Anda di halaman 1dari 10

http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.

php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
YOGYAKARTA-MAGELANG

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR KELOMPOK


WANITA TANI (KWT) SEDYO LESTARI KALURAHAN ARGOSARI
KAPANEWON SEDAYU KABUPATEN BANTUL
Lintang Muntias Putri1, Sukadi2, Endah Puspitojati3
1
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Yogyakarta, 55167
2
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Yogyakarta, 55167
3
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Yogyakarta, 55167

DOI : …
Received : …
Accepted : …
Published : …
Copyright : Authors retain copyright and grant the journal right of first
publication with This work is licensed under a Creative Commons
Notice Attribution-Non Commercial 4.0 International License.

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal
Kelompok Wanita Tani (KWT) Sedyo Lestri dalam menjalankan usaha jamur serta
mengetahui strategi prioritas dalam pengembangan usaha jamur. Penelitian ini dilaksanakan
di Kalurahan Argosari Kapanewon Sedayu Kabupaten Bantul. Metode penelitian
menggunakan wawancara dan kuisioner. Kajian ini melibatkan 25 responden yang dipilih
secara sampling jenuh. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SWOT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Faktor internal yang dianalisis dengan menggunakan matriks IFE
mendapatkan total skor 2,87 dan faktor eksternal yang dianalisis dengan matriks EFE
mendapatkan total skor 3,76. Berdasarkan skor IFE dan EFE diketahui pada matriks IE KWT
Sedyo Lestari berada pada sel II dan pada kuadran SWOT berada pada kuadran I sehingga
strategi yang perlu dilakukan adalah strategi agresif yang memanfaatkan peluang-kekuatan
untuk pengembangan produk, penetrasi pasar, dan pengembangan pasar. Matriks SWOT
menghasilkan 9 strategi alternatif yang selanjutnya dilakukan uji daya tarik strategi kepada
responden dengan menggunakan QSPM. Strategi prioritas yang ditentukan oleh responden
untuk dapat mengembangkan usaha jamur adalah strategi S-O yakni peningkatan kapasitas
produksi jamur melalui peran aktif anggota KWT. Peningkatan kapasitas produksi ini dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan dua buah oven sterilisasi, perluasan lokasi
budidaya jamur, disiplin waktu budidaya, menambah target produksi, dan pencegahan hama
penyakit.
Kata Kunci: Usaha Jamur, Strategi Pengembangan, SWOT.

ABSTRACT: This study aimed to determine the internal and external factors of Sedyo
Lestri's Women Farmer Group (KWT) in running a mushroom business and to identify
priority strategies in mushroom business development. The study was conducted in Argosari
Village, Sedayu Sub District, Bantul Regenscy. The Data collection was done by interview

lintangmuntias@gmail.com 1, sukadisukadii84@gmail.com 2, endah@polbangtanyoma.ac.id 3


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

and questionnaire methods. This study involved 25 respondents who were selected by
saturated sampling. The Data nalysis was performed using SWOT. Research shows Internal
factors analyzed using the IFE matrix got a total score of 2.87 and external factors analyzed
by the EFE matrix got a total score of 3.76. Based on the IFE and EFE scores, it was known
that in the IE matrix and SWOT quadrant, the Sedyo Lestari group put in cell II and
quadrant I, respectively. Therefore, the strategy that needs to be done was an aggressive
strategy that takes advantage of opportunities and strengths for product development, market
penetration, and market development. The SWOT matrix resulted 9 alternative strategies
which were then tested for the attractiveness of the strategy to respondents using QSPM. The
priority strategy determined by respondents to be able to develop a mushroom business is the
S-O strategy, namely increasing mushroom production capacity through the active role of
KWT members. The increas of production capacity can be done by optimizing the use of two
sterilizing ovens, expanding the location of mushroom cultivation, disciplined cultivation
time, increasing production targets, and preventing pests and diseases.
Keywords: Mushroom Business, Development Strategy, SWOT.

PENDAHULUAN memiliki permintaan pasar yang cukup


Jamur merupakan salah satu komoditas tinggi yakni mencapai 1.250 kg untuk
hortikultura yang berpotensi di Indonesia. jamur tiram, 851 kg jamur kuping dan 150
Indonesia berpotensi menjadi salah kg jamur linzie dalam setiap bulannya.
produsen penghasil jamur konsumsi Sampai tahun 2020, Kelompok Wanita
karena memiliki berbagai jenis jamur yang Tani Sedyo Lestari ini baru dapat
bergizi dan dapat digunakan sebagai memenuhi 60% dari total permintaan
produk kesehatan (Pramudya & pasar yang cukup besar tersebut yakni
Cahyadinata, 2012). baru mencapai 750 kg jamur tiram, 511 kg
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam jamur kuping, dan 90 kg jamur lingzie.
tiga tahun terakhir, produksi jamur di Rendahnya hasil produksi jamur ini
Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
fluktuasi mulai dari 369.399 kg pada tahun kurangnya ketersediaan baglog dan juga
2017 menjadi 392.416 kg pada tahun 2018 bibit jamur, terbatasnya luas lahan, dan
dan turun menjadi 296.508 kg pada tahun serangan hama.
2019 (BPS DIY, 2019). Dari uraian di atas dalam rangka
Setiap tahun permintaan jamur naik mengambangkan usaha jamur maka
10% khususnya jamur tiram untuk penulis akan mengkaji tentang “Strategi
kebutuhan hotel, pecinta sayur, dan lain Pengembangan Usaha Jamur di Kelompok
sebagainya (Kalsum et al., 2011). Wanita Tani (KWT) Sedyo Lestari
Kabupaten Bantul merupakan kabupaten Kalurahan Argosari Kapanewon Sedayu
yang memiliki peringkat ketiga penghasil Kabupaten Bantul DIY”.
produksi jamur terbesar di Daerah Tujuan kajian ini adalah untuk
Istimewa Yogyakarta dengan jumlah mengetahaui faktor internal (kelemahan
produksi yang mencapai 15.609 kg, 16.851 dan kekuatan) dan faktor eksternal
kg, dan 15.250 kg (BPS DIY, 2019). (peluang dan ancaman) yang ada di KWT
Kelompok Wanita Tani (KWT) Sedyo Sedyo Lestari dan strategi pengembangan
Lestari merupakan salah satu kelompok prioritas yang dapat diterapkan untuk
tani yang mengembangkan usaha jamur. pengembangan usaha jamur.
Berdasarkan hasil wawancara, dalam
setiap bulannya kelompok wanita tani
usaha jamur ini sampai tahun 2020

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 2


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

METODE
Kajian ini adalah kajian dengan Karakteristik Responden
metode kombinasi (kualitatif dan Berdasarkan aspek usia anggota KWT
kuantitatif) untuk mengidentifikasi faktor Sedyo Lestari terbagi atas usia produktif
internal (kekuatan dan kelemahan) dan (16-64 tahun) berjumlah 24 anggota
faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan presentase 96% dan anggota kwt
dalam pengembangan usaha jamur KWT yang masuk kriteria tidak produktif (>64
Sedyo Lestari. tahun) berjumlah 1 anggota dengan
Kajian ini dilakukan mulai bulan presentase 4%
Januari-Mei 2021 di KWT Sedyo Lestari Berdasarkan aspek latar belakang
Kalurahan Argosari, Kapanewon Sedayu, pendidikan anggota KWT Sedyo Lestari
Kabupaten Bantul dengan metode mmiliki pendidikan sangat beragam mulai
pemilihan lokasi dilakukan secara dari yang tidak bersekolah sejumlah 4
purposive. Responden/Sampel dalam anggota (16%), tamat SD sejumlah 3
kajian ini adalah 25 anggota KWT Sedyo anggota (12%), tamat SMP sejumlah 3
Lestari yang ditetapkan denan metode anggota (12%), tamat SMA/SMK
sampling jenuh. sejumlah 12 anggota (48%), dan tamat S1
Janis data yang digunakan dalam sejumlah 3 anggota (12%).
kajian ini adalah data primer yang
bersumber dari responden dan penyuluh Identifikasi Faktor Internal dan
pertanian lapangan serta data sekunder Eksternal
yang berasal dari dokumen instansi terkait. Kajian strategi pengembangan
Metode pengumpulan data menggunakan dilakukan untuk mengetahui strategi
metode wawancara dan kuisioner. prioritas yang diperlukan oleh KWT Sedyo
Teknik analisis data menggunakan Lestari untuk meningkatkan jumlah
tahapan perumusan strategi yakni tahap produksi sehingga mampu memenuhi 40%
pengumpulan input (Input Stage), tahap permintaan pasar. Freddy (2016)
pencocokan (Matching Stage), dan menyatakan bahwa untuk dapat
pengambilan keputusan (Decision Stage). merumuskan sebuah strategi usaha maka
dapat dilakukan dengan perumusan
HASIL DANPEMBAHASAN analisis SWOT yang dipadukan dengan
Kalurahan Argosari terletak di tahapan perumusan strategi.
Kapanewon Sedayu Kabupaten Bantul Identifikasi faktor internal dilakukan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalurahan untuk mengetahui kekuatan dan
Argosari terletak di sebelah barat Kota kelemahan serta faktor eksternal berupa
Bantul. Jarak Kalurahan Argosari dengan peluang dan ancaman. Hal ini sejalan
Kota Bantul kurang lebih 23 km. dengan pernyataan David dan David
Kalurahan argosari ini memiliki luas (2016) dan Pratiwi (2018) yang
wilayah 628.472 ha dengan luas lahan menyatakan bahwa unsur pengembangan
sawah sebesar 179.89 ha. Kalurahan usaha dapat bersumber dari dalam dan luar
argosari memiliki jumlah penduduk 8.650 usaha. Pada tahap ini didapatkan 14
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki kekuatan dan 9 kelemahan serta 10
4.293 jiwa dan penduduk perempuan 4.312 peluang dan 5 ancaman.
jiwa. Kelembagaan petani di Kalurahan
Argosari terdiri atas 9 kelompok tani, 4 Tahap Pengumpulan Input
kwt, 4 kelompok sapi potong, 1 kelompok Internal Faktor Evaluation (IFE)
ayam buras, 7 kelompok budidaya ikan, 2 Berdasarkan matriks IFE dapat
kelompok lumbung, dan 2 kelompok diketahui bahwa kekuatan utama usaha
agribisnis jamur. jamur adalah anggota kelompok aktif di

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 3


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

kegiatan produksi, jenis produk jamur yang dikatahui bahwa permintaan jamur
beragam, harga jual jamur dapat dijangkau yang masuk ke kelompok ini selalu tinggi
konsumen, serta memiliki kemitraan setiap bulannya tetapi masih belum bisa
pemasaran dan pelanggan tetap dengan dipenuhi secara maksimal, salah satu
skor tertimbang 0,24. penyababnya adalah lokasi usaha yang
KWT Sedyo Lestari melakukan memang masih kurang luas sehingga tidak
kegiatan produksi selama 6 kali dalam mempu menampung jumlah baglog jamur
seminggu dengan jam kerja mulai pukul yang banyak.
08.00 – 16.00 WIB, dimana waktu Faktor internal tersebut sejalan dengan
produksi ini dapat mendukung keaktifan pernyataan Pratiwi, (2018) yang
anggota kelompok yang semuanya masih menyatakan bahwa faktor internal yang
berada dalam usia produktif sesuai mempengaruhi pengembangan usaha
pernyataan Tjiptoherijanto (2001) tentang berasal dari sumber daya manusia, mitra
usia produktif mulai dari 15-64 tahun kerja, pelanggan, dan lingkungan usaha.
sehingga kelompok dapat memaksimalkan Hasil input matriks IFE dapat dilihat pada
produksi produk jamur . Produk jamur Tabel 1.
dipasaran dengan harga yang dapat Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
dijangkau oleh konsumen dan pelanggan Berdasarkan matriks EFE dapat
tetap dianggap oleh anggota kelompok diketahui bahwa peluang utama antara lain
sebagai kekuatan karena masih dapat permintaan pasar jamur tinggi, pesaing
menghasilkan banyak produk tetapi tetap usaha jamur yang masih rendah, dan
dapat laku dipasaran yang dibantu oleh lingkungan usaha yang sangat mendukung
mitra pemasaran. KWT Sedyo Lestari kualitas jamur dengan skor tertimbang,
menjalin kemitraan dengan pihak 0,40.
pemasaran produk yang bertugas untuk Permintaan pasar yang tinggi ini
memasarkan jamur kuping dan lingzie datang dari berbagai daerah di Yogyakarta
kering secara online di luar Daerah dan Jawa Tengah, hal ini sejalan dengan
Istimewa Yogyakarta sehingga pemasaran pernyataan Kalsum et al. (2011) yang
dapat lebih fokus dan dapat menjangkau menyatakan bahwa permintaan jamur
kawasan yang lebih luas. khususnya jamur tiram itu selalu naik
KWT Sedyo Lestari Kelemahan kisaran 10% per tahunnya untuk
utama dalam usaha jamur antara lain latar kebutuhan konsumsi. Peluang lain yang
belakang pendidikan anggota kelompok menjadi peluang utama masih sedikitnya
yang tidak seimbang dan kondisi tempat pesang usaha jamur serupa, seperti
usaha yang masih kurang luas dengan skor diketahui bahwa kebanyakan usaha jamur
tertimbang masing-masing yakni 0,02. yang ada di Yogyakarta hanya
Latar belakang pendidikan anggota mengembangkan satu jenis jamur saja
kelompok sangat beragam mulai dari yang seperti tiram, dengan jenis produk yang
tidak bersekolah sampai lulusan sarjana. dihasilkan hanya jamur tiram saja
Keberagaman latar belakang pendidikan membuat konsumen yang menginginkan
ini mempengaruhi proses komunikasi jamur kuping dan lingzie akan tetap
sehari-hari anggota kelompok sehingga mencari ke KWT Sedyo Lestari. Beberapa
dalam jenis kegiatan produksi tertentu sulit pesaing usaha jamur yang berada di
dipahami oleh beberapa anggota dan Kapanewon Sedayu ini seperti Pesona
mengakibatkan jenis kegiatan tersebut Jamur, dan KWT Sedyo Rahayu.
tidak dapat dilakukan oleh semua anggota . Lingkungan usaha sangat mendukung
Selain itu, kondisi tempat usaha yang hasil kualitas jamur karena untuk
masih kurang luas juga merupakan pengembangan budidaya jamur dilakukan
kelemahan utama dalam usaha ini. Seperti dalam rumah jamur yang sudah memiliki

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 4


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

saluran pengairan sendiri, lantai rumah Serangan hama dan penyakit yang tiba-tiba
yang sudah di semen bukan lagi dengan menyerang baglog dan juga tanaman jamur
tanah yang kebersihannya terjaga sehingga saat dibudidayakan yang mengakibatkan
membuat kualitas jamur yang dihasilkan beberapa baglog dan jamur yang beberapa
selalu baik. saat siap dipanen menjadi rusak dan tidak
Ancaman utama antara lain peningkatan dapat dipasarkan.
permintaan setiap produk jamur tidak Faktor eksternal dari peluang dan
seimbang dan serangan hama penyakit ancaman tersebut sejalan dengan Pratiwi
dengan skor tertimbang 0,08. Permintaan (2018) yang menyatakan bahwa faktor
setiap produk jamur tidak seimbang yang eksternal usaha berupa pengembangan
mengakibatkan kelompok tidak dapat informasi produk, pelanggan, dan
membuat target pencapaian produksi di lingkungan usaha. Hasil input matriks EFE
awal sehingga akan mengalami dapat dilihat pada Tabel 2.
kebingungan saat tiba-tiba permintaan
produk melambung tinggi.

Tabel 1 Matriks IFE


No Faktor Internal Bobot Rank. Skor
Kekuatan
1 Anggota kelompok aktif melakukan kegiatan produksi jamur 0.06 4 0.24
2 Pengalaman anggota dalam menjalankan usaha cukup lama 0.05 3 0.15
3 Anggota kelompok aktif mengikuti pelatihan 0.04 3 0.12
4 Anggota berminat lebih mengembangkan usaha 0.05 3 0.15
5 Terdapat pembagian tugas produksi 0.05 3 0.15
6 Bahan baku mudah ditemukan 0.05 3 0.15
7 Jenis produk jamur yang dihasilkan beragam 0.06 4 0.24
8 Tahapan produksi tersetruktur 0.05 3 0.15
9 Harga jual jamur dapat dijangkau konsumen 0.06 4 0.24
10 Memiliki kemitraan dengan pihak pemasaran 0.06 4 0.24
11 Memiliki pelanggan tetap 0.06 4 0.24
12 Melakukan pengelolaan keuangan secara rutin 0.04 2 0.08
13 Memiliki sumber modal tetap 0.05 3 0.15
14 Rutin melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan usaha 0.04 2 0.08
Kelemahan
1 Latar belakang pendidikan tidak seimbang 0.02 1 0.02
2 Masih kurang nya sdm pemberdayaan 0.03 2 0.06
3 Produksi jamur belum memenuhi permintaan pasar 0.04 2 0.08
4 Keterbatasan lahan untuk mengembangkan lokasi produksi 0.03 2 0.06
5 Kondisi tempat usaha masih kurang luas 0.02 1 0.02
6 Pemasaran online mandiri belum maksimal 0.04 2 0.08
7 Tercapainya target produksi masih belum stabil 0.03 2 0.06
8 Kendala pada bagian pengelolaan keuangan 0.05 2 0.10
9 penerapan penelitian dan pengembangan belum maksimal 0.04 3 0.08
Total 1.00 2.87
Sumber : Olah Data Primer 2021

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 5


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

Tabel 2 Matriks EFE


No Faktor Eksternal Bobot Rank Skor
Peluang
1 Permintaan pasar jamur tinggi 0.10 4 0.40
2 Terdapat banyak tawaran modal dari berbagai pihak 0.10 3 0.30
3 Pesaing usaha jamur masih sedikit 0.10 4 0.40
4 Pesaing banyak yang tidak memproduksi bibit sendiri 0.10 3 0.30
5 Respon masyarakat sekitar baik 0.10 3 0.30
6 Lingkungan usaha mendukung hasil kualitas jamur 0.10 4 0.40
7 Adanya dukungan dari PPL 0.10 2 0.20
8 Adanya dukungan dari dinas dan pemerintah berupa bantuan dana dan alat 0.07 3 0.21
9 Kemudahan mengakses informasi dari internet 0.04 2 0.08
10 Peralatan yang digunakan telah memenuhi standard 0.08 4 0.32
Ancaman
1 Peningkatan permintaan setiap jenis produk tidak sama 0.04 2 0.08
2 Harga jamur dipasaran banyak yang dijual diluar standar 0.06 3 0.18
3 Muncul usaha jamur yang mulai memperluas pasar 0.06 3 0.18
4 Harga jual yang ditawarkan usaha jamur lain lebih murah 0.07 3 0.21

5 Serangan hama dan penyakit secara tiba-tiba 0.05 2 0.10


Total 1.00 3.76
Sumber : Olah Data Primer 2021

Matriks Kuadran SWOT


Tahap Pencocokan Berdasarkan matriks kuadran SWOT
Matriks IE dapat diketahui bahwa posisi usaha jamur
Berdasarkan matriks IE dapat KWT Sedyo Lestari berada pada kuadran I
diketahui bahwa usaha jamur KWT Sedyo sehingga perlu dilakukan strategi agresif
Lestari berada pada devisi II sehingga yang memanfaatkan kekuatan untuk
perlu dilakukan strategi tumbuh dan memaksimalkan peluang yang meliputi
membangun yang meliputi strategi intensif strategi tumbuh dan membangun (growth
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan oriented strategy) seperti penetrasi pasar,
pengembangan produk) serta strategi pengembangan pasar, dan pengembangan
integratif (integrasi kedepan, kebelakang, produk (Nofrizal dan Soviyanti, 2018).
dan horizontal) (David dan David, 2016). Matriks Kuadran SWOT dapat dilihat pada
Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 2.

Gambar 1 Matriks IE

Gambar 2 Matriks Kuadran SWOT

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 6


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

Strategi pengembangan produk dan


Berdasarkan analisis faktor internal penetrasi pasar yang diciptakan sejalan
dan eksternal diketahui bahwa tingkat dengan pernyataan Made et al. (2018)
produksi produk jamur masih rendah yakni pengembangan produk merupakan
sehingga dirasa perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan penjualan
strategi intensif pengembangan produk dengan memodifikasi dan meningkatkan
secara lebih agresif. Pengembangan kualitas serta kuantitas produk sedangkan
produk dapat diartikan dengan melakukan penetrasi pasar merupakan strategi untuk
pengembangan terhadap kualitas dan meningkatkan penjualan produk atas
kuantitas jamur yang dihasilkan atau produk dan pasar yang tersedia dengan
melakukan pengembangan terhadap lebih agresif seperti upaya promosi dan
kapasitas produksi jamur selama ini belum pemasaran dengan media internet. Untuk
mencukupi. strategi integritas kedepan dapat dilakukan
Karena permasalahan utama adalah dengan menjalin kerjasama dengan mitra
rendahnya produksi jamur, maka penjualan produk untuk lebih memperluas
pengembangan produk fokus terhadap pasar, strategi integritas kebelakang dapat
meningkatkan kapasitas produksi jamur dilakukan dengan menjalin kemitraan
agar bisa memenuhi permintaan pasar. dengan pemasok bahan baku produk untuk
Pengembangan produk yang dilakukan menjaga ketersedian bahan baku,
dapat dilakukan dengan meningkatkan sedangkan strategi integrative horizontal
kapasitas produksi jamur setiap harinya dapat dilakukan untuk memperkecil
yang dari sebelumnya hanya dihasilkan persaingan usaha dengan mempertahankan
dari 20.000 baglog dapat lebih kualitas dan ciri khas produk.
ditingkatkan lagi jumlah baglog di dalam
rumah jamur sehingga tingkat penjualan Matriks SWOT
dapat dinaikkan. Upaya peningkatan Hasil analisa strategi pada matriks
kapasitas produksi ini adalah dengan SWOT diketahui bahwa strategi alternatif
menambah jumlah kumbung jamur yang yang didapatkan berjumlah 9 strategi,
ada dengan sentuhan teknologi yang lebih dengan 2 strategi S-O, 3 strategi W-O, 3
lengkap seperti pengaturan suhu ruangan, strategi S-T, dan 1 strategi W-T. Strategi
menggunakan lapisan tambahan pada ini ditentukan berdasarkan posisi usaha
dinding kumbung guna dapat mengurangi pada matriks IE dan Matriks Kuadran
ancaman munculnya hama. SWOT yakni strategi yang perlu
Upaya lain yang dapat dilakukan dirumuskan adalah strategi intensif
untuk meningkatkan kapasitas produksi meliputi penetrasi pasar, pengembangan
adalah dengan menambah penggunaan produk, dan pengembangan pasar serta
teknologi oven sterilisasi, dan penggunaan strategi integratif baik integrasi kedepan,
teknologi alat penekan dalam pembuatan kebelakang, maupun horizontal. Hasil
baglog agar jumlah baglog yang perumusan strategi pada matriks SWOT
dihasilkan dapat lebih banyak sehingga dapat dilihat pada Tabel 3.
jumlah jamur yang akan dihasilkan juga
semakin meningkat. Strategi intensif
penetrasi pasar dan pengembangan pasar
dapat dilakukan dengan cara memperluas
promosi dan pemasaran produk secara
online.

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 7


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

Tabel 3 Matriks SWOT

IFE Kekuatan/Strenth (S) Kelemahan/ Weakness (W)


1. Anggota kelompok aktif melakukan 1. Latar belakang pendidikan anggota
EFE kegiatan produksi jamur kelompok tidak seimbang
2. Pengalaman anggota dalam 2. Masih kurang nya sumber daya
menjalankan usaha cukup lama manusia untuk pemberdayaan
3. Anggota kelompok aktif mengikuti 3. Produksi jamur belum memenuhi
kegiatan pelatihan permintaan pasar
4. Anggota kelompok berminat lebih 4. Keterbatasan lahan untuk
mengembangkan usaha mengembangkan lokasi produksi
5. Terdapat pembagian tugas dalam 5. Kondisi tempat usaha masih kurang
menjalankan usaha luas
6. Bahan baku mudah ditemukan 6. Pemasaran online mandiri belum
7. Jenis jamur yang dihasilkan beragam maksimal
8. Tahapan produksi tersetruktur 7. Tercapainya target produksi masih
9. Harga jual jamur dapat dijangkau belum stabil
konsumen dan pasar 8. Kendala pada bagian pengelolaan
10. Memiliki kemitraan dengan pihak keuangan
pemasaran di luar usaha 9. Hasil penerapan penelitian dan
11. Memiliki pelanggan tetap pengembangan belum maksimal
12. Melakukan pengelolaan keuangan
secara rutin
13. Memiliki sumber modal tetap
14. Rutin melakukan kegiatan penelitian
dan pengembangan usaha untuk
meningkatkan hasil produksi
Peluang/Opportunities (O) Strategi S-0 Strategi W-O
1. Permintaan pasar jamur tinggi 1. Mengoptimalkan peran anggota 1. Mengoptimalakan dukungan dinas
2. Terdapat banyak tawaran modal dari kelompok dalam meningkatkan dan penyuluh pertanian dalam
berbagai pihak produksi jamur untuk memenuhi pemberdayaan masyarakat sekitar
3. Pesaing usaha jamur masih sedikit permintaan pasar (S 1,2,3,4, 7,14 dan untuk mengembangkan usaha
4. Pesaing banyak yang tidak memproduksi O 1,2, 3,6) jamur (W 2,3, 4,5,7 dan O 1,2,5,6,
bibit sendiri 2. Meningkatkan produksi dan penjualan 7, 8)
5. Respon masyarakat sekitar baik jamur melalui kemitraan untuk 2. Mengoptimalkan peralatan dan
6. Lingkungan usaha mendukung hasil kualitas mempertahankan atau meningkatkan akses informasi untuk mencapai
jamur kualitas jamur ( S 6, 10, 11, 13 dan O target produksi dalam memenuhi
7. Adanya dukungan dari PPL 1, 2, 8) permintaan pasar (W 7,8,9 dan O
8. Adanya dukungan dari dinas dan pemerintah 1,9, 10)
berupa bantuan dana dan alat 3. Mengoptimalkan pemasaran online
9. Kemudahan mengakses informasi dari ( W 6, O 9, 8)
internet
10. Peralatan yang digunakan telah memenuhi
standard
Ancaman/ Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Peningkatan permintaan setiap jenis jamur 1. Meningkatkan promosi pada semua 1. Meningkatkan kualitas dan ciri
tidak sama jenis jamur melalui jaringan informasi khas produk ( W 9 dan T 2, 3, 4)
2. Harga jamur dipasaran banyak yang dijual yang dimiliki mitra pemasaran ( S7, 9,
diluar standar 10 dan T 1)
3. Muncul usaha jamur yang mulai 2. Memfokuskan kegiatan penelitian dan
memperluas pasar pelatihan untuk meningkatkan produksi
4. Harga jual yang ditawarkan usha jamur lain dan pengendalian hama penyakit (S 3,
lebih murah 5, 13, 14 dan T 1, 5)
5. Serangan hama dan penyakit secara tiba-tiba 3. Optimalisasi bahan baku untuk
menekan biaya produksi jamur (S 6,9
dan T 2,4)
Sumber : Olah Data 2021

Tahap Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dengan sejalan dengan tahapan pengambilan


pengujian daya tarik 9 strategi alternatif keputusan menurut David dan David
terhadap faktor internal dan eksternal (2016) yang menyatakan bahwa untuk
dengan menggunakan Quantitave merumuskan strategi prioritas dari
Strategic Planning Matriks (QSPM) yang beberapa strategi alternatif perlu

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 8


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

dilakukan pengujian daya tarik faktor kapasitas produksi sehingga dapat


internal dan eksternal terhadap masing- mencapai 40% permintaan pasar yang
masing strategi yang diciptakan. Dari 9 masih belum dapat dipenuhi sebelumnya.
strategi alternatif yang dirumuskan, Peningkatan kapasitas produksi ini dapat
strategi yang menjadi priorotas dalam dilakukan dengan cara menggunakan dua
kajian ini adalah strategi I yakni buah oven sterilisasi secara bergantian,
mengoptimalkan peran anggota kelompok memperluas lokasi usaha, disiplin waktu
dalam meningkatkan kapasitas produksi dan alur produksi, menambah target
jamur untuk memenuhi permintaan pasar. produksi, dan melakukan pencegahan
Strategi prioritas yang dipilih ini sesuai hama secara serentak.Urutan prioritas
dengan anjuran strategi pada hasil strategi berdasarkan jumlah total skor
penentuan posisi usaha pada matriks IE daya tarik ((Total Attractive Score-TAS)
dan matriks kuadran SWOT dimana yang telah dihasilkan melalui Quantitative
strategi ini dapat memberikan beberapa Strategic Planning Matriks (QSPM) dapat
upaya yang perlu dilakukan KWT Sedyo dilihat pada Tabel 4.
Lestari untuk dapat meningkatkan

Tabel 4 Perumusan Strategi Prioritas

No TAS Peringkat
Strategi Alternatif

1 Mengoptimalkan peran anggota kelompok dalam meningkatkan kapasitas produksi 4.86 I


jamur untuk memenuhi permintaan pasar ( S 1,2,3,4,7, 14 dan O 1,2,3,6)
2 Meningkatkan produksi dan penjualan jamur melalui kemitraan untuk 4.77 II
mempertahankan atau meningkatkan kualitas jamur ( S 6,10,11,13 dan O 1,2 8)
Mengoptimalkan dukungan dinas dan penyuluh pertanian dalam melakukan
3 3.05 VIII
pemberdayaan masyarakat sekitar untuk mengembangkan usaha jamur ( W 2,3,4,5,7
dan O 1,2,5,6,7,8)
4 Mengoptimalkan peralatan dan akses informasi untuk mencapai target produksi dalam 4.03 III
memenuhi permintaan pasar ( W 7,8,9 dan O 1,9,10)
5 3.14 VII
Mengoptimalkan pemasaran online ( W 6 dan O 8,9)
Meningkatkan promosi pada semua jenis jamur melalui jaringan informasi yang
6 3.18 VI
dimiliki mitra pemasaran ( S 7, 9, 10 dan T 1)

Memfokuskan kegiatan penelitian dan pelatihan untuk meningkatkan produksi dan


7 2.97 IX
pengendalian hama penyakit ( S 3, 5, 13, 14 dan T 1,5)

8 3.24 V
Optimalisasi bahan baku untuk menekan biaya produksi jamur ( S 6,9 dan T 2, 4)
9 3.95 IV
Meningkatkan kualitas dan cirri khas produk ( W 9 dan O 2,3,4)
Sumber : Olah Data Primer 2021

SIMPULAN DAN SARAN kemitraan pemasaran dan pelanggan tetap


Berdasarkan tujuan dan hasil kajian dan 9 kelemahan dengan kelemahan utama
maka dapat disimpulkan bahwa Faktor dalam kelompok adalah latar belakang
internal dalam pengembangan usaha jamur pendidikan anggota kelompok yang tidak
KWT Sedyo Lestari terdiri dari 14 seimbang dan kondisi tempat usaha yang
kekuatan dengan kekuatan utama ini masih kurang luas.
anggota kelompok aktif melakukan Faktor eksternal dalam pengembangan
kegiatan produksi, jenis produk jamur usaha jamur KWT Sedyo Lestari terdiri
yang dihasilkan beragam, harga jual jamur dari 10 peluang dengan peluang utama
dapat dijangkau konsumen, serta memiliki permintaan pasar jamur tinggi, pesaing

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang 9


http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jiip/index
P-ISSN: 1858-1226; E-ISSN: 2723-4010
BulanTahun, Vol. XX No. X

usaha jamur yang masih rendah, dan Strategik. Salemba Empat.


lingkungan usaha yang sangat mendukung Freddy, R. (2016). Teknik Membedah
kualitas jamur dan 5 ancaman dengan Kasus Bisnis Analisis SWOT.
ancaman utama adalah peningkatan Gramedia Pustaka Utama.
permintaan setiap produk jamur tidak
seimbang dan serangan hama serta Kalsum, U., Fatimah, S., & Catur, W.
penyakit. (2011). Efektivitas Pemberian Air
Strategi pengembangan usaha jamur Leri Terhadap Pertumbuhan dan
prioritas yang dipilih dari 9 strategi Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
pengembangan usaha alternatif adalah ostreatus). Jurnal Agrovigor,
mengoptimalkan peran anggota kelompok Vol.4(No.2), 86–92.
dalam meningkatkan kapasitas produksi Made, N., Erawati, Y., Suamba, K.,
jamur untuk memenuhi permintaan pasar Wayan, N., & Astiti, S. (2018).
dengan menggunakan oven sterilisasi, Strategi Pengembangan Usaha Pupuk
perluasan lokasi budidaya, meningkatkan Organik Pada UD Darma Puri Farm
target dan disiplin waktu kerja, serta Di Desa Tangkas, Kecamatan
pencegahan hama penyakit. Klungkung, Kabupaten Klungkung.
Saran yang dapat diberikan dari hasil 6(2).
kajian ini adalah KWT Sedyo Lestari perlu Nofrizal dan Soviyanti, E. (2018). Analisis
menerapkan rekomendasi strategi Swot Untuk Menentukan Posisi
pengembangan usaha jamur dengan Strategis Pada Universitas Lancang
meningkatkan kapasitas produksi jamur Kuning Pekanbaru. Human Falah, 5
untuk dapat memenuhi permintaan pasar No 1.
yang baru bisa dicapai sebesar 60% serta Pramudya, F. N., & Cahyadinata, I.
perlu adanya dukungan untuk anggota (2012). Analisis Usaha Budidaya
KWT Sedyo Lestari dari berbagai pihak Jamur Tiram Putih (Pleurotus
seperti penyuluh pertanian setempat dan ostreatus) Di Kecamatan Curup
pemerintah agar dalam upaya peningkatan Tengah Kabupaten Rejang Lebong.
kapasitas produksi dapat berkelanjutan Jurnal AGRISEP, 11(2), 237–250.
sehingga tujuan untuk dapat memenuhi https://doi.org/10.31186/jagrisep.11.2
permintaan pasar jamur dapat tercapai. .237-250
Pratiwi, R. (2018). Strategi
Pengembangan Usaha Rengginang
PUSTAKA ACUAN Pulut dengan Metode Analisis SWOT
(Studi Kasus Usaha Rengginang
BPS DIY. (2019). Statistik Hortikultura Pulut CV. Uul Jaya Di Desa Kebun
Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Lada Kecamatan Hinai Kabupaten
Pusat Statistik Daerah Istimewa Langkat) Oleh : Risda Pratiwi NIM
Yogyakarta. 51144018 Program Studi Ekonomi
https://ejournal.poltektegal.ac.id/inde Islam Fakultas Ekonomi.
x.php/siklus/article/view/298http://rep Tjiptoherijanto, P. (2001). Tenaga Kerja ,
ositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf dan Peran Serikat Pekerja dalam
http://dx.doi.org/10.1016/j.jana.2015. Peningkatan Kesejahteraan. 1–10.
10.005http://www.biomedcentral.com
/1471-
2458/12/58http://ovidsp.ovid.com/ovi
dweb.cgi?T=JS&P
David dan David. (2016). Manajemen

1
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang
0

Anda mungkin juga menyukai