Anda di halaman 1dari 2

sering didapat pada bayi baru lahir, terutama pada bayi cukup bulan dengan

berat badan lebih dari 2500gram. Bentuk kejang merupakan gerakan klonik
dari salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau terpisah
secara teratur. Kadang kadang karena kejang yang satu dan yang lain sering
berkesinambungan, seolah-olah memberi kesan sebagai kejang umum.
Biasanya bentuk kejang ini terdapat pada gangguan metabolik.

c. Tonik
Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi
perinatalberat. Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakan tungkai yang
menyerupai sikap deserberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi.
d. Mioklonik
Manifestasi klinisk kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi
dan fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi
dengan cepat. Gerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat,
seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat.
7. Pemeriksaan fisik
Pada neonatus yang mengalami kejang, perlu dilakukan pemeriksaan fisik
lengkap meliputi pemeriksaan neonatologi dan neurologis, dilakukan secara
sistematis dan berurutan:1
a. Identifikasi manifestasi kejang yang terjadi
b. Neonatus yang mengalami kejang biasanya tampak sakit. Kesadaran yang
tiba-tiba menurun berlanjut dengan hipoventilasi dan berhenti bernapas,
kejang tonik, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dapat dicurigai adanya
perdarahan intraventrikular.
c. Pantau perubahan tanda vital dengan melihat tanda seperti sianosis dan
kelainan pada jantung atau pernapasan sehingga dapat dicurigai kemungkinan
adanya iskemik otak.
d. Pemeriksaan kepala untuk mencari kemungkinan adanya fraktur karena
trauma. Ubun-ubun besar yang tegang dan menonjol menunjukkan adanya
peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh perdarahan subdural
atau subaraknoid serta kemungkinan adanya meningitis.
e. Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina atau
subhialoid yang merupakan manifestasi hematoma subdural. Dapat
ditemukan korioretinitis pada toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan
rubella.
f. Pemeriksaan tali pusat untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi,
berbau busuk, atau aplikasi dengan bahan tidak steril pada kasus yang
dijumpai spasme atau tetanus neonatorum.
8. Pemeriksaan diagnostic/penunjuang
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1) Kimia darah m eliputi Pemeriksaan kadar glukosa, kalsium, natrium, BUN
dan magnesium pada darah serta analisa gas darah harus dilakukan.
- Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200
mq/dl)
- BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
- Elektrolit : Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
K, Na Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl ) 2)
Pemeriksaan darah lengkap Termasuk di dalamnya pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit, hitung jenis leukosit.
b. Pemeriksaan Radiologis
1) CT scan sangat membantu dalam menentukan bukti-bukti adanya infark,
perdaraham, kalsifikasi dan malformasi serebral. Pemeriksaan ini
memberikan hasil yang penting pada kasus kejang neonatus.

Anda mungkin juga menyukai