Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZDA KOTA

BLITAR DITINJAU DARI UU NOMOR 38 TAHUN 1999


Abdul Kadir
Fakultas Syari’ah UIN Maliki Malang
Telepon: 081334149080
E-mail : masdoel_bajoe@yahoo.co.id
Abstract
The teaching of alms is a comprehensive ritual for social responsibility. In Indonesia, the discussion
about Islamic economy leads to the discussion of alms and its implementation. The law base of alms
is UU no 38/1999. Bazda kota Blitar is one center of alms collection in East Java. The collected data
shows that the management of Bazda cannot work as effectively as it is expected. There are at least three
main problems: limitation of facility, lack of professional human resources, and lack of political will.
Ajaran sedekah adalah ritual komprehensif untuk tanggung jawab sosial. Di Indonesia, diskusi tentang
ekonomi Islam mengarah pada diskusi tentang zakat dan pelaksanaannya. Dasar hukum zakat adalah
UU no 38/1999. Bazda kota Blitar adalah salah satu pusat pengumpulan zakat di Jawa Timur. Data
yang dikumpulkan menunjukkan bahwa pengelolaan Bazda tidak bisa bekerja secara efektif seperti
yang diharapkan. Setidaknya ada tiga masalah utama: keterbatasan fasilitas, kurangnya sumber daya
manusia yang profesional, dan kurangnya kemauan politik.
Kata kunci : efektivitas, Management Zakat, UU No. 38/1999

Sebagai salah satu pilar Islam, zakat adalah Zakat selalu dikemukakan sebagai suatu konsep pa­
fardlu‘ain dan kewajiban ta’abbudi. Ia juga me­ nacea (obat mujarab) untuk memberantas kemis­ki­
ru­pa­kan ibadah maliyah ijtimai’iyah (ibadah yang nan. Padahal dalam peraktek zakat dilakukan sekedar
ber­kaitan ­dengan ekonomi dan kemasyarakatan) untuk ­memenuhi rukun Islam yang ketiga dan ka­re­na
yang mempunyai status dan peran penting dalam itu lebih banyak merupakan masalah pribadi. Dam­
syari’at Islam. Bahkan al-Qur’an menjadikan zakat paknya tidak lebih sekedar meringankan beban kon­
dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran sumsi seseorang untuk beberapa hari saja. Dengan ka­ta
Is­lam.1 Zakat adalah suatu ibadah maliyah yang le­ lain, dampak sosial-ekonomi pelaksanaan zakat be­lum
bih menjurus kepada aspek sosial, untuk mengatur nampak, kecuali untuk beberapa kasus, di mana zakat
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan telah diarahkan sebagai suatu program sosial, tapi ini
Allah, dan dalam hubungannya dengan sesama ma­ baru dilakukan dalam skala kecil.
nu­sia. Kalau shalat lebih menjurus kepada pembinaan Kota Blitar memiliki potensi zakat yang tidak
kepribadian yang mulia, maka zakat lebih menjurus kecil, ini biasa dilihat dari penduduk Kota Blitar yang
kepada pembinaan kesejahteraan masyarakat.2 Oleh beragama Islam (berdasarkan data keagamaan tahun
sebab itu tidak heran, jika ibadah zakat ini juga me­ 2004 sebesar ± 356.376 jiwa).4 Potensi besar seperti
rupakan ibadah bagi umat-umat sebelum Islam, se­ ini, tampaknya belum bisa ditangkap secara baik oleh
ba­gaimana yang telah diterangkan Allah di dalam al- lem­baga-lembaga sosial keagamaan khususnya yang
Qur’an.3 bergerak dalam bidang pengelolaan zakat di mana
Di Indonesia, berbicara tentang ekonomi Islam, selama ini pengelolaan zakat masih banyak dilakukan
akan mengarah kepada pelaksanaan zakat. Di sini, secara tradisional baik dalam pengumpulan maupun
lembaga zakat yang pada umumya dipersepsikan pendistribusian. Padahal jika potensi umat itu dapat
se­­bagai lembaga keagamaan, diusahakan untuk di­ di­kelola dengan baik tentu akan sangat membantu da­
transformasikan menjadi lembaga sosial-ekonomi. lam pembangunan sosial, khususnya di bidang eko­
nomi umat Islam. Hal ini juga setelah mengamati kon­
1 Penegasan ayat al-Qur’an tentang Zakat disebut sebanyak 30 kali dan yang
terkait dengan kewajiban zakat disebut 28 kali. tak langsung dengan pengurus BAZDA Kota Blitar,
2 Muhammadiyah Ja’far, Zakat, Puasa dan Haji (Malang: Kalam Mulia, 1985), sumber dana zakat hanya didapat dari zakat profesi,
h. 105.
3 Al-Qur’an, surah al-Anbiya’ ayat 73, Maryam ayat 54-55 dan ayat 30 - 31, dan 4 Data diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kota Blitar pada hari Rabu
al-Maidah ayat 12 tanggal 5 April 2006
135
136 Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Volume 2, Nomor 1, Juni 2011, hlm 135-143
infaq dan shodaqah, walaupun pengurus BAZDA Kota ama­lan ibadah yang berbentuk harta kekayaan lainnya.
Blitar sendiri lebih banyak bermukim di masyarakat Ka­rena wilayah kerja BAZDA kota Blitar berkaitan
da­ripada di instansi pemerintah, termasuk ketuanya de­ngan macam-macam sumber dana tersebut. Hal ini
sendiri dan para pengawas. sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ber­
Karena belum ada lembaga yang profesional se­ laku, sebagaimana diatur dalam Keputusan Men­te­ri
perti itu, maka berdasarkan hasil pengamatan sepintas, Agama RI. Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pe­lak­
ter­kesan banyak masyarakat Islam (wajib zakat) Kota sanaan Undang Undang Nomor 38 Tahun 1999 ten­
Blitar masih enggan untuk berpartisipasi di lembaga- tang Pengelolaan Zakat, yaitu pasal 27 yang ber­bu­
lembaga pengelolaan zakat yang ada, sehingga belum nyi, bahwa lingkup kewenangan pengumpulan zakat
memenuhi sasaran yang diharapkan. Ada semacam sebagaimana dimaksud pada pasal 25 termasuk harta
ke­khawatiran di kalangan wajib zakat (muzakki), ka­ selain zakat seperti infaq, hibah, wasiat, waris dan
lau-kalau zakat itu tidak akan sampai ke tangan pe­ kafarat.
ne­rima zakat (mustahiq) yang sebenarnya berhak.
METODE PENELITIAN
Di­tambah lagi dengan sistem administrasi BAZDA
Kota Blitar yang kurang permanen dan sehingga ter­ Peneliti menggunakan penelitian kualitatif de­
ke­san pengurus/pejabat yang mendapatkan Surat Ke­ ngan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ku­
putusan Wali Kota Blitar aktif pada saat menjelang a­li­tatif digunakan apabila data-data yang dibutuhkan
leb­aran idul fitri. berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur ber­da­ dikuantifikasi.5 Penelitian ini bisa juga dengan meng­­
sar­kan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dengan gunakan pendekatan sosiologis atau empiris.6
Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun Untuk memperoleh data yang akurat, pe­ne­
1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang tentang li­tian ini menggunakan sumber data primer dan se­
Pe­ngelolaan Zakat. Bukankah Dalam Bab III UU kunder. kemudian ditunjang dengan data yang di­
No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa organisasi kum­pulkan Melalui metode observasi, wawancara
pe­ngelola zakat terdiri atas dua jenis, yaitu Badan dan dokumentasi sebagaimana penelitian lapangan
Amil Zakat (pasal 6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal umumnya.
7). Selanjutnya pada bab tentang sanksi (Bab VIII) Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui pe­
dikemukakan pula bahwa setiap pengelola za­kat yang nelitian di lapangan dan ditunjang oleh kepustakaan
karena kelalaiannya tidak mencatat atau men­catat di­susun menjadi satu secara sistematis, maka dengan
dengan tidak benar tentang zakat, infaq, shadaqah, demikian sumber primer dan sumber skunder saling
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8, pasal 12 melengkapi sehingga diperoleh gambaran yang jelas
dan pasal 11 UU No. 38 Tahun 1999, di­an­cam dengan me­ngenai mekanisme pengorganisasian dana ZIS
hukuman kurungan selama-lamanya ti­ga bulan dan/ yang dilakukan oleh BAZDA Kota Blitar terkait de­
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,- ngan keberadaan UU No. 38 tahun 1999 tentang Pe­
(tiga puluh juta rupiah). Sanksi ini tentu dimaksudkan nge­lo­laan Zakat dan Keputusan Menteri Agama RI.
agar BAZ dan LAZ yang ada di negara kita menjadi Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-
pengelola zakat yang kuat, amanah dan profesional Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan pola manajemen
dan dipercayai masyarakat, sehingga pada akhirnya pengelolaan zakat, pelaksanaan dan pendayagunaan
masyarakat secara sadar dan sengaja akan menyerahkan dana ZIS dan hambatan-hambatan serta uyapa yang
zakatnya kepada lembaga pengelola zakat. dilakukan oleh BAZDA Kota Blitar.
Itulah sebabnya, peneliti sangat menaruh per­ha­ HASIL DAN PEMBAHAASAN
ti­an untuk melihat secara dekat kinerja BAZDA kota Sebagai sebuah lembaga, Badan Amil Zakat
Bli­tar dalam melaksanakan program pengelolaan da­ (BAZ) juga dikelola secara profesional dan didasarkan
na ZIS. Fokus perhatian dalam penelitian ini akan atas aturan-aturan keorganisasian. Pendekatan klasik
di­khu­suskan pada persoalan bagaimana manajemen ter­hadap manajemen dulunya dibangun pada gagasan
pe­ng­el­olaan, pendayagunaan dan faktor penghambat bahwa jika manajemen mampu merencanakan,
pe­ng­elolaan zakat oleh BAZDA kota Blitar sebagai meng­orga­n­isasi, memimpin, dan mengendalikan
suatu lembaga penghimpun maupun penyalur dana pekerjaan dan organisasi dengan tepat, maka
ZIS kepada masyarakat (umat). 5 Tim Dosen Fakultas Syari’ah, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Dana ZIS yang dimaksud pada pembahasan ini (Malang: Fakultas Syariah UIN, 2005), h. 11.
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), h.
ada­lah dana zakat, infaq dan bentuk shadaqah serta 43.
Abdul Kadir, Efektivitas Pengelolaan Zakat di Bazda Kota Blitar Ditinjau Dari UU Nomor 38 Tahun 1999 137

produktivitas akan meningkat. Pendekatan awal juga management by process (MBP). Pendekatan ma­na­je­
menekankan as­pek teknik pekerjaan, dengan me­ men ini tidak mengutamakan hasil akhir. Dalam me­
ngorbankan aspek pribadi. Oleh karena itu, tidak laksanakan aktivitas, yang harus diperhatikan adalah
mengherankan bahwa teori-teori yang dulu di­ upa­ya-upaya penghindaran kerugian pada pihak lain.
kembangkan bertentangan de­ngan beberapa dasar Perkembangan yang sehat didorong. Antara satu de­
manajemen terdahulu.7 ngan yang lain jadi saling mengisi, memperkuat ber­ba­
Untuk terwujudnya suatu organisasi/lembaga gai sisi-sisi yang lemah. Tidak menimbulkan kerugian
yang baik maka perlu dirumuskan beberapa hal, yai­ secara otomatis mengembangkan kemaslahatan.
tu; 1) Adanya tujuan yang akan dicapai, 2) Adanya Kedua, Perencanaan Tujuan Kelembagaan,
pe­ne­tapan dan pengelompokan pekerjaan, 3) Adanya me­­ru­pakan suatu keniscayaan jika sebuah lembaga
wewenang dan tanggung jawab, 4) Adanya hubungan tidak mempunyai perencanaan tujuan kelembagaan.
(relationship) satu sama lain, 5) Adanya penetapan Badan/Lembaga Pengelolaan Zakat secara umum
orang-orang yang akan melakukan pekerjaan atau tu­ mempunyai visi dan misi sebagai berikut; 1) Menjadi
gas-tugas yang diembankan kepadanya. pengelola zakat, infaq dan shadaqah yang amanah
Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 ten­ dan profesional, 2) Menjadi lembaga terdepan yang
tang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal memiliki komitmen dalam mensejahterakan ma­
7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat syarakat melalui zakat, infaq dan shadaqah sesuai
di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan dengan ajaran Islam, 3) Menjadi lembaga sosial pro­­
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Pengelolaan Zakat fe­sional yang didasari oleh syari’at Islam yang kukuh
(LAZ), Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, sebagai upaya mengembangkan kehidupan umat yang
sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh ma­ sejahtera, 4) Menjadi Baitul Mal yang representatif
syarakat. Dalam buku petunjuk teknis pengelolaan za­ sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan
kat yang dikeluarkan oleh Institusi Manajemen Zakat para sahabatnya.
(2001) dikemukakan susunan organisasi lembaga za­ Sedangkan secara operasional kelembagaan,
kat seperti Badan Amil Zakat.8 misi khusus yang harus dilakukan oleh lembaga pe­
nge­lola zakat adalah sebagai berikut; 1) Membina
Manajemen Zakat
ma­syarakat yang kurang mampu menjadi masyarakat
Pertama, Perencanaan Strategis Kelembagaan, yang berkemampuan baik secara sosial maupun eko­
Pe­rencanaan dengan segala variasinya ditujukan un­ nomi agar memiliki komitmen dan keislaman me­
tuk membantu mencapai tujuan suatu lembaga atau lalui pengumpulan maupun penyaluran zakat. 2)
or­ganisasi. Ini merupakan prinsip yang penting, ka­re­ Mem­berikan pelayanan kepada masyarakat yang
na fungsi perencanaan harus mendukung fungsi ma­ ku­rang mampu (mustahiq) dalam pengembangan
nagemen berikutnya, yaitu fungsi pengorganisasian, diri, dan atau keluarga menjadi masyarakat yang
fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. 9 ber­kesejahteraan berdasarkan nilai agama Islam. 3)
Pada dasarnya manajemen merupakan suatu Mem­berikan contoh yang baik bagi masyarakat agar
rang­kaian cara beraktivitas. Bagi seorang muslim mau dan berkeinginann kuat untuk berzakat, infaq
ma­na­jemen bisa menjadi wahana amal kebajikan. dan shadaqah demi kepentingan umum.
Ma­najemen menumbuhkan kesadaran untuk meng­a­ Dari visi dan misi akan dilahirkan program-
pli­kasikan cara-cara bekerja dengan landasan ajaran pro­gram unggulan sebagai implementasi penge­
Islam. Manajemen islami memang tidak bebas ni­ lo­la­an zakat. Dari sejumlah program yang dica­
lai. Kaidah halal dan thayib menjadi nilai utama or­ nang­kan Badan/Lembaga Pengelola Zakat, dapat
ganisasi, hal ini berlaku dari awal pengambilan ke­ di­ke­lompokkan menjadi empat program besar (grand
putusan, perencanaan hingga aplikasi dan evaluasinya programme), yaitu program ekonomi, program sosial,
yang tetap melandaskan pada nilai-nilai halal dan program pendidikan dan program dakwah.11
thayib.10 Ketiga, Perencanaan Sistem Penghitungan Harta
Penekanan pada proses merupakan inti dari Zakat, Pembahasan zakat penghasilan memerlukan
7 Gibson, Donnelly, Ivancecich, Manajemen Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1997),
data tentang penerimaan dan pembiayaan. Sementara
h. 12. pembahasan tentang penerimaan memerlukan data
8 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Shadaqah (Jakarta:
Gema Insani, 1998), h. 130
harga dan produksi. Untuk rumah tangga muslim yang
9 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV. Mandar Maju, 1992), h. 11 Departemen Agama, Pola Pembinaan Badan/Lembaga Amil Zakat (Jakarta:
10. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam & Penyelengaraan Haji
10 Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Ciputat: IMZ, 2004), h. 77. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005), h. 20.
138 Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Volume 2, Nomor 1, Juni 2011, hlm 135-143
berhati-hati dalam bermuamalah untuk melaksanakan atau strategi tertentu untuk menumbuhkan kesadaran
ketaatan beragama, masalah ini sangat penting karena berzakat di kalangan kaum muslimin.
berkaitan dengan kewajiban zakat bagi orang kaya Upaya untuk menumbuhkan kesadaran berzakat,
yang akan mengantarkan seorang muslim sukses di baik untuk pegawai institusional pemerintah maupun
dunia dan juga sukses di akhirat.12 swasta, dapat dilakukan berbagai cara diantaranya
Setelah menentukan sumber dana/obyek harta ada­lah; 1) Memberikan wawasan (know how) yang
wajib zakat, kemudian menentukan sistem dana/harta benar dan memadai tentang zakat, infaq dan sha­da­qah,
zakat. Tujuannya adalah agar masyarakat sendiri baik dari segi epistemologi, terminologi maupun ke­
me­ma­hami betul pola penghitungan hartanya untuk dudukannya dalam ajaran Islam, 2) Manfaat (benefit)
me­nen­tukan apakah sudah sampai batas nishab atau serta hajat (need) dari zakat, infaq dan shadaqah,
ukuran wajib zakat atau belum. Selama ini sumber khususnya untuk pelakunya maupun para mustahiq
ke­engganan muzakki untuk mengeluarkan harta zakat za­kat.
dari hartanya, salah satunya adalah mereka tidak bisa Karenanya untuk menumbuhkan kesadaran zakat
menghitung hartanya sendiri sehingga mereka enggan di kalangan masyarakat, selain penting mengetahui
atau tidak mau mengeluarkan zakatnya.13 tentang ketentuan fiqh mengenai wajibnya zakat, ju­
Keempat, Pelaksanaan Dalam Penghimpunan ga penting untuk memahami masalah zakat dalam
Dana ZIS, Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan kai­tannya dengan faktor ajaran-ajaran Islam lainnya,
Amil Zakat dengan cara menerima atau mengambil seperti etika dan aqidah.
dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki. Ba­
Manajemen Pengolaan Dana ZIS di BAZDA Kota
dan Amil Zakat dapat kerja sama dengan Bank dalam
Blitar
pengumpulkan zakat harta muzakki yang berada di
Bank atas permintaan muzakki. Badan Amil Zakat Organisasi Badan Amil Zakat Kota Blitar adalah
da­pat menerima harta selain zakat, seperti, infaq, sha­ organisasi masyarakat dalam rangka pengumpulan
daqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat. dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah. Ketua
Hal yang menggembirakan adalah kesadaran umum­nya ialah seorang tokoh masyarakat yaitu KH.
ber­zakat di kalangan kaum muslimin di Indonesia Achfas Zen, seorang pengasuh pesantren putri di ke­
te­lah mengalami kemajuan. Ini dapat dilihat dengan lurahan ­Dauwan Kecamatan Kepanjen kidul kota Bli­
mun­culnya lembaga-lembaga atau badan amil zakat, tar, juga anggota DPRD Komisi D kota Blitar yang
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. disegani umat serta memperoleh restu dan petunjuk
Na­mun perkembangan yang menggembirakan ini dari pemerintah kota Blitar sebagai pengayonan
be­lum menyentuh seluruh lapisan masyarakat kaum amanah umat. Organisasi BAZDA kota Blitar berada
musl­imin14. di ­wilayah kantor Departemen Agama Kota Blitar
Sebagaimana kita ketahui dan banyak dikeluhkan dengan personalia terdiri dari unsur masyarakat, ula­
di kalangan pakar zakat, infaq dan shadaqah, bahwa ma’ dan pemerintah. Tugas dari organisasi ini ialah
dana ZIS tersebut belum secara optimal terealisasikan me­ru­muskan kebijakan mengenai pengumpulan dan
dan terjadi sebagaimana harapan kita sebagai kaum penyaluran zakat, infaq dan shadaqah kepada yang
muslimin. Kalau kita perhatikan dari sekian banyak berhak menerimanya sesuai dengan syari’at Islam.
instansi pemerintah dan perusahaan di Indonesia, ba­ Organisasi BAZDA kota Blitar, sebagaimana
ru beberapa instansi pemerintah dan perusahaan yang yang peneliti singgung di atas, yaitu tokoh masyarakat/
mempunyai Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang telah ulama’ yang disegani dan dipercaya umat, serta men­
dikelola dengan baik. da­pat restu dan petunjuk dari Pemerintah kota Blitar.
Berdasarkan beberapa pengalaman yang telah Dalam tugasnya sehari-hari ketua BAZDA kota Blitar
mereka hadapi saat awal-awal berdirinya juga me­ dibantu oleh Badan Pelaksana lainnya yang terdiri dari
nga­la­mi berbagai macam konflik dalam rangka un­ sekretaris dan wakil sekretaris (unsur pemerintah),
tuk memungut zakat di kalangan pegawai maupun ben­da­hara dan wakil bendahara (unsur pemerintah)
ma­s­yarakat. Oleh karena itu diperlukan kiat-kiat dan ketua unit-unit dan bendahara. Lembaga ini di­
bentuk secara vertikal sampai kepada instansi pe­
12 Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat & Permodalan Masyarakat Miskin
(Malang: Bahtera Perss, 2006), h. 93.
merintah kota Blitar, baik instansi pendidikan, in­
13 Muhtadi Ridwan, Aplikasi Pengelolaan Dana ZIS Pada Lembaga Zakat, d­us­tri, medis maupun profesi dan Bank dari tingkat
Infaq dan Shadaqah (Malang: Jurnal Ulul Albab UIN, 2002), h. 34-35.
14 Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat & Infaq Profesi Oleh Pemerintah
pe­merintah atas sampai pemerintah bawah.
daerah (bagi pegawai negeri dan pegawai perusahaan daerah (Yogyakarta: Perencanaan merupakan fungsi utama dan per­
Pustaka Pelajar, 2005), h. 38.
Abdul Kadir, Efektivitas Pengelolaan Zakat di Bazda Kota Blitar Ditinjau Dari UU Nomor 38 Tahun 1999 139

tama dari pada manajemen pada segala bidang dan atau ekonomi Islam.
tingkat manapun. Semakin tinggi kedudukan se­se­ Ketiga, Karena kurangnya SDM yang tersedia,
orang pemimpin organisasi, maka harus makin jauh lem­baga ini juga belum maksimal dalam mengakses
ke depan pandangannya, dalam hal perencanaan, beberapa pihak yang diajak untuk kerja sama yang
tu­ju­an pokok serta langkah-langkah jangka panjang baik, di samping itu pula kurang koordinasi sehingga
atau garis besar usaha. Perencanaan dikembankan upaya untuk memaksimalkan organisasi sosial ini
me­lalui latihan diri berfikir, secara sistematis dalam kurang efektif dalam pelaksanaan.
me­ngenali, kemudian merumuskan masalah-masalah Keempat, Pengelola sendiri mempunyai peker­ja­
yang dapat serta perlu dihadapi, dinilai, dianalisa an ganda. Artinya di samping mengurusi Badan Amil
kemudian memilih alternatif sebagai keputusan. Za­kat, juga mempunyai tugas dan kewajiban lain
Maka Badan Amil Zakat daerah (BAZDA) Kota yang lebih penting yaitu kebanyakan amil BAZDA
Blitar merumuskan langkah-langkah perencanaan da­ ko­ta Blitar bekerja disetiap instansi pemerintah kota
lam mengatur keuangan zakat, infaq dan shadaqah Blit­ar (ikatan dinas).
yang diperoleh dari masyarakat, pegawai dan ins­ Di samping hambatan internal di atas, dalam
tan­si daerah kota Blitar, yaitu sebagai berikut; a) me­laksanakan pengelolaan dana ZIS ini, juga tidak
Me­ru­muskan pendayagunaan dana zakat infaq dan terlepas dari hambatan eksternal yaitu:
shadaqah Mengumpulkan data dan informasi yang se­ Pertama, Kurangnya kesadaran partisipasi ma­
lengkap-lengkapnya untuk mengetahui langkah atas sya­ra­kat khusus karyawan/karyawati pemerintah kota
aktivitas apa yang pokok dan mana yang akan mem­ Blitar terhadap upaya lembaga dalam pengelolaan da­
pengaruhi pelaksanaan rencana itu. b) Pendataan para na ZIS. Hal ini terlihat dari hasil pengumpulan da­
muzakki di seluruh wilayah kota Blitar, c) Terakhir na ZIS dari masing-masing UPZ di setiap instansi,
adalah mengadakan persiapan untuk pengawasan semakin hari semakin berkurang. Dari jumlah UPZ
pelaksanaannya. 24 hingga akhir 2005 hanya terdapat 17 UPZ yang
Adapun sistem perhitungan dana zakat perspektif ma­sih memberikan zakatnya, itupun tidak semua
BAZDA Kota Blitar disesuaikan dengan hitungan kar­yawan/karyawati yang ingin menginvestasikan
syari’at yaitu 2,5 % dari penghasilan muzakki. Untuk zakatnya. Kurangnya partisipasi masyarakat khusus
itulah, sebelum melakukan penarikan zakat kepada karyawan/karyawati ini disebabkan oleh antara lain;
muzakki, pengurus BAZDA Kota Blitar terlebih da­ a) Kurang tersosialisasi konsep zakat, infaq dan
hu­lu menjelaskan bagaimana pola penghitungan harta shadaqah kepada masyarakat khususnya pemerintah
zakat. dae­rah kota Blitar, b) Kurang tersosialisasikannya
jenis-jenis harta wajib zakat, c) Kurangnya sosialisasi
Hambatan dan Solusi
BAZDA kota Blitar sebagai lembaga amil zakat.
Sebagaimana lembaga lainnya, dalam penge­lo­ Kedua, Adanya muzakki potensial yang me­mak­
laan dana zis ini, BAZDA kota Blitar juga tidak ter­ sakan kehendaknya untuk mendistribusikan ZISnya
lepas dari hambatan-hambatan yang dirasakan baik secara langsung kepada mustahiq. Artinya muzakki
yang bersifat internal maupun eksternal. tersebut sudah mempunyai mustahiq sendiri.
Secara internal, hambatan-hambatan yang dirasa Ketiga, Banyaknya lembaga-lembaga atau ba­
cu­kup mengganggu kinerja organisasi atau lembaga dan-badan pengelola zakat yang lain bermunculan
ini adalah sebagai berikut: se­hingga membatasi ruang dan gerak BAZDA kota
Pertama, Terbatasnya fasilitas yang dimiliki Blitar dalam menghimpun sekaligus dalam penyaluran
oleh BAZDA Kota Blitar. Artinya, lembaga ini sam­ dana.
pai sekarang belum memiliki kantor atau ruang Dari berbagai masalah yang dihadapi oleh
ker­ja yang memadai dan representatif, sehingga BAZ­DA Kota Blitar, baik secara internal maupun
meng­ganggu proses rekrutmen donatur sekaligus pe­ eks­ternal, maka berikut beberapa upaya solusi yang
nya­luran dana ZIS. di­tawarkan dalam menghadapi persoalan-persoalan
kedua, Kurang memadainya SDM pengelola, le­ tersebut.
bih-lebih dilihat dari kualitas, tampaknya masih perlu
ditingkatkan secara terus menerus. Sebab, dari sekian Solusi Internal
tenaga tersebut, tampaknya kurang memiliki kualitas Pertama, Peningkatan SDM, Masalah sumber
keahlian sebagaimana yang dibutuhkan oleh BAZDA daya manusia dalam sebuah lembaga memang me­mi­
kota Blitar, seperti keahlian dalam bidang ekonomi liki posisi yang terpenting. Untuk itulah setiap lem­
140 Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Volume 2, Nomor 1, Juni 2011, hlm 135-143
ba­ga harus benar-benar memperhatikan persoalan Lahirnya Badan Amil Zakat Daerah kota Blitar
ini secara serius. Memahami begitu pentingnya pe­ me­rupakan
­­ upaya untuk mengimplementasikan UU
ning­katan sumber daya manusia Badan Amil Zakat RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
Daerah kota Blitar akan mengadakan reorganisasi, sebagaimana dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) dikatakan
berhubung masa kepengurusannya sudah habis15. bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil
Kedua, Peningkatan Fasilitas Lembaga, Dengan Zakat yang dibentuk oleh pemerintah, kemudian da­
adanya reorganisasi tersebut diharapkan bukan hanya lam ayat (2) dijelaskan bahwa pembentukan Badan
sumber daya manusia saja yang harus dibenahi tapi Amil Zakat daerah kabupaten atau kota yang dibentuk
lebih penting lagi adalah kebutuhan fasilitas lembaga, oleh Bupati atau Wali Kota atas usul Kepala kantor
terutama kantor dan fasilitas lainnya. Walaupun selama De­partemen Agama kabupaten atau kota.
ini kita sudah diberikan tempat oleh pemerintah kota, Dengan mengacu kepada Undang Undang Zakat
tapi belum kita gunakan dikarenakan sempit dan ter­sebut itulah pemerintah kota Blitar atas usulan
itupun hanya mempunyai satu ruang. Kan­tor Departemen Agama kota Blitar, Wali Kota
Bli­tar mengeluarkan surat keputusan Nomor 27 tahun
Solusi Eskternal
2001 tentang Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
Pertama, Menginformasikan kepada masyarakat kota Blitar, yang terdiri dari Badan Pelaksana, Dewan
khu­susnya kepada pejabat teras pemerintah kota Bli­ Pertimbangan dan Komisi Pengawas, yang mempunyai
tar, bahwa pentingnya untuk menunaikan zakat untuk tugas dan tanggung jawab masing-masing, dengan
meringankan beban saudara-saudara kita yang kurang ha­ra­pan potensi zakat umat Islam kota Blitar dapat
mampu, baik lewat surat edaran Walikota juga melalui ter­o­rganisir dengan maksimal. Kendatipun demikian,
pidato/khutbah jum’at. upaya yang dilakukan oleh BAZDA kota Blitar akan
Kedua, Bagi muzakki yang potensial yang mau me­maksimalkan potensi Dana ZIS dengan harapan
men­tasarrufkan sendiri zakatnya kepada mustahiq bahwa para mustahiq (kaum dhuafa’) khususnya dae­
se­cara langsung kita memang berikan kesempatan, rah kota Blitar dapat terangkat perekonomiannya.
kalau memang itu yang terbaik baginya. Ma­ka BAZDA kota Blitar akan terus berusaha untuk
Ketiga, Masalah adanya lembaga lain dalam pe­ m­ewujudkan visi dan misi itu.
ngelola zakat, itu bukan masalah yang penting amanah Terkait dengan judul penelitian ini, tentunya
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan, terutama apa yang diupayakan oleh pemerintah daerah kota
penyaluran zakatnya kepada yang membutuhkannya. Bli­tar untuk menjadikan BAZDA kota Blitar sesuai
Implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 di dengan Undang Undang Zakat, baik dalam upaya
BAZDA Kota Blitar pengumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Re­pu­ dana ZIS lebih profesional, karena dikelola oleh
blik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pe­nge­ orang yang dianggap mampu dalam bidangnya. Me­
lo­laan Zakat telah memberikan peluang besar kepada mang secara konsep BAZDA kota Blitar didirikan
ma­syarakat untuk memaksimalkan potensi zakat atas lahirnya UU Nomor 38 tahun 1999 itu, akan te­
umat yang mampu untuk mengeluarkan zakatnya tapi upaya untuk mengimplementasikan pasal demi
gu­na untuk membantu saudara kita sesama muslim pa­sal dalam Undang Undang tersebut sangat nihil.
yang tidak mampu, dengan memberikan kepercayaan Hal ini terbukti, dalam pasal 19 dikatakan bahwa Ba­
ke­pada badan/lembaga pengelola zakat baik daerah dan Amil Zakat memberikan laporan pelaksanaan tu­
ting­kat pusat, satu maupun daerah tingkat dua (kota gasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
dan kabupaten). In­do­nesia atau kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Pengelolaan zakat di Indonesia hingga kini be­ Da­erah sesuai dengan tingkatannya, sampai saat ini
lum memberikan hasil yang optimal. Pengumpulan BAZDA kota Blitar belum melaporkan hasil kerjanya
maupun pemberdayaan Dana zakat masih belum kepada DPRD
mam­pu memberikan pengaruh terlalu besar bagi ter­ Hal ini telah mencerminkan bahwa pengelola
wu­judnya kesejahteraan umat Islam. Padahal pe­nge­ BAZDA kota Blitar belum maksimal, artinya belum
lolaan zakat telah ditopang oleh sebuah perangkat ada usaha untuk benar-benar menerapkan konsep pe­
hukum yaitu Undang Undang No. 38 tahun 1999 ten­ nge­lolaan zakat dengan baik, sebagaimana yang telah
tang Pengelolaan Zakat. ter­muat dalam Undang-Undang tersebut, apalagi bi­
ca­ra manajemen zakat yang itu membutuhkan sebuah
15 Hasil wawancara dengan Ketua BAZDA kota Blitar (KH. Achfas Zen) tgl 1
Juni 2006
pe­rencanaan yang serius. Menurut G.R Terry dalam
Abdul Kadir, Efektivitas Pengelolaan Zakat di Bazda Kota Blitar Ditinjau Dari UU Nomor 38 Tahun 1999 141

bu­ku­nya Sukarna “Dasar-Dasar Manajemen”, sebuah perangkat hukum yaitu UU Nomor 17 tahun
dika­takan bahwa sebuah organisasi sosial harus di­ 1950, UU Nomor 22 tahun 1999, UU Nomor 38 ta­
to­pang oleh empat kekuatan pertama “Planning” hun 1999, Keputusan Presiden RI Nomor 8 tahun
yang matang, kedua “Organizing”yang kuat, ketiga 2001, Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
“Actuatyng” yang amanah dan “Controling” yang Menteri Agama Nomor 29 tahun 1999 dan nomor 17
pro­fesional. Keempat hal ini akan menjadi pilar-pilar tahun 1999 dan Intruksi Menteri Agama Nomor 7 ta­
penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai hun 1998.
tujuan. Menurut Ketua Umum Forum Zakat (FOZ), Na­
BAZDA kota Blitar adalah sebuah organisasi harus Surur,17 kurang optimalnya keberadaan UU ini
sosial, semestinya membutuhkan upaya dan pena­nga­ di­sebabkan paling tidak oleh dua hal, yaitu sosialisasi
nan yang serius dan tekad yang bulat untuk menjalankan dan perangkat pelaksana UU itu sendiri. Pemerintah
tu­gas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepada memang mestinya memiliki andil besar dalam kedua
seluruh pengurus, baik badan pelaksana, dewan per­ hal tersebut. Ia mencontohkan langkah sosialisasi.
tim­bangan maupun komisi pengawas. Realitanya Me­mang benar apa yang dikatakan oleh Ariyanto18,
be­lum ada upaya untuk mengimplekasikan Undang- bahwa pemerintah itu sebagaimana dalam Panca Pra
Un­dang tersebut, apalagi harus melihat implikasi da­ri Setia Korpri, dikatakan bahwa Pemerintah/PNS ha­
implementasi tersebut. Bukankah potensi kaum mus­ rus menjadi contoh masyarakat. Pemerintah belum
li­min yang sadar untuk membayar, menginfakkan bisa berbuat banyak sehingga masyarakat pun belum
se­dikit kelebihan harta muzakki akan bangga dan me­miliki pemahaman yang baik mengenai zakat. Tak
ba­hagia kalau mereka melihat Badan Amil Zakat heran jika kemudian masyarakat, yang juga salah sa­tu
me­ngelola dengan baik dana ZIS semata-mata untuk faktor penentu bagi optimalnya pengelola zakat yang
mengangkat derajat kaum dhuafa’, bukan hanya harus mereka tunaikan. Sementara Tulus,19 me­nya­
dalam bentuk pendayagunaan secara konsumtif tra­ takan, dalam rangka optimalisasi zakat di Indonesia
disional maupun kreatif, tapi lebih dari itu harus ber­ mestinya memang melaksanakan UU Nomor 38 tahun
sifat produktif kreatif. 1999 secara konsekuen. Artinya apa yang diamarkan
Jusuf Kalla pernah mengatakan dalam sebuah dalam Undang Undang tersebut dapat dilaksanakan
pi­dato pembukaan Munas IV Asosiasi Organisasi dengan baik.
Pe­ngelola Zakat Indonesia.16 Menurut beliau para Semestinya pemerintah kota Blitar, sebagaimana
mengelola zakat di Indonesia untuk lebih berorientasi yang peneliti singgung di atas, harus memiliki peran
pada program kerja dari pada hanya sekedar me­nge­ yang besar dalam pengelolaan zakat. Misalnya pe­
darkan formulir kepada para wajib zakat. “orang akan me­rintah memberikan fasilitas dan bantuan dalam
lebih banyak membayar zakat melihat adanya suatu peng­galangan dana ZIS. Namun dalam kenyataannya
kenyataan. Jadi harus menjadi program oriented, ja­ lang­kah ini belum berjalan secara optimal, baik
ngan formulir oriented. pemberian sarana, pembinaan SDM maupun bantuan
Artinya orang akan lebih tertarik untuk mem­ dana operasional, tapi saat ini kata Ariyanto bahwa
ba­yar zakat apabila melihat ada program yang jelas “pemerintah kota Blitar belum memahami dan me­
yang ditawarkan oleh para pengelola zakat, maka ngerti tentang wajib zakat sebagaimana wajibnya
akan semakin banyak muzakki untuk membayar sha­lat”.
zakatnya dan menginfakkan sebagian hartanya. Tapi Sebenarnya, sebagaimana hasil wawancara de­
kalau tidak ada program yang konkrit, para muzakki ngan pengurus BAZDA kota Blitar, bahwa upaya
ti­dak akan pernah menerima formulir dari para mu­ un­tuk mensosialisasikan kepada muzakki yang ada
zak­ki. Jadi kita harus mengubah cara pandang dengan di instansi/badan/dinas pemerintah kota Blitar sudah
ber­orientasi kepada program yang nyata dan dapat dilaksanakan, baik melalui kerja sama dengan pihak
dilihat serta dirasakan oleh masyarakat. instansi secara door to door, maupun dengan cara me­
Pengelolaan zakat di Indonesia hingga kini be­ ngumpulkan seluruh karyawan/karyawati untuk wa­
lum memberikan hasil yang optimal apalagi skala jib zakat dengan memotong gaji pegawai 2,5 %. Di
lokal. Pengumpulan maupun pemberdayaan Dana samping itu juga pengurus BAZDA kota Blitar men­
za­kat masih belum mampu memberikan pengarus so­si­alisasikan lewat khutbah-khutbah. Tapi hasilnya
ter­lalu besar bagi terwujudnya kesejahteraan umat Is­ 17 Naharus Surur, UU Zakat “Jalan di Tempat” Makalah tgl 14 April 2006
lam. Padahal, pengelolaan zakat telah ditopang oleh dalam acara Munas IV AOPZI di Jakarta
18 Sekretaris BAZDA kota Blitar, wawancara tgl 25 April 2006
16 Dilaksanakan di kantor Wapres RI pada hari kamis tgl 13 April 2006 19 Direktur Pengembangan Zakat & Wakaf Profensi Jawa Timur
142 Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Volume 2, Nomor 1, Juni 2011, hlm 135-143
te­tap nihil. apa yang kita rencanakan akan berjalan dengan mak­
Upaya untuk menumbuhkan kesadaran berzakat, simal, artinya implikasi dari implementasi UU itu
ba­ik untuk pegawai institusional pemerintah maupun sa­ngat nihil sekali. Sebenarnya setelah dilakukan
swasta, tidak cukup hanya dengan lisan, surat maupun pe­ngamatan ­secara langsung oleh peneliti akhirnya
lewat khutbah dan ceramah keagamaan, tapi juga da­ BAZDA kota Blitar belum mempunyai perencanaan
pat dilakukan berbagai cara di antaranya adalah: yang konkrit, sehingga dengan tidak adanya pe­ren­
Pertama, Memberikan wawasan (know how) canaan itulah pengurus BAZDA kota Blitar tidak
yang benar dan memadai tentang zakat, infaq dan me­ngerti apa yang seharusnya dilakukan dengan
sha­daqah, baik dari segi epistemologi, terminologi har­ta ZIS yang setiap tahun bahkan setiap bulan
mau­pun kedudukannya dalam ajaran Islam. ada pemasukan dari beberapa pihak atau instansi
Kedua, Manfaat (benefit) serta hajat (need) da­ pemerintah.
ri zakat, infaq dan shadaqah, khususnya untuk pe­
KESIMPULAN DAN SARAN
lakunya maupun para mustahiq zakat. Karenanya
untuk menumbuhkan kesadaran zakat di kalangan ma­ Kesimpulan
syarakat, selain penting mengetahui tentang ketentuan Berdasarkan hasil penelitian tentang Imp­le­men­
fiqh mengenai wajibnya zakat, juga penting untuk tasi UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan
me­mahami masalah zakat dalam kaitannya dengan Zakat di BAZDA kota Blitar, maka dapatlah peneliti
faktor ajaran-ajaran Islam lainnya, seperti etika dan me­ngambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama,
aqidah. Ba­dan Amil Zakat Daerah (BAZDA) kota Blitar,
Kalau kita melihat secara sepintas, memang se­ca­ra historis terbentuknya atas usulan dari kantor
men­jadi polemik di kalangan masyarakat kota, de­ De­partemen Agama kota Blitar dan perundang-un­da­
ngan diwajibkan zakat, terutama zakat profesi di ngan yang ada, terutama UU Nomor 38 tahun 1999
pemerintah kota Blitar, karena Undang Undang Za­ tentang Pengelolaan Zakat, walaupun demikian hasil
kat berbeda dengan Undang Undang Pajak, yang survey dan riset, bahwa secara konseptual BAZDA
me­ngatur setiap warga untuk membayar pajak dan ko­ta Blitar memang tidak terlepas dari Undang Un­
si­fatnya imperatif, kalau Undang Undang Zakat ha­ dang tersebut, tapi secara praktis belum bisa men­
n­ya mengatur bagaimana cara pengelolaan zakat cer­minkan keberadaan UU Nomor 38 tahun 1999
yang profesional. UU No. 38 tahun 1999 tentang tentang Pengelolaan Zakat, Kedua, Manajemen da­lam
Pe­ngelolaan Zakat dan Keputusan Direktur Jenderal organisasi sangat dibutuhkan, sebagai upaya un­tuk
Bim­bi­ngan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No­ mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Tidak ter­
mor D /291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis lepas dari Badan/Lembaga Pengelola Zakat itu sen­
Pe­ngelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa diri. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu
da­lam peraturan-peraturan tersebut masih banyak adanya manajemen yang baik dalam pengelolaan, pe­
ke­kurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak ngumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian Dana
di­ja­tuhkannya sanksi bagi muzakki yang melalaikan Zakat, Infaq dan Shadaqah, sehingga tepat sasaran,
ke­wajibannya (tidak mau berzakat), tetapi undang- tepat guna dan bermanfaat bagi para mustahiq, bukan
undang tersebut mendorong upaya pembentukan hanya dalam jangka pendek, tapi lebih dari itu,
lem­baga pengelolaan zakat yang amanah, kuat dan jangka pajang. Manajemen yang dimaksud adalah
di­percaya oleh masyarakat. 1) Perencanaan, 2) Organisasi 3) Pelaksanaan dan 4)
Sebenarnya bukan masalah adanya aturan atau Pengawasan. Lain halnya dengan BAZDA kota Blitar,
undang-undang sehingga kita harus membayar, karena sebagai organisasi sosial, manajemen yang peneliti
zakat itu sendiri adalah ibadah ijtima’iyah yang ung­kapkan diatas sangat penting untuk diterapkan.
mem­punyai peran tersendiri dalam syari’at Islam. Ke­cenderungan itu kearah sana masih belum terwujud
Jadi perlu adanya kesadaran dari kaum muslimin di­karenakan beberapa hambatan, baik secara internal
un­tuk membantu kaum papa/dhuafa’. Lebih dari itu maupun eksternal.
ju­ga perlu adanya pengelolaan yang profesional dari Saran
amil itu sendiri, sehingga mempunyai arah yang jelas, Untuk meningkatkan sistem pengelolaan dan
tepat guna dan bermanfaat buat fakir miskin. ma­najemen zakat dengan baik peneliti memberikan
BAZDA kota Blitar, dengan mengacu kepada sa­ran-saran, baik kepada Pemerintah Kota Blitar
UU No. 38 tahun 1999 tersebut sudah berupaya untuk mau­pun kepada Pengurus BAZDA Kota Blitar :
mengelola zakat secara professional, tapi tidak semua Pemerintah Kota Blitar; Pertama, Hendaknya
Abdul Kadir, Efektivitas Pengelolaan Zakat di Bazda Kota Blitar Ditinjau Dari UU Nomor 38 Tahun 1999 143

pe­me­rintah kota Blitar (walikota) melakukan pem­ Pengurus BAZDA Kota Blitar, Pertama, Lebih
bi­naan lebih intensif terhadap lembaga pengelola za­ berorientasi pada program oriented, bukan formulir
kat baik yang berbentuk Badan Amil Zakat (BAZ) oriented, Kedua, Perlu membangun hubungan kerja
mau­pun Lembaga Amil Zakat (LAZ) di lingkungan yang sinergis dengan lembaga lain yang sejenis,
kota Blitar; Kedua, Untuk mengoptimalkan cara kerja untuk meningkatkan kemitraan dan menyiaran
BAZDA kota Blitar, hendaknya pemerintah kota Blitar ajaran Islam, khususnya tentang ZIS, Ketiga,
(walikota) memberikan kantor yang permanen dan Untuk memenej pengelolaan zakat lebih baik lagi,
alat penunjang kantor seperi komputer dan lain-lain; sebagaimana manajemen organisasi lain, yaitu harus
Ke­tiga, Mengaktifkan kembali UPZ-UPZ disetiap ada Planning, Organizing, Actuatyng dan Controling,
Ins­tansi/Badan/Dinas pemerintah kota Blitar, tanpa Sehingga bisa lebih profesional, Keempat, Sosialisasi
terkecuali; Keempat, Pembentukan pengurus baru tentang keberadaan BAZDA kota Blitar dan program-
(reor­ganisasi) harus mengutamakan SDM, sehingga programnya harus dilakukan dan terus menerus,
pengelolaan, pemungutan dan pendayagunaan Dana termasuk masyarakat kota, baik pemerintah, non
ZIS bisa maksimal, Kelima, Harus ada pengawasan pemerintah, perguruan tinggi dan lain-lain.
yang intensif dari pemerintah kota Blitar

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama 1971, al-Qur’an dan Ter­je­ Pe­rusahaan Daerah). Yogyakarta: Pustaka
mehannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Pe­l ajar.
Penterjemahan/I’enefsiran Al-Qur’an. Muhammad, Sahri (2006) Mekanisme Zakat
_______________, (2005), Pola Pembinaan Badan/ Permodalan Masyarakat Miskin, Malang:
Lem­baga Amil Zakat (Jakarta: Direktorat Jen­ Bahtera ferss.
deral Bimbingan Masyarakat Islam & Pe­ny­e­ Ridwan, Muhtadi, (2002) Aplikasi Pengelolaan Dana
leng­araan Haji Direktorat Pengembangan Zakat ZIS Pada Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah,
dan Wakaf. Malang: Jurnal Ulul Albab UIN.
Gibson, Donnelly, Ivancecich, (1997), Manajemen Soekanto, Soerjono, (1986) Pengantar Penelitian
Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Hukum, Jakaria: UI Press.
Hafidhuddin, Didin, (1998) Panduan Praktis Ten­ Sudewa, Eri. (2004) Munajemen Zakat, Jakarta:
tang Zakat Infaq Shadaqah. Jakarta: Gema Institut Manajemen Zakat
Insani. Sukarna, (1992) Dasar Dasar Manajemen, Ban­
Ja’far, Muhammadiyah, (1985), Zakat, Puasa dan dung: CV. Mandar Maju.
Haji. Malang: Kalam Mulia. Tim Dosen Fakultas Syari’ah, (2005) Buku Pedoman
Kurde, Nukthoh Arfawie, (2005) Memungut Za­ Penulisan Ilmiah, Malang: Fakultas Syariah
kat & Infaq Profesi Oleh Pemerintah Dae­ UIN.
rah (Bagi Pegawai Negeri dan Pegawai

Anda mungkin juga menyukai