Anda di halaman 1dari 12

WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG


NOMOR 65 TAHUN 2018

TENTANG

PEMASANGAN ATRIBUT ORGANISASI KEMASYARAKATAN, ATRIBUT


PARTAI POLITIK DAN ALAT PERAGA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN
UMUM ATAU PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KOTA SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa untuk memelihara ketertiban umum dan estetika kota


maka dipandang perlu untuk mengatur pemasangan atribut
Organisasi Kemasyarakatan, atribut Partai Politik dan Alat
Peraga Kampanye peserta Pemilihan Umum atau Pemilihan
Kepala Daerah;
b. bahwa peraturan Walikota Semarang Nomor 30 A Tahun 2013
tentang Tata Tertib Pemasangan Atribut Partai Politik, Alat
Peraga Kampanye Peserta Pemilu dan Pemilukada serta Atribut
Organisasi Kemasyarakatan di Kota Semarang, tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan sehingga perlu ditinjau
kembali;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk Peraturan
Walikota tentang Pemasangan Atribut Organisasi
Kemasyarakatan, Atribut Partai Politik dan Alat Peraga
Kampanye Peserta Pemilihan Umum atau Pemilihan Kepala
Daerah di Kota Semarang.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5189);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5430), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 2
Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 239, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6139);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5597), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5898);
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6109);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang
Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-kabupaten
Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan
Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 89) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M?2010
tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-bagian
Jalan;
13. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota
Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016
Nomor 14);
14. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Reklame (Lembaran Daerah Kota
Semarang Tahun 2017 Nomor ….., Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor …..).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMASANGAN ATRIBUT


ORGANISASI KEMASYARAKATAN, ATRIBUT PARTAI POLITIK
DAN ALAT PERAGA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM
ATAU PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KOTA SEMARANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Daerah adalah Kota Semarang.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Walikota adalah Walikota Semarang.
4. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi
yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan
kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana kedaulatan rakyat
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
7. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, serta Walikota dan Wakil Walikota
yang selanjutnya disebut Pemilihan Kepala Daerah adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kota untuk memilih Gubernur dan
Wakil Gubernur, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan
demokratis.
8. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk pemilu anggota DPR, anggota DPRD
provinsi, anggota DPRD kota, perseorangan untuk pemilu anggota DPD, dan
pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
untuk pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
9. Peserta Pemilihan Kepala Daerah adalah Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur atau Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota yang diusulkan oleh
partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau
mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Provinsi atau Kota.
10. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, selanjutnya disingkat Badan Kesbangpol
adalah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang.
11. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang.
12. Atribut adalah lambang/tanda yang menjadi ciri khas partai politik / organisasi
kemasyarakatan yang ditempel/dipasang ditempat umum.
13. Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi,
misi, program peserta Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah, simbol-simbol, foto
atau tanda gambar yang dipasang di tempat umum dan atau disebar untuk
keperluan kampanye yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta
Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah tertentu.
14. Kampanye Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah selanjutnya disebut
Kampanye, adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta Pemilu atau Pemilihan
Kepala Daerah dan atau tim kampanye dalam rangka meyakinkan para pemilih
dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu dan atau pasangan
calon untuk mendapatkan dukungan.
15. Bendera adalah sepotong kain yang berbentuk segiempat atau segitiga, yang
diikatkan pada tiang dan dipergunakan sebagai lambang partai politik, peserta
Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah, dan lambang organisasi kemasyarakatan.
16. Umbul-umbul adalah media sosialisasi berupa simbol atau lambang yang
terbuat dari kain sedemikian rupa dengan corak atau ragamnya, untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan, menarik perhatian umum
kepada yang berhubungan dengan atau sesuatu kegiatan yang dapat dilihat
atau dibaca oleh masyarakat.
17. Baliho adalah media sosialisasi berupa simbol atau lambang yang terbuat dari
kain, kayu, plastik dan atau sejenisnya untuk memperkenalkan atau
memujikan, menarik perhatian umum kepada suatu kegiatan yang dapat dibaca
masyarakat.
18. Spanduk adalah media sosialisasi berupa simbol atau lambang yang terbuat
dari kain (termasuk kertas, plastic dan bahan sejenisnya) untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan, menarik perhatian umum
kepada yang berhubungan dengan atau sesuatu kegiatan yang dapat dilihat
atau dibaca oleh masyarakat.
19. Banner adalah media sosialisasi berupa simbol atau lambang yang terbuat dari
kain (termasuk kertas, plastik dan bahan sejenisnya), dengan ukuran lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran spanduk.
20. Billboard adalah media sosialisasi yang bersifat tetap (tidak dapat dipindahkan)
terbuat dari papan, kayu, seng, tinplate, collibrite, vynil, alumunium, fiberglass,
kaca, batu, tembok atau beton, logam atau bahan lain yang sejenis, dipasang
pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau digantung atau ditempel atau
dibuat pada bangunan tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik
bersinar, disinari maupun yang tidak bersinar, termasuk didalamnya bentuak
media sosialisasi bandi atau neon box.
21. Balon udara adalah media sosialisasi dengan menggunakan balon yang dipompa
dengan udara yang dapat mengapung di udara, dalam berbagai bentuk dengan
tulisan dan gambar sehingga dapat menarik perhatian publik.
22. Stiker adalah lembaran yang berisi tulisan, gambar dan atau gabungan tulisan
dan gambar, yang terbuat dari kertas, plastik dan atau bahan sejenis dengan
bahan perekat sehingga dapat ditempelkan.
23. Poster adalah media sosialiasi dengan desain grafis yang memuat komposisi
gambar/foto dan huruf di atas kertas berukuran besar, pengplikasiannya
dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari
perhatian mata sekuat mungkin.
24. Pamlet / brosur adalah tulisan yang dapat disertai dengan gambar atau tidak,
tanpa penyampulan maupun penjilidan, yang dicantumkan pada selembar
kertas di satu sisi atau kedua sisinya, lalu dilipat atau dipotong setengah,
sepertiga atau bahkan seperempatnya, sehingga terlihat lebih kecil (dapat juga
disebut selebaran).

BAB II
RUANG LINGKUP DAN PRINSIP
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
Pasal 2
Ruang lingkup Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan, atribut partai
politik dan alat peraga kampanye yang diatur dalam Peraturan Walikota ini adalah
atribut dan alat peraga kampanye yang dipasang, ditempatkan atau ditempelkan di
tempat-tempat umum.

Bagian Kedua
Prinsip Pemasangan
Pasal 3

(1) Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan, atribut partai politik dan alat
peraga kampanye dilakukan dengan prinsip bertanggungjawab dan merupakan
bagian dari pendidikan masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dengan menjunjung nilai-nilai demokrasi Pancasila dan hak
asasi manusia.
(2) Pemasangan atribut dan alat peraga kampanye sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mempertimbangkan ketertiban umum, etika, dan estetika kota
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB III
ATRIBUT ORGANISASI KEMASYARAKATAN, ATRIBUT PARTAI POLITIK DAN ALAT
PERAGA KAMPANYE
Pasal 4

Atribut organisasi kemasyarakatan, atribut partai politik dan alat peraga kampanye
terdiri dari:
a. bendera;
b. umbul-umbul;
c. baliho;
d. spanduk;
e. banner;
f. billboard;
g. balon udara dengan ketinggian maksimal 20 meter dari dari permukaan tanah;
h. stiker;
i. pamlet / brosur;
j. poster; dan/atau
k. media bergerak pada kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

BAB IV
PEMASANGAN ATRIBUT ORGANISASI KEMASYARAKATAN, ATRIBUT PARTAI
POLITIK DAN ALAT PERAGA KAMPANYE DILUAR MASA KAMPANYE
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5

Atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut partai politik dapat dipasang diluar
masa kampanye pada peruntukan kepentingan :
a. ulang tahun Partai Politik atau Organisasi Kemasyarakatan;
b. penyambutan kunjungan fungionaris / kepengurusan partai politik atau
organisasi kemasyarakatan dari tingkat pusat atau satu tingkat lebih tinggi.
c. Rapat kerja, rapat umum, musyawarah atau sebutan lainnya yang
diselenggarakan oleh Partai Politik atau Organisasi Kemasyarakatan.
d. Ucapan selamat pada hari-hari besar nasional dan keagamaan.
e. Kepentingan lainnya diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d yang diselenggarakan oleh Partai Politik atau
Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 6
Jangka waktu pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut partai
politik sebagaimana dimaksud pasal 5 diatur sebagai berikut:
a. untuk ulang tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, paling lama 5
(lima) hari;
b. untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b, huruf c, dan
huruf e selama pelaksanaan kegiatan dimaksud ditambah 1 (satu) hari sebelum
dan 1 (satu) hari sesudah pelaksanaan;
c. untuk keperluan ucapan selamat pada hari-hari besar nasional dan keagamaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf d, paling lama 6 (enam) hari.

Pasal 7
Alat peraga kampanye dilarang dipasang diluar masa kampanye.

Bagian Kedua
Perijinan
Pasal 8
(1) Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut partai politik
sebagaimana dimaksud pasal 5 wajib memiliki Ijin Pemasangan Atribut
Organisasi Kemasyarakatan atau Ijin Pemasangan Atribut Partai Politik.
(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk pemasangan
atribut pada papan reklame (billboard/baliho) yang telah memiliki ijin reklame
komersil.
(3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh Badan Kesbangpol.
(4) Ijin yang diterbitkan oleh Badan Kesbangpol sebagaimana dimaksud ayat (3)
disampaikan kepada pemohon paling lambat 3 (tiga) hari setelah berkas
permohonan dinyatakan lengkap, dan ditembuskan kepada Satuan Polisi
Pamong Praja;
(5) Untuk mendapatkan ijin pemasangan atribut sebagaimana dimaksud ayat (1)
pemohon wajib mengisi formulir yang telah ditentukan dengan melengkapi :
a. Surat permohonan;
b. Fotocopy KTP penanggung jawab;
c. Pernyataan pemohon ijin tentang kesanggupan memenuhi ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
d. Pernyataan kesanggupan membongkar, melepas atau menurunkan atribut
yang terpasang setelah ijin berakhir.
e. Melampirkan uraian jenis, jumlah dan lokasi pemasangan atribut.

Pasal 9

Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut partai politik berlaku


ketentuan sebagai berikut :
a. Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut partai politik tidak
dikenakan pajak, kecuali dalam pemasangannya bekerja sama dan / atau
mencatumkan identitas salah satu perusahaan komersil atau produk sponsor.
b. Apabila terjadi kerusakan pada rumah penduduk, fasilitas umum dan/atau
fasilitas sosial lainnya, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab pemegang
ijin;
c. Apabila kerusakan sebagaimana dimaksud pada huruf b menyebabkan
timbulnya luka atau akibat lainnya, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
pemegang ijin.
Bagian Ketiga
Lokasi
Pasal 10
(1) Atribut Organisasi Kemasyarakatan atau Atribut Partai Politik wajib dipasang
dilokasi yang tidak termasuk dalam area larangan sebagaimana tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
(2) Lokasi larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
pemasangan atribut pada papan reklame (billboard/baliho) yang telah memiliki
ijin reklame komersil.

BAB V
PEMASANGAN ATRIBUT PARTAI POLITIK DAN/ ATAU ALAT PERAGA
KAMPANYE PADA MASA KAMPANYE
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11

(1) Pemasangan atribut partai politik dan/ atau alat peraga kampanye
sebagaimana dimaksud pasal 4, dapat dilakukan pada saat masa
kampanye.
(2) Atribut partai politik dan/ atau alat peraga kampanye yang dipasang pada masa
kampanye sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak diperlukan ijin dari
Pemerintah Kota Semarang.

Pasal 12

Jangka waktu pemasangan atribut partai politik dan/ atau alat peraga kampanye
sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (1) ditentukan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang mengatur tentang penyelengaraan Pemilu atau Pemilihan Kepala
Daerah.
Bagian Kedua
Lokasi
Pasal 13
Ketentuan lokasi pemasangan diluar masa kampanye sebagaimana dimaksud
dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara mutatis mutandis terhadap
lokasi pemasangan atribut partai politik dan/ atau alat peraga kampanye pada
masa kampanye.
Bagian Ketiga
Jenis, Ukuran dan Jumlah
Pasal 14
Jenis, ukuran dan jumlah atribut partai politik dan/ atau alat peraga kampanye
yang dipasang pada masa kampanye sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (1) dan
ayat (2) ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang
penyelengaraan Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah.
BAB VI
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 15
(1) Pemegang ijin pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan atau atribut
partai politik wajib membongkar, melepas atau menurunkan atribut setelah
jangka waktu ijin berakhir.
(2) Pengurus Partai Politik atau tim pemenangan Pemilu dan Pemilihan Kepala
Daerah wajib membongkar, melepas atau menurunkan atribut partai politik
dan/ atau alat peraga kampanye setelah masa kampanye berakhir.

Bagian Kedua
Larangan
Pasal 16
Pemasangan atribut organisasi kemasyarakatan, atribut partai politik dan alat
peraga kampanye sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilarang :
a. Mengganggu atau merusak pohon penghijauan, tiang-tiang listrik/telepon/
rambu lalu lintas / penerangan jalan umum dengan cara memaku, mengikat,
menempel, menyandarkan dan/atau sejenisnya.
b. Melintang diatas jalan.
c. Menutup ruas trotoar.
d. Mengganggu/membahayakan pandangan pengguna jalan/lalu lintas.
e. Pada tiang dan/ atau ompak bendera merah putih yang sudah permanen.
f. Memasang bendera partai politik atau bendera organisasi kemasyarakatan
ketinggian dan ukuranya melebihi bendera Merah Putih yang berada di
sekitarnya.
g. Berisi atau mengandung pesan yang mempertentangkan SARA atau ujaran
kebencian dengan pihak lain.
h. Memasang atribut atau alat peraga kampanye kurang dari 5 meter dari atribut
atau alat peraga kampanye atau media sosialisasi lainnya.

BAB VI
SANKSI
Pasal 17
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Walikota ini akan dikenakan sanksi
berupa penertiban, pembongkaran, dan/ atau penurunan atribut organisasi
kemasyarakatan, atribut partai politik dan alat peraga kampanye, tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
(2) Penertiban, pembongkaran dan/ penurunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
(3) Dalam melakukan penertiban, pembongkaran dan/ penurunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Satuan Polisi Pamong Praja dapat melibatkan
Perangkat Daerah Teknis dan/ atau pihak Kepolisian.
Pasal 18
(1) Pemegang ijin yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15 ayat (1), dikenakan sanksi berupa tidak diterbitkannya Ijin
Pemasangan Atribut Partai Politik atau Ijin Pemasangan Atribut Organisasi
Kemasyarakatan berikutnya.
(2) Sanksi tidak diterbitkannya Ijin Pemasangan Atribut Partai Politik atau Ijin
Pemasangan Atribut Organisasi Kemasyarakatan berikutnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dicabut setelah membuat surat pernyataan
kesanggupan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, maka Peraturan Walikota Semarang
Nomor 30 A Tahun 2010 tentang tentang Tata Tertib Pemasangan Atribut Partai
Politik, Alat Peraga Kampanye Peserta Pemilu dan Pemilukada serta Atribut
Organisasi Kemasyarakatan di Kota Semarang, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 20

Peraturan Walikota ini Mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 5 September 2018

WALIKOTA SEMARANG

Ttd

HENDRAR PRIHADI

Diundangkan di Semarang
pada tanggal 5 September 2018

Pj. SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG

Ttd

AGUS RIYANTO

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2018 NOMOR 65


LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
NOMOR :
TANGAL :

LOKASI LARANGAN UNTUK PEMASANGAN ATRIBUT ORGANISASI


KEMASYARKATAN, ATRIBUT PARTAI POLITIK DAN ALAT PERAGA KAMPANYE
DI KOTA SEMARANG

1. Kantor atau Rumah Dinas Pemerintah, TNI, dan POLRI sampai dengan jarak 50
Meter dari sisi pagar terluar;
2. Pelabuhan laut, stasiun Kereta Api dan terminal bus sampai dengan jarak 50
Meter dari sisi pagar terluar;
3. Area Pelabuhan Udara dan jalan masuk Pelabuhan Udara mulai dari Gerbang
PRPP sampai dengan gerbang Pelabuhan Udara.
4. Sekolah dan kampus sampai dengan jarak 50 Meter dari sisi pagar terluar.
5. Tempat ibadah sampai dengan jarak 50 Meter dari sisi pagar terluar.
6. Museum sampai dengan jarak 50 Meter dari sisi pagar terluar.
7. Kawasan Kota Lama;
8. Rumah sakit milik pemerintah maupun swasta sampai dengan jarak 50 Meter
dari sisi pagar terluar;
9. Kawasan Tugu Muda dengan radius 150 meter;
10. Tiang listrik, tiang Penerangan Jalan Umum (PJU), gardu listrik, tiang telepon,
menara Tower, pohon penghijauan dan pohon turus jalan;
11. Tiang dan papan penunjuk jalan/arah, rambu-rambu lalu lintas dan lampu
pengatur lalu lintas;
12. Pagar, pohon dan tanaman yang berada di taman kota;
13. Taman-taman milik Pemerintah Kota kecuali Taman Tol Krapyak, Taman
Madukoro, Taman Jalan Pemuda Depan Kantor PLN, Taman Tugu PKK Srondol;
dan Pelataran Taman Kasmaran.
14. Boulevard, delta dan taman Simpang Lima (termasuk balon udara, kecuali bagi
yang mengajukan ijin penggunaan Lapangan Simpang Lima sesuai peraturan
perundang-undangan);
15. Tempat pemakaman;
16. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), kecuali bentuk Bilboard dan telah
mendapat ijin dari pemilik/penyewa reklame;
17. Halte bis, halte Bus Rapid Transit, Pos Polisi, gapura, telepon umum dan bis
surat;
18. Pagar jembatan sungai, pagar jembatan tol, pagar pembatas jalan dan median
jalan;
19. Kawasan Jalan Protokol meliputi :
a. Jalan Pahlawan;
b. Jalan Letjen Suprapto;
c. Jalan Kolonel Sugiyono;
d. Jalan Pemuda;
e. Jalan Gajahmada;
f. Jalan MH. Thamrin;
g. Jalan Pandanaran;
h. Jalan Jenderal S. Parman ;
i. Jalan Sultan Agung;
20. Kawasan jalan protokol sebagaimana angka 19 dikecualikan di halaman kantor
Partai Politik, Peserta Pemilu atau Organisasi Kemasyarakatan.

WALIKOTA SEMARANG

Ttd

HENDRAR PRIHADI

Anda mungkin juga menyukai