Respon maladaptif
Respon adaptif
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman ( Kartika
Sari, 2015:137).
2. Penyebab
b. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klen dengan perilaku kekerasan
adalah :
1) Teori Biologis
a. Neurologic Faktor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter,
dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang mempunyai sifat agresif. Sistem limbik
sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012:hal 100). Lobus frontalis
memegang peranan penting sebagai penegah antara perilaku yang berarti dan
pemikiran rasional, yang merupakan bagian otak dimana terdapat interaksi
antara rasional dan emosi. Kerusakan pada lobus frontal dapat menyebabkan
tidakan agresifa yang berlebihan (Nuraenah 2012:29)
b. Genetik faktor
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak, tumor
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).
2) Teori Psikogis
a. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase
oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan
sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya.
Perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap ras ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri perilaku
tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012 : hal 100-101).
c. Imitation, modelling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menontn
tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif ( semakin keras
pukulannya akan diberi coklat). (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 101).
d. Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah ( Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 101).
3. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
a. Respon adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Menurut Townsend (1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku
kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan
rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh peran eksternal
(Nuraenah, 2012: 31).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 142).
3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising
Akibat
Data Subyektif :
a) Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
b) Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data Obyektif :
a) Wajah tegang merah
b) Mondar mandir
c) Mata melotot, rahang mengatup
d) Tangan mengepal
e) Keluar banyak keringat
f) Mata merah
g) Tatapan mata tajam
6. Mekanisme Koping
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain
seperti meremas-remas adonan kue, meninju tembok, dsb. Tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damayanti,
2012:hal 103)
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan sexual terhadap rekan kerjanya berbalik bahwa menuduh rekannya
mencoba merayu, mencumbunya (Mukhripah Daamayanti, 2012:hal 103)
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahaya akan masuk kedalam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci terhadap orangtuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orangtua adalah hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya (Mukhripah Daamayanti, 2012:hal 103)
4) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahayaa bila di ekspresikan. Dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Daamayanti, 2012:hal
103)
5) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan dengan objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu, misalnya timi berusia 4th marah karena ia beru saja mendapatkan hukuman
daari ibunya karenan menggambar dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan teman-temannya (Mukhripah Daamayanti, 2012:hal
104)
7. Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efek tinggi contohnya clorprommazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya triflueoperasinstelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan transuilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroptika, tetapi
meskipun demikian keduannya mempunyai efek aktif anti tegang, anti cemas dan
anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
2) Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemakan dengan terapi kerja ini dibuka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebegai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan berkomunikasi,karna itu dalam terapi ini merupakan langkah
awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan dilakukan program kegiatan (Eko Prabowo, 2014 hal
145)
3) Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan sehat sakit pasien. Perawat membantu keluarga
agar dapat memenuhui tugas kesehatan yaitu mengenali tugas kesehatan,
membuat keputusan tindakan, memberi perawatan anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada
masyarakat. (Eko Prabowo, 2014 hal 145).
4) Terapi somatik
Menurut DepKes hal 230 menerangkan bahwa terapi somatik terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tidnadakan yang
ditujukan pada kondisi fisik pasien, terapi adalah perilaku pasien. (Eko Prabowo,
2014 hal 146)
5) Terapi kejang listrik
Confulsivetheraphy ( ECT) adalah bentuk terapi kepada pasien dengan
menimbulkan kejang gemoll dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda
menangani skisofrenia membutuhkan 20-30 terapi biasanya dilaksanakan adalah
2-3 hari sekali (seminggu 2x) (Eko Prabowo,2014 hal 146)
8. Pohon Masalah
Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain effect
Halusinasi Causa
Harga diri rendah
9. Diagnosa Keperawatan
2) Intervensi
a) beri salam dan panggil nama klien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
1) Kriteria Evauasi
a)Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b)Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/jengkel (dari
diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
c. Faktor Biokimia
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang
kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon psikosossial
Meliputi :
a. Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3. Respon maladapttif
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya.
( Prabowo, 2014: 134)
H. Mekanisme Koping
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014 :134)
I. Penatalaksanaan
2. SP2
a. Pasien
1) Mengevaluasika jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
halusinasi
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat BA,2006)
2. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart &
Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang
negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
(Townsend,2008)
2. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D
& Iskandar, 2012)
3. Rentang Respon
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik
dengan orang lain.(Eko P,2014)
4. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman
(2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga
diri rendah adalah :
a) Penolakan
b) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
c) Persaingan antar saudara
d) Kesalahan dan kegagalan berulang
e) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :
(1) Stereotipik peran seks
(2) Tuntutan peran kerja
(3) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :
(a) Ketidakpercayaan orang tua
(b) Tekanan dari peer gruup
(c) Perubahan struktur sosial
( Herman,2011)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran
yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesui
(a) Trauma peran perkembangan
(b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
(c) Transisi peran situasi
(d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
(e) Transisi peran sehat-sakit
(f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. ( Herman,2011)
3) Perilaku
(a) Citra tubuh
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak
bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan menyangkal
cacat tubuh.
(b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
(c) Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan
mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
(d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari
diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung,
disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian,
kepribadian ganda. ( Herman,2011)
5. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
6. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini
menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang
tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan
menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial.
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,
proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk ).
8. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara
artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu
atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4
– 5 joule/detik.
9. Pohon Masalah
TUK 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang 1. Diskusikan dengan pasien
dimiiki untuk digunakan kemampuan yang masih dapat
Kriteria hasil: dilaksanakan dan digunakan selama
Setelah…..x interaksi pasien dapat sakit
menyebutkan kemampuan yang dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
digunakan dilanjutkan penggunaannya
TUK 4 :
Pasien dapat (menetapkan) 1. Rencanakan bersama pasien
merencanakan kegiatan sesuai dengan aktivitas yang dapat dilakukan setiap
kemampuan yang dimiliki hari sesuai kemampuan
Kriteria hasil: a. Kegiatan mandiri
Setelah…..x interaksi, pasien mampu b. Kegiatan dengan bantuan
membuat rencana kegiatan harian c. Kegiatan yang membutuhkan
bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien lakukan
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
sesuai dengan rencana yang telah mencoba kegiatan yang telah
dibuat direncanakan
Kriteria hasil: 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
Setelah…..x pertemuan,pasien dapat pasien
melakukan kegiatan jadwal yang telah 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
dibuat 4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pasien
pulang
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaatkan system 1. Beri pendidikan kesehatan pada
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat pasien
Kriteria hasil: dengan harga diri rendah
Setela…..x pertemuan,pasien 2. Bantu keluarga memberikan
memanfaatkan system pendukung dukungan selama pasien dirawat
yang ada di keluarga 3. Bantu keluaga menyiapkan
lingkungan rumah
A. Definisi
Menurut perry & poter (2009), hygine adalah ilmu kesehatan untuk
memelihara kesehatan manusia karena kondisi fisik atau keadaan emosi klien, di
sebut hygine perorangan. Personal hygine berasal dari bahasa Yunani yang berarti
Personal yang artinya perorangan dan Hygine berarti sehat kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan unuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir, sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
eliminasi/toileting (BAK/BAB) secara mandiri. (Keliat,2011)
Defisit Pearawatan Diri adalah gangguan kemampan melakukan aktifitas
yang terdiri dari mandi, berpakaian, makan, toileting, pengabaian diri,atau
kebersihan diri secara mandiri. Keadaan individu mengalami suatu kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan
untuk melakukan masin-masing dari kelima aktifitas perawatan diri. (Nanda,
2012)
B. Klasifikasi
Resiko Tinggi
Perilaku Kekerasan
Gangguan Alam
Perasaan: Sedih
Gangguan Konsep
Diri: Harga Diri
Rendah
(etiologi)
Koping Individu Tidak
Efektif
I. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK)
2. Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Intoleransi aktifitas
5. Harga diri rendah kronis
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
2. SP2
a. Pasien
b. Keluarga
3. SP3
a. Pasien
b. Keluarga
4. SP4
a. Pasien
Bunuh diri merupakan tidakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (wilson dan knesial. 1988). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi
dan menggunakan koping yang meladaftif.situasi gawat pada bunuh diri saat
ide bunuh diri timbul secara berulah tanpa rencana yang spesifik atau
percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri .oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat
pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
Menurut stuart dan sundeen (1995) faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishiler
(1981)(dikutip oleh leashey san wright, 1987) melalui penelitiannya menyebut
bahwa motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah
dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah,
dan 16% masalah dean saudara.
RENTANG RESPONS PROTEKTIF DIRI
Adaftif Maladaptif
Keterangan
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan
yakin dan kesadaran diri meningkat
2. Pertumbuhan - peningkatan beresiko yaitu merupakan posisi pada rentang
yang masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan
perilaku
3. Perilaku destruktif diri tak langsung yaitu setiap aktifitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian seperti
perilaku merusak ,mengebut ,berjudi ,tindakan kriminal ,terlibat dalam
reakreasi yang beresiko tinggi ,penyalahgunaan zat perilaku yang
menyimpang secara social dan perilaku yang menimbulkan stres.
5. bunuh diri yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
3. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal: self ideal yang terlalu tinggi,
cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi yang berarti
kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk
sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia: perubahan status dari mandiri
ketergantungan, penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi,
perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi sosial,
kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan), dan sumber
hidup yang berkurang.
a) Faktor determinan
1) Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekat seseorang individu
untuk mempengaruhi hidupnya dan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hal bunuh diri disamping kedudukan sosial ekonomi dan
situasi ekstrim yang merugikan.
2) Jenis kelamin
Angka bunuh diri pada wanita lebih besar dari pada pria, disemua
negara dan disepanjang masa. Perbandingan tertinggi didapatkan di
Rhode Island dan New York yaitu 3:1, angka perbandingan terendah di
dapati di Austria 1,3:1.
3) Status sosial
Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah,
terutama mereka yang sudah punya anak, dibandingkan dengan mereka
yang belum berkeluarga, janda atau yang cerai.
5) Gangguan jiwa
1. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian
dan tidak perlu dianggap serius . Fakta : Semua perilaku bunuh diri harus
dianggap serius.
Perilaku destruktif –diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah
dapat mengarah kepada kematian perilaku ini dapat diklasifikasi sebagai
langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif – diri tidak langsung
meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individual dan
dapat mengarah kepada kematian individual tersebut tidak menyadari tentang
pontesial terjadi kematianakibat perilakunya ini biasanya lebih lama daripada
perilaku bunuh diri. perilaku destruktif –diri langsung meliputi perilaku
berikut :
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Terlibat dalam aktifitas rekreasi beresiko tinggi
6. Penyalagunaan zat
7. Perilaku yang menyimpang secara sosial
8. Perilaku yang menimbulkan stres
9. Gangguan makan
10. Ketidakpatuhan pada pengobatan medis
Rentang respons proktektif – diri mempunyai peningkatan diri sebagai
respons paling adaptif sedangkan perilaku destruktif – diri tidak langsung
pencederaan diri dan bunuh diri merupakan respons maladaptive
1. Perilaku Ketidakpatuhan
Telah diperkirakan bahwa setengah dari pasien tidak patuh terhadap
rencana pengobatan kesehatan mereka orang yang tidak patuh dengan
aktifitas perawat kesehatan yang dianjurkan umumnya menyadari bahwa
mereka telah memilih untuk tidak memerhatikan diri mereka. Perilaku
paling menonjol yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terdapat pada
kotak 13-1
2. Pencederaan diri
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai
berikut
a. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal dan non verbal bahwa orang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri orang tersebut mungkin
menunjukan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
lama atau mungkin juga mengomunukasikan secara non verbal melalui
pemberian hadiah merevisi wasiat nya dan sebagainya
b. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri sendiri
yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarahkan pada kematian
jika tidak dicegah.
I. Pemeriksaan Penunjang
K. Komplikasi
a. Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri,
namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah
berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal
akan meningkatkan kemungkinan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
b. Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia
atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil
pi-poin, reaksi cahaya negatif, sesak anfas, sianosis, edema paru,
inkontenesia urine dan feses, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
c. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan shock yang diakibatkan penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
d. Pada klien dengan pendarahan akan mengalami shock hipovolemik yang
jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik shock, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suber koping yang dimiliki pasien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat da tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
perkerjaan, alamat, status perkawinan,diagnosa medis
b) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan hubungan dengan pasien
c) Keluhan utama
Keluhan gelisah, komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari – hari, mengucapkan celaan terhadap diri sendiri, Perasaan gagal
dan tidak berguna, Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang obat dosis mematikan).
d) Faktor predisposisi
1. Kegagalan atau adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
5. Tangisan minta tolong
e) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tanda tanda vital (TD , Nadi , suhu pernafasan TB,
BB)dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentangbtubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan
b. Identitas diri
Sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua dan kehilangan
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena kondisinya mengungkapan
keinginan yang terlalu tinggi
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
2. Status mental
Kontak mata pasien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai bicara, pasien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
3. Mekanisme koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik
aktual maupun potensial .Masalah keperawatan yang sering muncul yang
dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut.
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga
2. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental.
3. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat
kehilangan.
C. Intervensi Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
MASALAH RISIKO WAHAM
WAHYU AGUNG SATRIA
NIM. 1120021047
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu
keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan
sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan.
Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain.
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir
dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya :
harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau
perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010).
B. Klasifikasi Waham
C. Etiologi
D. Rentang Respon
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik.
Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) pada klien dengan Waham yaitu
terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan
secara berlebihan.
F. Mekanisme Koping
3. Menarik diri
G. Pohon Masalah
Resiko tinggi
Perilaku kekerasan mencedarai diri, orang Kerusakan Akib
lain, dan lingkungan komunikasi verbal at
CP Gangguan proses
pikir : Waham
Koping individu
inefektif
H. Diagnosa Keperawatan
2. Perilaku kekerasan
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b. Keluarga
3. SP3
a. Pasien
b. Keluarga