Kotak
-p.s
Bagaimana mungkin ada ketidakberaturan
dalam keberaturan?
-p.s
Akankah kau biarkan mereka menipumu?
Atau akankah kau dapati dirimu
bersedekah?
-p.s
Apa yang ingin kamu ucapkan pada dirimu
sendiri?
-p.s
Padahal aku ingin hidup dengan tenang.
Tapi kenapa orang-orang begitu berisik?
-p.s
Keindahan bersumber dari Yang Maha
Indah.
-p.s
Jika wanita belum bisa menutupi auratnya
dengan sempurna,
-p.s
Dalam sehari, berapa kali kamu menghela
nafas?
-p.s
Misal kulanjutkan do’aku yang khusyuk,
Maukah kau menunggu?
-p.s
Kalau mau ke rumahmu
Lewat jalan yang mana?
-p.s
Kamu selalu bercerita tentang suatu saat
nanti
-p.s
Sungguh.
Ketidaktahuan adalah malapetaka besar.
-p.s
Orang bajik :
Menyambung silaturahmi kembali setelah
disakiti.
Orang bijak :
-p.s
Manusia sejatinya satu.
Ketika kamu berbuat baik pada orang lain,
-p.s
Kesedihan juga bagian dari hidup.
Pengingat bahwa kita masih bernafas dan
organ-organ kita masih berfungsi
Bahwa mentari masih terus meninggi
-p.s
Kupikir mimpi yang pantas diperjuangkan
dengan banyak pengorbanan
-p.s
Orang yang kamu ajak bicara,
Tidak mendengarkanmu.
-p.s
Sesekali berterima kasihlah pada tubuhmu.
Mereka telah berjuang agar kamu bisa
menjalani hari-harimu.
Bahkan ketika kamu berusaha melukai
mereka
Bersyukurlah.
Tuhan telah menyelamatkanmu dari rasa
kehilangan sesuatu yang tidak ditakdirkan.
-p.s
Jangan merasa berat sendiri dalam
menanggung hidup.
-p.s
Terkadang kita akan kehilangan diri sendiri
Ketika kita kehilangan orang lain.
-p.s
Selalu ada yang bahagia tanpa usaha.
Sedang yang berusaha keras
-p.s
Kamu jangan terlalu maksain ngejar dunia.
Semakin cepat kamu lari
-p.s
Terkadang orang-orang yang tulus
mengasihi
-p.s
Seharusnya engga ada kata “bucin” dalam
percintaan.
-p.s
Dan kita pernah sedekat nadi.
-p.s
Mungkin dalam penciptaanmu
Tuhan lupa mengambil rusukku.
-p.s
Suatu saat aku hanya bisa melihat
punggungmu dari kejauhan.
-p.s
Padahal keduanya saling mencinta.
-p.s
Sama seperti saat kau bilang :
Aku suka hujan.
-p.s
Saat waktu mulai menua
Dan bumi siapkan peristirahatan kita.
-p.s
Padahal dalam sepi aku mencintainya.
Ia pun mencintaiku,
-p.s
Di malam temaram
Di antara jengkal wajah dan sajadah
Kedamaianmu bersemayam.
Heningkan cipta dengan tangan tengadah
-p.s
Menarilah :
Seirama rintik hujan.
Bernyanyilah :
Senada tetes tangisan.
-p.s
Kau tersenyum
Di saat ku melihatmu.
Ku menangis
Di balik senyum tipis.
-p.s
Percayalah kasih :
Ada namamu di ujung do’aku yang hikmat.
-p.s
Masih berusaha meyakinkan semesta
Bahwa aku pantas untukmu.
-p.s
Akan ada masanya
Bahagiamu bukan lagi sumber
kebahagiaanku.
-p.s
Kukira kita sudah menunggal
Sampai akhirnya ada yang tanggal
Jangan dibuka!
Itu aku, sedang dimabuk rindu.
-p.s
Suatu hari nanti
Keberadaanku tak diketahui lagi.
-p.s
Cemburu itu kaya nahan berak pas acara
penting.
-p.s
Jika kelak lagi-lagi hidup membuatku
kecewa
-p.s
Kalo jodoh, semoga dideketin.
Kalo bukan, semoga bisa diikhlasin.
-p.s
Maka ketika rupaku tak lagi terjangkau
matamu
-p.s
Meski kita memimpikan buku yang sama
Pada kenyataannya kita membaca halaman
yang berbeda.
-p.s
Entah kenapa kau sudah seperti rumah.
Berapapun lamanya dan berapapun
penghuninya
Rumah adalah tempat pulang paling ramah.
-p.s
Aku menyukaimu dengan sungguh-
sungguh.
-p.s
Bagian Empat
“Sebuah Kotak”
Terima kasih karena telah hidup.
-p.s
Ada saat-saat dimana kita merindukan
Tuhan.
-p.s
Kenapa kata “harusnya” harus ada?
Seharusnya engga usah ada.
-p.s
Aku terlalu kepingin jadi bijak
Sampai tak tahu caranya jadi bajik.
-p.s
Demi eksistensi
Yang substansial jadi tergeser nilainya.
-p.s
Kamu boleh berkesah
Saat kamu memang merasa lelah
-p.s
Aku merenung :
Apalah manfaat dari ilmu yang kupelajari?
Padahal terkadang,
Hidup tak lebih baik darimu.
-p.s
Padahal aku ingin jadi orang baik.
Padahal aku ingin hidup dengan baik.
-p.s
Aku tidak berharap hidup religius.
Aku hanya ingin hidup dengan baik.
-p.s
Aku percaya bahwa Tuhan menciptakanku
karena Dia mengasihiku.
-p.s
Menurutku kenapa orang-orang suka
debatin hal-hal yang sifatnya dari remah
rengginang sampai khong ghuan beneran
itu karena terlalu banyak “menurutku”.
Andai apa yang kita utarakan adalah apa
yang kita lihat, tanpa dibumbui macam-
macam prasangka yang datang dari
“menurutku”. Maka engga ada perdebatan
antara “menurutku” dan “menurutmu”.
-p.s
Dulu kita bening.
Lalu kian menguning.
Keruh.
Lusuh.
-p.s
Hari baik, bulan baik.
Selamat menjalani hidup, manusia baik.
-p.s
Kamu harus tetap semangat!
Tapi kalu udah penat
-p.s
Orang-orang sepertinya sibuk berlari
Dan dunia seperti tak punya tempat
untukku yang hanya berdiam diri.
-p.s
Terkadang aku benci
Jika harus tereliminasi
-p.s
Sembari mengukur jarak dengan sunyi
Alam mendendangkan nada pengusir sepi.
-p.s
Kelihatannya saja aku berjalan dengan
santai
-Tidur
Aku menjalani hidup dengan terhormat.
Ketika di majelis, yang melihat mengira aku
alim.
Ketika aku berbicara agama, yang
mendengar menyangka aku sholehah.
Menjemput kemuliaan.
Semoga malam dan tidurmu diberi
keselamatan.
-p.s
Setiap malam aku juga berdoa sama Tuhan
untuk menyelamatkanku.
-p.s
Jika esok atau nanti kamu mendengar berita
kepulanganku
Datanglah ke pemakamanku.
-p.s
Kalo mau curhat, silakan aja.
Jangan engga enakan sama masalah
hidupku
Aku aja seenaknya sendiri, kok.
-p.s
Bukan bermaksud egois atau apatis
Tapi memprioritaskan diri sendiri
-p.s
Engga apa-apa.
Kamu kalo lagi bahagia, rasain sendiri aja.
-p.s
Kamu diseret maju oleh waktu.
Sedang pandanganmu masih tertuju pada
masa lalu.
-p.s
Semesta memang penuh rahasia.
Tapi entah kenapa waktu selalu ingin
membocorkannya.
-p.s
Aku ini cuma orang yang beruntung.
Masih dipelihara
-p.s
Sebenarnya kalo aku bilang “sebenarnya”
Aku juga engga tau itu benar apa engga.
-p.s
Tapi bagaimanapun juga,
Memaafkan tidak sama dengan melupakan.
-p.s
Dia bilang dia suka menyelam.
Tapi aku tak tahu kalau dia mencintai air
lebih dari hidupnya.
-p.s
Pun hidup akan memberimu luka
Nantinya hidup juga yang akan
menyembuhkannya.
Sialnya, satu-satunya hiburanmu hanyalah
berlapang dada.
-p.s
“Ya namanya juga hidup.”
Tapi aku engga tau kalo hidup bisa
semenyakitkan ini.
-p.s
Bodohnya, aku masih percaya bahwa
semuanya akan baik-baik saja.
-p.s
Haha.
Akrab kok sama luka.
-p.s
Maaf, aku tak tahu betapa berbakatnya
kamu dalam melukis.
-p.s
Meski semua terasa embuh
Jalani saja tanpa misuh.
-p.s
Beberapa jalan, ternyata memang tak
memiliki pemberhentian.
-p.s
Epilog
“Koma”
Begitulah.
Kalimat masih berlanjut