Anda di halaman 1dari 145

Hidup dalam Sebuah

Kotak

Selamat! Kau telah menemukan jalan untuk


bisa bertamu di rumahku.
-p.s
Prolog
“Titik”
Kalau garis ada karena bertemunya
beberapa titik

Mungkin bahagia ada karena bertemunya


kau dan aku.
-p.s
Bagian Satu
“Bertanya”
Penciptaan diawali dengan sebab-akibat.
Lalu, adakah ketiadaan?

-p.s
Bagaimana mungkin ada ketidakberaturan
dalam keberaturan?

Mungkin yang lepas dari aturan-aturan itu,


Lepas juga bagiannya dari semesta.

Lalu, dimana lagi kedudukannya sebagai


manusia?
-p.s
Apakah kebijakanmu benar bertujuan untuk
kebajikan?

-p.s
Akankah kau biarkan mereka menipumu?
Atau akankah kau dapati dirimu
bersedekah?
-p.s
Apa yang ingin kamu ucapkan pada dirimu
sendiri?

-p.s
Padahal aku ingin hidup dengan tenang.
Tapi kenapa orang-orang begitu berisik?

-p.s
Keindahan bersumber dari Yang Maha
Indah.

Dan selama keindahan itu membawa pada


keindahan lainnya
Bukankah keindahan itu pantas diindahkan?

-p.s
Jika wanita belum bisa menutupi auratnya
dengan sempurna,

Bukankah tugas lelaki adalah menundukkan


pandangannya?
-p.s
Capek.
Pingin bunuh diri, tapi sadar dosanya
banyak.
Mau lanjut hidup, tapi dosanya juga makin
banyak.

Tempat yang pas buat seorang pendosa tuh


dimana sih?

-p.s
Dalam sehari, berapa kali kamu menghela
nafas?

Berapa kali kamu mengernyitkan dahi?


-p.s
Kalo lagi sakit engga usah repot-repot
sembunyi.

Emang kalo teriak bakal ada yang peduli?


-p.s
Dear myself..
Berguna dikit bisa engga sih?

-p.s
Misal kulanjutkan do’aku yang khusyuk,
Maukah kau menunggu?

-p.s
Kalau mau ke rumahmu
Lewat jalan yang mana?

-p.s
Kamu selalu bercerita tentang suatu saat
nanti

Kapan kita akan berbicara tentang saat ini?


-p.s
Bagian Dua
“Belajar”
Aku pandai mengabaikan orang.
Karena aku telah belajar banyak dari orang-
orang.
-p.s
Kamu memanglah bukan pusat semesta
yang maha luas.

Tapi hidupmu dipenuhi dengan semesta


yang maha berharga.
-p.s
Seharusnya yang namanya pemberian
Tidak ada balasannya dan tak pula bisa
dibalas.
Karena ketika kamu menerima sesuatu,

Ketahuilah bahwa tak ada hal lain yang bisa


diberikan dengan nilai yang sepadan.
Maka terimalah sesuatu dengan
penghargaan
Dan berilah sesuatu karena kasih sayang.

Karena dalam hal kebaikan


Seharusnya tak ada yang namanya hitung-
hitungan.
-p.s
Tidak ada keburukan yang melekat padamu
Jika tersandang sesuatu yang terlihat seperti
keburukan
Adalah manifestasi dari ketidaktahuan.

Maka bijaklah dalam berpengetahuan


Tunaikanlah kebajikan

Jadilah dermawan, pemaaf,


Lagi penuh kasih sayang.

-p.s
Sungguh.
Ketidaktahuan adalah malapetaka besar.

Dan keangkuhan diri atas pengetahuan


yang tak seberapa,

Lebih besar mudaratnya.


Maka ikutilah orang-orang yang
bermusyawarah dengan jalan tengah,

Berkepala dingin, luas pandangannya, lagi


lembut suaranya.

Ikutilah orang-orang yang menerima walau


tidak mengamalkan,
Orang-orang yang menghargai walau tidak
memercayai.
-p.s
Tidak ada manusia yang terlahir
mengerikan.

Namun jika tidak bisa hidup sebagaimana


mestinya manusia,
Setidaknya matilah sebagai manusia juga.

-p.s
Orang bajik :
Menyambung silaturahmi kembali setelah
disakiti.
Orang bijak :

Cukup tahu sekali.


-p.s
“Kita hanya hidup sekali.”
Itu memang benar.

Tapi hidup ini tidak ada akhirnya


Dan langkahmu saat ini menentukan
langkahmu selanjutnya.
-p.s
Hidup selalu memberi banyak makna.
Namun sedikit yang mau belajar darinya.

-p.s
Manusia sejatinya satu.
Ketika kamu berbuat baik pada orang lain,

Sebenarnya kamu sedang berbuat baik pada


dirimu sendiri.

Begitupun ketika kamu zalim pada orang


lain,
Kamu sedang menzalimi dirimu sendiri.

-p.s
Kesedihan juga bagian dari hidup.
Pengingat bahwa kita masih bernafas dan
organ-organ kita masih berfungsi
Bahwa mentari masih terus meninggi

Dan kita masih menjalani hari-hari.


Sama seperti bahagia

Kesedihan juga akan menghilang pada


waktunya.
-p.s
Belajar menerima
Tanpa menyalahkan.

-p.s
Kupikir mimpi yang pantas diperjuangkan
dengan banyak pengorbanan

Adalah mimpi yang di dalamnya terdapat


mimpi orang lain.
-p.s
Ada hal-hal yang tidak bisa kita mengerti.
Ada hal-hal yang tidak bisa kita rubah.

Kadang hal-hal itu sedikit menakutkan.


-p.s
Ada yang pintar tapi tak beradab.
Sedang yang beradab sudah pasti pintar.

-p.s
Orang yang kamu ajak bicara,
Tidak mendengarkanmu.

Orang yang kamu berharap apresiasi


darinya,tidak mengapresiasimu.

Itulah yang terjadi.


Mendengarkan seseorang dengan saksama
tidak menjamin ceritamu didengar dengan
saksama pula.
Jangan marah!

Itu seni. Seni memberi.


Seseorang yang kaya adalah yang
senantiasa memberi.
Kamu tidak perlu berharap didengar atau
diapresiasi.

Kamu tidak usah berharap diberi, biar kamu


saja yang memberi.
-p.s
Manusia terkadang suka jadi serakah.
Ada baiknya ketika kamu engga bisa
mengontrol nafsumu terhadap sesuatu
Jangan kepikiran untuk mengejar sesuatu
itu.

-p.s
Sesekali berterima kasihlah pada tubuhmu.
Mereka telah berjuang agar kamu bisa
menjalani hari-harimu.
Bahkan ketika kamu berusaha melukai
mereka

Mereka tetap berjuang untukmu.


-p.s
Sekiranya kamu mendapat patah hati dari
sebuah penolakan

Bersyukurlah.
Tuhan telah menyelamatkanmu dari rasa
kehilangan sesuatu yang tidak ditakdirkan.

Bukankah kehilangan sesuatu yang dirasa


sudah dimiliki itu lebih berat?

Karena sejatinya kamu tidak pernah benar-


benar memilikinya.
-p.s
Sesekali kita juga harus meminta maaf pada
tubuh kita

Yang sudah berjuang setiap harinya


Tapi kita terus merusaknya.

-p.s
Jangan merasa berat sendiri dalam
menanggung hidup.

Ingatlah bahwa Tuhan yang menjadikanmu


hidup
Tuhan juga yang akan menghidupimu.

-p.s
Terkadang kita akan kehilangan diri sendiri
Ketika kita kehilangan orang lain.

-p.s
Selalu ada yang bahagia tanpa usaha.
Sedang yang berusaha keras

Berakhir dengan air mata.


-p.s
Kalau sebuah aturan menentang akal sehat
Anda

Cari tahu kenapa.


-p.s
Tak terlihat bukan berarti tak ada.
Tak terbukti bukan berarti tak benar.

-p.s
Kamu jangan terlalu maksain ngejar dunia.
Semakin cepat kamu lari

Sesungguhnya yang kamu kejar itu mati.


-p.s
Sembari menunggu yang masih jauh
Kita kehilangan yang terlalu dekat.

-p.s
Terkadang orang-orang yang tulus
mengasihi

Sangatlah dekat, namun sukar diidentifikasi.


-p.s
Beberapa orang hidup hanya untuk mati.
Beberapa orang mati agar bisa hidup.

Beberapa orang hidup dengan berpura-pura


mati.

Beberapa orang sudah mati namun masih


berpura-pura hidup.
-p.s
Bagian Tiga
“Cinta &
Embel-Embelnya”
Aku menyayangimu,
Sudah sesederhana itu.

Kamu bukan hidupku, kamu bukan


semestaku.

Kamu hanyalah kamu, dan aku


menyayangimu.
-p.s
Setiap orang datang lalu pergi.
Dan itu pasti terjadi.

Setidaknya simpan aku baik-baik di


ingatanmu.
Sebab dunia sangatlah luas

Dan semesta telah bekerja keras


Mempertemukanku denganmu.

-p.s
Seharusnya engga ada kata “bucin” dalam
percintaan.

Karena keduanya saling mencinta.


-Si Gila
Mengasihimu mengajarkanku banyak hal.
Bahwa melepas rindu tak harus
mengharapkan temu.
Bahwa perihal rasa biar Tuhan yang jaga.

Bahwa bahagia tak mesti bersama.


-p.s
Suatu saat kamu akan tersenyum.
Namun senyummu tak lagi membuatku
tersenyum.
-p.s
Kita bisa aja bersama, saling melengkapi.
Tapi kita lebih memilih jalan masing-masing,
saling menyakiti.
-p.s
Di malam yang penuh kenang
Kau masuk dalam ini kening.

-p.s
Dan kita pernah sedekat nadi.
-p.s
Mungkin dalam penciptaanmu
Tuhan lupa mengambil rusukku.

-p.s
Suatu saat aku hanya bisa melihat
punggungmu dari kejauhan.

Hanya bisa menitipkan salam pada angin


yang berlalu-lalang.
Suatu saat aku akan sadar.

Bahwa selama ini,


Menggapaimu memang tak pernah
ditakdirkan.
-p.s
Dari awal aku paham
Bahwa menggapaimu itu hanyalah mimpi

Tapi sampai sekarang,


Dalam menyayangimu aku malah semakin
menjadi-jadi.
-p.s
Aku menyayangi seseorang yang mungkin
tak pernah kutemui di dunia.

Lalu aku bilang pada Tuhan :


“Kalau aku melihatnya di surga,

Beri aku kesempatan untuk menyapanya.


Untuk sekadar mengatakan :

Terima kasih telah mengajarkanku arti dari


kasih.”
-p.s
Suatu saat aku berdo’a
Dan namamu tak ada lagi di dalamnya.

-p.s
Padahal keduanya saling mencinta.
-p.s
Sama seperti saat kau bilang :
Aku suka hujan.

Tapi ketika ia turun,


Kau malahan takut :

Kehilangan cahaya mentari.


Kau takut akan gemuruh suaranya.
Kau kian takut seiring bertambah mili air
yang dibawanya.

-p.s
Saat waktu mulai menua
Dan bumi siapkan peristirahatan kita.

Setelah itu, biar kutanya Tuhan :


Di surga mana kau berada?

-p.s
Padahal dalam sepi aku mencintainya.
Ia pun mencintaiku,

Yang ada dalam sepi.


-p.s
Suatu saat kita akan bersua
Dan yang ingin ku katakan hanya tersisa :

Terima kasih pernah membuatku bahagia,


Meski kita ditakdirkan untuk sekadar lewat,

Menyayangimu waktu itu adalah hal yang


tepat.

-p.s
Di malam temaram
Di antara jengkal wajah dan sajadah

Kedamaianmu bersemayam.
Heningkan cipta dengan tangan tengadah

Seraya semesta mengijabah


Rindu mengukur jarak tanpa lelah.
Memang benar kita ini masing-masing

Tapi benarkah yang asing tidak bisa jadi


saling?

Padahal kita sama-sama mengamini.

-p.s
Menarilah :
Seirama rintik hujan.

Bernyanyilah :
Senada tetes tangisan.

Sebab hanya lewat aksara :


Segala lara dan bahagia, kau terima.
Kau harus baik-baik saja.

Sebab hanya lewat cerita :

Bagimu, jadikan aku pelipur lara.

Kau harus baik-baik saja :


Sebab walau kau di sana pun aku di sana
Mungkinkah aku yang kan memelukmu
sembari berkata :

Menangislah! Semuanya akan baik-baik saja.

-p.s
Kau tersenyum
Di saat ku melihatmu.

Ku menangis
Di balik senyum tipis.

Kau bercerita tentang dunia


Di saat kau temukan cinta.
Semesta dan isinya tahu :

Sebelum hujan tak mesti mendung kelabu.

Kau dan aku tahu :

Semuanya ‘kan berlalu.


-p.s
Gelap perlahan menjingga.
Sayup-sayup kudengar tangisanmu nan jauh
di sana.
Terus memanggil untuk pulang

Menziarahi yang telah lama hilang.

Saat kuputuskan untuk pergi


Namamulah yang pertama kusesali.

-p.s
Percayalah kasih :
Ada namamu di ujung do’aku yang hikmat.

Namun demikian, Tuhan hadirkan namanya


Menjelang akhir penantian panjang ini.

-p.s
Masih berusaha meyakinkan semesta
Bahwa aku pantas untukmu.

Masih mengumpulkan puzzle demi puzzle


kenangan

Untuk suatu saat kuceritakan padamu.


-p.s
Akan ada masanya
Aku mendengar kabarmu

Tapi tak lagi peduli.


-p.s
Ketika suatu saat kita akhirnya bertemu :
Ketahuilah bahwa ada arsip-arsip masa lalu
dalam diriku
Ada beberapa ruang yang sudah pernah
disinggahi tamu

Semoga beberapa ruang yang runtuh,


sudah kembali utuh.

-p.s
Akan ada masanya
Bahagiamu bukan lagi sumber
kebahagiaanku.
-p.s
Kukira kita sudah menunggal
Sampai akhirnya ada yang tanggal

Menyisakan sedikit saja yang tinggal.


Dan ketika kasihmu raib

Mendadak aku jadi gaib.


-p.s
Kalau suatu waktu ada yang mengetuk pintu
rumahmu

Jangan dibuka!
Itu aku, sedang dimabuk rindu.

-p.s
Suatu hari nanti
Keberadaanku tak diketahui lagi.

Tapi di antara ruang semesta ini


Aku lah angin yang memeluk dingin
malammu.
-p.s
Terkadang mimpi seseorang sangatlah
sederhana.

Sebatas dalam satu rak buku, misalnya.


Atau sebatas melihat senyummu, mungkin.

-p.s
Cemburu itu kaya nahan berak pas acara
penting.

Mau keluar engga etis


Mau ditahan cuma bikin sakit.

-p.s
Jika kelak lagi-lagi hidup membuatku
kecewa

Bisakah Kau turunkan sorga setelahnya?


Barang sesaat biarkan dia menetap.

Barang sesaat biarkan dia ku dekap.


-p.s
Ternyata bukan kamu yang pulang
Akulah yang selama ini menghilang.

Ternyata bukan kamu yang kembali

Akulah yang telah lama pergi.


-p.s
Segalanya itu fana.
Yang abadi hanya senyummu sesaat
sebelum senja raib dari angkasa.
-p.s
Entah sejak kapan kita menjadi sejauh mata
dan telinga.

-p.s
Kalo jodoh, semoga dideketin.
Kalo bukan, semoga bisa diikhlasin.

-p.s
Maka ketika rupaku tak lagi terjangkau
matamu

Kau tahu di setiap jengkal langkahmu


Aku selalu tinggal.

-p.s
Meski kita memimpikan buku yang sama
Pada kenyataannya kita membaca halaman
yang berbeda.
-p.s
Entah kenapa kau sudah seperti rumah.
Berapapun lamanya dan berapapun
penghuninya
Rumah adalah tempat pulang paling ramah.

-p.s
Aku menyukaimu dengan sungguh-
sungguh.

Tapi kamu menganggapku bercanda.


Hm, pastilah aku orang paling humoris
sedunia.

-p.s
Bagian Empat
“Sebuah Kotak”
Terima kasih karena telah hidup.
-p.s
Ada saat-saat dimana kita merindukan
Tuhan.

Tapi masalahnya adalah


Kita tidak benar-benar tahu keberadaan-
Nya.

-p.s
Kenapa kata “harusnya” harus ada?
Seharusnya engga usah ada.

-p.s
Aku terlalu kepingin jadi bijak
Sampai tak tahu caranya jadi bajik.

-p.s
Demi eksistensi
Yang substansial jadi tergeser nilainya.

-p.s
Kamu boleh berkesah
Saat kamu memang merasa lelah

Jangan terlalu memaksa!


Semua mimpi tak harus jadi nyata.

-p.s
Aku merenung :
Apalah manfaat dari ilmu yang kupelajari?

Sudahkah bermanfaat bagi diriku sendiri?


Lalu kulihat buku-buku

–Dan juga guru-guru –


“Semestinya kuhargai guru melebihi harga
buku.”
-p.s
Tunggu dulu! Biar kuperjelas :
Aku sedang membangun pertemanan,

Bukan membangun kebun binatang.


-p.s
Tai,
Maaf aku menyamakanmu dengan hidup.

Padahal terkadang,
Hidup tak lebih baik darimu.

-p.s
Padahal aku ingin jadi orang baik.
Padahal aku ingin hidup dengan baik.

-p.s
Aku tidak berharap hidup religius.
Aku hanya ingin hidup dengan baik.

Menjadi mansusia bermanfaat, atau


setidaknya tidak menyusahkan orang lain.

-p.s
Aku percaya bahwa Tuhan menciptakanku
karena Dia mengasihiku.

Sampai-sampai dalam pengantaranku ke


dunia
Dia rela mempertaruhkan nyawa orang lain.

-p.s
Menurutku kenapa orang-orang suka
debatin hal-hal yang sifatnya dari remah
rengginang sampai khong ghuan beneran
itu karena terlalu banyak “menurutku”.
Andai apa yang kita utarakan adalah apa
yang kita lihat, tanpa dibumbui macam-
macam prasangka yang datang dari
“menurutku”. Maka engga ada perdebatan
antara “menurutku” dan “menurutmu”.

Nah sekarang balik lagi. Dari awal tulisan ini


pun sudah didoktrin sudut pandang
“menurutku”.
-p.s
Karena perjuangan terberat adalah melawan
diri sendiri.

-p.s
Dulu kita bening.
Lalu kian menguning.

Keruh.
Lusuh.

-p.s
Hari baik, bulan baik.
Selamat menjalani hidup, manusia baik.

-p.s
Kamu harus tetap semangat!
Tapi kalu udah penat

Harus segera rehat!


Semangat engga harus maksain diri buat
terus maju
Berdiam diri, sesekali juga perlu.

-p.s
Orang-orang sepertinya sibuk berlari
Dan dunia seperti tak punya tempat
untukku yang hanya berdiam diri.
-p.s
Terkadang aku benci
Jika harus tereliminasi

Hanya karena yang lain punya relasi.


-p.s
Seperti tiga yang tak habis dibagi dua
Begitulah dunia.

Seperti satu yang dibagi nol samadengan


tak terhingga.
Begitulah kita.

-p.s
Sembari mengukur jarak dengan sunyi
Alam mendendangkan nada pengusir sepi.

-p.s
Kelihatannya saja aku berjalan dengan
santai

Tapi dalam pikiranku, jauh sekali dari kata


damai.
-p.s
Rumah mungkin jadi tempat pulang paling
ramah,

Tapi engga semua rumah jadi tempat


tinggal yang ramah.
-p.s
Rehat sejenak
Dari penat yang berpinak.

-Tidur
Aku menjalani hidup dengan terhormat.
Ketika di majelis, yang melihat mengira aku
alim.
Ketika aku berbicara agama, yang
mendengar menyangka aku sholehah.

Ketika aku mengutarakan pengetahuan,


yang menyimak menduga aku pandai.

Ketika aku diam, yang mengamati


mengasumsikan aku berwibawa.
Sampai pada suatu malam

Aku mengamati diriku baik-baik di cermin


“Sungguh hina!” –katanya.
-p.s
Selamat malam!
Untuk kalian yang tak henti-hentinya
berjuang
Melawan keburukan

Menjemput kemuliaan.
Semoga malam dan tidurmu diberi
keselamatan.

-p.s
Setiap malam aku juga berdoa sama Tuhan
untuk menyelamatkanku.

Setiap pagi aku tersenyum dan bilang


bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Aku juga sudah berusaha.

Tapi aku juga lelah. Aku juga hancur. Aku


juga butuh didengar. Aku juga ingin
menangis. Aku juga ingin bersikap bodo
amat. Aku juga butuh mengeluh.

Karena aku manusia.

-p.s
Jika esok atau nanti kamu mendengar berita
kepulanganku

Datanglah ke pemakamanku.
-p.s
Kalo mau curhat, silakan aja.
Jangan engga enakan sama masalah
hidupku
Aku aja seenaknya sendiri, kok.

-p.s
Bukan bermaksud egois atau apatis
Tapi memprioritaskan diri sendiri

Dan masa bodo dengan urusan selain


urusan sendiri

Juga bagian dari self-love.


Kalo bukan diri sendiri yang mencintai
dengan tulus,

Siapa lagi yang bisa?


Engga ada.

-p.s
Engga apa-apa.
Kamu kalo lagi bahagia, rasain sendiri aja.

Tapi kalo lagi sakit, cerita ya.


-p.s
Ingin ku berkata kasar.
Namun sungguh, agama dan pendidikan
yang menahanku selama ini.
Maka beruntunglah aku mengenal
keduanya.

-p.s
Kamu diseret maju oleh waktu.
Sedang pandanganmu masih tertuju pada
masa lalu.
-p.s
Semesta memang penuh rahasia.
Tapi entah kenapa waktu selalu ingin
membocorkannya.
-p.s
Aku ini cuma orang yang beruntung.
Masih dipelihara

Padahal udah durhaka.


-p.s
Bagi si pemberani, hidup dan mati itu
batasnya tipis sekali.

Dan ketika raja dan budak berbeda suara


Si dungu di pojokan hanya menonton saja.

-p.s
Sebenarnya kalo aku bilang “sebenarnya”
Aku juga engga tau itu benar apa engga.

-p.s
Tapi bagaimanapun juga,
Memaafkan tidak sama dengan melupakan.

-p.s
Dia bilang dia suka menyelam.
Tapi aku tak tahu kalau dia mencintai air
lebih dari hidupnya.

Aku tak tahu kalo dia ingin tinggal di air


selamanya.
-p.s
Mulut lebih memilih diam
Saat isi kepala mulai runyam.

-p.s
Pun hidup akan memberimu luka
Nantinya hidup juga yang akan
menyembuhkannya.
Sialnya, satu-satunya hiburanmu hanyalah
berlapang dada.

-p.s
“Ya namanya juga hidup.”
Tapi aku engga tau kalo hidup bisa
semenyakitkan ini.
-p.s
Bodohnya, aku masih percaya bahwa
semuanya akan baik-baik saja.

Padahal beberapa rusuk sudah patah


Dan pandangan tak lagi jelah.

-p.s
Haha.
Akrab kok sama luka.

-p.s
Maaf, aku tak tahu betapa berbakatnya
kamu dalam melukis.

Lain kali akan kubelikan kanvas dan cat


warna.
Jadi tolong, jangan lagi lukis tanganmu
dengan darahmu.
-p.s
Di bumi ini
Bagian yang satu

Mungkin sedang musim sendu,


Sedang bagian lainnya

Bisa jadi musim tawa.


-p.s
Ada yang datang seakan-akan lebih awal.
Ada yang datang seolah-olah terlambat.

Yang tepat waktu, datang sekonyong-


konyong.

-p.s
Meski semua terasa embuh
Jalani saja tanpa misuh.

-p.s
Beberapa jalan, ternyata memang tak
memiliki pemberhentian.

Beberapa tujuan, juga ternyata tak punya


jalan.
-p.s
Mah, aku pulang.
Kalau tak sampai, tak usah khawatir.

Aku tetap pulang ke rumah yang lain.


-p.s
Cukup tulisannya aja yang dikagumi.
Penulisnya jangan sekalian dicintai!

-p.s
Epilog
“Koma”
Begitulah.
Kalimat masih berlanjut

Dan hidup masih bersambut.


-p.s

Anda mungkin juga menyukai