Anda di halaman 1dari 17

C.

Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain
kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum
tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk
memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar. Anda dapat mengikuti pendapat yang
dikemukakan Benyamin S. Bloom, dkk.. yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu
domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang
menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah
domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap. nilai dan emosi, sedangkan domain
psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.

a) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai
dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan
hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam
jenjang kemampuan, yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge). yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus

mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya
mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan,
menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih. b. Pemahaman (comprehension), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi
pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan
hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan
mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah,
mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh,
meramalkan, dan meningkatkan.

c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan
ide-ide umum, tata ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam. situasi baru dan konkrit. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu
situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan
analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya mengurai, membuat
diagram, memisah-misahkan.menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan,
merinci.

e. Sintesis (synthesis). yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan
sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa
tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi. menghimpun, menciptakan, merencanakan,
merekonstruksikan, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
menyusun,

f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting
dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.

2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah

pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,

kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:

a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka
terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali

dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya: menanyakan, memilih, menggambarkan,

mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.

b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta


didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cam.
Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa
ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya menjawab, membantu,
memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca,
melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.

c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek,
fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan
diantaranya melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan mengambil bagian, dan memilih.

d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan
nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan diantaranya mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.

3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan
gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang
kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang kurangnya 30 menit. Kata kerja
operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu:

a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil. melompat,
menggerakkan, menampilkan.

b. Manipulations of materials objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun. membersihkan,


menggeser, memindahkan, membentuk. c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati,
menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan
menggunakan.

Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan
kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat
rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir
kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan
menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan
mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam
berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi
atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil
test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

b) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.


Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik
yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta
didik serta sistem penilaian itu sendiri.Secara keseluruhan. ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah:

1. Program pembelajaran, yang meliputi:

a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik
dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran
umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar
kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan.dalam setiap pokok
bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau
kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler kejelasan rumusan kompetensi
dasar, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk
hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting
dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.

b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub
pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut
memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-
buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu
fakta, konsep/teori, prinsip. proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain:
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi,
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan
sebagainya.

c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah.
tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah,
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan
metode, waktu, dan sebagainya.

d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual,
dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode. Sumber belajar, yang
meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan
(resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.

f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara
lain hubungan antara peserta didik dengan teman sekelas sekolah maupun di luar sekolah, guru dan
orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya. g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang
menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-
unusr penting dalam penilaian, aspek aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
peserta didik, jenis dan alat penilaian.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran :

a. Kegiatan, yang meliputi: jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana
pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.

b. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing
peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.

c. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan,
memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan. motivasi, sikap, minat, umpan
balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar,
istirahat, dan sebagainya.

3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka
menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang(setelah
peserta didik terjun ke masyarakat).

c) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1. Sikap:

a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ?

b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana

madrasah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ?

c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di
madrasah?

d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala madrasah
Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran

a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga
masyarakat, warga madrasah, dan sebagainya

b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan

c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam Al-Alquran
dan Hadits

3.peserta didik

a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran?

b. Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik

4. Perkembangan jasmani/kesehatan:

a. Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis?

b. Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan

c. Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga ?

d. Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ?

e. Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?

5. Keterampilan

a. Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab. dan berhitung

b. Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar,

olah raga, dan sebagainya


Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 terdapat empat komponen pokok, yaitu kurikulum dan hasil
belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar-mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah. Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen
penting, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kompetensi dasar
merupakan pemyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu
pokok bahasan atau topik mata pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan
peserta didik untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau
menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik.
Bagaimana cara menilai seorang peserta didik sudah meraih kompetensi tertentu secara tidak langsung
digambarkan di dalam pernyataan tentang kompetensi. Sedangkan rincian tentang apa yang diharapkan
dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan indikator. Dengan demikian, hasil belajar
merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil
belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi). Hasil belajar harus
digambarkan secar jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara
kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang
dapat diukur.

Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai
pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk
menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran
dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai
apakah peserta didik telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa
indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar peserta didik dapat direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak, berarti peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.

d) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.

Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai
berikut:

1. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajarantertentu. Kompetensi dasar ini
merupakan standar kompetensi minimal mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari
kompetensi tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, perlu adanya materi pembelajaran yang harus
dipelajari oleh peserta didik. Bertitik tolak dari materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.
2. Kompetensi Rumpun Pelajaran

Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik.
Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang
seharusnya dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Misalnya,
rumpun mata pelajaran Sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu Fisika, Kimia dan Biologi. Penilaian
kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan mengukur hasil belajar tamatan. Hasil belajar tamatan
merupakan ukuran kompetensi rumpun pelajaran.

Hasil belajar mencerminkan keluasan dan kedalaman serta kerumitan kompetensi yang dirumuskan
dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat diukur dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian. Perbedaan hasil belajar dan kompetensi terletak pada batasan
dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat
indicator. Anda harus menggunakan indikator sebagai acuan penilaian terhadap peserta didik, apakah
hasil pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Setiap rumpun pelajaran
menentukan hasil belajar tamatan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan alat penilaian pada
setiap kelas.

3. Kompetensi Lintas Kurikulum

Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun
pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik
mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup. yang harus dicapai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi
lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah:

a. Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam menjamin perasaan aman
dan menghargai sesama.

b. Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

c. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tekni-teknik numeric dan spasial, serta
mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.

d. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun produk teknologi melalui
penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep. prinsip dan prosedur yang telah dipelajari, serta
memilih, mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi
informasi.

e. Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan
pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi.
f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan
sejarah. g Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif dengan menampilkan
dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta meningkatkan kematangan pribadi. h. Berpikir
terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta luwes untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.

4. Kompetensi Tamatan Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan
jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini merupakan batas dan arah kompetensi yang harus
dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan
tamatan diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang madrasah dapat dijabarkan
dari visi dan misi yang ditetapkan madrasah. Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan adalah
struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan psikologi peserta didik, dan persyaratan yang
ditentukan oleh pengguna lulusan (jenjang madrasah selanjutnya dan atau dunia kerja).

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusan atau
tamatan madrasah dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Berkenaan dengan aspek afektif, peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agamadan kepercayaan masing masing yang tercermin dalam
perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan
mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan
humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik
dalam lingkup nasional maupun global.

b. Berkenaan dengan aspek kognitif, peserta didik dapat menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan
akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek
psikomotorik, peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan hidup, dan mampu
beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam, baik lokal, regional,
maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan
tugas/kegiatan sehari-hari.

5. Pencapaian Keterampilan Hidup

Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran
dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek positif (nurturan
effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan
mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga. madrasah
dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu Anda nilai antara lain:
a. Keterampilan diri (keterampilan personal) yang meliputi: penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri. b. Keterampilan berpikir rasional, yang
meliputi: berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan
terampil memecahkan masalah secara sistematis.

Keterampilan sosial, yang meliputi: keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan
bekerjasama, kolaborasi, lobi: keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola konflik; dan
keterampilan mempengaruhi orang lain.

d. Keterampilan akademik, yang meliputi keterampilan merancang melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.

e. Keterampilan vokasional, yang meliputi: keterampilan menemukan algoritma, model, prosedur untuk
mengerjakan suatu tugas: keterampilan melaksanakan prosedur; dan keterampilan mencipta produk
dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

D. Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran

Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur
pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran
sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Sekaitan
dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya:

(1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran;

(2) mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam
pengajaran;

(3) mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan;

(4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan digunakan secara khusus.

(5) dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan

(6) dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.

Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya:

(a) dirancang sedemikian rupa. sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat evaluasi,
dan interpretasi hasil evaluasi;
(b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar:

(c) agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya
komprehensif;

(d) diikuti dengan tindak lanjutnya.

Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b)
prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas: (d) prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan: (f)
prinsip pedagogis: (g) prinsip diskriminalitas, dan (h) prinsip akuntabilitas.

Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar t mengajar
yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi
pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan perubahan
tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu,
instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan
format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya
sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi
harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat
mencerminkan keadaan siswa secara objektif.

Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program
selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa,
melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan,
evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program
pembelajaran, dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih mendorong
siswa aktif belajar.

E. Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran

1) Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan alat evaluasi

Secara umum alat evaluasi dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, alat evaluasi bentuk tes dan
alat evaluasi bukan tes. Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai akurat
atau mencerminkan mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan
sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan pembelajaran, maka alat
evaluasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur yang baik. Karakteristik
alat evaluasi yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah alat evaluasi tersebut memiliki
keseimbangan, spesifik dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan langsung
dengan validalitas, objektvitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan tidak langsung
dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh
perangkat alat evaluasi yang seimbang (proporsional), dapat dilakukan dengan cara membuat tabel
spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukkan kedalam prangkat alat evaluasi. Untuk
memperoleh butir butir alat evaluasi yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kopetensi dan
tujuan-tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir alat evaluasi. Untuk
memperoleh hasil yang objektif dilakukan dengan membuat pedoman penskoran pengolahan dan
penafsiran yang jelas dan terinci.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran. yaitu: (1) jenis
dan karakteristik kopetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan; (2) pengambilan sampel
perilaku yang akan diukur; (3) pemilihan jenis tipe alat evaluasi yang akan digunakan; (4) aspek yang
akan diuji; (5) format butir soal; (6) jumlah butir soal; (7) distribusi tingkat kesukaran butir soal.

Kemudian dalam menentukan bentuk alat evaluasi mana yang akan digunakan, perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) karakteristik kopetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan;
(2) tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa; (3) tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan
evaluasi; (4) usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes; dan ) besarnya
kelompok siswa yang akan mengikuti tes.

2) Langkah-langkah pengembangan evaluasi pembelajaran

Langkah-langkah pokok dalam pengembangan evaluasi pembelajaran meliputi:

(1) menentukan tujuan evaluasi;

(2) mengidentifikasi kopetensi yang akan diukur,

(3)mengidentifikasi hasil belajar dan indikator-indikator;

(4) membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi): dan

(5) menulis alat evaluasi yang relavan dengankisi-kisi tes.

Langkah-langkah tersebut secara terinci akan diuraikan berikut ini.

a) Menentukan Tujuan Evaluasi

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang pengembang alat evaluasi adalah menentukan
tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan evaluasi tersebut. Tujuan ini akan menentukan jenis/model dan
karakter dari alat evaluasi yang akan dikembangkan. Ada empat kemungkinan tujuan dilakukan kegiatan
evaluasi, yaitu: (a) evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran.
Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif. (b) evaluasi dengan tujuan untuk menentukan keberhasilan
yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajan suatu
pelajaran. Evaluasi ini sering disebut evaluasi diagnostik. (d) evaluasi dengan tujuan untuk
menempatkan siswa dalam posisi yang sesuai dengan kemampuannya.

b) Mengidentifikasi Kopetensi Yang Akan Diukur

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Seorang siswa dikatakan kompoten apabila ia memiliki pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu setelah melalui proses pembelajaran, yang
secara sistematis dipola atau dikondisikan.

c) Membuat Tabel Spesifikasi (Kisi-Kisi)

Seperti kita maklumi bahwa bagaimanapun bentuk dan jenis alat evaluasi yang dikembangkan, hanya
merupakan sampel perilaku yang dapat kita ukur dari keseluruhan perubahan perilaku sebagai akibat
dari proses pembelajaran. Untuk memperoleh perangkat alat evaluasi yang seimbang (proporsional) dan
representatif, dapat dilakukan dengan cara membuat tabel spesifikasi atau kisi-kisi. Untuk memperoleh
butir-butir soal yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kompetensi, hasil belajar dan indikator
indikatornya, selanjutnya dijadikan dasar perumusan alat evaluasi. Dengan cara-cara diatas, dapat
diharapkan butir-butir soal yanng dirumuskan dapat menjadi sampel yang representatif dalam
perangkat alat evaluasi itu. Manfaat lain dari tabel kisi-kisi adalah sebagai panduan bagi para
pengembang/guru dalam penulisan alat evaluasi. Kisi-kisi biasanya disusun dalam format matrik lajur
dan kolom. Penyusunan kisi-kisi alat evaluasi ini dapat dilakukan bersama-sama di antara beberapa
orang guru mata pelajaran sejenis, dan/atau beberapa orang guru dari berbagai mata pelajaran,
khususnya untuk mengukur ketercapaian lintas mata pelajaran, kopetensi antar rumpun pelajaran dan
kompotensi lulusan. Secara garis besar model kisi-kisi ini dibagi kedalam dua bagian, kisi-kisi induk
(umum) dan kisi-kisi khusus, Kisi-kisi induk merupakan pengembangan pengembangan dari unsur-unsur
yang telah ada dalam kurikulum, sedangkan kisi-kisi khusus merupakan pembelajaran dari model atau
jenis alat evaluasi yang dipilih. Unsur-unsur yang terkandung dalam kisi-kisi induk meliputi; (a)
kompetensi standar. (b) kompetensi dasar. (e) hasil belajar, (d) indikator-indikator, dan (e) jenis/model
evaluasi. (lihat format kisi-kisi).Unsur kompetensi standar, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
sudah tercantum dalam kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap jenjang atau level. Adapun kisi-kisi
yang khusus, baik unsur-unsurnya maupun formatnya, pada setiap jenis alat evaluasi berbeda-beda.
Misalnya, format alat evaluasi jenis tes, berbeda dengan jenis notes, portofolio, tes penampilan,
autenric assessment.
d) Menulis alat evaluasi (butir soal) sesuai dengan kisi-kisi Agar informasi tentang karakteristik tingkah
laku individu yang dinilai akurat atau mencerminkan mendekati keadaan yang sebenamya, sehingga
informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan
pengajaran, maka alat evaluasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur
yang baik. Karakteristik alat evaluasi yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah alat evaluasi tersebut
memiliki keseimbangan, spesifik, dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan
langsung dengan validitas, obyektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan tidak
langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh
perangkat tes yang seimbang (proporsional), dapat dilakukan dengan cara membuat tabel

spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukkan kedalam prangkat tes. Untuk
memperoleh butir-butir soal yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kopetensi dan tujuan-
tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir soal. Untuk memperoleh hasil
yang objektif dilakukan dengan membuat pedoman penskoran, pengolahan penafsiran yang jelas dan
terinci.

Cara-cara diatas, dapat diharapkan butir-butir alat evaluasi yang dirumuskan dapat menjadi sampel yang
representatif (seimbang), spesifik dan objektif. Langkah-langkah pokok yang ditempuh dalam penulisan
butir alat evaluasi adalah: (a) merumuskan defenisi konsep aspek materi pelajaran yang akan diujikan;
(b) merumuskan defenisi operasional dari setiap konsep. yang hendak diukur, (c) menentukan atau
memilih indikator-indikator yang menjadi karakteristik pencapaian dari setiap konsep yang hendak
diukur; dan (d) membuat kunci jawaban dan merumuskan pedoman penskoran, pengolahan dan
penafsiran.

e) Pelaksanaan Evaluasi

Setelah penulisan soal selesai dan telah disusun penomorannya serta telah diperbanyak sesuai dengan
jumlah peserta, kemudian alat evaluasi tersebut disajikan kepada peserta tes. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi antara lain: waktu yang harus disediakan untuk mengerjakan
tes, ppetunjuk cara mengerjakan soal, pengaturan posisi tempat duduk peserta didik, dan menjaga
ketertiban dan ketenangan susunan kelas. sehingga peserta tes dapat mengerjakan soal-soal tersebut
dengan penuh konsentrasi.

f) Pemeriksaan Hasil Evaluasi.

Hasil jawaban peserta tes hendaknya diperiksa dengan cermat dan diberi skor sesuai dengan
petunjuk/pedoman penskoran yang telah ditetapkan. Teknik penskoran dalam setiap bentuk soal
biasanya berbeda-beda. Oleh karena itu, pedoman penskoran harus ditentukan terlebih dahulu. Buatlah
kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban yang diinginkan beserta pembobotan skornya, sediakan
waktu dan tenaga yang cukup leluasa, sehingga tidak terburu-buru terutama dalam pemeriksaan hasil
tes soal bentuk uraian.

g) Pengolahan dan Penafsiran Hasil Evaluasi

Skor yang diperoleh dari tes dapat diolah dalam berbagai teknik pengolahan tergantung informasi yang
dibuutuhkan. Seperti rata-rata skor, lahan tergantung informasi yang dibutuhkan. Seperti rata-rata skor
standar deviasi, variansi, kecenderungan sentral, menentukan batas lulus, mentransper skor kedalam
nilai buku (skala 10, skala 4, dan lain lain). Ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu berdasarkan
acuan patokan (PAP) dan pendekatan berdasarkan acuan norma (PAN). Acuan patokan untuk
mendeskripsikan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang diteskan, sedangka acuuan
norma untuk melihat kedudukan diantara eserta didik peserta tes. Pendekatan yang mana yang akan
dipilih tergantung kepada tujuan dari pelaksanaan tes.

h) Penggunaan hasil evaluasi

Penggunaan hasil evaluasi ini sangat erat kaitannya dengan tujuan evaluasi tersebut. apakah untuk
tujuan formatif, sumatif, diagnostik, atau penempatan. Hasil penilaian ini sangat berguna terutama
sebagai bahan perbaikan program pengajaran, melihat tingkat ketercapaian kurikulum, motivasi belajar
peserta didik, bahan laporan kepada atasan untuk kepentingan supervisi dan monitoring program serta
sebagai bahan penyususnan program berikutnya sebagai tindak lanjut.

F. Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran

Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah: (a) objek yang akan dievaluasi, (b) kriteria sebagai
pembanding, dan (c) keputusan (judgment). Objek evaluasi dalam pelajaran meliputi isi program
pembelajaran, tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program, dan tingkat keberhasilan program
pembelajaran (output program). Kemudian kriteria sebagai pembanding meliputi kriteria internal
(relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria yang bersifat relatif menggambarkan posisi
objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

yang Keputusan (judgement) merupakan hasil pertimbangan atau perbandingan antara objek dinilai
berdasarkan hasil pengukuran terhadap objek tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Judgement hasil evaluasi ini bersifat kualitatif. Evaluasi pembelajaran harus memenuhi
persyaratan teknis yang memadai agar informasi yang diperoleh benar-benar akurat, sehingga
keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan data itu tepat. Persyaratan umum yang harus dipenuhi
dalam evaluasi pembelajaran antara lain: (a) validalitas, yaitu dapat memngukur karakteristik perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) reliabilitas, yaitu menunjukkan keajegan
gambaran hasil yang diperoleh meskipun dilakukan beberapa kali evaluasi; (c) objektifitas, yaitu hasil
penilaian mencerminkan kondisi kemampuan siswa sebagaimana adanya dan tidak terpengaruh oleh
unsur-unsur subjektivitas penilai; (d) representatif, yaitu adanya keseimbangan dan keterwakilan setiap
tujuan dan pokok materi pembelajaran yang diujikan; (e) fairness, yaitu mengemukakan perssoalan-
persoalan dengan wajar, tidak bersifat jebakan dan tidak mengandung kata-kata yang bersifat
menjebak; (f) praktis, yaitu efektif dan efesien, mudah dilaksanakan, diolah, dan ditafsirkan.

Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, dan
penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses. pembelajaran. Evaluasi
sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan
dasar dalam penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan
pada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar. sedangkan evaluasi penempatan menekankan
pada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik
kemampuan siswa.

Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Penilaian
kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan
dengan ungkapan seperti "sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat kurang atau "sangat memuaskan,
memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak memuaskan". Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila
guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif
dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.

Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat dibedakan menurut
materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar,
tes kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes
uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan. tes lisan, dan tes tindakan. Teknis
nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran.

C. PENUTUP

Simpulan

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan
melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud adalah proses
membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang
telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud adalah proses pembuatan
keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.

Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui kemampuan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat
mengetahui dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami materi
pelajaran yang telah mereka ajarkan. Terdapat beberapa prinsip-prinsip. ruang lingkup, jenis-jenis, dan
bentuk evaluasi pembelajaran yang dapat dilakukan dan diperhatikan oleh pendidik dalam melakukan
evaluasi pembelajaran.

Saran

1. Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini akan dapat
menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita.

2. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajamn yang telah diuraikan diatas sangatlah penting
karena dengan adanya hal tersebut kita dapat belajar bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan
belajar mengajar apakah sudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam

penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuni
agar hasil yang diinginkan sesuai.

Anda mungkin juga menyukai