Anda di halaman 1dari 21

URGENSI ADAB DALAM DUNIA PENDIDIKAN

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah


Seminar Pendidikan Agama Islam (KU300)
yang diampu oleh Dr. Elan Sumarna M. Ag dan Ganjar Eka Subakti M.Pd.

oleh:
Briliana Firdaus NIM 1800496
M. Kevin Maulana Iqbal NIM 1806150
Yuniar Windi Astuti NIM 1807103
Mustofa Hadhy NIM 1808015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan
kekuasaan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Adab Dalam
Dunia Pendidikan.”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam.
Makalah ini akan membahas mengenai kedudukan adab dalam islam, pentingnya
mengutamakan adab daripada ilmu, dan juga peranan adab dalam mengatasi permasalahan krisis
adab dilingkungan pendidikan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, arahan dan
bimbingan yang jelas dari bapak Dr. Elan Sumarna M. Ag dan bapak Ganjar Eka Subakti M.Pd.
selaku tim dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen serta seluruh pihak lain yang telah mendukung
dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna karena masih terdapat kekurangan baik
dari segi materi atau sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran serta kritik yang membangun bagi perkembangan penulis kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Aamiin. 
 
 
 
 
Bandung, 22 Februari 2021
 
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1 Konsep Adab, Etika, dan Akhlak......................................................................................3
2.2 Pengertian Ilmu.................................................................................................................4
2.3 Pandangan Para ulama Mengenai Adab dan Ilmu............................................................5
BAB III METODOLOGI..............................................................................................................7
3.1 Metode..............................................................................................................................7
3.2 Langkah-langkah Penyusunan..........................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................8
4.1 Kedudukan Adab Dalam Islam.........................................................................................8
4.2 Keutamaan Adab daripada Ilmu.......................................................................................9
4.3 Peran Adab Dalam Mengatasi Krisis Adab di Lingkungan Pendidikan.........................10
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................16
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
5.2 Saran................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu poin penting agar menghasilkan generasi yang
unggul. Tantangan pendidikan di era teknologi, informasi dan komunikasi menjadi faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan proses pendidikan, baik yang dilakukan guru di sekolah,
murid  maupun oleh orang tua murid.
Semua proses pendidikan adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berakhlak, cerdas, juga dapat bersaing di era global ini. Kita harus menyadari, bangkitnya
sebuah peradaban ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Sistem pendidikan Nasional di Indonesia telah memberi arahan dan tujuan yang jelas,
proses pendidikan untuk menjadikan manusia beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, memiliki akhlak mulia dan beradab, berilmu, mandiri serta bertanggung jawab. (UU
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).
Faktanya banyak hal menyimpang atau krisis yang terjadi di lingkungan pendidikan.
salah satunya adalah krisis adab. Adab merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam. Berisi
kaidah yang akan menghasilkan muslimin dan muslimah yang baik.
Krisis adab di lingkungan pendidikan saat ini menyebabkan dilema umat Islam yang
menumbuhkan kebingungan dan kecemasan yang dapat berujung pada munculnya pemimpin
yang tidak berkualifikasi, kezaliman bahkan kebodohan dalam masyarakat Muslim. Oleh
karena itu, dalam proses islamisasi ilmu dan menjadi pribadi islami yang baik, adab serta
prinsip-prinsip, nilai dan norma Islam ditekankan untuk dituntun dan dipengaruhi melalui
proses pendidikan dalam segala aspek termasuk kurikulum, kegiatan kurikuler, metode
pengajaran, hubungan antara guru, pendidik dan siswa serta hubungan antara lembaga
pendidikan serta masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam makalah ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaaan :
1.2.1 Bagaimana kedudukan adab dalam islam?
1.2.2 Mengapa adab lebih utama dari ilmu?

1
1.2.3 Bagaimana peran adab dalam perspektif islam dalam mengatasi krisis adab di
lingkungan pendidikan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui kedudukan adab dalam Islam.
1.3.2 Untuk mengetahui keutamaan adab.
1.3.3 Untuk mengetahui peran adab dalam perspektif islam dalam mengatasi krisis adab di
lingkungan pendidikan

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Adab, Etika, dan Akhlak


2.1.1 Pengertian Adab
Adab secara etimologis berasal dari bahasa arab al-adab yang memiliki arti Sopan,
santun, budi pekerti, atau tata cara. Makna adab melingkupi semua sikap perilaku atau tata
cara hidup yang menggambarkan nilai kesopanan, kehalusan, perbaikan, dan budi pekerti
(Toto, 2016)
Secara terminologi adab adalah kebiasaan dan aturan tingkah laku praktis yang
mempunyai muatan nilai baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Abd. Haris, 2010:62). Menurut syed Muhammad AnNaquib Al-attas dalam Abd. Haris
(2010) Adab adalah ilmu mengenai tujuan mencari pengetahuan, dan tujuan dari mencari
pengetahuan dalam Islam adalah untuk memupuk kebaikan dalam diri sebagai manusia dan
sebagai pribadi.
Menurut Marwan Ibrahim Al-Kaysi (2003) Adab adalah perilaku baik yang diambil
dari Islam, berasal dari ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya. Senada dengan hal itu
AlJurjani mengemukakan bahwa adab merupakan ilmu yang dapat menjauhkan seseorang
yang beradab dari kesalahan-kesalahan. Adab adalah refleksi ideal-ideal mulia yang harus
menginformasikan praktik keahlian (Abd. Haris, 2010:62). 
Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa adab dalam islam
merupakan aturan tingkah laku praktis  dan kebiasaan yang memiliki unsur nilai baik yang
diambil dari Islam, berlandaskan al-qur’an dan hadis, serta memupuk dalam diri manusia
nilai-nilai kebaikan sebagai manusia dan sebagai pribadi.
2.1.2 Perbedaan adab, etika dan akhlak.
1. Etika
Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos. Dalam
bentuk tunggal ethos berarti kebiasaan, adat,  akhlak, perasaan, cara berpikir.
Sedangkan dalam bentuk jamak ta etha memiliki arti adat kebiasaan. Dalam bahasa

3
inggris etika disebut ethic (singular) yang artinya a system of moral principles or rules
of behaviour (suatu sistem, prinsip moral, atau aturan berperilaku) (Toto, 2016).
Sedangkan secara terminologi, etika adalah cabang filsafat mengenai nilai,
norma, dan moral yang menata atau mengatur interaksi manusia sebagai individu
ataupun kelompok (Toto, 2016).
Dapat disimpulkan etika yaitu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk
serta mengenai hak dan kewajiban moral. Sekumpulan nilai dan asas yang berkaitan
dengan akhlak yaitu nilai tentang benar dan salah yang diyakini suatu masyarakat atau
golongan.
2. Akhlak
Akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang memiliki
arti budi pekerti, tingkah laku, perangai, atau tabiat, sopan santun, tata krama,
tindakan, dan adab (Toto, 2016).
Sementara itu secara terminologi, makna akhlak adalah suatu sifat yang terikat
dalam jiwa dan menjadi kepribadian seseorang, kemudian memunculkan perilaku
yang refleks, mudah, tanpa membutuhkan pertimbangan (Toto, 2016). Oleh karena itu
akhlak baik disebut akhlakul karimah, sedangkan akhlak tercela disebut akhlak
mazmumah. 
Adab, etika dan akhlak dilihat dari pengertiannya memang terlihat serupa,
bahkan penggunaan kata tersebut sekarang ini sering dimaknai dengan arti yang
sama. Ketiganya jika dilihat secara normatif, memiliki kesamaan, karena pola
tindakan yang dinilai “baik” dan “buruk”. Yang membedakan adalah kaidah-kaidah
kebenaran dari etika adalah tindakan digali oleh akal sehat manusia dan distandari
menurut ukuran yang rasional. Sedangkan adab pantas dan tidak pantasnya suatu
perbuatan untuk dilakukan dan ditinggalkan yang menjadi tolak ukurnya adalah
Alquran, Hadits, dan Ijma ulama.  Dan Akhlak adalah wujud dari keimanan atau ke
kufuran manusia dalam bentuk tindakan.
2.2 Pengertian Ilmu
Secara etimologis, kata ‘ilmu berasal dari bahasa Arab al-‘ilmu yang artinya
mengetahui hakikat sesuatu dengan sebenar-benarnya (Marpaung, 2010). Badr al-Din

4
al-‘Aini dalam Marpaung (2010) mendefinisikan, bahwa ilmu secara bahasa ini adalah
bentuk masdar/ kata dasar dari pecahan kata kerja ‘alima yang artinya tahu.
Sedangkan secara terminologi adalah pengetahuan mengenai suatu hal yang
sistematis dan bersifat ilmiah (Marpaung, 2010). 
Dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian yang berkaitan
mengenai suatu bidang yang tertata secara sistematis menurut kaidah serta metode yang
dapat dipakai untuk memahami dan menjelaskan hal yang berkenaan dengan bidang ilmu
tersebut.
2.3 Pandangan Para ulama Mengenai Adab dan Ilmu
2.3.1 Ibnu Mubarak

Perkataan Ibnu Mubarak tersebut menyatakan betapa pentingnya adab dan beliau
menyukai adab walaupun hanya sedikit di bandingkan dengan ilmu yang banyak.

2.3.2 Abu Ad-Daqqad

Abu Ali ad-Daqqaq ra dalam kitab Nasyru al-Mahasin berkata; “Meninggalkan


adab dapat menyebabkan terlempar, maka barangsiapa yang buruk adab nya saat
menginjak permadani (kerajaan), ia akan terlempar ke pintu gerbang dan barang siapa
yang buruk adab (etika) nya saat berada di pintu gerbang, ia akan terlempar ke tempat
pelatihan binatang.

5
2.3.3 Abdurrahman Ibn Al-Qaasim

Sebagaimana yang telah dilakukan Abdurrahman terhadap gurunya yaitu adalah


berkhadam selama dua puluh tahun lamanya, dua tahun belajar tentang ilmu, dan delapan
belas tahun belajar tentang adab. Dari perkataan beliau ini dapat disimpulkan bahwa
betapa pentingnya menjaga adab.

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode
Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004).
Metode penyusunan makalah ini mengacu pada sumber kepustakaan yaitu dari buku,
artikel, jurnal yang erat kaitannya dengan judul makalah. Buku, artikel, jurnal dijadikan
sumber utama dalam menyusun makalah ini karena banyak memuat sumber kutipan yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu mengenai kedudukan adab dalam islam,
keutamaan adab dan perananya dalam mengatasi permasalahan krisis adab di lingkungan
pendidikan.

3.2 Langkah-langkah Penyusunan


Ada empat langkah studi kepustakaan (Zed, 2008), yaitu:
1. Menyiapkan alat perlengkapan. Alat perlengkapan dalam penelitian kepustakaan berupa
pensil atau pulpen dan kertas catatan
2. Mencari dan membaca karya-karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait.
3. Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan-bahan bacaan.
4. Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah sebelumnya
yang relevan.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kedudukan Adab Dalam Islam


Hal yang sangat terpuji berupa ucapan serta perbuatan yang biasa disebut dengan Al-
Akhlaq Al-Karimah merupakan pengertian dari adab. Dalam pandangan Islam, berbagai
masalah terkait adab dan akhlak sangat memperoleh perhatian yang serius. Hal ini
disebabkan akan adanya syariat Islam yang merupakan kumpulan dari akidah, ibadah,
akhlak, serta muamalah yang dimana keempat hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama-
lain. Apabila seseorang dalam kehidupannya mengesampingkan salah satu dari keempat
tersebut maka akan adanya ketimbanan dalam urusan dunia dan akhiratnya. Keempat point
diatasi saling berkaitan sebagaimana sabda Rasulullah sebagai berikut:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik
terhadap tetangganya.”. Dengan demikian, sangat lah jelas akan keterkaitan antara akidah
dan akhlak yang baik.  jika dia beriman kepada Allah namun ia berbuat buruk kepada
tetangganya maka keimanannya kepada Allah akan mengalami keimpangan.
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak menjaga amanah dan tidak ada agama bagi
orang yang tidak menjaga janjinya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Al-
Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami‟ no. 7179). Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
pun menentang keimanan seseorang yang tidak amanah terhadap janjinya.
“Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan dusta maka Allah
tidak butuh dengan (amalan) meninggalkan makan dan minumnya (puasa.).”(HR. Al-
Bukhari no. 1903). yang berarti suatu ibadah pun (dalam hadis ibadah puasa) tidak akan
dinilai jika tidak menjaga akhlak dan adabnya.
Allah SWT pun telah berfirman : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu.” (Ali 'Imran: 159). yang berarti Allah telah memberikan petunjuk bahwa adab dan akhlak
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan, baik kehidupan pribadi, maupun sosial.

8
Terlebih lagi adab kepada Allah dan Rasul-Nya, adab akan membuat seorang muslim sejati
menjadi mulia dihadapan-Nya
4.2 Keutamaan Adab daripada Ilmu
Istilah adab merupakan istilah yang mendasar dalam Islam. Prof Naquib al-Attas
mengemukakan bahwa adab merupakan pengenalan serta pengakuan akan hak dan keadaan
sesuatu dan kedudukan seseorang dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat
yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta. Dalam hal ini pengenalan
mempunyai arti sebagai ilmu dan pengakuan yang berarti amal. Maka dengan demikian,
pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal, adapun sebaliknya pengakuan tanpa
pengenalan bagaikan amal tanpa ilmu. (ISTAC, 2001)
Ilmu dalam kehidupan sehari-hari memang mempunyai derajat yang tinggi dihadapan
Allah, akan tetapi adab sendiri merupakan bentuk nyata dari ilmu itu sendiri. Para ulama
mengajarkan kepada kita bahwa di dalam adab mengandung ilmu serta wara’ yang tinggi
dalam diri seseorang serta tawadhu akan ilmu. 
Beberapa para ulama salaf berpendapat bahwa kita harus mengutamakan adab
dibandingkan dengan ilmu. Para ulama salaf mengajarkan kita sebagai umat manusia untuk
selalu menjaga adab Islami yakni seperti ucapan, sikap, serta, pikiran. 
Ada beberapa nasehat yang disampaikan oleh para ulama salaf yakni:
1. Imam Syafi’i pernah ditanya seseorang tentang bagaimana besarnya keinginan dan
kesungguhan beliau untuk belajar dan memahami adab. Beliau menjawab, “Ketika
aku mendengarkan satu huruf saja tentang adab yang belum pernah aku dengar
sebelumnya, maka aku rasakan seluruh anggota tubuhku menginginkan untuk
mempunyai pendengaran sehingga mereka mendengarnya dan mendapatkan
nikmatnya adab.” Lalu orang itu bertanya lagi, “Lalu bagaimana keinginanmu
mempelajari adab itu?” Beliau –rahimahullah- menjawab, “Seperti seorang ibu yang
sedang mencari anak satu-satunya yang hilang.” Lalu beliau berkata, “Ilmu bukanlah
diukur dengan apa yang telah dihafal oleh seseorang, tetapi diukur dengan apa yang
bermanfaat bagi dirinya.”
2. Seorang ulama Salaf yang menasihati anaknya, “Wahai anakku, aku lebih suka
melihatku mempelajari satu bab tentang adab di bandingkan dengan mempelajari
tujuh puluh bab tentang ilmu.”

9
3. Al-Makhlad bin Husain berkata kepada Imam Ibnul Mubarak, “Kita jauh lebih
membutuhkan banyaknya adab dibanding banyaknya hadis”
Prof Naquib al-Attas menegaskan bahwa konsep adab sangat terkait dengan
pemahaman mengenai wahyu. Menurutnya orang yang memiliki adab adalah orang yang
mampu memahami serta meletakkan sesuatu pada tempat yang seharusnya, hal ini sesuai
dengan harkat serta martabat yang ditentukan oleh Allah SWT. Pentingnya sebuah adab
daripada ilmu yang dimiliki seseorang akan mengintegrasikan pikirannya dan terampil serta
mampu memahami ilmu serta menggunakan ilmu tersebut dengan baik. 
Manusia yang beradab tentunya manusia yang sadar tentang kedudukan dirinya dalam
sebuah realitas alam  serta harus mampu melakukan apapun yang selaras dengan ilmu
pengetahuan secara positif, teruji, dan terpercaya. Oleh karena posisi adab sendiri penting,
apabila adanya pengingkaran terhadapnya memungkinkan akan terjadinya kekacauan dan
ketidakadilan yang nantinya akan menimbulkan kekeliruan dalam ilmu. 
4.3 Peran Adab Dalam Mengatasi Krisis Adab di Lingkungan Pendidikan
Salah satu syarat penting dalam menuntut ilmu dan kepada siapa ilmu tersebut diberikan
adalah adab. Hal tersebut sangatlah sesuai dengan konsep serta tujuan dari pendidikan Islam
yakni ta’dib yang bertujuan untuk membentuk manusia yang beradab. Orang yang beradab
yakni orang yang dalam kehidupan keilmuannya menggunakan epistemologi ilmu yang
benar, serta mampu menerapkan keilmuan tersebut kepada orang lain dengan cara yang adil,
serta mampu mengidentifikasi dan memilah pengetahuan yang menurutnya salah. Tidak
hanya itu dalam memperoleh pengetahuan juga harus mampu menggunakan metode yang
sesuai dengan kaidah Islam. Penerapan adab dalam dunia pendidikan sendiri sangatlah
penting, hal ini terkait akan aspek-aspek dari ilmu serta proses pencapaian pengetahuan
dilakukan dengan pendekatan tauhid dan pandangan hidup Islami. 
Penerapan adab dalam pendidikan merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh
dunia pendidikan. Ibnu Jama’ah pernah mengatakan, “Mengamalkan satu bab adab itu lebih
baik daripada tujuh puluh bab ilmu yang hanya sekadar dijadikan sebagai pengetahuan”.
Secara umum, adab merupakan bagian daripada hikmah serta keadilan, sehingga apabila
hilangnya adab memungkinkan akan terjadinya kezaliman, kebodohan, atau bahnka  kegilaan
secara alami.

10
Seorang pendidik tentunya harus mampu menerapkan nilai-nilai agama serta
memotivasi siswa akan kesadaran moral. Dalam implementasinya di dunia pendidikan,
seorang pendidik yang beradab akan mampu memuliakan orang shalih, orang bertakwa
bukan orang kuasa ataupun keturunan raja. 
Pendidikan dalam sudut pandang Islam yakni sesuatu yang bersifat holistik, sepadu,
serta seimbang. Artinya pendidikan itu bersifat menyeluruh karena pendidikan meliputi
adanya perkembangan aspek jasmani, rohani, intelektual, serta emosi yang berpadu dimana
potensi dari setiap insan manusia dapat digunakan dalam meningkatkan berbagai aspek
kehidupannya. Pada kenyataannya dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai
akhlak dan moral. Adapun sebaliknya, dalam pandangan Islam ta’dib merupakan antara
istilah pendidikan yang digunakan, yang kata dasarnya addaba bermaksud mendidik dan
mengajar adab atau akhlak. Dengan kata lain, agama merupakan asas dalam pembentukan
akhlak manusia. Tanpa adanya ikatan agama ini lah, pendidikan tidak akan sempurna yang
sebaliknya justru akan hanya bersifat sementara yang akhirnya hanya akan membawa pada
kegagalan. 
Oleh karena itu, sudah seharusnya dunia pendidikan menekankan proses ta’dib, yakni
sebuah proses pendidikan yang mengarahkan para siswanya menjadi orang-orang yang
beradab. Sebab, apabila adab hilang pada diri seseorang maka akan mengakibat kan
kezaliman, kebodohan, serta akan menuruti hawa nafsu yang akan merusak dirinya. Oleh
karena itu, adab harus ditanamkan  pada seluruh manusia dalam berbagai lapisan, guru,
siswa, pemimpin, dan yang lainnya. 
4.3.1 Adab Pendidik 
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini
dapat dilihat dalam tugas serta tanggung jawab guru dalam menyampaikan materi (ilmu)
yang baik dan benar serta membantu memgembangkan diri pelajar. Sahnun dalam Nizah
dan Norwawi (2019), beberapa ulama mengemukakan bahwa guru sebagai pendidik di
sekolah adalah seseorang yang tidak menyibukkan dirinya dengan urusan lain selain
sesuatu yang didalamnya melibatkan proses belajar mengajar dan mendidik seorang
siswa sebagai objek dari proses pembelajaran berlangsung.
Peran seorang guru dalam proses belajar mengajar serta mendidik siswa di
sekolah disifatkan oleh Al-Ghazali dalam Nizah dan Norwawi (2019), sebagai salah satu

11
tugas yang sangat besar dan tentunya sangat berhadapan dengan tingginya resiko apabila
bersikap beradab, cara, dan pendekatan. Maka dari itu, guru sebagai seorang pendidik
harus menjaga serta mengutamakan adab nya agar terciptanya pembelajaran yang layak. 
Al-Nanawi dalam Nizah dan Norwawi (2019) adab guru dalam proses
pembelajaran terbagi ke dalam beberapa bagian yakni adab pada diri sendiri, adab guru
dengan ilmu dan adab ketika sedang mengajar.
1. Adab Terhadap Diri Sendiri
Keutamaan adab bagi seorang guru ialah mendidik serta mengajarkan peserta
didik dengan matlamat sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keridhoan Allah
semata. Tugas mendidik dan mengajar seorang guru bukan disebabkan oleh tujuan
dan tuntutan dunia seperti mengharapkan upah dan gaji atau ucapan terimakasih dari
peserta didik. Dengan demikian, seorang guru sangatlah mempunyai niat yang ikhlas
dalam menyampai kan sebuah ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Hal ini, serupa
dengan amalan tertentu yang mendekatkan dirinya kepada Allah yang bertujuan untuk
mendidik seorang guru dalam berakhlak dengan akhlak yang mulia serta menjauhkan
dirinya dari sifat-sifat yang buruk. Adab guru terhadap diri sendiri dalam dunia
pendidikan menurut pandangan Islam dapat dilihat dari proses pelaksaaan
pembelajaran yang mendidik yang dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini, seorang
guru merefleksikan dirinya sebagai seorang Ibu yang menganggap anak didiknya
seperti anaknya sendiri yang perlu diterapkan dengan akhlak yang tinggi serta
menjauhkan dirinya dari sifat buruk. 
2. Adab Terhadap Ilmu Pengetahuan
Guru sebagai penyalur ilmu dalam proses pembelajaran, sangatlah
memerlukan sikap berusaha untuk mencari dan menambahkan ilmu pengetahuan
yang dimilikinya secara terus-menerus. Al-Nanawi dalam Nizah dan Norwawi (2019)
menyatakan, bahwasannya “hendaklah seorang guru bersungguh-sungguh dalam
mencari ilmu walaupun ia sendiri diajarkan oleh seseorang yang memiliki kedudukan
lebih rendah.”
3. Adab Ketika Proses Pembelajaran
Pemilihan waktu dan tempat yang sesuai sangat diperlukan dalam
penyampaian ilmu pada proses pembelajaran hal ini bertujuan untuk proses mendidik

12
dan mengajar ilmu pengetahuan mencapai objektif dan hasrat pendidikan. Seorang
guru disarankan untuk menyambut kedatangan dari penuntut ilmu yakni peserta didik
dengan baik. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri bahwa Nabi s.a.w
mengalu-alukan kedatangan sahabat yang datang menuntut ilmu dengan Baginda
dengan berkata, “selamat datang bagi orang yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah
dan buatlah mereka redha”. Dalam hal ini, guru harus mampu memastikan kehadiran
dari peserta didik supaya mereka tidak tertinggal dari materi yang akan disampaikan.
Hal ini membuat peserta didik merasakan bahwa dirinya sangatlah diperhatikan oleh
guru (Fadhl Ilahi, 2003). 
Sikap seorang guru dalam memberikan materi pelajaran seperti berdiri atau
duduk dengan menghadap ke arah pelajar merupakan salah satu adab berpengaruh
dalam proses pembelajaran. Tidak hanya itu, adab seorang guru dalam proses
pembelajaran juga terkait mengenai cara guru berkomunikasi dengan peserta didik
dengan nama yang disukai. Cara ini memungkinkan mampu mengikat hati peserta
didik untuk dapat menerima materi pelajaran. 
Ibn Jamaah dalam Nizah dan Norwawi (2019)menjelaskan bahwa matlamat
dalam proses pembelajaran adalah untuk memastikan pelajar memahami kandungan
dari materi yang disampaikan. Dalam hal ini, seorang guru disarankan untuk
mengulang perkataan yang dianggap penting terutama apabila peserta didik meminta
untuk berbuat demikian. Untuk itu, maka dalam menyampaikan materi guru
hendaknya tidak bersikap tergesa-gesa untuk memastikan bahwa peserta didik
mampu memahami apa yang disampaikan. 
Disamping itu, guru juga hendaknya perlu memberikan pemaham lebih
kepada peserta didik mengenai apa yang disampaikan. Cara Rasululloh
menyampaikan sesuatu yakni dengan menggunakan bahasa verbal yaitu bahasa
isyarat untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. 
4.3.2 Adab Peserta Didik
Adab murid merupakan hal yang sangat penting bagi  dunia pendidikan, sebab
salah satu tujuan adab adalah berakhlak mulia tepat dengan ajaran agama Islam. Supaya
ilmu mudah difahami dan diamalkan serta berguna, murid harus memiliki adab yang

13
baik. Adab pelajar terdiri dari adab terhadap diri sendiri, adab dengan guru, adab dengan
ilmu, adab dengan buku dan adab dalam majlis ilmu.
1. Adab terhadap Diri Sendiri
Pendidikan adab dimulai dari perspektif dalaman diri individu dan pelajar
secara khusus. Usaha dalam menuntut ilmu dan memahaminya adalah satu bentuk
ibadah yang dapat memberi makna yang sesungguhnya jika ia memulai dengan niat
yang betul. Menurut al-Nawawi dalam Nizah dan Norwawi (2019), jiwa yang suci
membantu memudahkan pelajar memperoleh, menghafal dan mengembangkan ilmu
tersebut. Dalam hal ini artinya, tujuan utama menuntut ilmu hendaklah semata-mata
kerana Allah. 
Dalam amalan dan perbuatan, termasuklah belajar, keikhlasan menjadi syarat
utama. Menuntut ilmu juga tidak bermakna jika tiada keikhlasan.
Abu Zaid dalam Nizah dan Norwawi (2019) menyatakan, Adab pelajar
terhadap diri sendiri meliputi akhlak yang mulia dan menjaga martabat diri.
Al-Zarnuji dalam Nizah dan Norwawi (2019) Pelajar perlu mengutamakan
sifat wara (menjauhkan diri dalam perbuatan dosa) dan menjauhi permasalahan yang
mengundang fitnah diri atau merusakan akhlak seperti tidur terlalu lama, makan
berlebih, bicara tanpa ada manfaat (gibah) dan mendekati ahli maksiat.
Sifat sabar dalam mengalami kesulitan dan kepayahan menuntut ilmu. Al-
Junaid ibn Muhammad dalam Nizah dan Norwawi (2019) menegaskan bahawa kunci
bernilainya sebuah ilmu adalah kesungguhan dalam mempelajari dan memahami ilmu
tersebut
2. Adab dengan Guru
Menghormati guru akan memudahkan para pelajar memahami ilmu
pengetahuan. Menurut Zarnuji dalam Nizah dan Norwawi (2019).
Pelajar yang beradab pada guru adalah pelajar yang dalam pembelajarannya
memberi ketaatan kepada guru. Maksud dari taat kepada guru adalah menuruti guru
dalam proses pengajarannya layaknya seorang yang sakit kepada seorang doctor,
kerana merendah diri di sisi guru adalah satu kemuliaan.
3. Adab dengan Ilmu

14
Beradab dengan ilmu yaitu memperoleh ilmu dari pengajaran lisan
(musyafahah) guru dan tidak terpaku hanya kepada buku atau kitab dalam
mempelajari dan memahami sesuatu ilmu.
Seorang pelajar juga perlu mempelajari ilmu secara bertahap. Ilmu seharusnya
tidak diterima sekaligus dengan jumlah yang banyak. Ibnu Khaldun dalam Nizah dan
Norwawi (2019) menyatakan, “Ketahuilah bahawa mengajarkan ilmu kepada para
pelajar akan lebih bermanfaat sekiranya diajar secara sedikit demi sedikit”.
Setelah belajar sesuatu ilmu dengan guru selesai  selesai, pelajar butuh
menghafalnya. Menulis kembali ilmu yang dipelajari adalah antara cara untuk
memudahkan penghafalan pelajar. Al-Sya’bi berkata, dalam dalam Nizah dan
Norwawi (2019),“apabila kamu mendengar sesuatu ilmu, maka tulislah.”
4. Adab dengan Buku
Ibn Jamaah dalam Nizah dan Norwawi (2019), “seorang pelajar perlu
memiliki buku untuk sumber rujukan dalam pengajian/ pembelajaran ilmu”. Jikalau
seorang pelajar tidak bisa membeli buku, maka dia perlu meminjamnya.
Adab pelajar dengan buku termasuklah berada dalam keadaan bersuci apabila
ingin membaca kitab karangan para ulama.
Berkaitan dengan kaidah menyusun buku ilmiah karangan para ulama, ia
hendaklah disusun berdasarkan keutamaan ilmu.
5. Adab dalam Majlis Ilmu
Majlis ilmu yaitu tempat para peserta didik bertemu dengan pendidik untuk
mendapatkan ilmu dan kepahaman. Tentunya membutuhkan adab dan kesopanan,
diantaranya yakni pelajar hadir ke majlis ilmu sebelum dimulainya pengajaran.
Adab duduk peserta didik dalam majlis ilmu adalah dalam keadaan duduk
sebagai pesertadidik dan bukan seperti seorang guru. 
Pelajar perlu menjaga pergerakan badan supaya tidak berlebihan. Jadi,
seorang pelajar yang berada dalam majlis ilmu tidak dibenarkan berpaling ke kanan
atau ke kiri atau ke atas jika tidak ada keperluan. 
Ketika hendak bertanya, bertanyalah dengan cara yang baik, beradab dan bisa
mendorong guru agar menjawab dengan jelas serta memberi manfaatbagi pelajar yang
lain juga. 

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kedudukan adab dalam Islam erat kaitannya dengan akidah, ibadah, akhlak, serta
muamalah yang tidak dapat dipisahkan. Apabila seseorang mengesampingkan satu dari
keempat hal tersebut memungkinkan akan adanya kezaliman dalam urusan duniawi dan
urusan akhirat. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ali’ Imran:159 yang
menjelaskan jika Allah telah memberikan petunjuk bahwa adab dan akhlak mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan, baik kehidupan pribadi, maupun kehidupan
social, atau habluminallah maupun habluminannas. Dalam hal ini, adab kepada Allah dan
Rasul-Nya akan menjadikan seorang muslim yang sejati menjadi mulia dihdapan-Nya. 
Beberapa para ulama salaf berpendapat bahwa kita harus mengutamakan adab
dibandingkan dengan ilmu. Sebab di dalam adab mengandung ilmu serta wara’ yang
tinggi dalam diri seseorang serta tawadhu akan ilmu. Oleh karena itu pentingnya
mendahulukan sebuah adab daripada ilmu yang dimiliki seseorang akan
mengintegrasikan pikirannya dan terampil serta mampu memahami ilmu serta
menggunakan ilmu tersebut dengan baik. 
Krisis adab yang terjadi dilingkungan pendidikan menjadi sebuah masalah serius
yang perlu diperhatikan. Hilangnya adab memungkinkan terjadinya kezaliman,
kebodohan, atau bahnka  kegilaan secara alami. Oleh karena itu, sudah seharusnya dunia
pendidikan menekankan proses ta’dib, yakni sebuah proses pendidikan yang
mengarahkan para siswanya menjadi orang-orang yang beradab.
5.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini penulis memili sedikit saran yakni : adab dalam
dunia pendidikan sangat diperlukan karena hal ini merupakan satu cara untuk kita
mengetahui bagaimana cara melakukan sesuatu agar tidak semena-mena. Seperti halnya
guru sebagai seseorang yang bertatap langsung dengan peserta didik harus mempunyai
adab yang baik supaya bisa menjadikannya panutan bagi peserta didik. Begitupun peserta
didik harus ditanamkan bagaimana beradab.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al – Kaysi, M, I. (2003). Akhlak Islam. Jakarta: Lentera.

Abd. Haris. (2010). Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Al-Afkar Press.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003. Tentang sistem pendidikan nasional.

Hanafi. (2017). Urgensi Pendidikan Adab Dalam Islam. Saintifika Islamica: Jurnal Kajian
Keislaman, 4(59).

Husaini. (2012). Pendidikan Islam: Membentuk Manusia Berkarakter. Bandung: Cakrawala


Publishing.

Husaini. (2018). Makna''Adab''dalam Perspektif Pendidikan Islam. Ta'dibuna: Jurnal


Pendidikan Islam, 1(1).

Husaini. (2019). Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam. Depok: Gema Insani.

Ilahi, F. (2003). Annabiyyu al-Karim Mualliman. Jakarta: Pustaka Imam Syafiee.

Machsun, T. (2006). Pendidikan Adab, Kunci Sukses Pendidikan. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran
dan Pendidikan Islam, 6(2), 102-113.

Marpaung, I. M. (2011). Konsep Ilmu dalam Islam. Jurnal At-Ta'dib, 264.

Maulida. (2017). Kedudukan Ilmu, Adab Ilmuwan dan Kompetensi Keilmuan Pendidik (Studi
Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(11), 11.

Nizah, M. & Norwati, A, M. (2019). Konsep Pendidikan Islam: Adab Guru-Pelajar. Jurnal Sains
Insani., 5(7), 22.

Suhid, A. (2007). Pengajaran adab & akhlak Islam Dalam Membangunkan Modal Insan. Jurnal
Pengajian Umum Bil, 8(5), 167.

17
Toto Adidarmo, M. D. (2016). Pendidikan Agama Islam : Akidah Akhlak Untuk Madrasah
Aliyah Kelas XII. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Zed, M. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai