Anda di halaman 1dari 16

Proses Adaptasi Pada Hewan Di Berbagai Lingkungan

Maulidya Nurliana

0310193086

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jln. William Iskandar Ps. V, Medan Estate Kec. Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371, Indonesia.

Maulidyanurliana03@gmail.com

Konsep Adaptasi

Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap


lingkungannya. Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon
terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Istilah yang tepat untuk mengatakan
kesesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya itu adalah adaptasi.Kata adaptasi
menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkunganya yang merupakan produk masa
lalu. Organisme-organisme masa kini dapat hidup dilingkunganya karena kondisi
lingkungannya itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.
Sifat yang di miliki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan sifat yang di turunkan dari
generasi ke generasi. Nenek moyang dari populasi yang bersangkutan telah berhasil
mempertahankan hidup dan berkembang biak karena memiliki sifat tersebut. Dengan kata lain,
populasi yang ada sekarang merupakan populasi yang lolos dari seleksi alam.

Adaptasi adalah mekanisme biologis di mana organisme menyesuaikan diri dengan


lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan mereka saat ini. Dapat disimpulkan bahwa
tujuan adaptasi makhluk hidup adalah bertahan hidup dan mempertahankan eksistensi spesiesnya
di muka bumi. Adaptasi dilakukan agar makhluk hidup tetap bisa hidup walau lingkungannya
berubah. Adaptasi memungkinkan makhluk hidup bertahan dari kondisi baru lingkungan
(kondisi geografis), melindungi diri dari pemangsa, mendapatkan makanan dan air, juga
bereproduksi.

Seleksi Alam

1
Seleksi alam adalah seleksi akibat sumber daya alam yang terbatas sehingga makhluk
hidup terpaksa beradaptasi. Mekanisme seleksi alam didasari oleh adanya kompetisi dan
adaptasi. Di alam terdapat hukum di mana yang kuat yang akan bertahan hidup. Hal ini
menunjukkan adanya kompetisi dalam bertahan hidup. Misalnya kompetisi dalam mendapatkan
makanan, individu yang tidak bisa mendapatkan makanannya sendiri akan mati. Adaptasi adalah
kondisi di mana organisme menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adaptasi dapat berupa
mutasi genetik yang mengubah karakteristik fisik dari organisme agar lebih menguntungkan
dalam lingkungannya. Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi merupakan teori bahwa
makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan sekitar yang terkaitnya lama kelamaan
akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan sekitar yang
terkaitnya. Dan sesama makhluk hidup akan saling berlomba bagi mempertahankan hidupnya.
contoh adaptasi dapat dilihat pada rubah kutub dan burung ptarmigan.

Keduanya memiliki bulu yang putih hasil adaptasi dengan lapisan es yang juga putih.
Dengan bulu yang putih, rubah putih dan burung ptarmigan akan sulit dilihat oleh predator
maupun mangsanya sehingga dapat bertahan hidup dengan baik. Sebagai konsekuensi dari
adaptasinya, maka rubah kutub dan burung ptarmigan sangat jarang sekali memeliki keturunan
dengan warna selain putih. Contoh lain seleksi alam yaitu yang terjadi pada ngengat biston
betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri banyaknya
banyakan daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri,
banyak ngengat biston betularia putih semakin sedikit daripada ngengat biston betularia hitam.
Ini terjadi sebab ketidakmampuan ngengat biston betularia putih bagi beradaptasi dengan sekitar
yang terkait yang baru. Pada masa sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris sedang
lepas sama sekali dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun
sebab tidak mampu beradaptsi dengan sekitar yang terkaitnya. namun setelah revolusi industri,
udara di Inggris dihasilkan bentuk menjadi gelap oleh asap dan abu industri, sehingga populasi
ngengat biston betularia putih menurun sebab tidak mampu beradaptasi dengan sekitar yang
terkait, dampaknya mudah ditangkap oleh pemangsanya.

Sifat-sifat adaptif yang dimiliki oleh hewan ada yang berbentuk adaptasi struktural, adaptasi
fisiologis dan adaptasi tingkah laku.

Adaptasi Struktural

2
Adaptasi morfologis (struktural) pada umumnya berkaitan secara fungsional dengan
adaptasi-adaptasi fisiologis maupun perilaku. Dengan begitu maka suatu jenis hewan akan
diperlengkapi dengan seperangkat adaptasi-adaptasi yang bersesuaian dan saling mendukung,
untuk menghadapi kondisi serta perubahan lingkungannya maupun sumberdaya yang terdapat di
lingkungnnya. Adaptasi-adaptasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung dan bersesuaian
bentuk maupun besarnya untuk melakukan suatu fungsi hidup. Adaptasi morfologis merupakan
suatu respon morfologis yang dapat berkembang selama masa hidup individu organisme atau
bahkan lintas generasi. Dalam beberapa kasus respon ini merupakan contoh aklimasi, karena
respon ini bersifat reversibel. Banyak mamalia, misalnya, memiliki bulu atau rambut yang lebih
tebal selama musim dingin, kadang-kadang warna bulu atau rambut berubah secara musiman
juga, yang menyamarkan hewan terhadap salju musim dingin dan vegetasi musim panas.

Perubahan morfologis lain bersifat irreversibel selama masa hidup suatu individu dan
bahkan lintas generasi. Pada paus berpunggung bengkok menggunakan lempengan seperti sisir
yang menggantung pada rahang atas (baleen) untuk menyaring invertebrata kecil dari volume air
yang sangat besar. Paus ini membuka mulutnya dan mengisi kantung mulut yang
digelembungkannya dengan air, kemudian menutupnya dan mengkontraksikan kantung itu. Hal
tersebut akan memaksa air keluar dari mulut baleen tersebut, dan mulut paus tersebut kini penuh
dengan makanan yang terjerat.

Adaptasi struktural adalah sifat adaptasi yang muncul dalam wujud sifat-sifat
morologis tubuh, yang meliputi bentuk tubuh, bentuk dan susunan alat-alat tubuh,
ukuran tubuh, sertawarna tubuh (kulit dan bulu). Berikut ini akan diberikan contoh lain dari
adaptasi struktural.

a. Bentuk dan ukuran tubuh

Bentuk tubuh yng di maksud disini adalah pola tubuh yang menyangkut
perbandingananatara lebar dan panajang tubuh. Hewan-hewan yang hidup di daerah dingin
mempunyai bentukbulat dan besar, sedangkan yang hidup di daerah panas tubuhnya lebih kecil
dan ramping. Pada hewan yang hidup di daerah dingin perbandingan antara lebar dan panjang
tubuh kecil, sehinggatubuhnya cenderung berbentuk bulat. Bentuk tubuh seperti ini tidak mudah
melepaskan panas atau lebih bersifat penyimpan panas jika suhu berubah menjadi lebih dingin.

3
Pada tubuh yangbulat dan berukuran besar proporsi luas permukaan tubuh yang berhubungan
dengan udara luarkecil.Bentuk tubuh lain yang ada kaitannya dengan penyesuaian diri dengan
lingkungan adalahbentuk streamline pada ikan. Bentuk sperti itu memudahkan gerak di air
karena tubuh yang pipihserta meruncing di depan dan di belakang.

b. bagian-bagian tubuh

Dalam hal ukuran dari bagian-bagian tubuh telah di uraikan sesuai dengan Allen.
Hewanyang hidup didaerah panas mempunyai bagian tubuh yang lebih panjang dari pada yang
hidupdidaerah dingin.Aspek lain pada bagian bagian tubuh hewan yang mempunyai
kesesuaian denganlingkungan adalah bentuk bentuk bagian bagian tubuh yang bersifat homolog
dan analog. Sifathomolong dapat di amati pada anggota tubuh hewan vetebrata. Pada dasarnya
semua hewanvetebrata mempunyai 2 pasang anggota tubuh, yaitu sepasang anggota tubuh depan
dan sepasang anggota tubuh belakang. Pada hewan mamalia kedua pasang anggota tubuh
berfungsi sebagaikaki. Pada burung anggota tubuh depan berubah bentuk menjadi sayap. Pada
beberapa jenisreptil, misalnya kadal dan biawak kedua pasang tubuh berfungsi sebagai kaki,
sedangkan reptilyang lain ( misalnya kura kura dang penyu) kedua pasang anggota tubuh
berfungsi sebagai alatrenang. Sirip dada dan sirip ekor pada ikan adalah anggota anggota tubuh
belakang dan depanyang berfungsi alat renang.

Kaki depan kuda, sayap burung, kaki kura kura, dan sirip ikan merupakan alat
alat tubuh yang secara embrional berasal dari jaringan yang sama, tetapi
dalamperkembangannnya, berubah menjadu bagian tubuh yang fungsinya berbeda.keadaan itu
disebut homolog. Pada fenomena lain burung dan belalang mempunyai sayap untuk bergerak di
udarah, tetapi kedua alat gerak tersebut berasal dari jaringan embrional yang berbeda. Keadaan
itu disebut analog. Adaptasi alat alat gerak ada hewan, darat sesuai dengan sesuai sifat sifat
subsrat yang ada di habitatnya. Anggota gerak depan hewan hewan mamalia yang tergolong
primata kebanyakan dapat digunakan untuk memegang. Hewan hewan yang tergolong
primata hampir semuanya dapat memanjat pohon dan bergerak dari satu cabang ke cabang
lain. Anggaota depan digunakan untuk memegang cabang atau ranting pada saat hewan
tersebut derjalan di atas pohon. Disamping itu anggota depan juga digunakan untuk
memegang makanan dan benda denda lain. Simpanze yang dipelihara dalam sangkar dapat

4
menggunakan tongkat untuk mengambil makanan yang diletakan diluar sangkar.
Perkembangan anggota tubuh bagian depan sebagaitangan sangat menonjot pada manusia.

Hewan hewan mamalia lain yang hidup di pohon kakidepan dan belakang tidak dapat
digunakan untuk memegang, tetapi dilengkapi dengan kuku yang tajam, sehingga kakinya dapat
mencengkram pohon yang dipanjatnya. Disamping itu, tupaimempunyai tubu kecil dan
gerakan yang lincah. Ukuran tubuh dan kelincahan itu sanggatgerakan di atas pohon.
Hewan hewan mamalia yang hidup di lingkungan yang tananya keras,atau berbatu kebanyakn
mempunyai jejak yang keras, karena telapak kakinya teletak dari lapisantanduk yang tebal.
Hewan hewan yang tergolong ungas yang hidup di lingkungan pohon pohonan, tanahkeras,
tanah becek dan air. Adaptasi untuk hidup di lingkungann yang berbeda itu tampak padabentuk
susunan jari kaki. Pada burung yang hidup pohon, jarikakinya yang
menghadapkebelakang agak panjang sehingga bersama-sama dengan jari-jari yang
menghadap kedepandapat di gunakan untuk mencengkram cabang atau ranting hinggap.
Burung buas mempunyaikaki yang beekuku panjang dan melengkung, yang diperlukan
untuk menangkap danmencengkram mangsanya, misalnya pada elang. Unggas yang hidu di
tanah becek mempunyaikaki yang berselapu. Selaput itu terdapat di jari-jari kaki. Dengan adanya
selaput itu kaki unggastidak terperosok ke dalam tanah. Unggas yang hidup ditanah
becek itu antara lain: bangau.Selaput pada unggas yang hidupp di air (misalnya : belibis,
angsa, itik, dan entok) berkembanglebih lebar, sehingga dapat di gunakan untuk berenang di air

Bentuk-bentuk adaptasi lain pada kaki dapat diamati pada beberapa jenis
organisme hewan. Cecak mempunyai telapak kaki yang rata kalau di tempelkan ke sustratnya
sehinggatidak adarongga udara di antara permukaan telapak kaki dengan permukaan substrat.
Dengandemikian telapak kaki itu dapat menempel karena pengaruh tekanan udara. Kaki cumi-
Cuma,gurita, dadan hewan tergolong Asteroidea memunyai batil pengisap. Batil
penghisap itudigunakan untuk meletakkan kakinya pada substrat atau benda-benda yang di
pegangnya denganbatil penghisap itu bintang laut dapat membuka rumah
kerang,sehingga dagingnya dapat diambil.Adaptasi struktural juga terjadi pada mulut dari
hewan-hewan vetebrata dan avetebrata.Bentuk mulut hewan mamalia secara umum sama.
Perbedaannya terdapat pada bentuk dansusunan gig. Hewan pemakan daging, seperti

5
harimau mempunyai taring yang tajam dan kuatuntuk mencabik daging hewan yang di mangsa.
Hewan-hewan pengerat (Rodentia) kebanyakanmempunyai gigi seri panjang dan runcing.

Hewan-hewan pemakan rumput dan pemakan gegalamempunyai geraham yang bentukny


cocok untuk mengunyah makanan sampai halus.Bentuk mulut yang berbeda dapat diamati
pada paruh burung. Bentuk-bentuk paruhburung pemakan biji berbeda dengan pemakan
buah, pemakan serangga, dan pemakan daging .Misalnya: paruh burung pemakan daging besar
dan paruh atas melengkung. Paruh unggas airberbentuk sudut. Perbedaan bentuk mulut juga
dapat dilihat pada hewan-hewan yang tergolongserangga. Mulut kupu berbentuk belalai, disebut
probosis, cocok untuk menghidap madu padakelenjar madu. Mulut lalat rumah berbentuk lidah
cocok untuk menjilat yang basah, misalnyagaging busuk.mulut nyamuk berbentuk penusuk
dan penghisap untuk menusuk kulit danmenghisap darah hospes.

c. Penutup tubuh (kulit dan bulu)

Penutup tubuh pada hewan berbeda-beda. Sebagin besar hewan-hewan


Arhropodamempunyai kulit tebal yang tersusun oleh khitin. Kulit seperti itu sangat berguna
untuk menahanhilangnya air dari dalam tubuh, karena hewan-hewan arthoropa itu
kebanyakan hidup dilingkungan hidup lain yaitu di dalam tanah dan air. Kulit yang tebal juga
dimiliki oleh beberapajenis organisme hewan yang tergolong moluska, misalnya : siput. Siput
bahkan dapat menutupseluruh permukaan tubuhnya jika lingkungan hidupsangat kering. Siput air
biasanya mempunyaitutup cangkang yang dapat dibuka dan ditutup. Siput kebun tidak
mempunyai tutup cangkang seperti itu, tetapi pada musim kering hewan itu membentuk
epifragma untuk menutup lubangcangkangnya selama musim kering. Epifragman itu adalah
selaput yang terbentuk dari cairanyang disekresi oleh tubuh siput.

Beberapa jenis organisme hewan vetebrata juga mempunyai kulit yang tebal,
terutamahewan-hewan yang tergolong pada Reptilia. Kulit hewan-hewan reptilia pada umunya
tebal dantersusun oleh lapisan tanduk. Kulit semacam itu sangat berguna untuk
penguapan pada saathewan itu berda di lingkungan yang kering. Hewan yang tergolong
amfibia tidak mempunyaikulit tebal, tetapi jaringan di bawah kulit selalu mengeluarkan cairan
perubahan suhu lingkungantidak terlalu banyak mempengaruhi suhu didalam tubuh.
Hewan-hewan mamalia kulitnya dilengkapi dengan pori-pori dan kelenjar keringat. Kelenjar

6
dan keringat dari pori-pori tubuh ituberguna untuk mengatur air dari dalam tubuh baik
dari dalam tubuh baik dalam rangkapengaturan tekanan osmotik maupun temperatur
tubuh. Kulit hewan-hewan mamalia dilengkapidengan rambut. Rambut itu berfungsi sebagai
isolator suhu. Hewan-hewan mamalia dilengkapidengan rambut. Rambut itu berfungsi sebagai
isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di daerahdingin mempunyai rambut lebih tebal dari
padahewan yang hidup di daerah panas.

d. Warna tubuh

Selain warna hitam dan putih, hewan-hewan ada yang mempunyai warna merah, hijaudan
lain-lain, bahkan ada yang mempunyai beberapa macam-macam warna sekaligus
dalampermukan tubuhnya. Muncul warna pada permukaan tubuh hewan disebabkan oleh :

1. pigmen-pigmen khusus yang menyerap panjang gelombang tertentu dan memantul


panjang gelombangyang lain,
2. strukur permukaan tubuh yang menyebabkan sinar terserap atau direfraksikan,
3. kombinasi-kombinasi dari pengaruh absorbtif, refraktif, reflektif, atau difraktif.

Diantara warna-warna itu mungkin ada yang berhubungan dengan sifat adaptif terhadap
lingkunganya. Hubungnitu di tunjukan oeh hewan-hewan yang hidup di lingkungan geografis
yang sama memunyaiwarna yang sama. Braun 1914 yang mempelajari Microlepidoptera dari
genur Lithocolletis yakinbahwa pola-pola warna pada hewan merupakan akibat dari proses
fisiologis dan bahwa pola-pola itu mengikuti kecederungan orthogenetik, artinya “tergantung
pada kondisi eksternal” kenyataanbahwa warna hewan mempunyai hubungan dengan
sifat adaptasi terhadap kondisi lingkungannya dapat dijelaskan dengan hukum Gloger
dan fenomena melanisme industria seperti yang telah di uraikan di atas. Kesesuaian antara
wana dengan kondisi lingkungan sebagaiseperti yang di uraikan dalam hukum gloger
dan fenomena melanisme industrial berkaitan dengan keberhasilan hewan dalam
menghadapi seleksi alam. Warna hewan tampaknyamempunyai manfaat-manfaat dan
fungsi-fungsi khusus menghadapi lingkungannya. Hal yangterakhir ini akan diuraikan pada
bagian berikut.

e. Mimikri

7
Berbagai penelitian menunjukan bahwa warna-warna hewan mempunyai manfaat tertentu
bagi dirinya. Sesuai dengan manfaatnya warna-warna itu dapat di bedakan dengan klasifikasi
Poulton:

1. Warna apatetik, sama dengan semua atau beberapa bagian dari


warnalingkungannya :
a) Wana kriptik yaitu warna yang sama dengan lingkungan, untuk bersembunyi,
yang di bedakan menjadi : 1) warna prokriptik: kesamaanwarna untuk berlindung 2)
warna antikriptik: kesamaan warna untukmenyerang.
b) Warna pseudosematik, yaitu warna untuk peringatan atau tanda yangironik,
yang dibedakan atas : 1) warna pseudaposematik: mimikri yangbersifat protektif, dan 2)
warna pseudepisematik : mimikri yang bersifatagresif dan warna yang bersifat erotik.
2. Warna sematik, warna untuk memberi peringatan dan sinyala.Warna aposematik : warna
untuk peringtanb.Warna episematik : warna untuk memberi sinyal.
3. Warna epigamik, warna yang ditampilkan untuk kawinKategori-kategori di atas dapat
dijelaskan dengan uraian dan contoh-contoh berikut ini.

Diantara warna-warna yang dimiliki oleh hewan ada yang sama atau mirip dengan benda-
bendayang ada dilingkungannya, baik benda mati maupun makhluk hidu lainya. Kesamaan
warnahewan dengan benda-benda lain yang ada di lingkungannya diknal dengan istilah mimikri
contohmimikri yang sering di tunjukan adalah perubahan warna pada bunglon. Pada
saat bunglon hinggap di tempat yang dasarnya berwarna coklat kulitnya berwarna coklat, dan
ketika hinggap di daun yang berwarna hijau kulitnya berubah menjadi hijau. Warna hewan yang
bersifat tetap juga ada yang sama atau mirip dengan lingkungannya. Sifat-sifat mimikri banyak
dijumpai pada hewan-hewan yang tergolong pada serangga, baik yang masih berupa larva (ulat)
maupun sudah dewasa (kupu dan belalang). Misalnya : belalang dan ulat yang hidup di daun
banyak yangberwarna hijau, sedangkan belalang dan ulat yang biasa hinggap di batang pohon
atau substratlain yang berwarna coklat mempunyai sayap dan tubuh berwarna coklat.

Kesamaan warna itubukan hanya warna dasar, melainkan warna permukaan tubuh hewan
itu ada yang bermacam-macam dari polanya juga mirip dengan pola warna substrat
atau benda lain yang adadisekitarnya.Kejadian mimikri itu juga dapat berupa kemiripan
bentuk hewan dengan benda-bendayang ada di lingkungannya. Bentuk tubuh bellang kayu

8
(walking sticks) bersama denan kakinyamiripdengan cabang dengan ranting-rantingnya. Ada ulat
yang jika menempel di suatu cabangdengan ranting-ranting. Ada ulat jika menempel di suatu
cabang dengan ranting-rantingnya. Adaulat yang jika menempel di suatu cabang atau batang
membentuk posisi tubuh sedemekian rupasehingg menyerupai cabang atau ranting batang yang
menempel, karena warnanya mirip kulitkayu.Kesamaan warna dan bentuk hewan yang telah
disebutkan di atas merupakan contohwarna prokriptik, yaitu kesamaan atau kemiripan warna
yang menyebabkan hewan tersembunyiatau tidak mudah dilihat oleh musuhnya di
samping itu ada ulat yang bentuk kepala ular,matanya menonjol dan berwarna
menyolok sehingga menunjukkan kesan bahwa hewan itugarang dan akan menyerang. Itu
merupakan contoh dari pseudepisematik.

Kesamaan bentuk, warna dan tingkah laku antara saat jenis organisme hewan denganjenis
organismenya hewan lain juga terjadi di alam. Hewan yang bentuk, warna atau tingkahlakunya
“meniru” disebut mimic, sedangkan hewan yang bentuk dan warna, atau
tingkahlakunya “ditiru” disebut model. Kejadian mimikri terhadap bentuk mempunyai manfaat
untukterhindar dari serangan predator. Ada dua macam bentuk mimikri sehubungan
dengankepentingannya untu mengurangi kemungkinan dapat diserang oleh predator,
yaitu mimikri Batesian dan mimkri Mullerian. Pada mimikri Mellerian. Pada mimikri
Mullerian. Pada mimikriMulleri kedua macam-jeni organisme mempunyai pola warna yang
sama dan keduanya tidak disukai predator karena rasanya tidak enak, bahkan dapat
menyebabkan rasa sakit di lambung.Pada mimikri Baterian hewan mimic mempunyai rasay yang
enak dan di sukai oleh predator tetapi modelnya tidak di sukai oleh predator karena
rasanya tidak enak dan bersifat racun.Contoh yang terkenal untuk mimisan Batesian adalah
antara kupu-kupu viceroy (mimik) dankupu Monarch (model).

Dengan di milikinya sifat mimikri itu, kupu viceloy dapat mengurangiserangan dari
burung predator yang menyukainya, karena ketika melihatnya burung predatormenghubungkan
pola warnanya dengan warna yang tidak enak ketika memangsang kupumonarch.
Namun mimikran Batersian itu masih mengandung resiko bagaimana pun
dalamkejadian mimikri itu warna mimik dengan model tidak sepenuhnya sama.
Berdasarkanpengalamnya, burung predator suatu ketika dapat membedakan mangsa
yang rasanya enak(mimik) dengan memangsa rasanya yang tidak enak (model), sehingga

9
burung predator dapatmemilih yang rasanya enak. Mimikri ini merupakan contoh
pseudosematik.

f. Bau

Hewan-hewan tertentu mempunyai bau yang khas. Bau yang khas itu dapat
merupakantanda bagi hewan lain yang sejenis, misalnya serangga-serangga tertentu mempunyai
hormoneyang dikenal dengan nama feromon yang dapat digunakan untuk menarik
lawan jenis padamusim kawin. namun hewan-hewan lain ada yang mempunyai bau yang tidak
disukai hewanlain. Bau seperti itu menyebabkan hewan predator menjauhinya. Contoh yang
mudah diamati adalah bau pada walang sangit

Adaptasi Fisiologis (Fungsional)

Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) merupakan seluruh perangkat kemampuan


fisiologis hewan untuk menghadapi kondisi maupun sumberdaya lingkungannya. Totalitas dari
kemampuan itu adalah sekalian proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh hewan berikut
perangkat subtansi-subtansi kimia, enzim dan ko-enzim serta hormon-hormon yang terlibat
dalam proses-proses itu. Mamalia mempunyai beberapa mekanisme yang mengatur pertukaran
panas dengan lingkungan. Banyak mamalia yang hidup dimana hewan endotermik memerlukan
pendinginan maupun penghangatan tubuh. Sebagai contoh, ketika seekor mamalia laut (paus)
pindah ke laut hangat, akan membuang kelebihan panas metabolik dengan cara vasodilatasi,
yang ditingkatkan melalui jumlah pembuluh darah yang sangat banyak di lapisan luar kulitnya.
Pada iklim panas, mamalia sangat mengandalkan pendinginan dengan evaporasi salah satunya
melalui kulit.

Pada hari sejuk, manusia akan meningkatkan laju produksi panas dengan meningkatkan
kontraksi otot (menggigil). Pengaturan suhu tubuh pada mamalia merupakan suatu sistem
homeostasis kompleks yang fasilitasi oleh mekanisme umpan-balik. Sel-sel saraf yang
mengontrol termoregulasi dan aspek lain dari homeostasis terkonsentrasi pada hipotalamus.
Hipotalamus memiliki thermostat yang merespon terhadap perubahan suhu tubuh di atas dan di
bawah kisaran suhu normal dengan cara mengaktifkan mekanisme yang memperbanyak
hilangnya panas atau memperoleh panas. Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada
kulit, hipotalamus itu sendiri, dan beberapa bagian lain dari sistem saraf. Beberapa diantaranya

10
adalah reseptor panas yang memberi sinyal kepada thermostat di hipotalamus ketika suhu kulit
atau darah meningkat. Yang lain adalah reseptor dingin yang mensinyal thermostat ketika suhu
turun. Thermostat itu merespon terhadap suhu tubuh di bawah kisaran normal dan menghambat
mekanisme kehilangan panas serta mengaktifkan mekanisme penghematan panas seperti
vasokonstriksi pembuluh superficial dan berdirinya rambut atau bulu, sementara merangsang
mekanisme yang membangkitkan panas melalui menggigil dan tanpa menggigil.

Sebagai respon terhadap suhu tubuh yang meningkat, thermostat menginaktifkan


mekanisme penghematan panas dan meningkatkan pendinginan tubuh melalui vasodilatasi,
berkeringat atau panting. Pembuluh darah kulit membesar: Kapiler penuh dengan darah hangat;
panas keluar dari permukaan kulit. Thermostat di hipotalamus mengaktifkan mekanisme
pendinginan Kelenjar keringat diaktifkan, meningkatkan pendinginan melaui evaporasi. Suhu
tubuh turun:Termostat mematikan mekanisme pendinginan. Mulai di sini STIMULUS: Tinggi
Homeostasis : Suhu tubuh Atau mulai di sini: STIMULUS: peningkatan suhu tubuh Rendah
Penurunan suhu tubuh Pembuluh darah kulit menyempit, mengalihkan darah dari kulit ke
jaringan yang lebih dalam dan mengurangi hilangnya panas dari permukaan kulit Suhu tubuh
meningkat: Termostat mematikan mekanisme pemanasan Otot rangka diaktifkan; gerak
menggigil membangkitkan lebih banyak panas Thermostat di hipotalamus mengaktifkan
mekanisme pemanasan.

Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk
tingkah laku. Kamu dapat dengan mudah mengamati adaptasi ini. Contoh adaptasi tingkah laku
adalah sebagai berikut.

Adaptasi Tingkah Laku pada Hewan

1. Bunglon melakukan mimikri, yaitu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna
lingkungan/tempat hinggapnya. Dengan mengubah warna kulitnya sesuai dengan
lingkungannya, bunglon terlindung dari pemangsanya sekaligus tersamar dari hewan
yang akan dimangsanya. Dengan demikian, bunglon dapat terhindar dari bahaya dan
sekaligus lebih mudah menangkap mangsanya.

11
2. Cumi-cumi mengeluarkan tinta/cairan hitam ketika ada bahaya yang mengancamnya.
Cumi-cumi juga mampu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna
lingkungannya.
3. Secara berkala, paus muncul di permukaan air untuk menghirup udara dan
menyemprotkan air. Paus melakukan tindakan demikian karena alat pernapasannya
berupa paru-paru tidak dapat memanfaatkan oksigen yang terlarut di dalam air.
4. Dalam keadaan bahaya, cecak melakukan autotomi, yaitu memutuskan ekornya. Ekor
cecak yang terputus tetap dapat bergerak sehingga perhatian pemangsanya beralih pada
ekor tersebut dan cecak dapat menyelamatkan diri.

Perilaku hewan merupakan aktivitas yang terarah dan respon terhadap kondisi serta
sumber daya lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah
semua kondisi dimana gen yang mendasari perilaku itu diekspresikan. Perilaku juga meliputi
interaksi beberapa komponen sistem saraf hewan dengan efektor, juga beberapa interaksi kimia,
penglihatan, pendengaran, atau sentuhan dengan organisme lain. Perilaku dapat diubah oleh
pengalaman di lingkungan. Karena itu, terjadinya suatu perilaku sangat melibatkan peranan
penerima stimulus dari lingkungan (reseptor), perealisasi respon (efektor) serta koordinasi saraf
dan hormon. Karena respon-respon perilaku itu praktis selalu berupa gerakan-gerakan, maka
jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh. Sebagai contoh, perilaku migrasi pada
paus ke perairan yang lebih hangat untuk bereproduksi. Paus menerima stimulus faktor
lingkungan, suhu yang berada di bawah kisaran normal paus untuk bereproduksi, pusat sistem
saraf paus akan merangsang organ efektor paus untuk melakukan gerakan-gerakan. Sebagai
responnya paus akan pindah ke lingkungan dengan faktor lingkungan, suhu, yang lebih sesuai
untuk bereproduksi.

Mekanisme Adaptasi Tingkah Laku

Tingkah laku adalah reaksi terhadap keadaan tertentu yang &aktor penyebabnya dapat
berasal dari luar dan dari dalamtubuh. Baktor dari dalam tubuh dinyatakan sebagai faktor
motifasional yang menetukan arah intensitas dari penampilan tingkah laku. Reaksi dari suatu
hewan ditentukan oleh kemampuan potensial indera. Potensi alat indera itu menyangkut
beberapa aspek: 1. kepekaan, 2. diskriminasi, dan 3. lokalisasi. Kepekaan adalah kekuatan untuk
menangkap rangsangan, misalnya penglihatan burung hantu sangat peka karena dapat melihat

12
pada cahaya yang tidak terang, sedangkan penglihatan kelelawar tidak peka karena tidak dapat
melihat meskipun pada siang hari yang terang. Deskriminasi adalah kemampuan untuk
membedakan rangsangan, baik kekuatan maupun macamnya.

Kemampuan untuk membedakan kekuatan ransangan penting untuk menentukan perlu


atau tidaknya respons dan tinggi rendahnya respons. Ransangan yang mengenai hewan dalam
satu waktu lebih satu macam. Dengan kemampuan deskriminasi hewandapat menentukan
rangsangan mana yang perlu direspons lebih dulu, dan ransangan mana yang tidak perlu
direspons atau direspons kemudian. Lokalisasia dalah kemampuan untuk
menempatkan/menentukan sumber rangsang dalam ruang. Lokalisasi meliputi aspek arah dan
jarak. Dalam aspek arah, hewan dapat menentukan asal ransangan yang mengenai dirinya. Aspek
jarak menentukan kekuatan ransangan, misalnya seekor kijang mendengar auman harimau,
dengan mengadahkan kepalanya kijang tersebut dapat memperkirakan arah dan jarak harimau
terhadap dirinya, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menghindari datangnya harimau
tersebut.

Jurnal Terkait Materi

Disini saya menggunakan jurnal yang berjudul tentang “Uji Adaptasi Benih Ikan Nila
Merah (Oreochromis niloticus) Berbagai Ukuran Bobot Yang Dipelihara Pada Salinitas Air
Laut” sebagai jurnal yang terkait terhadap materi dalam artikel ini. Gambaran isi pada jurnal ini
membahas tentang, Proses adaptasi suatu organisme terhadap perubahan salinitas lingkungan
seperti ikan nila akan menyebabkan ikan mengalami stress sebagai respon dari proses
adaptasinya. Stress merupakan respon bertahan pada ikan terhadap penyebab stres (stressor).
Berbagai sumber stress baik berupa faktor lingkungan (suhu, salinitas, pH, cahaya,
pemeliharaan) maupun faktor biotik seperti infeksi mikroorganisme akan mempunyai dampak
negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh hewan. Perubahan tersebut meliputi gangguan
pertumbuhan, produktivitas dan semua aktivitas yang merupakan akibat dari mekanisme
homeostasis dalam tubuh dapat terganggu. Menurut Peter (1979) dalam Rahim et al. (2015),
salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
dan konsumsi pakan. Penelitian ini dilaksanakan selama 35 hari dari bulan Mei hingga Juni
2018, bertempat di Laboratorium Unit Produksi dan Pembesaran Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

13
terdiri dari akuarium, handrefraktometer, infus, thermometer, bak fiber, selang, perlengakapan
aerasi dan timbangan analitik, benih ikan nila merah, air tawar, air laut, pakan komersil.

Perlakuan periode adaptasi yang singkat dalam peningkatan salinitas yaitu pada
pemeliharaan 7 hari (perlakuan A) dan 14 hari (perlakuan B), tingkat kelangsungan hidup yang
dihasilkan rendah. Hal ini menyebabkan tingkat stres ikan tinggi sehingga ikan tidak memiliki
energi untuk bertahan hidup, sedangkan pada periode peningkatan salinitas selama pemeliharaan
21 hari (perlakuan C) dan 28 hari (perlakuan D), ikan lebih baik dalam beradaptasi dan tingkat
stres menjadi lebih renda sehingga tingkat kelangsungan hidup tinggi. Perbedaan tingkat
kelangsungan hidup disebabkan respon terhadap periode adaptasi peningkatan salinitas semakin
lama waktu atau periode peningkatan salinitas, maka ikan nila semakin dapat beradaptasi.
Menurut Fitria (2012), ikan nila merah memiliki tingkat kelangsungan hidup yang baik dan daya
tolerir pada perubahan salinitas. Selain itu, menurut Rahim et al., (2015) bahwa, salinitas 30 ppt
mampu mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan nila hingga 61% dengan masa
pemeliharaan selama 4 bulan. Data tingkat kelangsungan hidup berdasarkan ukuran bobot
menunjukkan bahwa, nilai tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi berada pada kelompok 2
gram (I) dan kelompok 6 gram (II) sebesar 100%, sedangkan nilai kelangsungan hidup rendah
berada pada kelompok ukuran 10 gram (III) sebesar 95%.

Kondisi ini membuktikan bahwa tingkat kelangsungan hidup tidak hanya terjadi akibat
perubahan faktor lingkungan, namun juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan. Pengamatan
secara visual menunjukkan bahwa ukuran ikan yang lebih besar menjadi lebih agresif dan saling
menyerang satu sama lain hingga menimbulkan luka pada permukaan tubuhnya, dibandingkan
dengan ukuran ikan yang lebih kecil cenderung tidak lebih agresif. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Effendi (2002), tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan
populasi, kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang
berpengaruh antara lain sifat fisika kimia dari suatu lingkungan perairan. Selanjutnya menurut
Ihsanudin et al., (2014) bahwa, tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh penggunaan
ruang atau berkaitan dengan tingkat kepadatan serta ukuran tubuh yang dapat memicu terjadinya
stress sehingga berujung pada kematian ikan. Menurut BPBLA (2014), ikan yang terluka dan
stres dapat mengalami kematian. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

14
Perlakuan Periode waktu adaptasi salinitas air laut didapatkan pada perlakuan adaptasi selama 21
hari (perlakuan C) diperolah tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi.

Integrasi Ayat Al-Qur’an

QS. An-Nur Ayat 45

Artinya : “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Allah menciptakan setiap makhluk yang melata di atas bumi berupa manusia dan hewan
dari air khusus yaitu sperma. Dan di antara mereka ada yang berjalan (merangkak) di atas
perutnya yaitu ular, cacing, paus dan hewan yang serupa dengan itu (hewan-hewan itu
ditunjukkan menggunakan dhamir hum. Dan penggunaan man yang biasanya untuk yang berakal
itu sebagai bentuk pemberian kemuliaan. Dan pemilihan kata “zahfu” untuk menunjukkan makna
“berjalan” itu menggunakan cara isti’arah). Di antara mereka ada yang berjalan di atas dua kaki
yaitu manusia dan burung. Di antara mereka juga ada yang berjalan di atas empat kaki, yaitu
kebanyakan hewan. Allah menciptakan apa yang diinginkanNya, yaitu makhluk yang disebutkan
disini dan makhluk yang belum disebutkan, yaitu makhluk yang berjalan di atas kaki yang lebih
dari empat seperti kepiting dan laba-laba. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
dan tidak ada yang mampu melemahkanNya.

15
Daftar Pustaka

Yusuf, Ismail. Lingkungan Hidup Menurut AL-Qur’an. Jurnal al-Asas. 4(1). 1-11

Khairunnisa, Rahmad Sofyan P., LD. Baitul Abidin. Uji Adaptasi Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus) Berbagai Ukuran Bobot Yang Dipelihara Pada Salinitas Air Laut. Media
Akuatika. 4(1). 19-24

Maknun, Johar. (2017). Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem. Cirebon : Nurjati Press

Saroyo, Roni. (2016). Ekologi Hewan. Bandung : CV. Patra Media Grafindo

16

Anda mungkin juga menyukai