Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR I (FARMAKODINAMIKA)

Tugas ini diajukan untuk memnuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi
Dasar I yang diampu oleh :
Fitri Alfiani, S.Farm., M.KM., Apt

Disusun Oleh :
EGA SURYANI
170711032
Keperawatan A

JURUSAN S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2018
KUTIPAN AYAT AL-QUR’AN / HADIST

Dan Allah Ta’ala berfirman,


َ‫َونُنَ ِّزلُ ِمن َْالقُرْ آنِ َماهُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌلِ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (al-Israa: 82)

Kalimat “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an” dalam ayat di atas


menjelaskan jenis, bukan untuk menjelaskan sebagian. Karena al-Quran
seluruhnya adalah penyembuh sebagaimana Allah berfirman dalam ayat
sebelumnya. Maka al-Quran adalah penyembuh bagi qalbu-qalbu dari penyakit
kebodohan, kerancuan, dan kebingungan. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menurunkan dari langit penyembuh yang lebih umum, lebih bermanfaat, lebih
besar, dan lebih mujarab untuk menghilang penyakit daripada al-Quran.
VISI DAN MISI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

VISI
Visi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon adalah
“menjadi fakultas ilmu kesehatan unggulan dalam menyiapkan sarjana di bidang
kesehatan yang islami, professional, dan mandiri di bidang kesehatan
komunikasi”.

MISI
Misi Fakultas Ilmu Kesehatan adalah

1. Melaksanakan Catur-Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam


bentuk pendidikan dan pelajaran berbasis nilai keislamian.
2. Melaksanakan berbagai kegiatan ilmiah bertema kesehatan dan ilmu
keperawatan komunitas.
3. Menjalin kerja sama tingkat nasional maupun internasional yang bertujuan
meningkatkan kompetensi kelulusan

TUJUAN

1. Menghasilkan kader Muhammadiyah berakhlakul karimah dan


bermanfaan bagi masyarakat.
2. Terwujudnya penelitian dalam bidang kesehatan dan ilmu keperawatan
hingga mampu meningkatkan pelayanan di bidang komunitas.
3. Terwujudnya pengabdiaan kepada masyarakat sehingga mampu
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
4. Terlaksananya kegiatan seminar, symposium, workshop, atau temu ilmiah
berbasis kesehatan komunitas baik local, nasional, maupun internasional.
5. Terwujudnya kerjasama tingkat nasional maupun internasional dengan
berbagai institut dalam upaya meningkatkan kompetensi lulusan Fakultas
Ilmu Kesehatan
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN DAN PROGRAM PROFESI
NERS

VISI
“Menjadi Program Study Ilmu Keperawatan Dan Ners yang islami.
Professional dan Mandiri Dibidang Keperawatan Komunitas Tingkat Nasional
pada Tahun 2022”.

MISI

1. Menyenggarakan Pendidikan Sarjana Dan Profesi Keperawatan yang


Islami sesuai Ctur-Dhama Dalam Pendidikan Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan Ilmiah Keperawatan Tingkat Nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam Meningkatkan
Kompetensi Keperawatan.

TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan yang berkomitmen dan islami di bidang


keperawatan.
2. Menghasilkan penelitian berkualitas dalam bidang keperawatan.
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat secara
berkesinambungan dalam bidang keperawatan.
4. Terselenggaranya kegiatan ilmiah yang mendorong peningkatan
kompetensi keperawatan tingkat nasional berupa seminar, workshop,
maupun symposium.
5. Terbinanya kerjasama nasional maupun internasional guna meningkatkan
kompetensi lulusan di bidang keperawatan.
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Farmakologi tantang Farmakodinamik.
Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi terhadap pembaca.

Cirebon, 13 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Farmakodinamik.................................................................3
B. Mekanisme Kerja Obat.........................................................................3
C. Reseptor................................................................................................4
D. Interaksi Obat........................................................................................5
E. Antagonisme dan Agonis.......................................................................7
F. Uji Klinik................................................................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam arti luas obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis, ilmu ini dibatasi
tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu
farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang
merupakan sumber obat, farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara
membuat, memformulasikan, menyimpan, dan menyediakan obat,
farmakologi kliniki ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat
pada manusia, farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan
penggunaan obatdalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi
ialah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang
digunakan dalam rumah tangga, pestisida dan lain-lain, serta
farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencaku nasib obat dalam
tubuh yaitu absorbs, distribusi, metabolisme, dan kskresinya, dan
farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian farmakodinamik?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat?
3. Bagaimana reseptor obat?
4. Bagaimana Interaksi Obat?
5. Apa itu Antagonisme dan Agonis?
6. Bagaimana Uji Klinik terhadap Obat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian farmakodinamika
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme obat dan macamnya
3. Mahasiswa dapat mengetahui reseptor obat dan macamnya
4. Mahasiswa dapat mengetahui interaksi obat
5. Mahasiswa dapat mengetahui Antagonis dan Agonis
6. Mahasiswa dapat mengetahui Uji Klinik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari


efek biokimiawi, fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari mekanisme obat adalah untuk meneliti efek utama obat,,
mengetahui interaksi obat dengan sel dan mengetahui urutan peristiwa
serta spectrum efek dan respon yang terjadi.

B. Mekanisme Kerja Obat

Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui efek interaksi dengan


reseptornya pada sel organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini
mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons
khas untuk obat tersebut
Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional; hal
ini mencakup 2 konsep penting. Pertama obat dapat mengubah
kecepatan kegiatan faal tubuh. Ke dua obat tidak menimbulkan
fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang tidak ada. Obat yang
efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis dan sebaliknya obat
yang tidak mempunyai aktivitas intrinsic sehingga menimbulkan efek
dengan mengahmbat kerja suatu agonis disebut antagonis.
Mekanisme kerja obat yang kini telah diketahui dapat digolonkan sebagai
berikut:

a. Secara fisis c/: anastetika terbang, laksansia, diuretika osmotic.


Contoh aktivitas anastetika inhalasi berhubungan langsung dengan
sifat lipofilnya, obat ini diperkirakan melarut dalam membrane sel dan
memengaruhi eksibilitas membrane, diuretic osmotic (urea, monitol),
katartic osmotic MgSo4, pengganti plasma (polivinil-pirolidon = PVP)
untuk menambah volume intravascular.
b. Secara kimiawi c/: antasida, zat chelator
Zat-zat chelator mengikat ion logam berat sehingga tidak toksik lagi
dan mudah di ekskresikan oleh ginjal. Misalnya, penisilamin mengikat
Cu2 + bebas yang menumpuk dalam hati dan otak pasien penyakit
Wilson menjadi komplek yang larut dalm air, dimerkaproi (BAL =
british antilewisite) untuk mengikat logam berat (As, Sb, Hg, Au, Bi)
yang bebas maupun dalam komples organic menjadi kompleks yang
larut dalam air dan dikeluarkan melalui urin.
c. Melalui proses metabolisme
Amoksilin mengganggu pembentukan dinding sel kuman, 6-
merkaptopurin berinkorporasi dalam asam nucleat sehingga
mengganggu fungsinya, detergen sebagai antiseptic-desinfektan
merusak integritas membrane lipoprotein.
d. Secara kompetisi
Kompetisi untuk reseptor spesifik atau enzim

C. Reseptor

Protein merupakan reseptor obat yang penting, misalnya reseptor


fisiologis, asetilkolinestrarase, Na+, K+-ATPase, tubulin dan lain-lain.
Resptor fisiologik merupakan protein seluler yang secra normal berfungsi
sebagai reseptor bagi ligan endogen, seperti hormone neuratransmiter, dan
growt factor. Ikatan obat dengan reseptor dapat berbentuk ikatan ion,
hydrogen, hidrofobik, van derr wals, atau kovale. Tetapi, pada umumnya
merupakan campuran berbagai ikata diatas. Suatu zat (obat/ ligan
endogen) dapat mengenai reseptornya dengan tepat karena hanya obat
dengan bentuk molekul tertentu saja yang dapat berikan dengan reseptor,
seperti kunci dengan gemboknya (key and lock).
Macam-macam reseptor:

a. Reseptor kanal ion


Reseptor ini disebut juga sebagai reseptor ionotropik. Reseptor kanal
ion merupakan suatu reseptor membrane yang langsung terhubung
dengan suatu kanal ion dan memperantarai aksi sinaptik yang cepat.
Contohnya adalah reseptor asetikolin nikitinik, reseptor GABAa, dan
reseptor glutametate.
b. Reseptor terikat protein G
Reseptor terikat protein G atau GPCR (G-protein compled reseptor)
atau 7TM reseptor (7 trans membrane reseptor) ini merupakan
golongan reseptor yang memiliki jumlah anggota yang paling banyak
sesuai dengan namanya, rangkaian peptide menyusun reseptor ini
melintasi membrane sebanyak 7 kali dan terikat dengan system efektor
yang disebut protein G reseptor ini memperantarai beberapa aksi
neutransmiter dan hormone secara lambat. Contohnya reseptor ini
misalnya rseptor asetil kolin muskalini, reseptor adrenergic, reseptor
histamine, reseptor dopaminergic, dan reseptor sirotinin.
c. Reseptor tyrokine kinase
Reseptor ini merupakan reseptor single trans membrane (hanya
melintasi membrane satu kali) yang memiliki aktibitas kinase dalam
transduksi sinyalnya. Contoh dari reseptor ini adalah reseptor sitokinin,
resptor growt factor, reseptor insulin.
d. Reseptor intra seluler
Reseptor intra seluler merupakan satu-satunya kelompok reseptor yang
tidak terletak dimembrane sel tetapi terletak didalam sitoplasmik atau
nucleus.

D. Interaksi Obat Reseptor

Menurut teori pendudukan reseptor (receptor occupancy), intesitas


efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau
diikatkan, dan intesitas efek maksimal jika seluruh reseptor diduduki oleh
obat.
Hubungan kadar obat dengan besarnya efek terlihat sebagai kurva
dosis intesitas efek (graded dose effect curve/DEC). 1/kd menunjukan
afinitis obat terhadap reseptor, yang artinya kemampuan obat berikatan
dengan reseptornya. Jadi semakin besar kd semakin kecil afinitis obat
dengan reseptornya. E max menunjukan aktifitas intrinsic/aktifitas obat,
yaitu kemampuan obat-reseptor untuk menimbulkan efek farmakologi.
Hubungan Dosis Obat dengan Persen Responsif:
Telah disebutkan bahwa untuk menimbulkan efek obat dibutuhkan
suatu kisaran dosis. Jika dibuat distribusi frekuensi individu yang
responsive (dalam %) pada kisaran dosis tersebut maka akan didapat kurva
distribusi normal. Jika kurva distribusi tersebut dibuat kumulatif maka
akan didapat kurva berbentuk sigmoid yang disebut kurva log dosis persen
responsive (log DPC). Jadi log DPC menunjukan variasi individu dari
dosis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek terstentu.
Dosis yang menunjukan efek terapi pada 50% individu disebut
dosis efektif median. Dosis toksik median 50 adalah dosis yang
menimbulkan efek toksik pada 50% individu. Dalam studi
farmakodinamik di laboratorium indeks terapi suatu obat adalah
perbandigan antara kedua dosis diatas dan merupakan standar keamanan
suatu obat. Semakin besar indeks terapi semakin aman penggunaan obat
tersebut.
Indeks terapi = TD50/ED50
Obat ideal menimbulkan efek terapi pada semua pasien tanpa
menimbulkan efek toksik pada seorangpun pasien sehingga yang lebih
cepat:
Indeks terapi = TD1/ED99
Dn untuk obat ideal:
TD1/ED00 – 1
E. Antagonisme dan Agonis
Agonis adalah bila obat yang menduduki reseptornya dapat
menimbulkan efek farmakologi. Antagonis adalah bila sifat obat yang
pertama dikurangi atau ditiadakan oleh obat kedua. Antagonisme dapat
dibedakan menjadi 2:
a. Antagonisme fisiologik,
yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang sama, tapi padab.
Antagonisme pada reseptor, yaitu antagonisme melalui sistem
reseptor yang sama, efek histamin pada reaksi alergi dapat dicegah
dengan pemberian anti histamin yang menduduki reseptor yang sama.
Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau
nonkompetitif.
b. Antagonis kompetitif
Dua obat bersaing untuk dapat berikatan pada reseptor yang sama.
Pada antagonis kompetitif reversibel efek agonis dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan dosis obat agonis.
c. Antagonis non kompetitif
Antagonis mengikat reseptor bukan pada tempat ikatan reseptor
agonis sehingga afinitas obat tidak berubah, namun efek
maksimalnya berkurang.
d. Antagonis parsial atau agonis parsial
Adalah agonis yang mempunyai aktivitas intrinsic atau efektivitas
yang rendah sehingga menimbulkan efek maksimal yang lemah. Obat
ini akan mengurangi efek maksimal yang ditimbulkan agonis penuh.

Oleh karena itu, agonis parsial disebut juga antagonis parsial.


Contoh nalorfin adalah agonis parsial atau antagonis parsial dengan morfin
sebagai agonis penuh dan nalokson sebagai antagonis kompetitif yang
murni. Nalorfin dapat digunakan sebagai antagonis pada keracunan
morfin, tetapi jika diberikan sendiri nalorfin juga menimbulkan berbagai
efek opiate dengan derajat yang lebih ringan.
Nalokson yang tidak mempunyai efek agonis akan
mengantagonisasi dengan sempurna semua efek opiate dari morfin Istilah
Farmakologi Suatu obat dikatakan spesifik bila kerjanya terbatas pada
satu jenis reseptor, dan dikatakan selektif jika menghasilkan hanya satu
efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pada dosis yang lebih
tinggi.
Misalnya, klorpromazin adalah obat yang tidak spesifik karena
bekerja pada reseptor kolinergik, adrenergic dan histaminergik, atropine
adalah bloker yang spesifik untuk reseptor muskarinik, tetapi tidak
selektif karena reseptor ini terdapat di berbagai organ sehingga
menghasilkan banyak efek. Selain tergantung pada dosis selektivitas obat
juga tergantung pada cara pemberian. Contoh salbutamol adalah agonis
β-adrenergik yang spesifik dan relative selektif untuk β2 di bronkus,
selektivitas ini ditingkatkan jika diberikan sebagai obat semprot yang
langsung ke saluran napas sehingga dosisnya tidak perlu ditingkatkan
untuk selektif. Plasebo (Latin = saya ingin menyenangkan) adalah
sediaan obat tanpa kegiatan farmakologi. Kepercayaan atas dokter dan
obat yang diberikannya merupakan faktor penting yang turut menentukan
efek terapeutis obat.
Pada situasi tertentu adakalanya diberikan suatu obat placebo untuk
menyenangkan pasien yang sebetulnya tidak menderita gangguan organis
atau untuk meningkatkan moralnya, misalnya pada penyakit yang sudah
tidak bisa disembuhkan lagi. Efek placebo yang paling nyata adalah pada
obat tidur dan hasil baik telah dicapai pula pada analgetika, obat asma
atau obat penguat (tonikum). sistem reseptor yang berlainan. Contoh:
efek katabolik hormon glukokortikoid (gula darah meningkat) dapat
dilawan oleh insulin.

 Efek samping adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan


untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan. Misalnya, rasa mual pada penggunaan digoksin,
ergotamine, atau estrogen sehingga pasien membutuhkan obat
tambahan untuk menghilangkan rasa mual (meklizin,
proklorperazin). Kadang-kadang efek samping merupakan
kelanjutan efek utama, misalnya rasa kantuk pada fenobarbital
bila digunakan sebagai obat epilepsi.
 Toleransi adalah peristiwa pada mana dosis obat harus
ditingkatkan terus menerus untuk mencapai efek terapeutis yang
sama. Banyak obat dapat digunakan tanpa menimbulkan toleransi,
misalnya glikosida digitalis. Toleransi primer (bawaan) terdapat
pada sebagian orang atau hewan tertentu, misalnya kelinci sangat
tahan terhadap atropine, yaitu suatu zat yang sangat toksik untuk
manusia dan binatang menyusui.
 Resisten adalah jika toleransi timbul akibat pembentukan antibodi
terhadap obat. Idiosinkrasi adalah bila suatu obat memberikan
efek yang berlainan dari efek normalnya. Umumnyahal ini
disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien bersangkutan.
Misalnya, anemia hemolitis (kekurangan darah akibat terurainya
eritrosit) setelah pengobatan malaria dengan primakuin. Contoh
lain adalah pasien dengan pengobatan neuroleptika untuk
menenangkannya, justru menunjukkan reaksi gelisah dan cemas.

F. Uji Klinik
Pada dasarnya uji klinik memastikan efikasi, keamanan dan
gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian
suatu obat. Uji klinik terdiri dari fase I sampai fase IV.

a. Fase I
1) Biasanya dilakukan pada sukarelawan sehat.
2) Subjek 20-50 org
3) Yang diteliti keamanan dari obat, menentukan dosis maksimal
yang dapat ditoleransi sebelum timbul efek toksik yang tidak
dapat diterima.
4) Diteliti sifat farmakodinamik dan farmakokinetik pada manusia.
5) Dilakukan terbuka dan tanpa pembanding oleh dokter ahli.
b. Fase II
1) Dilakukan pada pasien yang kelak akan diobati oleh obat ini,
tanpa penyakit penyerta.
2) Subjek 100-200 pasien.
3) Yang diteliti efek terapi (khasiat obat pada manusia).
4) Studi kisaran dosis, untuk menetapkan dosis optimal.
5) Keamanan obat.
6) Obat baru dibandingkan dengan plasebo atau obat standar,
secara acak dan tersamar ganda.
7) Dilakukan oleh dokter ahli farmakologi klinik atau dokter ahli
klinik dalam bidang yang bersangkutan.
c. Fase III
1) Dilakukan pada pasien yang kelak akan diobati oleh obat ini,
dengan penyakit penyerta atau mendapat terapi lain.
2) Subjek paling sedikit 500 pasien.
3) Memastikan efek terapi, dan efek samping lain yang tidak
terlihat pada fase II.
4) Keamanan obat.
5) Obat baru dibandingkan dengan obat sama dengan dosis berbeda,
plasebo, obat standar.
d. Fase IV (Post marketing surveillance)
Pengamatan terhadap obat yang beredar di pasaran. Yang diamati:
1) Efek samping pada frekuensi penggunaan rendah atau bertahun-
tahun.
2) Efektivitas obat pada pasien berpenyakit berat, ganda, anak-
anak, usia lanjut, penggunaan berkali-kali.
3) Masalah penggunaan berlebihan, penggunaan yang salah,
penyalahgunaan (abuse) dan lain-lain.
4) Efek obat terhadap morbiditas, dan mortalitas.
5) Efek baru dari obat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam mencapai kerja maksimal, obat memerlukan beberapa
tahap. Yakni tahap farmasetik, farmakokinetik, dan farmakodinamik.
Sebelum obat benar-benar diserap oleh tubuh, obat perlu diubah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil.Masing-masing obat tidak akan
mempunyai waktu perubahan yang berbeda-beda.Tergantung kandungan
obat itu sendiri. Karena beberapa obat tidak 100% obat.
Keadaan asam-basa urin juga berpengaruh di dalam perubahan
partikel obat tersebut. Setelah obat mencapai kerja obatnya, obat akan
dimetabolasi menjadi bentuk yang tidak aktif, sehingga lebih mudah
untuk diekskresi. Setelah dimetabolisasi, obat akan keluar dari tubuh
melalui ginjal, hati, usus, paru-paru,dan kelenjar eksokrin. Struktur kimia
sebuah obat akan menentukan organ yangakan mengekskresinya.

B. SARAN
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini, maka
perawat seharusnya mengerti dan memahami akan medikasi khususnya
dalam halini adalah tentang sifat kerja obat. Sehingga perawat dapat
mengimplementasikannya dalam proses penanganan terhadap pasien.
Makaasuhan keperawatan yang diberikan pada pasien akan
berjalan dengan baik danmaksimal. Karena jika perawat tidak paham
mengenai medikasi akanmenghambat penanganan terhadap pasien dan
penanganan menjadi kurangmaksimal bahkan dapat merugikan pihak
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Sjuib, F.2005. Farmakokinetika Dan Biofarma Sebagai Jembatan Antara


Dokter Dan Apoteker, Makalah, Institute Teknologi : Bandung.
Setiawati A, et al.2007. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan
Terapi ed 5. Jakarta: Gaya Baru; 1-27.
Shargel L,Andrew BC.1985. Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics 3 ed Connecticut: Appleton dan lange.
Tan HT, Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: Elex Media
Komputindo; 1-54.

Anda mungkin juga menyukai