Anda di halaman 1dari 3

Amelia Gloria B.

1907350414

A.70.S1 Reguler

Tugas Hukum Kepailitan

1. Tugas dan Wewenang Kurator dan Hakim Pengawas di Dalam suatu kasus
pailit berdasarkan UU Kepailitan :
 Pengertian Kurator pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UU
Kepailitan”) adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan
yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Dalam
putusan pernyataan pailit, harus diangkat Kurator dan seorang Hakim
Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan. Kurator sendiri pada
Pasal 15 ayat (3) UU Kepailitan disebutkan dalam kedudukannya
harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan
debitor atau kreditor, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari 3 (tiga)
perkara. Tugas Kurator sendiri adalah melakukan pengurusan
dan/atau pemberesan harta pailit. Kurator berwenang melaksanakan
tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal
putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan
kasasi atau peninjauan kembali. Dalam melaksanakan tugas, Kurator
tidak harus memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitor atau salah satu organ
debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan, persetujuan atau
pemberitahuan demikian dipersyaratkan, dan Kurator dapat melakukan
pinjaman dari pihak ketiga, untuk meningkatkan nilai harta pailit. Sejak
mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya
untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat,
dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima. Jika terjadi kesalahan atau kelalaian dalam
tugas pengurusan harta pailit, Kurator bertanggung jawab terhadap
kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan
dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta
pailit.
 Tugas Hakim Pengawas adalah mengawasi pengurusan dan
pemberesan harta pailit yang menjadi tugas Kurator (yang dilakukan
oleh Kurator). Hakim Pengawas menilai sejauh manakah pelaksanaan
tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilaksanakan oleh
Kurator dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur dan kreditur.

2. Jenis dan Perbedaan kreditur dalam kepailitan serta berikan contohnya :


 Kreditur Preferen, merupakan kreditur yang memiliki hak istimewa atau
hak prioritas. Sehingga Kreditur preferen dapat didahulukan pelunasan
piutangnya karena mempunyai hak istimewa yang mendahului
berdasarkan sifat piutangnya. Hak istimewa diatur dalam Pasal 1134
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang berbunyi, “Hak
istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada
seorang kreditur yang menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi
daripada yang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutang itu.
Gadai dan hipotek lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam
hal undang-undang dengan tegas menentukan kebalikannya.” Merujuk
pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 67/PU-XI/2013, maka
terdapat penegasan bahwa pekerja/buruh merupakan kreditur preferen
yang harus didahulukan pelunasan piutangnya. Hal itu dikarenakan
berkaitan dengan pembayaran upah pekerja/buruh tersebut. Sehingga
pembayaran upah pekerja/buruh dapat didahulukan atas tagihan
kreditur separatis, hak negara, kantor lelang, biaya kurator dan lainnya.
Beberapa contoh kreditur preferen adalah pemberi piutang dagang,
bank pemberi pinjaman, dan sebagainya.
 Kreditur Separatis, merupakan Kreditur yang memegang hak jaminan
kebendaan. Hal ini diatur dalam Pasal 138 UUK, untuk PKPU yang
menyebutkan bahwa kreditur yang piutangnya dijamin dengan jaminan
kebendaan maka dapat meminta diberikan hak-hak yang dimiliki
kreditur konkuren atas bagian piutang tersebut, tanpa mengurangi hak
untuk didahulukan atas benda yang menjadi agunan atas piutangnya.
Termasuk dalam kreditur separatis adalah pemegang gadai, jaminan
fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya, Dalam hal Kepailitan berdasarkan Pasal 55 UU K-PKPU
kreditur separatis tersebut dapat melakukan eksekusi atas hak jaminan
yang dimilikinya dengan tetap memperhatikan ketentuan – ketentuan
tertentu sesuai dengan UU K=PKPU.
 Kreditur Konkuren, Untuk kreditur konkuren ini bisa dikatakan sebagai
kreditur yang tidak masuk kedalam golongan kreditur preferen atau
separatis. Sehingga pembayaran kepada kreditur konkuren ini
merupakan pembayaran yang baru akan dilakukan setelah
pembayaran pada kreditur separatis dan konkuren terpenuhi. Contoh
paling dasar dari kreditur konkuren adalah adanya perjanjian hutang
piutang tanpa adanya hak jaminan atau agunan.

Anda mungkin juga menyukai