Anda di halaman 1dari 30

1

BAB ll

TINJAUAN TEORI

2.1 Keperawatan jiwa

2.1.1 Definisi

Resiko perilaku kekerasaan merupakan perilaku seseorang yang

menunjukan bahawa iya dapat membahayakan diri sendiri, atau orang lain dan

lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verba. Resiko perilaku

kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu resiko perilaku kekerasan terhadap diri

sendiri, dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, resiko perilaku

kekerasan terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan di mana

seseorang individu bisa menunjukan atau mendemostrasikan tindakan yang

membahayakan dirinya sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun seksual.

Hal yang sama juga berlaku untuk resiko perilaku kekerasan terhadap orang

lain, hanya saja di tunjukan langsung kepada orang lain (Sutejo,2019).

Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi

oleh seseorang, yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan,

baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Secara verbal maupun

nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Berkowitz dalam Yosep & Sutini, 2016).

Perilaku kekerasan yang merupakan salah satu bentuk gangguan mental

emosional dapat beresiko mencederai orang lain dan lingkungan disekitar

karena ketidakmampuan seseorang mengendalikan amarah secara konstruktif

(Dinno dalam Afriani, Nauli & Hasneli, 2018).

1
7

2.1.2 Etiologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi resiko perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut :

A. Faktor Predisposis meliputi :

1) Psikologis menjadi suatu faktor penyebab karena kegagalan yang

dialami dapat menimbulkan seseorang menjadi frustasi yang kemudian

dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan

2) Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan

yaitu

a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar

mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif

terhadap frustasi

b. Penekanan emosional berlebihan ( over rejection ) pada anak-anak

atau godaan (seduction) orang tua mempengaruhi kepercayaan ( trust

) dan percaya diri ( self esteem ) individu.

c. Perilaku kekerasaan diusia muda, baik korban kekerassan pada anak

( child abuse ) atau mengobservasi kekerasaan dalam keluarga

mempengaruhi penggunaan kekerasaan sebagai koping.

d. Sosial budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif-agresif

dan kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasaan

akan menciptakan seolah-olah kekerasaan adalah hal yang wajar.

3) Bioneurogis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada system limik,

lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter

ikut menyumbang terjadi kekerasaan.

7
8

B. Faktor presipasi yang meliputi :

Suatu faktor ancaman antara lain sebagai berikut :

1. Internal

a. Kelemahan.

b. Rasa percaya menurun.

c. Takut sakit.

2. Eksternal

a. Penganiayaan fisik.

b. Kehilangan orang yang di cintai

c. Kritik.

2.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat di nilai dari ungkapan

pasien dan di dukung dengan hasil observasi menurut (Sutejo,2019)

sebagi berikut :

1. Data subjektif

a) klien mengatakan mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.

b) Klien mengatakan perasaan dia tidak berguna lagi.

c) Klien mengatakan perasaannya jengkel atau kesal.

d) Klien mengatakan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar rasa

tercekik, dada terasa dangkal dan bingung,

e) Klien mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri

sendiri.

f) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.


9

2. Data objektif

a) Klien terlihat mukanya memerah.

b) Klien matanya melotot.

c) Rahang dan bibir klien mengatup.

d) Klien terlihat tangan dan kaki tegang dan tangan mengepal.

e) Klien terlihat mondar mandir.

f) Klien tampak berbicara sendiri dan ketakutan.

g) Klien tampak berbicara dengan suara tinggi.

h) Klien ketika marah-marah tekanan darahnya naik.

i) Klien melempar atau memukul benda pada orang terdekatnya ketika

marah.

3. Akibat Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungan, seperti menyerang

orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah.

2.1.3 Rentang Respon Perilaku

Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentang respons

marah yang paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengek

yang timbul sebagai respon terhadap ansietas(kebutuhan yang tidak terpenuhi)

yang dirasakan ancaman. Kekerasan merupakan respon kemarahan yang paling

maladaptif yang di tandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan

merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak dapat di control. Hal ini disertai
10

dengan hilangnya control di mana individu dapat merusak diri sendiri,orang lain,

atau lingkungan (Sutejo,2019).

Adaptif

Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :

1. Respon adaptif

a. Asertif adalah dimana individu mampu menyatakan atau

mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau

menyakiti orang lain

b. Frustasi adlah individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan

tidak menemukan alternative.

2. Respon maladaptive

a. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien

tampak pemalu, pendiam sulit diajak bicara karena rendah diri dan

merasa kurang mampu.

b. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan

untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku


11

yang tampak berupa : muka kusam, bicara kasar menuntut, kasar di

sertai kekerasan.

c. Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai

kehilangan kontol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

2.1.4 Mekanisme Koping

Menurut Muhtih (2015) mekanisme koping yang sering digunakan klien

dengan perilaku kekerasan meliputi:

1. Sublinasi : Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami

suatu dorongan, penyaluruhannya kea rah lain. Misalnya seseorang yang

sedang marah melampiaskan kemrahanya pada objek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok dan sebagianya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita mudah yang

nebyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terarhadap rekan

sekerjanya, berbaik menuduh bahwa temannya tersebut mencobat merayu

dan mencumbunya.

3. Respresi : mencegah pikiran yang menyakitkan atu membahayakan masuk

kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang

tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didkan

yang diterimanya sejak kecil, membenci orang tua merupakan hal yang
12

tidak baik dan dikutuk oleh tuhan sehingga persaan benci itu ditekannya

dan akhirnya iya dapat melupakannya.

4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan

dengan meleboh-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada

teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

5. Displacement : Melepaskan perasaan yang terdekat, melampiaskan pada

objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang

membangkitkan emosi itu. Misalnya Samirah yang marah karena iya baru

saja mendapat hukuman dari ibunya karna menggambarkan di dinding

kamarnya, mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

2.1.5 Sumber Koping

Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat

menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien dan keluarg

menurut (Satrio,2015) . Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat fase :

1. Disonasi kognitif (psikosis aktif)

2. Pencapaian wawasan

3. Stabilitas dalam semua aspek kehidupan (ketepan kognitif)

4. Bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan.

2.2 Pengkajian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis, perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal yang diarahkan pada diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan, perilaku kekerasan mengacu pada dua bentuk,
13

yaitu perilakun kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan

terdahulu (Sutejo,2019), pengkajia pada klien dengan resiko perilaku

kekerasan di fokuskan pada :

1. Faktor Predisposisi

Didalam fakor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis.

A. Faktor biologis

1. Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh

suatyu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

2. Teori psikomatik (Psycomatic theory)

Pengalaman marah dapat diakibatkan oehrespons psikologis terhadap

stimulus eksternal maupun internal, sehingga, system limbic memeiliki

peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa

marah.

B. Faktor psikologis

1. Teori agresif frustasi (Frustasion aggression theory)

Teori ini menjelaskan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil

akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu

untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat

mendorong individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi

akan berkurang melalu perilaku kekerasan.

2. Teori perilaku (Behaviororal theory)


14

Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat

dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.

Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering

menimbulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.

3. Teori eksistensi (Existential theory)

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.

Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalu perilaku konstruktif,

maka individu akan memenuhi kebutuhanya melalu perilaku destruktif.

C. Faktor presipasi

Faktor presipasi ini berhubungan dengan pengaruh stressor yang

mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stressor dapat

disebabkan dari luar maupun dari dalam. Stresor yang berasal dari luar

dapat berupa serangkai fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain.

Stresoryang berasal dari dalam dapat berupa, kehilangan keluarga atau

sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik, penyakit dalam,

dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif, seperti penuh

penghinaan, tindakan kekerasaan, dapat memicu perilaku kekerasan.

2.2.1 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul dengan

gangguan resiko perilaku kekerasan (Azizah, Zalnuri & Akbar, 2016).

1. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan.

2. Perilaku kekerasan.

3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.


15

4. Gangguan harga diri : Harga diri rendah.

5. Koping individu tidak efektif.

Berikut merupakan pohon masalah diagnosa gangguan resiko perilaku

kekerasan.

Resiko mencederai diri ( Efek)

Perilaku kekerasan (Cofe Problem)

Gangguan harag diri:harga diri rendah (Causa)

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif


16

2.2.2 Pedoman tindakan keperawatan klien gangguan jiwa

No Diagnosis Tindakan TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA


1 2 3 4 5
1 Resiko Klien/Perawat. 1. Identifikasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1.Evaluasi kegiatan

perilaku penyebab, kegiatan kegiatan kegiatan latihan latihan fisik 1,2 &

kekerasan. tanda & latihan latihan fisik fisik & obat & obat &

gejala, RPK fisik. Beri & obat. Beri verbal. Beri verbal & spiritual.

yang pujian. pujian. pujian. Beri pujian.

dilakukan, 2. Latih cara 2. Latih cara 2. Latih cara 2.Nilai kemampuan

akibat mengontrol mengontrol mengontrol yang telah mandiri.

RPK. PK dengan PK secara spiritual (2 3.Nilai apakah PK

2. Jelaskan obat verbal (3 kegiatan). terkontrol.

cara (jelaskan 6 cara, yaitu : 3. Masukan pada

mengontrol benar: mengungka jadwal kegiatan

RPK : fisik, jenis, guna, pkan, untuk latihan


17

obat, dosis, meminta, fisik, minum

verbal, frekuensi, menolak obat, verbal dan

spiritual. cara, dengan spiritual.

3. Latih cara kontinuitas benar).

mengontrol minum 3. Masukkan

RPK secara obat). pada jadwal

fisik : tarik 3. Masukan untuk

napas pada jawal latihan fisik,

dalam kegiatan minum obat

pukul kasur untuk dan verbal.

dan bantal. latihan fisik

4. Masukan dan minum

pada jadwal obat.

kegiatan
18

untuk

latihan

fisik.
Keluarga 1. Diskusi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan

masalah kegiatan kegiatan kegiatan keluarga dalam

yang keluarga keluarga keluarga dalam merawat/melatih

dirasakan dalam dalam merawat/melatih klien fisik,

dalam merawat/m merawat/mel klien fisik, memberikan obat,

merawat elatih klien atih klien memberikan cara bicara yang

klien. fisik. Beri fisik dan obat, latihan baik & kegirtan

2. Jelaskan pujian memberikan bicara yang spiritual dan follow

pengertian, 2. Jelaskan 6 obat. Beri benar & up. Beri pujian.

tanda & benar cara pujian kegiatan 2. nilai kemampuan

gejala, dan memberika 2. Latih cara spiritual. Beri keluarga merawat

proses n obat. membimbing pujian. klien.


19

terjadinya 3. Latih cara : cara bicara 2. Jelakan follow 3. Nilai

RPK memberika yang benar. up ke RSJ/PKM, kemampuankeluarga

(gunakan n/membimb 3. Latih cara tanda kambuh, melakukan control

booklet). ing minum membimbing rujukan. ke RSJ/PKM.

3. Jelaskan obat. kegiatan 3. Anjurkan

cara 4. Anjurkan spiritual. membantu klien

merawat membawa 4. Anjurkan sesuai jadwal

RPK. klien sesuai membantu dan memberikan

4. Latih satu jadwal dan klien sesuai pujian.

cara memberi jadwal dan

merawat pujian. memberikan

RPK pujian.

dengan

melakukan
20

kegiatan

fisik : tarik

nafas dalam

dan pukul

kasur dan

bantal

5. Anjurkan

membantu

klien sesuai

jadwal dan

memberi

pujian.
2.2.3 Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan klien gangguan jiwa (Satrio,2020).

No Dx Keperawatan Perencanaan
21

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Resiko perilaku Tujuan umum:

kekerasan
Klien mampu mengontrol

perilaku kekerasan yang di

alami

Tujuan khusus: 1. Setelah 1x pertemuan klien Identifikasi fokus masalah

Pertemuan pengkajian menunjukkan tanda-tanda klien, dengan:

Klien mampu menunjukan percaya kepada perawat dan 1. Sapa klien dengan ramah baik

tanda-tanda percaya kepada mengenali masalah yang di verbal maupun non verbal.

perawat dan mampu alami, dengan kriteria: 2. Perkenalan nama, nama

mengenali masalah yang a. Ekspresi wajah bersahabat. panggilan perawat dan tujuan

dialami b. Menunjukan rasa perawat berinteraksi.

Senang. 3. Tanyakan dan panggil nama


22

c. Ada kontak mata. kesukaan klien.

d. Mau berkenalan. 4. Tunjukan sikap empati, jujur

e. Bersedia menceritakan dan menepati janji setiap kali

masalah yang dialami. berinteraksi.

5. Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dialami klien.

6. Buat kontrak interaksi yang

jelas.

7. Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan

dasar klien.

8. Dengarkan dengan penuh

perhatian ungkapan masalah

klien
23

Pertemuan 1 1. Setelah 1x pertemuan klien Bantu klien mengidentifikasi

menjelaskan perilaku kekerasan perilaku kekerasan:


Klien mampu
yang dilakukan, dengan kriteria:
mengidentifikasi perilaku 1. Motivasi klien untuk
a. Menceritakan penyebab
kekerasan dan mampu menceritakan penyebab rasa
perasaan jengkel/kesal baik
mengendalikan perilaku kesal atau jengkelnya
dari diri sendiri maupun
kekerasan yang dilakukan 2. Dengarkan tanpa menyela atau
lingkungannya
dengan cara fisik memberi penilaian setiap
b. Menceritakan tanda-tanda
ungkapan perasaan klien
saat terjadi perilaku
3. Motivasi klien menceritakan
kekerasan, baik tanda fisik,
kondisi fisik (tanda-tanda
emosional dan sosial saat
fisik) saat perilaku kekerasan
terjadi perilaku kekerasan
terjadi
c. Menceritakan perilaku atau
4. Motivasi klien menceritakan
jenis ekspresi kemarahan
kondisi emosinya (tanda-tanda
24

yang telah dilakukan emosional)saat terjadi perilaku

d. Menceritakan akibat tindakan kekerasan

kekerasan yang dilakukan 5. Motivasi klien menceritakan

terhadap diri sendiri, orang kondisi hubungan dengan

lain dan lingkungan orang lain (tanda-tanda sosial)

saat terjadi perilaku kekerasan

6. Motivasi klien menceritakan

jenis-jenis tindak kekerasan

yang selama ini perlu

dilakukannya

7. Diskusi dengan klien akibat

negatif (kerugian) cara yang

dilakukan pada diri sendiri,

orang lain dan lingkungan


25

2. Setelah 1x pertemuan klien 1.Latih klien mengedalikan

mengendalikan perilaku perilaku kekerasan dengan

kekerasan yang dilakuka cara fisik: TND dan PB/PK

dengan latihan cara fisik,


1. Peragakan cara melaksanakan
dengan kriteria;
latihan fisik yang dipilih.
a. Mempraktekkan tarik napas
2. Tarik napas perlahan dan
26

dalam (TND). dalam melalui hidung, perut

b. Mempraktekan pukul bantal mengembang dan dada

atau pukul kasur (PB/PK). bergerak minimal, tahan

c. Mempraktekan olah raga beberapa detik (4-5 hitungan),

untuk menyalurkan energi. mulailah menghembuskan

napas perlahan melalui mulut,

sambil mengerucutkan bibir

seolah-olah akan bersiul

(pursing lips) 4-5 hitungan.

3. Dengan tehnik yang sama,

tarik napas dalam sambil

pejamkan mata, lakukan 1-3

siklus sampai klien rileks,

setelah rileks provokasi klien


27

dengan penyebab perilaku

kekerasan yang dilakukan,

tampak rasa jengkel klien

muncul, lalu lampiaskan rasa

jengkel dan marah klien pada

bantal atau kasur.

4. Anjukan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat

jengkel/marah

5. Masukan pada jadwal kegiatan

untuk latihan cara fisik.

Pertemuan II Setelah 1x pertemuan klien 2.Latih klien mengendalikan

mengendalikan perilaku perilaku kekerasan dengan


Klien mampu
kekerasan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan obat
mengendalikan perilaku
28

kekerasan yang dialami latihan memanfaatkan obat, 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik,

dengan cara memanfaatkan dengan kriteria: beri pujian

obat 2. Latih cara mengontrol resiko


a. Mengungkapkan prinsip 6
perilaku kekerasan dengan obat
benar obat
(jelaskan 6 benar: pasien, obat,
b. Menjelaskan prinsif: benar
dosis waktu, cara, kontinuitas
pasien, obat, waktu, cara
minum obat).
c. Mengungkapkan kontuinitas
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
minum obat dan pengobatan
harian untuk latihan fisik dan

minum obat

Pertemuan III 1. Setelah 1x pertemuan klien 3.Latih klien mengendalikan

Klien mampu mengendalikan perilaku perilaku kekerasan dengan cara

mengendalikan perilaku kekerasan yang dilakukan verbal

kekerasan yang dilakukan dengan cara fisik, dengan


1. Evaluasi kegiatan latihan fisik
29

dengan cara verbal/asertif kriteria: dan obat, berikan pujian.

a. Mengungkapkan perasaan 2. Latih cara mengontrol perilaku

kesal/jengkel pada orang lain kekerasan secara verbal (3

tanpa menyakiti cara, yaitu: mengungkapkan,

b. Mengungkapkan keingginan meminta menolak dengan

secara asertif disertai alasan benar)

c. Mengungkapkan penolakan 3. Masukan pada jadwal kegiatan

secara asertif disertai alas an untuk latihan fisik, minum,

obat dan verbal

Pertemuan IV 1. Setelah 1x pertemuan klien 4.Latih klien mengendalikan

Klien mampu mengadalikan mengedalikan perilaku perilaku kekerasan dengan cara

perilaku kekerasan dengan kekerasan yang dilakuka spiritual

cara spiritual dengan latihan cara spiritual,


1. Evaluasi kegiatan latih fisik
dengan kriteria;
dan obat dan verbal, beri
30

a. Mengungkapkan kegiatan pujian

spiritual, yang dapat 2. Latih cara mengontrol spiritual

mengurangi rasa (2 kegiatan)

jengkel/marah 3. Masukan pada jadwal kegiatan

b. Melakukan wudhu, dzikir, untuk latihan fisik, minum

berobat, medikasi obat, verbal dan spiritual

c. Menjalankan ibadah sesuai

agama dan keyakinannya

Pertemuan V 1. Setelah 1x pertemuan klien 5.Latih klien mengendalikan

Klien mampu mengendalikan perilaku perilaku kekerasan dengan cara

mengendalikan perilaku kekerasan yang dilakukan fisik, obat, verbal dan spiritual

kekerasan dengan cara fisik, dengan latihan cara fisik, obat,


1.Evaluasi kegiatan latihan
obat, verbal dan spiritual verbal dan spiritual, dengan
fisik1,2 dan obat dan verbal
kriteria:
dan spiritual. Beri pujian
31

a. Mempraktekan latihan fisik 2.Nilai kemampuan yang sudah

b. Mempraktekan latihan obat mandiri

c. Mempraktekan latihan verbal 3.Nilai apakah resiko perilaku

d. Mempraktekan latihan kekerasan sudah terkontrol

spiritual
32

2.2.4 Implementasi

Perilaku Kekerasan
SP I klien SP I keluarga
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan

perilaku kekerasan. masalah yang

2. Mengidentifikasi tanda dan dirasakan dalam

gejala perilaku kekerasan. merawat klien.

3. Mengidentifikasi perilaku 2. Menjelaskan

kekerasan. pengertian, tanda

4. Mengidentifikasi akibat dan gejala

perilaku kekerasan. perilaku

5. Menyebutkan cara kekerasan yang

mengontrol perilaku dialami klien

kekerasan. beserta proses

6. Membantu klien terjadinya

mempraktekan latihan cara perilaku

mengontrol perilaku kekerasan.

kekerasan secara fusuk 1 :

latihan napas dalam.

7. Menganjurkan klien

memasukan dalam kegiatan

harian.

SP II klien SP II keluarga
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga

kegiatan harian klien. mempraktekan


33

2. Melatih klien mengontrol cara merawat

perilaku kekerasan dengan klien dengan

cara fisik 2 : pukul kasur perilaku

dan bantal. kekerasan.

3. Menganjurkan klien 2. Melatih keluarga

memasuki ke dalam melakukan cara

kegiatan harian. merawat

langsung pada

klien perilaku

kekerasan.

SP III klien SP III keluarga


1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu

kegiatan harian klien. keluarga

2. Melatih klien mengontrol membawa jadwal

dengan cara sosial atau akitivitas

verbal. dirumah

3. Menganjurkan klien termasuk minum

memasuki kedalam jadwal obat

kegiatan harian. (perencanaan

pulang).

2. Menjelaskan

tindakan lanjut

klien setelah

pulang.

SP IV
34

1. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien

2. Melatih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan

cara spiritual.

3. Menganjurkan klien

memasukan ke dalam

kegiatan harian.

SP V klien
1. Mengevaluasi jadwal

harian klien.

2. Melatih klien mengontrol

perilaku kekerasan

dengan cara minum obat.

3. Menganjurkan klien

memasukan ke dalam

kegiatan harian.

Anda mungkin juga menyukai