 radial a dan ulnar a

• Profunda Brachii artery adalah percabangan


terbesar dari bracial artery yang menyuplai
bagian posterior arm.

13
DRAINASE VENA

• “paired brachial veins”berjalan sepanjangn sisi medial dan lateral dari brachial artery.

• 2 vena subkutan

• Vena basilic

• Vena cephalic

INNERVASI

Musculocutaneus n.  percabangan dari axilla


masuk ke arm melalui otot coracobrachialis.
Menurun dan diapit otot bicep brachii dan otot
brachialis. Menembus deep fascia pada sisi lateral
menjadi lateral cutaneous nerve forearm

• Innervasi semua otot anterior arm

• Innervasi sensoris di permukaan kulit


forearm

Median n percabangan dari axilla inferior thd


otot teres major. Turun kesisi medial arm pada
kompartemen anterior dan berhubungan dengan arteri
brachial.

• Proksimal : lateral thd brachial artery

• Distal : sisi medial brachial arteri dan anterior


sendi siku

14
Ulnar n  memasuki lengan atas Bersama median nerve dan arteri axillary. Di pertengahan
lengan atas, saraf menembus septum intermuscular dan masuk ke kompartemen posterior.

Radial n  berawal dari posterior cord di brachial plexus dan masuk ke lengan atas. Berada
posterior dari brachial artery

Sendi

Sendi adalah penghubung antara


2/lebih tulang dan merupakan bagian
yang kaku dari tulang.

Sendi dikelompokan
menjadi:

1. Synovial joint

2. Fibrous joint

3. Cartilogous joint

1. Synovial Joint

15
Sendi synovialis adalah hubungan antara komponen tulang kerangka dimana elemen-elemen
yang terlibat dipisahkan oleh cavitas articularis/ruang sendi yang sempit. disatukan oleh kapsul
(terdiri dari lapisan fibrosav luar dilapisi oleh membran sinovial serosa) yang membentang dan
menutup rongga artikular.

ciri-ciri yang khas,sepeti :

1. Membrana synovialis banyak mengandung pembuluh darah dan memproduksi cairan


synovialis, yang merembes ke dalam cavitas articularis dan melumasi permukaan sendi.

2. lapisan tulang rawan, (tulang rawan hyalin), menutupi permukaan sendi elemen-elemen tulang
kerangka.

MACAM-MACAM SENDI SYNOVIAL

1. Plane joint : Gerakan meluncur pada permukaan articular

2. Hinge Joint : fleksi ekstensi (engsel)

3. Saddle joint : abduksi adduksi, dan felksi ekstensi Pergerakan biaxial

4. Condyloid joint : fleksi ekstensi dan abiduksi adduksi. Pergerakan biaxial

16
5. Ball & socket joint : pergerakan ke berbagai axis

6. Pivot joint : pergerakan mengitari axis

2. SENDI FIBROSA

disatukan oleh jaringan ikat fibrosum atau tulang rawan . Sendi fibrosa meliputi :

1. sutura, Sutura hanya terjadi pada cranium/tengkorak di mana tulang- tulang yang
berdekatan dihubungkan dengan suatu lapisan tipis jaringan ikat yang disebut ligamentum
suturale.
2. Gomphosis hanya terjadi antara gigi dan tulang yang berdekatan. Pada sendi ini,
sabut-sabut jaringan kolagen pendek di dalam ligamentum periodontale berjalan di
antara akar gigi dan wadah tulangnya/bony socket.
3. Syndesmosis adalah sendi di mana dua tulang yang berdekatan dihubungkan oleh
suatu

17
ligamentum. Contohnya adalah ligamentum flavum yang menghubungkan lamina
vertebralis yang berdekatan, dan membrana interossea, yang menghubungkan misalnya,
tulang radius dan ulna pada antebrachium/lengan bawah.
4. Sendi cartilaginosa meliputi synchondrosis dan symphysis.
 Synchondrosis terjadi di mana dua pusat ossifikasi pada tulang yang berkembang
masih dipisahkan oleh selapis tulang rawan, misalnya lempeng pertumbuhan yang
berada di antara caput dan corpus tulang panjang yang berkembang.
 Symphysis adalah di mana dua tulang terpisah saling dihubungkan oleh tulang rawan.
Sebagian besar jenis persendian ini terletak pada garis tengah dan termasuk symphysis
pubica di antara dua tulang pelvicum, dan discus intervertebralis di antara vertebrae yang
berdekatan. 

CARTILAGEOUS JOINT

menyatu dengan kartilago hyaline atau fibrocartilage

1. Primary cartilagous joints / synchondrosis  menyatu dengan hyaline cartilage


ditemukan pada epifisis anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

18
2. Secondary cartilagous joint / Symphisis  menyatu dengan fibrocartilage ditemukan di
intervetbral disc.

Ligament

Ligamen merupakan jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut (Jaringan ikat
Fibrosa) yang menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada sendi.

Struktur ligament

1. Ligament adalah jaringan ikat digambarkan yakni sebagai pita padat jaringan ikat kolagen.

2. Struktur ligament ini terdiri dari protein yang disebut juga dengan kolagen. Protein kolagen
tersebut berbentuk panjang, fleksibel, serta berbentuk seperti benang atau serat.

3. pada jaringan kolagen ini membuat kulit menjadi elastis serta membentuk sebagian besar
jaringan ikat. Sifat elastis yang dipunyai membuat kulit dapat atau bisa teregang.

Fungsi ligament :

1. untuk menahan beban eksternal. Mencegah gerakan berlebihan

2. untuk memandu gerak sendi. Karena itu, pandu gerakan relatif kedua tulang

3. untuk secara pasif mengontrol rentang gerakan maksimum.

4. untuk memberikan kontrol motorik 

19
Ligamen diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utaman, diantaranya sebagai berikut:

1. Ligament articular

Ligament articular ini adalah jaringan ikat yang menghubungkan antara tulang-tulang di dalam
membentuk sendi. Ligament ini sangat kuat serta berserat padat.

Fungsi dari ligament articular ialah dalam mengubungkan jaringan serta juga membantu
melenturkan atau pun memperpanjang jaringan tubuh. Contoh ligament ini ialah seperti :

1. Bagian kepala serta leher melingkupi ligament krikotiroid, ligament periodontal, serta
ligament suspensorium okluar

2. Bagian pergelangan tangam terdiri dari ligament palmar radiokalpar, ligament dorsal
radiokarpal, ligament kolateral, serta lain sebagainya.

3. Bagian dada melingkupi ligament suspensorium

4. Bagian lutut melingkupi ligament kolateral lateralis, ligament patella, ligamen kaudal,
ligament cruciatum anterior,  dan ligament kolateral

2. Ligament Fetal

Ligament ini adalah suatu ligament yang telah atau sudah ada sejak lahir serta masih tetap
berkembang menjadi jaringan menyerupai ligament. Contohnya seperti :

1. Ligament venosum

2. Ligament arteriosum

3. Tali arteri umbilikalis

4. Ligamentum lingkaran hati

3. Ligament peritoneal

Ligament ini terdapat pada sekitar lapisan membrane dari rongga perut. Ligament peritoneal ini
melingakari (mengeliligi ) sejumlah pembuluh darah pada rongga perut, memiliki peran pada

20
bagian penting dari sistem reproduksi pada wanita serta termasuk pembuluh darah portal ke hati.
Contoh dari ligament :

1. Ligament hepatoduodenal

2. Ligament uterus

4. Ligament Aksesorium

adalah ligament dengan struktur yang bisa atau dapat memperkuat ligament lain (pembantu).
Contohnya ialah seperti ligament yang terdapat di tulang belakang yang dapat atau bisa
memberikan stabilitas tulang atau juga tulang rawan

SHOULDER

Bahu adalah regio ekstrimitas atas yang mengubungkan lengan atas dan batang tubuh. Meliputi

• Clavicle dan Scapula yang membentuk Pectoral Girlde (Shoulder Girdle)

• Bagian Proksiman Humerus

Sendi yang memebentuk bahu

• Terdapat 3 sendi yang membentuk bahu antara lain, sternoclavicular, acromioclavicular


dan glenohumeral.

• Sternoclavicular dan acromioclavicular menhubungkan tulang-tulang pectoral girdle dan


menghubungkan pectoral girdle dengan trunk.

STERNOCLAVICULAR JOINT

Berada pada ujung proksimal klavikula dan clavicular notch dari manubrium.

Sternoclavicular joiont dibungkus 4 ligament

• Sternoclavicular ligament (anterior & posterior )

• Intraclavicular ligament

21
• Costoclavicular ligament
Acromioclavicular joint

Merupakan sendi synovial yang


memungkinkan pergerakan pada bidang
anteroposterior dan vertical dengan beberapa
rotasi axial.

Acromiclavicular diperkuat dengan ligament

• Acroclavicular ligament

Coracoclavicular ligament

Trapezoid ligament

Conoid ligament
Glenohumeral Joint

22
Merupakan sendi synovial “ball and socket” antara head of humerus dan gloid cavity scapula.
Memungkinkan Gerakan multiaxial (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi medial, rotasi
lateral, circumduksi). Diperkuat dengan jaringan fibrosa tebal (ligament)

• Pada anterosuperior (superior, middle, inferior glenohemural ligament)

• Pada bagian superior (coracohumeral ligament)\

Pada lesser dan greater tubercle humerus (transverse humeral ligament) yang menahan
tendon long head biceps brachii
OTOT PEMBENTUK BAHU

2 otot superfisial pembentuk bahu adalah

 Trapezius  menempelkan scapula dan


clavicula pada trunk
 Deltoid  menempelkan scapula dan
clavicula pada humerus

23
LEVATOR SCAPULA berasal dari transverse procesus C1-C4 yang menurun ke bagian lateral
dan menempel pada medial border scapula dan superior angle scapula

o diinervasi oleh dorsal scapular nerve dari C3 dan C4.


o Berfungsi untuk elevasi scapula
 RHOMBOID MINOR & MAJOR menempel pada kolom vertebrae dan menurun ke
lateral dan menempel pada medial border scapula, inferior terhadap levator scapula m.
o Otot rhomboid diinervasi oleh dorsal scapular nerve
o Berfungsi untuk menarik Kembali (retract) dan elelvasi scapula.

2.1.1 histologi tulang

A.Definisi Tulang

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang


terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan tiga jenis sel.

1. Osteosit (Yun. osteon, tulang, + kytos,


sel), yang terdapat dalam rongga-
rongga (lakuna) di antara lapisan
(lamela) dengan sitoplasma yang
meluas ke kanalikuli kecil (L. Canalis,
kanal) antara lamela
2. Osteoblas (osteon + Yun. blastos,
benih), yang menyintesis unsur organik
matriks.
3. Osteoklas (osteon + Yun. klastos,
pecah), yang merupakan sel raksasa multinukleus yang terlibat dalam resorpsi dan
remodeling jaringan tulang.

24
4. Semua tulang terlapis di kedua permukan bagian luar dan dalam. Endosteum pada
permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar.

B.Sel-sel tulang

1. Osteoblast
▹ Osteoblas mensintesis dan mensekresi komponen organik matriks tulang, yang terdiri
atas kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein termasuk osteonektin.
▹ Osteoblas dewasa terletak secara eksklusif di permukaan matriks tulang, dan letaknya
bersebelahan, yang mirip dengan epitel selapis
▹ Osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik.
▹ Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi: komponen matriks disekresi pada permukaan
sel, yang menempel pada matriks tulang yang lebih 'tua', dan menghasilkan lapisan

25
matriks baru (tetapi belum berkapur), yang disebut osteoid, di antara lapisan osteoblas
dan tulang yang baru dibentuk.

2.Osteosit

▹ Setiap osteoblas dikelilingi oleh produk sekresinya sendiri dan menjadi osteosit yang
terselubung sendiri-sendiri dalam ruang yang disebut lakuna yang secara teratur berjarak
sepanjang matriks mineral.

▹ Osteosit berdiameter 250-300 nm, bentuknya pipih dan seperti kenari, memiliki sedikit
RE kasar, apparatus golgi serta kromatin inti yang lebih padat disbanding osteoblas.

▹ Berfungsi untuk mengalirkan nutrisi dan mempertahankan matriks tulang dan


kematiannya diikuti oleh resorpsi tulang pada matriks tersebut.

▹ Pada saat transisi dari osteoblas menjadi osteosit, sitoplasmanya membentuk suatu
tonjolan yang akan berkontak melalui taut erat dengan osteosit lain.

▹ Taut erat ini menjadi jalur masuknya nutrisi lewat pembuluh darah

3.Osteoklast

26
▹ Sel motil besar dengan inti banyak yang berasal dari gabungan sel-sel yang berasal dari
sumsum tulang.

▹ Berperan penting dalam resorpsi selama pertumbuhan dan remodeling tulang.

▹ Di area terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan atau kriptus yang
terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai resorption bays (dulu
disebut lakuna Howship).

▹ Pada osteoklast yang aktif dia akan menghadap matriks tulang terlipat secara irregular
yang membentuk batas bergelombang (ruffles border). Batas bergelombang ini dikelilingi
oleh suatu zona terang sirkumferensial yang kaya akan filament aktin dan merupakan
tempat adhesi osteoklast.

C.Matriks Tulang

Kira-kira 50% berat kering matriks tulang berupa material anorganik. Hidroksiapatit paling
banyak dijumpai, tetapi bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium & natrium juga ditemukan.

▹ Material organik yang terbenam dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi
dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein multiadhesif
spesifik, termasuk osteonektin.

27
▹ Glikoprotein pengikat- kalsium, terutama osteokalsin, dan fosfatase yang dilepaskan di
vesikel matriks oleh osteoblas meningkatkan kalsifikasi matriks.

▹ Gabungan mineral dengan serat kolagen yang memberikan kalsifikasi bertanggung jawab
untuk kepadatan dan ketahanan pada jaringan tulang.

D.Lapisan Tulang

Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentukan tulang dan
jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.

PERIOSTEUM

▹ Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang.

▹ Periosteum merupakan lapisan luar tulang yang terdiri dari jaringan ikat padat, dengan
pembuluh darah kecil, berkas kolagen dan fibroblas

▹ Berkas serat tulang periosteum, disebut serat perforata (atau serat Sharpey), memasuki
matriks tulang dan meningkat periosteum pada tulang.

▹ Lapisan dalamnya mengandung suatu sel punca mesenkimal yang disebut sel
osteoprogenitor, yaitu suatu suatu sel yang berpotensi membelah melalui mitosis dan
berdiferensiasi menjadi sel osteoblas.

▹ Sel osteoprogenitor berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang.

28
ENDOSTEUM

▹ Endosteum merupakan lapisan yang melapisi rongga-rongga di bagian dalam tulang.

▹ Endosteum memiliki ukuran yang sangat tipis dan menutupi trabekula kecil dari matriks
tulang yang memproyeksikan ke dalam rongga sumsum

▹ Meskipun jauh lebih tipis dari periosteum, endosteum juga mengandung sel
osteoprogenitor, osteoblas, dan sel-sel lapisan tulang.

E.Fungsi utama periosteum dan endosteum

adalah memberi nutrisi pada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara
kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang

F.Jenis jenis Tulang

BERDASARKAN HISTOLOGI:

1. COMPACT BONE (cortical)

▹ Memiliki struktur padat dan sedikit rongga

▹ Mengisi 80% dari total massa tulang

29
▹ Banyak mengandung kapur ( calsium fosfat dan calsium karbonat) sehingga tulang
menjadi kuat dan padat.

▹ Terdiri dari multiple cylindrical structural, yaitu:

 Lammelar Consentris, Kumpulan lacuna yang membentuk melingkar mengelilingi


harvesian canal

 Intersitial Lammelar ,Kumpulan lacuna yang tidak mengelilingi harvesian canal

 Lacuna, Berinti osteocyt dimana terdapat canaliculi

 Canaliculi, Canal untuk menghubungkan lakuna ke haversian canal

 Harvesian Canal, Struktur yang terdapat di tengah osteon, di dalamnya terdapat struktur
arteri, vena, dan saraf


Canali Volkman, Penghubung antara harvesian canal 1 dengan lainnya.

2. CANCELLOUS BONE (trabecular/spongy)

▹ Memiliki banyak rongga

▹ Mengisi 20% dari total massa tulang

30
▹ Tidak memiliki osteon, tetapi memiliki matriks tulang

▹ Terdiri dari struktur yang tidak beraturan, yaitu:

• Bone trabecula, struktur berongga sebagai tempat dari bone marrow (sumsum
tulang)

• Bone space, rongga diantara bone trabecula

BERDASARKAN P. MIKROSKOPIS:

1. WOVEN BONE (TULANG PRIMER)

▹ Merupakan tulang nonlamela dan ditandai dengan disposisi acak dari serat kolagen tipe I

▹ Merupakan jaringan tulang yang tampak pada perkembangan embrio & pada perbaikan
fraktur

31
▹ Umumnya bersifat sementara dan akan diganti oleh jaringan tulang sekunder/lamellar
bone pada orang dewasa, kecuali pada sedikit tempat di tubuh, misalnya dekat sutura
calvaria, di alveolus dentalis, dan pada insersi beberapa tendon

▹ Memiliki ciri khas dimana serat kolagennya irregular yang disebut tulang anyaman atau
woven bone, memiliki kadar mineral yang rendah dan memiliki osteosit yang banyak.

▹ Memiliki kekuatan yang kurang dari tulang sekunder (lebih lemah).

2. LAMELLAR BONE (TULANG SEKUNDER)

▹ Jaringan tulang yang dijumpai pada orang dewasa

▹ Merupakan struktur tulang yang matur

▹ Ditandai dengan beberapa lapisan atau lamela dari matriks kalsifikasi, masing-masing
tebal 3-7 μm.


Menyusun compact bone dan spongy bone

G.Sendi dan Jenisnya

32
▹ Sendi adalah regio tulang yang ditutupi dan dikelilingi oleh jaringan ikat.

▹ Jenis sendi menentukan tingkat gerakan antara tulang.

▹ Sendi dapat digolongkan sebagai:

1. Diartrosis, yang memungkinkan adanya pergerakan tulang

2. Sinartrosis, sedikit pergerakan/tidak sama sekali.

1.Jenis-jenis Sendi

DIARTHROSIS / SENDI GERAK

▹ Memungkinkan pergerakan tulang secara bebas


▹ Merupakan sendi yang umumnya menyatukan tulang-tulang panjang dan memiliki mobilitas
besar, seperti sendi siku dan lutut.
▹ Pada diartrosis, ligamen atau suatu simpai jaringan ikat mempertahankan susunan tulang
yang benar.
▹ Simpai membungkus sebuah rongga sendi tertutup yang mengandung cairan sinovial, yaitu
cairan kental, transparan, tanpa warna.
▹ Rongga sendi tidak dilapisi oleh epitel, tetapi oleh jaringan ikat khusus yang disebut
membran sinovial yang menjulurkan lipatan dan vili ke dalam rongga tersebut dan
menyekresi cairan sinovial sebagai pelumas.

33
A.MEMBRAN SINOVIAL
▹ Membran sinovial merupakan suatu jaringan ikat khusus yang melapisi simpai sendi
sinovial dan berhubungan dengan cairan sinovial pelumas, yang terutama berperan
untuk pemeliharaan.
▹ Membran sinovial dalam sendi diarthrotik dapat memiliki regio yang mencolok
dengan berbagai tipe jaringan ikat (areolar, fibrosa, atau adiposa).
▹ Permukaan regio jaringa tersebut biasanya mendapat banyak pendarahan, dengan
banyak kapiler berpori (berfenestra).
▹ Membran sinovial di area ini ditandai dengan dua sel khusus dengan fungsi dan asal
jelas diferensiasi, yaitu:

Sel sinovial seperti makrofag/Tipe A

 Berasal dari monosit darah dan dari cairan sinovial.


 Makrofag ini dimodifikasi, yang mewakili sekitar 25% dari sel-sel lapisan
sinovium, penting dalam mengatur kegiatan inflamasi dalam sendi diarthrotik.

Sel sinovial fibroblastik/Tipe B

 Menghasilkan hialuronat berlimpah dan komponen ekstraseluler lainnya.


 Banyak dari bahan ini diangkut oleh air dari kapiler ke dalam cairan sinovial,
yang melumasi sendi, mengurangi gesekan pada semua permukaan internal,
dan persediaan nutrisi serta oksigen pada tulang rawan artikular.

34
B.KARTILAGO SENDI

▹ Serat kolagen pada kartilago hialin sendi tersusun berupa lengkung dengan
ujungnya pada permukaan yang terpapar
▹ Tidak ditutupi oleh perikondrium
▹ Susunan kolagen ini membantu mendistribusikan daya yang dihasilkan oleh
▹ tekanan pada sendi secara lebih merata.

▹ Diskus intervertebralis adalah simfisis besar antara permukaan artikular dari


badan vertebra bertulang berturutan.
▹ Diikat oleh ligamen, komponen diskoid sendi intervertebralis ini memfasilitasi
pergerakan kolom vertebra yang terbatas.
▹ Setiap disk memiliki bagian terluar, annulus fibrosus, terdiri dari lamina
fibrocartilage konsentris di mana bundel kolagen disusun secara ortogonal
dalam lapisan yang berdekatan.
▹ Terletak di tengah annulus fibrosus, tubuh seperti gel yang disebut nucleus
pulposus memungkinkan setiap diskus berfungsi sebagai peredam kejut
▹ Nukleus pulposus terdiri dari matriks cairan kental yang kaya akan serat
hialurano dan kolagen tipe II, tetapi juga mengandung sel-sel yang tersebar
dan dikosongkan yang berasal dari notochord embrionik, satu-satunya sel dari
struktur itu yang bertahan setelah kelahiran.

35
▹ Nukleus pulposus besar pada anak-anak, tetapi struktur ini secara bertahap
menjadi lebih kecil seiring bertambahnya usia dan sebagian digantikan oleh
fibrocartilage.

2. SINARTROSIS / SENDI MATI


▹ Sinartrosis (Yun. syn, bersama, + arthrosis, artikulasi), merupakan tipe sendi dengan
sedikit pergerakan yang dapat dilakukan atau tidak sama sekali.
▹ Sinartosis dapat dibagi lagi dalam subdivisi sendi berserat dan tulang rawan,
tergantung pada jenis dari jaringan yang bergabung dengan tulang tersebut. Subtipe
utama dari sinartrosis meliputi berikut ini:

1.Sinostosis

▹ Tulang disatukan oleh jaringan tulang dan tidak ada gerakan yang dapat terjadi.
▹ Pada orang dewasa yang lebih tua, sinostosis menyatukan tulang-tulang tengkorak,
sedangkan pada anak dan remaja, dipersatu- kan oleh jahitan atau lapisan tipis dari
jaringan ikat dengan sel osteogenik

2.Sinkondrosis

▹ Tulang disatukan oleh tulang rawan hialin. Contohnya termasuk ligamentum


interoseus dari tibiofibular sendi rendah dan regio posterior dari sendi sakroiliaka.

3.Simfisis

36
▹ Sendi yang tidak bergerak dengan bantalan dari fibrokartilago antara tulang rawan
artikular meliputi ujung dari tulang. Semua simfisis, seperti simfisis pubis, terjadi di
▹ garis tengah dari tubuh.

C.Ligament dan Tendon

A.Ligament

▹ Ligamen adalah dense regular connective tissue yg berperan sbg penghubung antar tulang

▹ Jaringan ini mengandung kolagen.

▹ Jaringan ligamen adalah jaringan yang menyambungkan tulang satu dengan tulang
lainnya.

▹ Ligamen juga berperan dalam menyokong persendian dan mencegah pergerakan sendi

yang berlebih.

B.Tendon

▹ Tendon atau otot adalah pita yang kuat dari jaringan ikat berserat yang menghubungkan
otot ke tulang dan mampu menahan ketegangan.

▹ Tendon merupakan dense regular connective tissue.

▹ Komponen seluler utama tendon adalah fibroblas khusus yang disebut tenocytes.

37
▹ 60-80 % ECM nya tersusun oleh collagen

2.1.2 fisiologi tulang


A.Fungsi Tulang

Sistem skeletal terdiri dari beberapa komponen seperti : bones, cartilage, tendons, and ligaments.

1. Penyokong tubuh

Padat dan kuat, tulang cocok sebagai penopang berat dan jaringan penyokong utama tubuh.
Cartilage berisifat pada namun flexible, menyokong struktur khusus seperti hidung, bagian luar
telinga, thoracic dan trachea. Ligament adalah pita kuat dari jaringan ikat fibrosa yang
mempersatukan tulang.

2. Proteksi organ tubuh

Tulang itu keras dan memproteksi organ di sekitarnya. Contoh : tengkorak melindungi otak dan
vertebre melindungi spinal cord. Rib melindungi jantung, paru-paru dan organ lain pada thorax.

3. Pergerakan tubuh

Otot skelet dilekatkan dengan tulang menggunakan tendon (pita kuat dari conetive tissue).
Kontraksi dari otot skelet menggerakan tulang, menghasilkan pergerakan. Sendi, terbentuk
ketika dua atau lebih tulang bertemu, memungkinkan pergerakan dari tulang. Smooth cartilage
menyelubungi beberapa ujung tulang pada sendi, memungkinkan tulang bergerak lebih leluasa.
Ligament memungkinkan pergerakan di antara tulang namun mencegah pergerakan yang
berlebihan.

38
4. Simpanan mineral

Beberapa mineral di simpan di dalam darah dan dsimpan di dalam tulang. Ketika kadar mineral
di dalam darah turun, tulang akan melepaskan cadangan mineralnya ke dalam darah. Adipose
disimpan di dalam rongga tulang dan ketika dibutuhkan akan dilepaskan ke dalam darah. 

5.Produksi sel darah

Kebanyakan rongga tulang terisi oleh red bone marrow, yang berfungsi memproduksi sel darah
dan platelet.

A.Osteogenesis

Perkembangan tulang atau osteogenesis terjadi dalam 2 cara, Osifikasi intramembranosa


& endokhondral

1.Osifikasi intramembranosa

▹ Merupakan proses terbentuknya tulang pipih

▹ Dimulai saat usia minggu ke-8 pada perkembangan embrio sampai sekitar usia 2 tahun

▹ terjadi didalam membrane jaringan mesenkim embryonal

▹ Tulang yang terbentuk: tengkorak,rahang,scapula dan clavicula

▹ Hasil akhir akan terbentuk : Spongy Bone dan Compact Bone

39
Mekanisme Osifikasi intramembranosa

▹ Sel mesenkim embrionik berkondensasi menjadi sel-sel progenitor osteokondral →


berproliferasi membentuk lapisan osteoblast → mengeluarkan matriks nya → osteoblast
akan terjebak pada matriksnya sendiri → osteosit → osteosit akan bergabung menjadi
Trabekula

▹ Pada permukaan Trabekula terdapat lebih banyak osteoblast → matriks yang dihasilkan
akan lebih banyak → tulang trabekula akan menjadi lebih besar dan luas → trabekula-
trabekula akan bergabung satu sama lain→ spongy bone

▹ Sel-sel pada ruang spongy bone → membentuk spongy bone

▹ Sel-sel yang terletak pada ujung tulang spongy → akan membentuk periosteum →
osteoblast yang ada di periosteum akan mengluarkan matriks → sehingga permukaan luar
tulang memadat → compact bone

2.Osifikasi endokondral

▹ Dalam Bahasa yunani,endo=didalam+chondro=(tulang rawan)

▹ Terjadi didalam sepotong tulang rawan hialin yang bentuknya akna mirip seperti tulang
yang akan dibentuknya

▹ Tulang yang dibentuknya: tulang tubuh dan tulang pipa

40
▹ berkembang pada akhir minggu ke-8 embrionik

B.Pertumbuhan Tulang Panjang

1. ZONA TULANG RAWAN

Tersusun atas tulang hialin khas

2. ZONA PROLIFERASI

Tempat sel-sel tulang rawan membelah, membesar, dan membentuk seperti piring

3. ZONA HIPERTROFI

Chondrosit akan matur, Sel yang dekat dengan Epiphysis akan lebih aktif membelah dan dekat
dengan Diaphysis lebih banyak yang hyperthropy

4. ZONA KLASIFIKASI

41
Merupakan zona yang tipis, kondrosit yang apoptosis melepaskan vesikel

5. ZONA OSIFIKASI

Woven bone diletakan oleh osteoblast dan mengalami remodelling menjadi tulang lamearal

C.Pertumbuhan Tulang Lebar

▹ Selama masa pubertas, tulang akan bertambah besar dan lebar. Osteoblast dari
Periosteum akan menumpuk → membentuk groove

▹ Osteoblast akan terus mensekresikan matriksnya → sehingga ridge nya akan penuh →
akan membentuk tunne → periosteum yang ada di tunnel berubah menjadi endosteum

▹ Osteoblast yang terletak di endosteum → lamella concentric

Lamella akan bertambah banyak → tunnel terisi penuh oleh lamella → membentuk
osteon

42
D.Peran Metabolic Tulang

▹ Ca2+ dan ion kunci bagi semua sel,ditimbun dalam tulang bila kalsium dari makanan
mencukupi dan dikeluarkan dari tulang bila kalsium makna tidak mencukupi

▹ Mempertahankan kadar kalsium darah yang tepat melibatkan aktivitas ketiga sel tulang
utama dan biasanya diatur oleh sedikit interaksi parakrin di antara mereka dan sel sel lain

▹ Hormon yang mempengaruhi pengendapan kalsium dan penarikannya dari tulang adalah
hormone paratiroid (PTH) yangs ecara tidak langsung merangsang osteoklast untuk
meningkatkan kadar kalsium darah dan kalsitonin yang dapat mengambat
osteoklas,menurunkan kadar kalsium darah

E.Sendi Pergerakan

SYNOVIAL JOINT

▹ Sendi sinovial mengandung cairan sinovial dan memungkinkan pergerakan yang cukup
besar antara tulang artikulasi

▹ Sendi ini lebih kompleks daripada sendi fibrous dan kartilago

▹ sendi yang menyatukan tulang-tulang kerangka appendicular

43
A.Type movement synovial joint

1. fleksi = menekuk ada penurunan sudut antara tulang artikulasi

2. ekstensi = untuk meregangkan ada peningkatan sudut antara tulang mengartikulasikan,

3. Abduksi= menjauhi bidang median tubuh

4. Adduksi= mengarah ke bidang median tubuh

5. Rotasi= menggerakan bagian tubuh sekeliling poros panjangnya

6. Rotasi medial (endorotasi) = memutarkan permukaan depan dari vental ke media

7. Rotasi lateral (eksorotasi)= memutarkan permukaan tersebut ke lateral

8. Sirkumduksi adalah gerakan ujung bagian tubuh bagian dalam dalam sebuah
lingkaran,Circumduction bukanlah gerakan yang terisolasi dengan sendirinya tetapi
merupakan urutan terus menerus dari fleksi, abduksi, ekstensi, adduksi, dan rotasi sendi

B.Special movement

▹ Pronasi= rotasi medial lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan mengahadap ke
(dorsal) belakang

▹ Supinasi = rotasi lateral lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan mengahadap
(ventra ) depan

▹ Eversi = memutarkan telapak kaki (lateral) luar

▹ Inversi = memutarkan telapak kaki (medial) dalam

▹ Protursi= menggerakan rahang bawah (ventral) depan

44
▹ Retrusi = menggerakan rahang bawah (dorsal) kebelakang

C.Type Sendi Sinovial

▹ Articular cartilage

yaitu lapisan tipis yang tersusun dari hyalin cartilage yang menyelubungi permukaan tulang
artikular dalam sendi synovial

▹ Disk artikular, atau meniscus

yaitu bantalan datar fibrokartilago yang terletak di antara articular cartilage hanya terdapat
padasendi synovial pada lutut dan pergelangan tangan

Fungsi: membantu menyesuaikan hubungan antara tulang artikulasi, meningkatkan stabilitas


sendi

45
▹ Joint cavity

yaitu daerah yang menutupi diantara tulang artikular sendi sinovial dan dikelilingi oleh kapsul
sendi yang membantu menyatukan tulang serta amphiarthoses

▹ Joint capsule

terdiri dari dua lapisan yaitu kapsul fibrosa luar dan membran sinovial bagian dalam.

▹ Fibrous capsule

adalah lapisan terluar kapsul sendi terdiri dari jaringan ikat padat yang tidak teratur dan
berhubungan dengan lapisan fibrosa periosteum yang menutupi tulang yang disatukan pada
sendi. Bagian kapsul fibrosa dapat menebal, dan serat kolagen dapat menjadi teratur,diatur untuk
membentuk ligamen.

▹ Synovial membrane

adalah lapisan dalam kapsul sendi yangtipis, halus, melapisi rongga sendi, kecuali di atas tulang
rawan artikular dan disk artikular. Terdiri dari kumpulan sel- sel jaringan ikat yang dimodifikasi.
Dan akan mengehasilkan cairan sinovial.

▹ Fat pads

yaitu bantalan lemak dari jaringan adiposa yang menonjol yang terletak diantara kapsul fibrosa
dan membran sinovial sebagai bantalan disekitar sendi.hanya terdapat padasendi, seperti siku dan
lutut.

▹ Synovial fluid

adalah campuran kompleks polisakarida, protein, lipid, dan sel yang berasal dari filtrat serum
(cairan darah) dan sekresi dari sel sinovial. Polisakarida utama, asam hialuronat, memberikan
banyak konsistensi yang licin dan kualitas pelumas dari cairan sinovial.

▹ Bursa

46
yaitu kantung yang terbuat dari membran sinovial yang melebar mengandung cairan sinovial dan
memberikan bantalan antara struktur yang seharusnya saling bergesekan, seperti tendon yang
bergesekan dengan tulang atau tendon lainnya.

D.Klasifikasikan berdasar Gerakan

▹ Plane joint

terdiri dari dua permukaan tulang datar dengan ukuran yang kira-kira sama dan dapat terjadi
sedikit gerakan meluncur. termasuk uniaksial karena beberapa rotasi tetapi dibatasi oleh ligamen
dan tulang yang berdekata . Contoh: proses artikular antara vertebra.

▹ Saddle joint, atau pelana

terdiri dari dua permukaan artikulasi berbentuk pelana yang berorientasi pada sudut kanan satu
sama lain sehingga permukaan komplementernya berartikulasi. sendi biaksial Contoh: sendi
carpometacarpal pada ibu jari.

▹ Hinge joint atau engsel

sendi uniaksial di mana silinder cembung pada satu tulang diterapkan pada konkavitas yang
sesuai pada tulang lainnya. Contoh: sendi siku dan lutut

▹ Pivot joint

sendi uniaksial yang membatasi pergerakan hingga rotasi di sekitar sumbu tunggal. Sambungan
pivot terdiri dari proses tulang yang relatif silindris yang berputar di

dalam cincin yang sebagian terdiri dari tulang dan sebagian ligamen. Contoh: artikulasi antara
kepala jari-jari dan ujung proksimal ulna.

▹ Ball-and-socket joint

47
terdiri dari bola (kepala) di ujung satu tulang dan soket di tulang yang berdekatan di mana
sebagian bola cocok. Bersifat multiaksial, memungkinkan berbagai gerakan di hampir semua
arah Contoh: sendi bahu dan pinggul.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontak dan Rentang Gerakan di Sendi Sinovial

▹ Struktur atau bentuk tulang artikulasi

menentukan seberapa dekat mereka dapat saling menyatu Hubungan iini sangat jelas pada sendi
panggul, di mana kepala tulang paha berartikulasi dengan asetabulum tulang pinggul

▹ Kekuatan dan (kekencangan) ligamen sendi

Ligamen yang tegang tidak hanya membatasi rentang gerak tetapi juga mengarahkan pergerakan
tulang artikulasi satu sama lain.Contoh: Pada sendi lutut, ligamentum cruciate anterior kencang
dan ligamentum cruciate posterior longgar ketika lutut diluruskan, dan sebaliknya ketika lutut
ditekuk,Di sendi panggul, ligamen tertentu menjadi kencang saat erdiri dan lebih kuat
menempelkan kepala tulang paha ke acetabulum tulang pinggul.

▹ Contact of soft part

satu permukaan tubuh bersentuhan dengan yang lain dapat membatasi mobilitas

48
contoh, jika menekuk lengan pada siku, ia tidak dapat bergerak lebih jauh setelah permukaan
anterior lengan bawah bertemu dan menekan otot-otot bisep brakii lengan

Gerakan sendi juga dapat dibatasi oleh adanya jaringan adiposa.

▹ Hormon

Fleksibilitas sendi juga bisa dipengaruhi oleh hormon

Contoh:relaxin, suatu hormon yang diproduksi oleh plasenta dan ovarium, meningkatkan
fleksibilitas fibrokartilago simptika pubis dan melonggarkan ligamen antara sakrum, tulang
pinggul, dan tulang ekor menjelang akhir kehamilan.

▹ Tidak digunakan (disuse)

Gerakan pada sambungan dapat dibatasi jika sambungan tidak digunakan dalam waktu lama.

Contoh: jika sambungan siku diimobilisasi oleh gips, rentang gerakan pada sambungan dapat
dibatasi untuk beberapa saat setelah gips dilepas. Tidak digunakannya juga dapat menyebabkan
berkurangnya jumlah cairan sinovial, berkurangnya fleksibilitas liga dan tendon, dan atrofi otot

2.3 DISLOCATION

 Definisi

Bahu terkilir adalah cedera di mana tulang lengan atas Anda keluar dari soket berbentuk cangkir
yang merupakan bagian dari pisau bahu Anda. Bahu adalah sendi tubuh yang paling mobile,
yang membuatnya rentan terhadap dislokasi.

 Klasifikasi

Classification is based on direction of humeral head dislocation

 Anterior (most common; 90%-98% of cases 1)


 Posterior (2%-5% of cases 4)
 Inferior (luxatio erecta humeri; less than 1% of cases 5)

 Etiologi
 Sebagian besar dislokasi bahu (96%) adalah hasil dari trauma

49
- Dislokasi parsial dan lengkap dapat terjadi baik sebagai akibat dari peristiwa traumatis tunggal
atau, pada orang dengan kelemahan bawaan dalam sendi, sebagai hasil dari kegiatan berulang
seperti melempar atau berenang
- Pada orang yang lebih muda, sebagian besar dislokasi bahu disebabkan oleh trauma langsung atau
cedera olahraga
- Pada orang tua, jatuh adalah penyebab utama, dislokasi sering disertai dengan fraktur tulang, dan
ada insiden yang lebih tinggi dari cedera rotator cuff bersamaan.
 Dislokasi bahu anterior terjadi akibat abduksi paksa dan rotasi eksternal lengan atau dari gaya
posterior ke anterior yang bekerja pada humerus proksimal
 Dislokasi bahu posterior dihasilkan dari gaya diarahkan posterior yang diterapkan pada bahu tertekuk
atau terjadi sebagai akibat langsung dari trauma (67% kasus), aktivitas kejang (31%), atau sengatan
listrik (2%)
 Dislokasi bahu inferior terjadi akibat proses bertingkat yang melibatkan energi dan kekuatan tinggi
yang mengangkat kepala humerus keluar dari sendi glenohumeral secara inferior. 5
 Dislokasi bahu atraumatik berjumlah kurang dari 5% dari kasus 6
- Ditandai dengan ketidakstabilan multi-arah dan kelemahan ligamen
- Ketika diduga dislokasi atraumatik, evaluasi untuk:
 Sindrom Ehlers-Danlos (penyakit jaringan ikat)
 Hipoplasia Glenoid (kelainan tulang)
 Retroversi glenoid berlebihan (varians anatomi)
- Responsif terhadap manajemen non-bedah

 Epidemiologi
 Bahu adalah sendi yang paling sering mengalami dislokasi dalam tubuh.
 Meskipun sebagian besar dislokasi bahu terjadi anterior, mereka juga dapat terjadi posterior, inferior,
atau anterior-superior.
 Pasien dengan dislokasi bahu sebelumnya lebih rentan terhadap redislokasi. Ini terjadi karena
jaringan tidak sembuh dengan baik dan / atau karena jaringan meregang dan menjadi lebih longgar.
 Faktor-faktor lain yang menunjukkan korelasi yang jelas dengan redislokasi adalah usia pasien dan
robekan rotator cuff bersamaan dan fraktur glenoid.
 Pasien yang lebih muda (remaja dan mereka yang berusia 20 tahun) memiliki frekuensi pengunduran
diri yang jauh lebih tinggi daripada pasien berusia 50-an dan 60-an. [7] Banyak dokter percaya
bahwa usia kurang dari faktor risiko predisposisi untuk redokasi daripada tingkat aktivitas.
 Pasien yang merobek manset rotator atau fraktur glenoid selama dislokasi bahu mereka memiliki
insiden redislokasi yang lebih tinggi daripada pasien tanpa masalah ini.
 Dalam sebuah studi kohort retrospektif, Kardouni et al menemukan tingkat kejadian 10 tahun
dislokasi bahu pada tentara AS menjadi 3,13 per 1.000 orang-tahun, atau total 15.426 insiden
dislokasi bahu. Tingkat kekambuhan adalah 28,7%. Risiko cedera lebih besar pada pria dan tentara
berusia 40 tahun atau lebih muda, dengan risiko kekambuhan meningkat dengan cedera saraf aksila
bersamaan dan usia 35 tahun atau kurang.

 Faktor Risiko
 Usia
- Distribusi bimodal sedang terjadi, dengan puncak pada kelompok umur 10 hingga 20 tahun dan
50 hingga 60 tahun
- Dislokasi bahu posterior biasanya terjadi pada pasien berusia 35 hingga 55 tahun

50
 Seks

Laki-laki lebih banyak terkena daripada perempuan, termasuk dengan dislokasi bahu berulang

 Faktor / asosiasi risiko lain


- Cedera yang berhubungan dengan dislokasi bahu meliputi:
 Lesi bankart: robekan labrum glenoid anterior yang menyertai pelepasan ligamentum
glenohumeral inferior dari margin glenoid (terjadi pada 85% dislokasi bahu anterior)
 Lesi Hill-Sachs: fraktur kompresi aspek posterior kepala humerus (40% -90% dislokasi bahu
anterior dan 100% dislokasi berulang
 Lesi terbalik Hill-Sachs, dengan fraktur impaksi kepala humerus anterior, terjadi pada hingga
86% dislokasi bahu posterior
 Robekan rotator cuff (33% dislokasi bahu anterior ; 13% dislokasi bahu posterior)
 Fraktur tuberositas lebih besar (15% -30% dislokasi anterior)
 Fraktur roid atau avulsi rim (5% -75% dislokasi bahu anterior; 4% -11% dislokasi bahu
posterior, menyebabkan fraktur rim posterior)
 Cedera neurologis (13% dengan dislokasi anterior; 6 kurang dari 1% dengan dislokasi
posterior); biasanya, saraf aksila terlibat
 Cidera arteri (1% -2% dislokasi bahu)
 Fraktur leher humerus (risiko nekrosis avaskular)

ANTERIOR DISLOCATION OF THE SHOULDER

MECHANISM OF INJURY

Dislokasi biasanya terjadi karena saat terjatuh dan menopang nya dengan lengan. Sehingga
bagian head dari humerus terdorong kedepan. Merobek bagian capsule dan menyebabkan avulsi
dari glenoid labrum (the bankart lesion)

Dislokasi bahu anterior terjadi akibat abduksi paksa dan rotasi eksternal lengan atau dari gaya
posterior ke anterior yang bekerja pada humerus proksimal

51
TREATMENT

 STIMSON’S TECHNIQUE

52
 HIPPOCRATIC METHOD

 KOCHERS METHOD

53
KOMPLIKASI :

EARLY

 Rotator cuff tear

 Nerve injury

 Vascular injury

 Fracture-dislocation
LATE

 Shoulder stiffness

 Unreduced dislocation

 Recurrent dislocation
PHYSYICAL EXAMINATION

Dislokasi anterior

1) Pasien dengan dislokasi anterior biasanya datang dengan lengan dipegang tetap, sedikit
diputar secara internal, dan diculik

2) Pemeriksaan klinis biasanya menemukan deformitas "kuadrat", terutama pada pasien


kurus

54
3) Akromion dan depresi yang menonjol pada area yang biasanya diduduki oleh kepala
humerus

4) Kepala humerus dapat terlihat dan teraba anterior

5) Akromion mungkin menonjol ke lateral, posterior ke tempat kepala humerus biasanya


berbaring

POSTERIOR DISLOCATION OF THE SHOULDER

MECHANISM OF ACTION

Berasal indirect force yang menghasilkan internal rotation, dan adduksi. Sering terjadi Ketika
convulsion.

Dihasilkan dari dislokasi secara posterior, yang dpt diakibatkan dari (67% kasus), aktivitas
kejang (31%), atau sengatan listrik (2%)

Imaging : bagian head dari humeral secara medial terotasi, terlihat bentuknya abnormal
(seperti lampu yang bulat) dan berada jauh dari glenoid fossa.

Treatment : dengan menarik lengan dengan bahu pada keadaan adduksi

Komplikasi : unreduced dislocation, recurrent

Dislocation

55
INFERIOR DISLOCATION OF THE SHOULDER
(LUXATIO ERECTA)

Paling jarang terjadi, sekitar kurang dari 1% . Dislokasi ini terjadi dengan lengan hampir
sepenuhnya mengalami abduksi/elevasi.

Mechanism of action :

Injury ini disebabkan oleh hyper abduction force yang parah. Sehingga kepala humerus terangkat
keluar dari sendi glenohumeral secara inferior

Soft-tissue injury disertai dengan avulsi dari capsule, rupture of muscles, fracture dari glenoid
atau proximal humerus dan kerusakan pada brachial plexus dan axillary artery.

MANIFESTASI KLINIS

 Anterior shoulder dislocation : pasien biasanya terjatuh ke lengan secara terentang, dapat
terjadi traumatic dislocations kembali. Biasanya digambarkan dengan bahu popping atau
rolling dari tempat seharusnya.

 Posterior shouder dislocation : trauma, seizure, electric shock

 Inferior shoulder dislocation : diikuti dengan high-energy trauma


DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

 Acromioclavicular Dislocation
Presentasi serupa dari nyeri akut, rentang gerak terbatas, dan riwayat trauma

Fitur yang membedakan adalah mekanisme cedera; biasanya kekuatan tumpul dari

56
tingkat bahu di atas Radiografi memungkinkan diferensiasi dengan menunjukkan

pemisahan sendi acromioclavicular.

 Proximal Humeral Fracture


Presentasi serupa dari nyeri akut, rentang gerak terbatas, dan riwayat trauma

Radiografi memungkinkan diferensiasi dengan menunjukkan bukti fraktur.

MACAM-MACAM DISLOKASI
SIMPLE DISLOCATION OF THE ELBOW
 Siku merupakan sendi utama yang paling sering dislokasi pada orang dewasa

 Dislokasi sendi ulnohumeral merupakan dislokasi yang paling umum setelah bahu

 Lebih dari 90% kasus lengan terkilir di posterior terhada humerus

 Cedera jaringan lunak tanpa fraktur

 Kurang dari 10% pasien memiliki hasil yg buruk dan beberapa memerlukan intervensi bedah

Mekanisme cedera dan patologi

 Mayoritas dislokasi terjadi akibat jatuh di tangan terentang dengan siku dalam ekstensi
 Olahraga dapat menyebabkan mekanisme lainnya terjadi
 Dalam pemindaian MRI ditemukan robekan di ligamen medial
 20% lateral ligamentum utuh dan hanya memiliki sobekan derajat rendah
 Dislokasi ini dikaitkan dengan adanya kerusakan saraf dan pembuluh darah di sekitarnya

Gambaran Klinis

 Pasien menopang siku dengan sedikit flexi


 Landmark tulang (olecranon dan epicondyle) teraba dan di tempat yang tidak normal
 Rasa sakit dengan luka-luka dan bengkak
 Adanya tanda-tanda kerusakan pembuluh darah dan saraf pada tangan

57
PENGOBATAN

 Dengan dilakukan dengan relaksasi otot sebagai penghilang rasa sakit menggunakan obat
intramuskular atau intravena
 Jika itu tidak berhasil maka sedasi sadar dapat dilakukan
 Teknik reduksi melibatkan pasien dalam posisi terlentang
 Setelah reduksi,siku diletakkan dengan stabil
 Saraf dan sirkulasi distal diperiksa kembali dengan X-ray untuk mengkonfirmasi sendi berkurang
 Lengan dipegang dan ujung lengan dengan siku tertekuk diatas 90 derajat
 Peregangan pasif dari siku harus dihindari

KOMPLIKASI

1. Early
 Vaskular injury
 Nerve Injury
2. Late
 Kekakuan
 Osteoarthritis
 Heterofic Ossification
 Recurrent dislocation

58
DISLOCATION OF THE ULNA

 Cedera ini digambarkan oleh Monteggia di awal abad 19


 Cedera ini merupakan patah tulang batang ulna terkait dengan dislokasi anterior dari sendi
radioulnar proksimal
 Hampir semua fraktur ulna terkait dengan dislokasi sendi radiocapitellar
 Pada anak-anak, cedera ulnaris mungkin merupakan frakture plete

GAMBARAN KLINIS
 Adanya deformitas ulnaris yang jelas
 Dislokasi head of radius yang tertutup ditutupi oleh pembengkakan
 Rasa sakit pada sisi lateral
 Tanda-tanda cedera pada saraf radial di pergelangan tangan dan tangan

KLASIFIKASI
1. Nerve Injury
2. Malunion
3. Union

59
DISLOCATION OF THE RADIUS

MEKANISME CIDERA

• Penyebabnya dikarenakan tangan yang jatuh


• Sepertiga bagian bawah jari-jari dan radioulnar joint inferior patah atau dislokasi

GAMBARAN KLINIS

 Kemungkinan untuk menunjukkan ketidakstabilan radioulnar menyatu dengan ujung


bagian akhir ulna

SINAR X

 Fraktur miring melintang atau pendek terlihat di sepertiga bawah jari-jari, dengan
angulasi atau tumpang tindih.
 Sendi radioulnar distal adalah subluksasi atau dislokasi.

60
PENGOBATAN
Pengobatan Seperti halnya fraktur Monteggia, langkah penting adalah untuk mengembalikan
panjang tulang yang retak

DISLOCATION CARPAL
GAMBARAN KLINIS

 Pergelangan tangan terasa nyeri,bengkak,serta tidak bisa bergerak

SINAR X

 Jika bulan sabit dislokasi, ia akan memiliki bentuk segitiga karakteristik bukan normal
penampilan segiempat
 Jika ada terkait dengan fraktur skafoid,mungkin fragmen distal ditekuk

61
PENGOBATAN
1. Reduksi Terbuka
 Belat plester(plaster splint) diterapkan memegang pergelangan tangan netral.
 Percutaneous K- wires mungkin diperlukan untuk menahan reduksi

2. Reduksi Tertutup
 Reduksi yang sangat penting diperlukan
 Jika reduksi tertutup gagal dilakukan maka reduksi terbuka sangat diperlukan

CARPOMETACARPAL DISLOCATION

The thumb

 Ibu jari yang paling sering terkena


 Secara klinis cedera kemudian akan menyerupai fraktur-dislokasi Bennett

FINGER CARPOMETACARPAL JOINT

 Dapat terjadi setelah meninju atau jatuh tinju


 Jarang semua CMJs rusak dalam tabrakan motor energi tinggi
 Terkait dengan fragmen tulang dari hamate
 Untuk mencecah terjadi dislokasi lagi yaitu dengan memakai K-wire

METACARPOPHALANGEAL DISLOCATION

62
 Biasanya ibu jari yang terpengaruhi,dan jarang jari-jari lainnya
 Otot di depan sendi mungkin robek
 Ada dua jenis dislokasi yaitu dislokasi sederhana dan kompleks
1. Dislokasi sederhana
 Digit diperpanjang sekitar 75 derajat

2. Dislokasi kompleks

 Digit diperpanjang 30 derajat ada lesung pipit di telapak tangan


INTERPHALANGEAL JOINT DISLOCATION

63
 Dislokasi ini jarang terjadi
 Dislokasi mudah dikurangi dengan menarik
 Dimana dislokasi ini butuh berbulan-bulan (dan kadang-kadang selamanya) untuk
pembengkakan seperti spindle pada sendi
 Jika reduksi tertutup berhasil dan sambungan stabil digunakan sementara kawat transartikular
 Jika tidak dapat dikurangi atau tidak stabil ,fiksasi sekrup atau kabel transartikular yang
digunakan

VOLAR-FRACTURE DISLOCATION
 Ini relatif tidak biasa.
 Phalanx tengah terkilir ke depan.
 Jika tidak ada patah tulang atau fraktur yang tidak terlindungi, belat saja sudah cukup
 Sinar-X harus diambil pada 1 dan 2 minggu untuk memastikan bahwa sendi belum tergelincir.
DISLOCATIONS OF THE HIP

Dislokasi pinggul diklasifikasikan menurut arah perpindahan kepala femoralis: posterior (tipe paling
umum - 80% kasus), anterior dan sentral (dislocation melalui acetabulum).

MECHANISM OF INJURY

64
Dislokasi posterior biasanya terjadi ketika kekuatan diterapkan pada lutut, biasanya di dalam mobil yang
kursi penumpang ketika lutut menabrak dashboard. femur didorong secara proksimal dan kepala
femoralis dipaksakan ke belakang; Seringkali sepotong tulang dari acetabulum (Biasanya dinding
posterior) terpotong, membuat fraktur-dislokasi.

Gambaran klinis

Dalam dislokasi pinggul posterior terisolasi kaki adalah shortened dan terletak di adduksi, diputar secara
internal dan posisinya sedikit tertekuk (Gambar 30.1). Lutut seharusnya diperiksa untuk memar anterior
dan ligament cedera, dan status neurovaskular tungkai ditentukan. Saraf sciatic sangat beresiko.

IMAGING

Imaging

Pada tampilan X-ray anteroposterior, kepala femoral terlihat high-riding dan lebih kecil dari yang
diharapkan jika dibandingkan dengan pinggul normal kontralateral. Terkait femoralis kepala dan dinding
posterior acetabular fraktur mungkin jelas.

TREATMENT

65
Manajemen dislokasi pinggul posterior dapat dibagi menjadi teknik operatif dan non-operatif.

Manajemen Non-Operatif / Reduksi Tertutup

• adequate analgesia/anesthesia, for example, propofol or ketamine

• Lakukan manuver dengan pasien dalam posisi terlentang

• Terapkan traksi sesuai dengan deformitas hingga reduksi tercapai

• Kaji stabilitas pinggul setelah reduksi serta perbandingan panjang kaki untuk memastikan pinggul
reduksi

• Gunakan x-ray untuk bukti reduksi

• Untuk dislokasi pinggul asli, dapatkan CT scan pasca reduksi untuk menyingkirkan cedera terkait

Operative Management

ini harus dilakukan segera dan diindikasikan dalam situasi berikut:

• dislokasi yang tidak dapat diperbaiki terhadap reduksi tertutup,

• adanya fragmen tulang yang incarcerated,

• delayed presentation,

• reduksi non-konsentris,

• dan / atau adanya fraktur terkait pada leher femoral, kepala femoral, atau acetabulum

COMPLICATION

EARLY

• Sciatic nerve injury, Saraf skiatik rusak 10-20% kasus

• Vascular injury Kadang-kadang glutealis superior Arteri robek dan pendarahan mungkin banyak

66
fraktur batang femur

LATE

• Osteonekrosis pada kepala femoralis ini telah dilaporkan hingga 20% dari posterior traumatis
dislokasi pinggul; jika reduksi ditunda lebih banyak dari 12 jam, angkanya naik menjadi lebih
dari 40%

• Myositis ossificans terkait dengan tingkat keparahan softtissue cedera.

• Unreduced dislocation, Kejadian kekakuan atau osteonekrosis sangat banyak meningkat dan
pasien kemudian mungkin membutuhkan rekonstruksi operasi.

• Secondary osteoarthritis, biasanya diobati dengan arthroplasty

• Recurrent instablility, yg mungkin memerlukan stabilisasi atau rekonstruksi

ANTERIOR DISLOCATION

Gambaran klinis

• Kaki terletak secara eksternal dirotasi, abducted dan sedikit tertekuk.

• Biasanya tidak pendek, karena rectus femoris mencegah kepala bermigrasi proksimal dengan
jumlah yang signifikan.

• Kadang kaki abducted hampir ke sudut kanan.

• Dilihat dari sisi, tonjolan anterior kepala dislokasi memungkinkan visualisasi, terutama ketika
kepala telah bergerak anterior dan superior.

• Kepala yang menonjol mungkin mudah dirasakan, baik anterior (tipe superior) atau dalam
selangkangan (tipe inferior). (Gambar 30.3).

67
X-rays

• Dalam pandangan anteroposterior dislokasi biasanya jelas, tetapi kadang-kadang kepala hampir
langsung di depan posisi normalnya. Femoral akan muncul lebih besar dari sisi kontralateral.

• Lateral Film membantu mengonfirmasi diagnosis.

Treatment and complications

• reduksi pinggul dislokasi anterior lebih sulit dari pinggul dislokasi posterior. Seharusnya tetap
dilakukan sesegera mungkin di bawah sedasi atau anestesi umum; jika diperlukan upaya
berulang, open reduksi harus dipertimbangkan

• Manuver reduksi tertutup adalah sebagai berikut: kaki yang terpengaruh ditahan di luar rotasi,
abduksi dan fleksi, sebelum longitudinal traksi diterapkan. Kaki itu secara internal dan eksternal
diputar sampai pinggul berkurang - tekanan di depan di atas kepala femoral teraba. reduksi
biasanya jelas dan disertai dengan adanya bunyi teraba atau bahkan terdengar.

• Perawatan selanjutnya mirip dengan digunakan untuk dislokasi posterior.

CENTRAL DISLOCATION

Jatuh di samping, atau pukulan atas trokanter yang lebih besar, dapat memaksa kepala femoralis melalui
lantai acetabulum. Meskipun ini disebut 'dislokasi pusat', itu fraktur acetabulum (Gambar 30.4). Kondisi
ini ditangani dalam

68
Bab 29 'Cedera panggul'.

PATELLA DISLOCATION

MECHANIMS INJURY

• Dislokasi patela bisa bersifat traumatis atau atraumatik. Patela terkilir ke lateral dan medial
Ligamentum patellofemoral dan serat retinacular mungkin robek.

• Biasanya ini terjadi di lapangan olahraga ketika seorang pelari mengelak ke satu sisi.Tingkat
dislokasi pertama kali adalah yang tertinggi remaja wanita

Clinical features

• Dalam dislokasi 'pertama kali' pasien mungkin mengalami sensasi merobek dan perasaan bahwa
lutut telah pergi ‘Keluar dari sendi.’ Sering patella kembali ke posisinya secara spontan

• Tidak aktif maupun pasif pergerakan dimungkinkan (Gambar 31.13). Jika dislokasi telah
berkurang secara spontan, mungkin lutut bengkak dan mungkin ada memar dan nyeri tekan sisi
medial.

69
IMAGING

• Anteroposterior (AP), lateral dan tangensial (‘patella skyline ’) Sinar-X diperlukan. Dalam
dislokasi yang tidak direduksi, patela terlihat bergeser ke samping dan dimiringkan atau diputar

• MRI memberikan informasi berharga tentang multifactorial aspek ketidakstabilan patellofemoral


dan merupakan investigasi pilihan untuk pasien yang dipertimbangkan untuk intervensi bedah

Treatment

• Jika tidak direduksi, dislokasi dalam banyak kasus dapat ditekan kembali ke tempatnya tanpa
banyak kesulitan.

• Dislokasi pertama kali umumnya dikelola non-operatif bertujuan untuk mengurangi


pembengkakan dan peningkatan rentang gerak lutut dengan diikuti dengan latihan penguatan otot

• Fisioterapi, diarahkan menuju closed chain exercises dan vastus medialis oblique (VMO)
penguatan (utama penstabil dinamis patella).

• surgery sebaiknya tidak dipertimbangkan sampai tidak operasi perawatan telah gagal dan
sifatnya berulang dari penyakit ini telah mengakibatkan gangguan fungsional

DISLOCATION OF PERONEAL TENDONS

Dislokasi akut tendon peroneal mungkin menyertai atau mungkin keliru untuk ligament lateral regangan.

IMAGING

Tanda-tanda pada X-ray adalah fraktur miring malleolus lateral (yang disebut 'fraktur rim') atau serpihan
kecil tulang yang terletak lateral ke lateral malleolus (avulsi retinaculum).

TREATMENT

70
• Perawatan di gips di bawah lutut, atau dukungan / imobilisasi serupa di brace atau boot

• Pengobatan operatif menciptakan sebuag kantong di mana tendon dipindahkan

• Menggunakan nonabsorbable menjahit melalui lubang bor di tulang, anatomi normal diciptakan
kembali

• Sebuah alternative adalah memodifikasi morfologi distal fibula, translating posterior tulang untuk
membatasi tendon secara mekanis deepened posterior channel.

Apapun metode stabilisasi digunakan, penting juga untuk menilai keadaan tendon sendiri, sebagai
perpecahan longitudinal dan ini akan menyebabkan kelanjutan rasa sakit dan disfungsi di sekitar
perbatasan lateralpergelangan kaki jika tidak diperbaiki.

2.3 INTERPRETASI KLINIS

2.3.1 KEGAWATDARURATAN

Kegawatdaruratan merupakan keadaan yang bermanifestasikan gejala-gejala akut akan adanya


suatu keparahan pada tingkatan tertentu, dimana apabila pada keadaan tersebut tidak diberikan
perhatian medis yang memadai, dapat membahayakan keselamatan individu bersangkutan,
menyebabkan timbulnya gangguan serius fungsi tubuh ataupun terjadinya disfungsi organ atau
kecacatan.(ACEP, 2013).

Menurut The American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007) pengertian gawat
darurat adalah: An emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or
whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-requires immediate

71
medical attention. This condition continues until a determination has been made by a health
care professional that the patient’s life or well-being is not threatened.

Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban berdasarkan tingkat kegawatan.
Menseleksi dan memilah korban tersebut bertujuan untuk mempercepat dalam memberikan
pertolongan terutama pada para korban yang dalam kondisi kritis atau emergensi sehingga nyawa
korban dapat diselamatkan.
Klasifikasi triage

Di saat menemukan korban yang datang dalam kondisi kegawatdaruratan maka melakukan
proses triage dengan menerapkan S-O-A-P-I-Esystem. Tahap-tahap SOAPIE

system adalah :

72
Pelaksanaan S-O-A-P-I-Esystem merupakan suatusiklus.Setelah mendapatkan data subjektif dan
objektif maka bisa merumuskan masalah pasien, dilanjutkan merumuskan rencana tindakan
keperawatan. Setelah merumuskan rencana tindakan keperawatan kemudian melakukan tindakan
keperawatan sesuai kondisi pasien saat itu, dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Tahap
evaluasi bisa dilaksanakan pada semua tahap.Tahap-tahap diatas dapat dikerjakan secara
bersamaan (simultan) untuk mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien Anda seperti
contoh kasus selanjutnya.

2.3.2 INTERPRETASI X-ray

X-ray adalah sejenis radiasi yang disebut gelombang elektromagnetik. X-ray pencitraan
menciptakan gambar dari bagian dalam tubuh. Gambar-gambar itu memperlihatkan bagian-bagia

73
tubuh dalam berbagai gradiasi hitam putih. Hal ini karena berbagai jaringan menyerap jumlah
radiasi yang berbeda.

Teknik : Dasar dan Tambahan. Semua proyeksi dasar harus dilakukan setiap kali pemeriksaan
tersebut diminta. Proyeksi tambahan hanya dilakukan bila : kondisi pasien tidak memungkinkan
dilakukannya proyeksi dasar atau informasi diagnostik yang diperoleh dari proyeksi dasar tidak
memadai.

Posisi pasien

 Tegak/erect : berdiri/ duduk tegak


 Supinasi : telentang
 Pronasi : tengkurap
 Dekunitas : berbaring miring/pada sisi tubuh.
 Oblik : sedikit miring, pada sudut tertentu
 Lateral : berdiri atau duduk atau berbaring dengan satu sisi tubuh lebih dekat
kekaset/tempat kaset.

Arah sinar : AP atau PA

AP : Anterior-Posterior (depan kebelakang)

PA : Posterior-Anterir (belakag kedepan) menunjukan arah sorotan sinar X yag mellalui pasien
menuju kase..

 Kecepatan kombnasi film-layar yang digunakan dalam sitem “biru” : 50 dan 200
 Kecepatan kombnasi film-layar yang digunakan dalam sitem “hijau” : 100, 200, dan 400
 Nilai kV (kiloVoltage) akan menentukan kontras.
 Nilai mAs (miliAmpere second) akan menentukan penghitaman gambar.

Radiografi bahu yang terluka di dua bidang (lateral anteroposterior dan aksila atau
skapular) sangat penting untuk evaluasi bahu yang cedera akut.

Tampilan Bahu

 Anteroposterior (AP) Shoulder View

74
Proyeksi AP1 biasanya diperoleh dengan pasien dalam posisi tegak atau terlentang dan dengan
bidang koronal tubuh sejajar dengan kaset (Gbr. 1A). Sendi dimiringkan anterior sekitar 40 °
tampilan AP standar pada bahu dapat dilakukan dengan lengan dalam posisi netral, rotasi
internal, atau rotasi eksternal

 Glenohumeral “True” AP (Grashey) View

tampilan "true" atau Grashey AP berbeda dari AP standar lihat bahwa pasien diputar kira-kira
secara posterior 35 ° hingga 45 ° sehingga bidang skapula bukan tubuh sejajar dengan kaset
(Gbr. 1B)

 Axillary Lateral View

Pandangan aksila2 biasanya diperoleh dengan pasien terlentang dan lengan diculik 90 °,
meskipun beberapa variasi 3-8 pandangan ini telah dikembangkan yang membutuhkan kurang
dari 90 ° penculikan (Gbr. 1C).

 Scapular “Y” View

Tampilan Y scapular10 diperoleh dengan pasien tegak atau rawan dengan aspek anterior sisi
yang terpengaruh diputar 30 ° hingga 45 ° ke arah kaset (Gbr. 1D).

 Stryker Notch View

Tampilan takik Stryker11 dapat diperoleh dengan pasien di posisi telentang atau tegak. Lengan
diperpanjang secara vertikal atas; siku tertekuk, dan tangan disangga bagian belakang kepala
(Gbr. 1E)

75
 Bahu AP-dua proyeksi

Telantang-sinar vertikal dengan sudut 10o. Kecepatan kaset : kaset dengan kombinasi layar-film,
kecepatan nominal 200/400 dalam tempat kaset. Untuk anak, kaset ditempatkan diatas meja
(sayu proyeksi). Ukuran kaset : 24*30 cm (10*12 inci). 18*24 cm (8*10 inci ) untuk anak.
Gunakan penanda Right (kanan) atau left (kiri).

76
1. Pasien masuk kedalam kamar pemeriksaan, letakkan kaset atau diatas meja (untuk ).
Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.
2. Posisikan pasien .
a. Letakkan bantal besar dibawa bahu yang tidak diperiksa
b. Putar pasien sehingga bahu yang akan diperiksa terbaring diatas meja
c. Putar lengan kearah luar sehingga telapak tangan menghadap ke atas.
3. Pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
4. Pajankan sinar x dan ganti kaset.
5. Putar lengan earah dalam sehingga telapak tangan menghadap kebwah. Pajankan sinar X

Bayi dan anak-anak berbaring telentang diatas kaset yang diletakkan diatas meja. Lakukan
hanya salah satu proyeksi.

77
 Bahu Aksial

Kecepatan kaset : Kaset dengan kombinasi layar-film, kecepatan nominal 100/200 diatas
penyangga yang keras (setinggi 12-15cm) diatas tempt kaset. Ukuran kaset : 18*24 (8*10
inci). Gunakan penanda Right dan left.

1. Pasien masuk kedalam kamar pemeriksaan, letakkan kaset pada penyangga yang keras
(setinggi 12-15 cm) diatas tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap sususnan kaset
tersebut.
2. Posisikan pasien. Tekul lengan atas menjauhi tubuh.
3. Pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
4. Pajankan sinar X.

78
 Skapula lateral-duduk tegak

Jangan gunakan pemeriksaan ini pada anak dibawah usia 10 tahun.

Kecepatan kaset : kaset dengan kombinasi layar-film, kecepatan nominal 200/400 dalam tempat
kaset. Ukuran kaset : 24*30 cm (10*12 inci). Gunakan penanda right atau left.

1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan . letakkan kaset dalam tempat kaset.
Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.

79
2. Posisikan pasien. Angkat lengan pasien dengan tangan diletakkan dibelakang kepala
kecuali bila pasien merasa nyeri. Ihat posisi alternatif jika pasien merasa nyeri. Pusatkan
sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
3. Pajankan sinar X

Loss of Deltoid Contour

 Step ledder sign


Merupakan sebuah gejala infeksi yang ditandai dengan demam yang naik bertahap tiap
hari, mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan tinggi, dan
selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus infeksi.

Anterior Dislocated Shoulder dapat juga menyebabkan kerusakan ataupun cedera pada
axillary artery dan axillary nerve (C5,C6). Pada dislokasi ini, bagian yang paling umum
untuk mengalami cedera adalah axillary nerve. Pada Dislokasi bahu anterior ini juga
dapat terjadi cedera pada Suprascapular nerve dan radial nerve. Kerusakan axillary nerve

80
dapat menyebabkan pelemahan otot deltoid dan ketika deltoid mengalami atrofi, kontur
bahu normal yang membulat akan menghilang.

Orang yang mengalami cedera pada axillary nerve akan mengalami kesulitan untuk
abduksi lengan kurang lebih sejauh 15° dari tubuh

The Velpeau Bandage

 Definisi
Merupakan jenis perban lampin (swadding bandages) untuk cedera bahu
 Posisi memakai velpeau bandage:
lengan yang terluka ditempatkan di tengah – tengah dada lalu diperban dari bawah axilla
melewati bahu yang terluka didepan lengan yang terluka, dan di bawah siku untuk
melintas ke axilla.
 Tujuan digunakannya velpeau bendage :
1. Mengurangi gerakan dilokasi injury/ frakur
2. Memperbaiki posisi fragmen
3. Menghilangkan/ mengurangi ketidaknyamanan & rasa sakit pasien

81
4. Digunakan untuk adanya fraktur, dislokasi akromioklavikular, acromion, scapula,&
neck of humerus

Hard lump

Karena adanya dislokasi tulang yang menyebabkan perubahan anatomis tulang yang
menyebabkan adanya tonjolan pada bagian permukaan kulit.

82
Arm sling

Pemasangan arm sling merupakan salah satu prosedur medis yang sering dilakukan sebagai
bagian dari penatalaksanaan cedera ekstremitas atas untuk imobilisasi lengan dan mengurangi

nyeri.

83
2.4BHP,IIMC,PATOMEKANISME

2.4.1 BHP

1. Memberi tahu pada pasien agar lebih berhati-hati jika sedang beraktivitas/ berolahraga.
2. Menjelaskan pada pasien mengenai kondisinya saat ini.
3. Menjelaskan pada pasien prosedur treatment yang akan dijalani.
4. Menyarankan pasien agar mengurangi aktivitas fisik, agar proses penyembuhan
berlangsung cepat.
5. Membuat jadwal rutin untuk follow up.
2.4.2 IIMC

Q.S Al- Baqarah ayat 155 – 157 :

”Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan bukanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “innalilahi wa
inna ilaihi rojiun”Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari
tuhan mereka dan itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”

84
2.4.3 PATOMEKANISME

85
86
DAFTAR PUSTAKA

Staffan Sandstrom. WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik. Jakarta:ECG .2011.

Maria Diah Ciptaining Tyas. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajamen Bencana.2016

Timothy G. Sanders. Coventional Radiography of the Shoulder.Elseveir.2005

https://medlineplus.gov/xrays.html

iii

Anda mungkin juga menyukai