NPM 1102019240
1. MM Mapraktik
1.1 Definisi
Pengertian Malpraktek Ada berbagai macam pendapat dari para sarjana mengenai
pengertian malpraktek. Masing-masing pendapat itu diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Veronica menyatakan bahwa istilah malparaktek berasal dari “malpractice” yang
pada hakekatnya adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul sebagai
akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh dokter. (Anny
Isfandyarie,2005 : 20).
b. Hermien Hadiati menjelaskan malpractice secara harfiah berarti bad practice, atau
praktek buruk yang berkaitan dengan praktek penerapan ilmu dan teknologi medik
dalam menjalankan profesi medik yang mengandung ciri-ciri khusus. Karena
malpraktek berkaitan dengan “how to practice the medical science and technology”,
yang sangat erat hubungannya dengan sarana kesehatan atau tempat melakukan
praktek dan orang yang melaksanakan praktek. Maka Hermien lebih cenderung untuk
menggunakan istilah “maltreatment”.
c. Danny W iradharma memandang malpraktek dari sudut tanggung jawab dokter
yang berada dalam suatu perikatan dengan pasien, yaitu dokter tersebut melakukan
praktek buruk.
d. Kamus Besar bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan istilah malpraktik dengan
malapraktik yang diartikan dengan: “praktik kedokteran yang salah, tidak tepat,
menyalahi undang-undang atau kode etik”.
e. Pengertian malpraktek medik di dalam Black’s Law Dictionary : “ Malpraktek
adalah setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam ukuran tingkat
yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak dari para
dokter, pengacara, dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan professional
dan melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar di
dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga
mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut
yang cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya
setiap sikaptindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar
atau kurang kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktek buruk, atau illegal atau
sikap immoral “.
1.2 Ciri dan tolak ukur malpraktik
Sementara menurut Dr. dr. Imran, SpS, M.Kes disebut malapraktik apabila dokter
tidak menggunakan standar pengobatan, kelalaian dalam menangani penderita,
mengakibatkan kecacatan pasien. Seperti misalnya, adanya kesalahan pemeriksaan,
kekeliruan memberikan penilaian penyakit, salah menulis dosis resep, kesalahan operasi,
melakukan pembedahan oleh bukan dokter bedah, atau mengobati pasien pasien di luar
spesialisasinya
1.3 Jenis
1) Malpraktek Etik
2) Malpraktek Yuridis
S o e d j a t m i k o m e m b e d a k a n malpraktek yuridis ini menjadi tiga
bentuk, yaitu malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal
malpractice) dan malpraktek administratif (administrative malpractice).
a. M a l p r a k t e k P e r d a t a ( C i v i l Malpractice)
Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan
tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik
oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.
Pelanggaran profesi kedokteran menurut hukum perdata bersumber pada dua
dasar hukum, yaitu :
(1) Wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata).
Dalam hal ini dokter tidak memenuhi kewajibannya yang timbul
dari adanya suatu perjanjian (tanggung jawab kontraktual). Dalam arti
harfiah adalah prestasi yang buruk (Subekti, 1985: 45) yang pada
dasarnya melanggar isi / kesepakatan dalam suatu perjanjian / kontrak
oleh salah satu pihak. Bentuk pelanggaran dalam wanprestasi sebagai
berikut :
(a) Tidak memberikan prestasi sama sekali sebagaimana yang
diperjanjikan; (b) Memberikan prestasi tidak sebagaimana mestinya,
tidak sesuai kualitas atau kuantitas dengan yang diperjanjikan;
(c) Memberik an prest as i t et api sudah terlambat tidak tepat waktu
sebagaimana yang diperjanjikan ;
(d) memberikan prestasi yang lain dari yang diperjanjikan. Di lihat dari
transaksi terapeutik yang merupakan inspanning verbentenis dimana
kewajiban atau prestasi dokter yang harus dijalankan pada pasien adalah
perlakukan medis yang sebaik-baiknya dan secermatcermatnya sesuai
dengan standar profesi medis atau standar prosedur operasional. Maka
wanprestasi dokter terjadi karena melanggar standar profesi medis atau
standar prosedur operasional sehingga memberikan pelayanan medis
pada pasien tidak sebagaimana mestinya, dan/atau memberikan prestasi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien.
b. Malpraktek Pidana
Perbedaan antara resiko medis dengan malpraktek medis Pembedaan antara resiko
medis dengan malpraktek medis dilakukan dengan terlebih dahulu menegaskan
pengertian kedua hal tersebut. Pengertian dan kualifikasi resiko medis, serta
pengertian malpraktek telah diuraikan pada alenia sebelumnya. Berikut adalah
pembahasan mengenai unsur-unsur malpraktek.
Kelalaian menurut Jusuf Hanafiah maksudnya adalah sikap kurang hati-hati yaitu
tidak melakukan apa yang sewajarnya dilakukan, atau sebaliknya melakukan apa
yang tidak seharusnya dilakukan. Kelalaian juga merupakan tindakan kedokteran di
bawah standar pelayanan medis.
Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian
tersebut tidak sampai membawa pada kerugian atau cedera pada orang lain dan orang
lain itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum de minimis noncurat lex
yang berarti hukum tidak mencampuri halhal yang dianggap sepele. Tetapi jika
kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut
nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata) serus
dan kriminal (Hanafiah, 1998 : 88).
Jika suatu peristiwa terjadi karena unsur kelalaian maka hal itu termasuk
kesalahan (sculhd) dalam arti negligence (Guwandi, 2008 : 60).
Dari uraian Jonkers di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu peristiwa yang
tidak mengandung keempat unsur tadi bukanlah kesalahan (negligence).
W.L. Prosser dalam buku The Law of Torts yang dikutip oleh Dagi, T.F dalam
tulisannya yang berjudul Cause and Culpability di Journal of Medicine and
Philosophy Vol. 1, No. 4, 1976, menyebutkan beberapa unsur malpraktek yaitu:
a. Adanya perjanjian dokter-pasien;
b. Adanya pengingkaran perjanjian;
c. Adanya hubungan sebab akibat antara tindakan pengingkaran itu dengan
musibah yang terjadi;
d. Tindakan pengingkaran itu merupakan penyebab utama dari musibah
e. Musibah itu dapat dibuktikan keberadaannya
1. (1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
1. identitas pengadu;
2. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
3. alasan pengaduan.
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan
hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang
berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
3. MM Informed Consent
3.1 Definisi
Informed consent atau persetujuan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989 Di
mana pasal 1 (a) menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed consent)
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed
consent mencakup peraturan yang mengatur perilaku dokter dalam berinteraksi dengan
pasien. Interaksi tersebut melahirkan suatu hubungan yang disebut hubungan dokter-
pasien.
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent.
Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi; sedangkan consent berarti
memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi atau dapat juga dikatakan
informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan
rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya
3.2 Tujuan
3.3 Bentuk
Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu :
Pasal 1
2.Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
3.Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik
atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
6.Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7.Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidakt erganggu kesadaran
fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga
mampu membuatkeputusan secara bebas.
Peraturan Informed Consent apabila dijalankan dengan baik antara Dokter dan
pasien akan sama-sama terlindungi secara Hukum. Tetapi apabila terdapat
perbuatan diluar peraturan yang sudah dibuat tentudianggap melanggar Hukum.
Dalam pelanggaran Informed Consenttelah diatur dalam pasal 19 Permenkes No.
290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, dinyatakan terhadap
dokter yang melakukan tindakan tanpa Informed Consentdapat dikenakan sanksi
berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin Praktik.
b. Pemberi Persetujuan
d. Penundaan Persetujuan