Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341903140

Community Leadership

Method · June 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.36160.35840

CITATIONS
READS
0
1,854

1 author:

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
85 PUBLICATIONS 14 CITATIONS

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

P-Care National Health Security (JKN) Evaluation View project

Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project

All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 04 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Community Leadership: Kepemimpinan pada PKBM | Ade Heryana, S.ST, M.KM

COMMUNITY LEADERSHIP: KEPEMIMPINAN PADA PKBM


Ade Heryana, S.ST, M.KM | Prodi Kesehatan Masyarakat Univ. Esa Unggul | heryana@esaunggul.ac.id
01 Juni 2020

PENDAHULUAN
Tahun 2015 terdapat studi yang menerangkan peran kepemimpinan dalam
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Pemberdayaan dalam bentuk
program Desa Siaga tersebut menyebut ada sembilan peran kepemimpinan
yakni menyebarluaskan informasi, memberikan contoh, menyadarkan,
memotivasi, membimbing, menggerakkan sasaran dan masyarakat,
memfasilitasi dan mengalokasikan sumber daya (Sulaeman et al., 2015). Dari
sembilan peran tersebut sebagian besar seorang pemimpin yang melakukan
pemberdayaan masyarakat menjalankan fungsi melayani. Memang seperti
itulah kenyataannya.
Penulis beberapa kali melakukan kerjasama pelayanan pemeriksaan HIV-Aids
gratis kepada populasi kunci berisiko dengan salah satu LSM1 di Jakarta. Dalam
menjalankan tugasnya, pimpinan LSM bekerja secara bersama-sama dengan para
kader untuk melayani masyarakat berisiko. Mulai dari menjemput ke rumah,
mengantarkan ke puskesmas jika positif HIV, memotivasi jika ada pasien ODHA
yang tidak berminat berobat lagi, menasehati warga agar terbiasa hidup sehat,
hingga memfasilitasi warga yang membutuhkan pemeriksaan gratis.

Gambar 1. Salah satu LSM bidang Penanggulangan HIV-Aids

1
LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat. Sekarang berganti nama menjadi LKS (Lembaga Kesejahtaraan Sosial)

Bahan Ajar Mata Kuliah: Manajemen Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat 1


Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat (PKBM) merupakan organisasi non-
profit yang tentu saja membutuhkan seorang pemimpin. Untuk menggerakkan
kader, memotivasi kader, hingga melayani masyarakat dibutuhkan pemimpin yang
memiliki karakter pelayanan yang kuat. Lalu kepemimpinan seperti apakah yang cocok
dijalankan oleh seorang pimpinan PKBM? Artikel ini akan membahas masalah
kepemimpinan dalam PKBM.

KEPEMIMPINAN
Apakah pengertian kepemimpinan? Sebagian dari kita pernah merasakan menjadi
pemimpin meski dalam lingkup yang sempit seperti keluarga. Kita juga pernah
menjadi anggota yang dipimpin oleh seorang leader. Artinya memimpin dan
dipimpin adalah bagian pengalaman kehidupan. Dari pengalaman ini, dapat
disimpulkan pemimpin itu apa dan kepemimpinan itu apa meskipun belum
terkonsep secara sempurna.
Definisi kepemimpinan dari berbagai literatur manajemen dan ilmu perilaku telah
banyak ditulis. Menurut (Antonakis & Day, 2018) kepemimpinan merupakan proses
pencapaian tujuan organisasi yang dilakukan antara pimpinan dengan anggota,
antar kelompok anggota atau antar institusi yang lakukan secara informal maupun
non- formal.
Penulis sendiri memberikan pengertian pemimpin dan kepemimpinan sebagai
berikut. Pemimpin adalah seseorang yang ditunjuk atau tanpa sengaja ditunjuk
atau mengangkat dirinya sendiri memimpin suatu kelompok. Sementara
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mencapai tujuan kelompok.

Gambar 2. Pemetaan kepemimpinan komunitas oleh (Gippsland Community Leadership, n.d.)


KEPEMIMPINAN KOMUNITAS
Kepemimpinan komunitas (community leadership) memiliki perbedaan yang mendasar
dengan konsep kepemimpinan lain. Kenapa? Karena kepemimpinan komunitas
dilakukan pada kondisi dengan perbedaan struktur dan tujuan baik pada
anggota maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Kepemimpinan komunitas
juga tidak menggunakan kewenangan dan otoritasnya dapat secara sendirian dalam
mencapai tujuan, namun harus bersama-sama dengan yang lain (Ricketts,
2005).
Kepemimpinan yang berhasil mencapai tujuan merupakan ciri utama pemimpin
yang efektif. Pemimpinan komunitas yang efektif menurut (Ricketts, 2005) adalah
pemimpin yang bertindak bersama-sama dengan komunitas, dan membuat
komunitas semakin memiliki kemampuan (mandiri).
Kepemimpinan komunitas berkaitan dengan tugas atau tahap yang harus dilakukan
dalam memberdayakan masyarakat. Sebagaimana (Pigg, 1999) menyimpulkan
dalam studinya bahwa ada hubungan antara aktivitas kepemimpinan dengan manajerial
untuk menyelesaikan kegiatan pengembangan masyarakat. Hubungan tersebut
dapat dijelaskan pada gambar 3 berikut. Sesuai gambar 3, peran kepemimpinan
komunitas ada pada tahap penciptaan kesadaran oleh komunitas, tahap pelibatan
dan partisipasi aktif komunitas, serta pada tahap pengambilan keputusan.

Tahap penciptaan kesadaran (creation of awareness)


Community Tujuan: Insisiasi dan penyebaran minat
leadership

Tahap pelibatan dan partisipasi (involvement & participation)


Community Tujuan: pengelolaan dukungan
leadership

Tahap pengambilan keputusan (decision making)


Community Tujuan: formulasi tujuan dan strategy
leadership

Tahap mobilisasi sumberdaya (resources mobilization)


Community Tujuan: rekrutmen
manager

Tahap pemanfaatan sumberdaya (resorces application)


Community Tujuan: implementasi strategi dan perencanaan
manager

Gambar 3. Hubungan antara tahap pengembangan komunitas dengan kepemimpinan. Modifikasi


dari (Pigg, 1999)
KEPEMIMPINAN KOMUNITAS YANG EFEKTIF
Masalah efektivitas dalam menjalankan kepemimpinan merupakan hal yang sering
dialami oleh para pimpinan PKBM. Seperti diketahui bahwa dalam
menjalankan kepemimpinan PKBM akan ditemui hambatan-hambatan yang spesifik dan
bahkan pada satu sisi lebih kompleks dibandingkan memimpin pelayanan kesehatan
berbasis manajerial (seperti di rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain).
Lalu bagaimana kunci agar kepemimpinan komunitas berjalan efektif? Studi oleh
(Al- Mutaweh, 2012) merekomendasikan 12 faktor agar kepemimpinan komunikatif
berjalan efektif:
1. Peduli dengan kebutuhan komunitas

Pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada komunitas tidak akan


mencapai hasil yang diharapkan jika tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Misalnya: pada masyarakat dengan jumlah lansia yang tidak
banyak, tidak tepat jika didirikan posbindu untuk melayani warga di atas 60
tahun. Begitu pula misalnya di perguruan tinggi mungkin tidak tepat jika
diberikan layanan kesehatan ibu dan anak. Layanan konseling kesehatan mental
mungkin lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di perguruan
tinggi.

2. Memahami komunitas dengan baik


Bukan hanya memahami kebutuhan komunitas, namun pimpinan PKBM
sebaiknya mengetahui dengan baik gambaran atau deskripsi komunitas secara
detail. Itulah sebabnya mengapa seorang kader yang akan menjadi pimpinan
PKBM sebaiknya dipilih dari dalam komunitas itu sendiri.
Pimpinan PKBM akan mengetahui kebutuhan komunitas jika dirinya memahami
kondisi komunitas secara mendalam. Misalnya: pimpinan LSM penanggulangan
narkoba akan lebih efektif dan paham tentang komunitas jika ditunjuk
mantan pecandu narkoba. Pimpinan posyandu umumnya diangkat dari masyarakat
di sekitar posyandu tersebut.
3. Fokus pada prioritas

Ketika kebutuhan pelayanan komunitas sudah ditentukan, maka kemungkinan akan


muncul beberapa pelayanan kesehatan yang diusulkan. Misalnya: setelah berdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perwakilan warga ada lima jenis pelayanan yang
dapat dijalankan untuk mendirikan posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan
balita, pelayanan gizi balita, pelayanan kesehatan remaja, pelayanan kesehatan
lansia, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Gambar 4. Salah satu tools menentukan prioritas

Seluruh kegaiatan tersebut tidak mungkin dijalankan berbarengan, kecuali


sumberdaya mencukupi. Jika tidak mencukupi, maka pimpinan PKBM
(posyandu) perlu menerapkan prioritas pelayanan mana yang didahulukan.
Misalnya mendahulukan pelayanan pemeriksaan balita sebagai prioritas utama,
dengan mengalokasikan kegiatan tiap bulan dua kali. Sementara pelayanan
yang lainnya dijalankan jika ada sumberdaya yang cukup. Gambar 4
menjelaskan contoh sarana/tools (Eisenhower Matrix) yang dapat dipakai
untuk menentukan skala prioritas.

4. Kejelasan peran

Sebelum kegiatan pelayanan dijalankan, pimpinan PKBM sebaiknya menjelaskan


peran masing-masing petugas atau kader dalam menjalankan tugas. Hal ini
dibutuhkan agar tidak terjadi ketimpangan tugas dan tanggung jawab yang
dapat memicu konflik antar kader. Kejelasan dalam menjalankan tugas juga
dapat menentukan efektivitas program kesehatan.
Salah satu konflik antar kader PKBM yang terjadi umumnya disebabkan adanya
ketimpangan tanggung jawab. Kader yang merasa tangggung jawabnya lebih
besar akan hilang motivasinya dalam bekerja jika pimpinan PKBM tidak menjelaskan
sejak awal mekanisme pembagian tugas kepada petugas. Bila perlu tugas dan
tanggung jawab tiap kader disusun secara tertulis dan dibuatkan surat
ketetapannya.
5. Bekerja bersama-sama
Pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” sangat relevan diterapkan dalam
pelayanan berbasis masyarakat kepada komunitas. Sesuai prinsip
pemberdayaan yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, maka
pimpinan PKBM menjalankan pelayanan secara bersama-sama dengan kader.
Gaya kepemimpinan “bossy” tidak tepat diterapkan untuk memimpin PKBM yang
berlandaskan kebersamaan. Dalam ilmu kepemimpinan terdapat dua peran seorang
leader yaitu sebagai instrumental leadership dan sebagai expressive leadership.
Kepemimpinan instrumental diterapkan oleh pemimpin yang lebih
mengutamakan penyelesaian tugas oleh bawahannya. Sementara kepemimpinan
eksperesif lebih mengutamakan hubungan baik antar anggota dan berusaha
mencegah konflik. Dalam konteks PKBM, pimpinan disarankan cenderung
mendekati kepemimpinan ekspersif dibanding instrumental.

6. Membangun kemampuan memimpin

Kemampuan memimpin merupakan keterampilan yang harus dimiliki baik oleh


pimpinan maupun kader PKBM. Pimpinan PKBM sudah pasti mempraktikkan
kepemimpinan untuk mengatur organisasi dan komponen organisasi. Sementara
kader PKBM perlu diberikan pelatihan kepemimpinan karena dirinya akan terjun
ke masyarakat dibutuhkan keterampilan memimpin untuk menggerakkan
komunitas.
Pentingnya keterampilan memimpin bagi kader juga dalam rangka kaderisasi
kepemimpinan PKBM. Pimpinan PKBM akan lebih berkualitas jika disaring atau
berasal dari dalam organisasi itu sendiri.

Gambar 5. Salah satu sarana pengembangan keterampilan memimpin adalah dengan team
building. Foto: outdooractivities.co.uk
7. Berkomitmen untuk lebih memperhatikan masyarakat
Perhatian terhadap masyarakat merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki
pimpinan PKBM. Umumnya seseorang diangkat menjadi pimpinan PKBM karena
kepeduliannya yang tinggi terhadap masalah-masalah di masyarakat.
Saat seseorang menjadi pimpinan PKBM, bukan hanya kepedulian terhadap
masyarakat yang dibutuhkan, namun komitmen yang kuat harus ditumbuhkan.
Komitmen yang kuat dari pimpinan PKBM akan menimbulkan kepercayaan yang
tinggi dari kader, sehingga kader pun akan menyelesaikan tugas secara efektif.

8. Berkomunikasi dengan cara yang sesuai


Salah satu alasan pimpinan PKBM dan kader ditunjuk dari dalam komunitas
adalah pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi di lingkungan
komunitas tersebut. Setiap komunitas memiliki bentuk komunikasi yang berbeda-
beda, baik itu komunikasi yang dilakukan secara lisan atau tertulis. Pimpinan PKBM
harus mampu merumuskan bentuk komunikasi apa yang tepat.
Ada beberapa komunitas yang lebih menyukai komunikasi secara verbal
dibanding komunikasi non-verbal. Komunitas lain lebih menyukai penyampaian
informasi melalui media film, sementara komunitas lainnya menyukai dengan
cara diskusi di balai warga. Artinya komunikasi yang akan diterapkan harus
berakar dari tradisi dan budaya masyarakat setempat. Seorang pimpinan PKBM
harus bisa merumuskan metode komunikasi yang tepat.

Gambar 6. Beberapa metode komunikasi dengan komunitas


9. Mendorong pada perubahan dan meningkatkan hasil
Umumnya pimpinan PKBM adalah orang-orang yang menginginkan ada
perubahan kualitas hidup pada masyarakat atau komunitas. Diharapkan
perubahan yang diarahkan kepada hal-hal yang produktif dapat meningkatkan
outcome/hasil dari PKBM.
Misalnya seorang pimpinan PKBM melihat bahwa metode penyuluhan yang
diberikan kepada warga yang selama ini dijalankan secara ceramah tidak
memberikan dampak yang positif. Sebagai pimpinan yang menginginkan perubahan,
ia berupaya mencari inovasi yang dapat meningkatkan perilaku masyarakat
dalam kesehatan. Setelah dijalankan metode lain (misalnya: dengan
pementasan wayang kulit) ternyata dapat menggugah kesadaran masyarakat
untuk hidup lebih sehat.

10. Membangun hubungan yang harmonis dengan pemerintah


Program PKBM tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan pihak-pihak
luar. Salah satu pihak tersebut adalah pemerintah. Dalam hal ini,
pemerintah bisa berperan sebagai pembina, pengawas, dan penentu
regulasi/kebijakan.
Melihat pentingnya peran pemerintah, maka pimpinan PKBM merupakan orang
yang dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan pemerintah.
Sering terjadi kesalahpahaman pimpinan PKBM yang bertindak tidak searah
atau sejalan dengan pemerintah. Misalnya dalam kegiatan penjangkauan untuk
mencari masyarakat atau populasi yang berisiko terhadap HIV-Aids, PKBM
tidak dapat berjalan tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.

11. Menjalin kerjasama yang baik dengan tokoh masyarakat


Bukan hanya dengan pemerintah, koordinasi juga dijalankan dengan tokoh
masyarakat setempat. Tokoh masyarakat adalah pihak atau orang yang
dianggap memiliki pengaruh secara sosial terhadap tindakan yang dilakukan warga
setempat. Ketokohan dapat dipandang dari sisi religi, ekonomi, politik,
kepakaran, dan sebagainya.
Misalnya: pimpinan PKBM mengalami kemudahan dalam melakukan
pemeriksaan dini HIV-Aids kepada Wanita Pekerja Seks (WPS) karena ada
hubungan baik dengan “penguasa” wilayah lokalisasi. Umumnya WPS bersedia
menjalankan pemeriksaan jika mendapat ijin dari orang yang memiliki
kekuasan di wilayahnya.
Community Leadership: Kepemimpinan pada PKBM | Ade Heryana, S.ST, M.KM

12. Memastikan adanya hukum dan kebijakan yang mendukung


Masalah hukum dan kebijakan harus mendapat perhatian serius dari pimpinan PKBM.
Meskipun bukan praktisi di bidang hukum, pimpinan PKBM setidaknya “melek”
dengan hukum dan kebijakan yang mengatur pelayanan kesehatan.
Terkait dengan etika pelayanan misalnya, maka pimpinan PKBM harus
mengetahui dengan baik aspek-aspek etis (yang boleh dan tidak boleh
dilakukan). Kader yang tidak memiliki kompetensi medis dilarang melakukan
pengambilan darah kepada pasien, karena jika nekad dijalankan akan
tersandung masalah etika dan hukum di bidang kesehatan.

REFERENSI
Al-Mutaweh, E. A. R. (2012). Community Leadership in A New Democracy. Brunel
University.
Antonakis, J., & Day, D. D. (2018). Leadership: Past, Present, and Future. In The Nature of
Leadership. SAGE Publications.
Gippsland Community Leadership. (n.d.). Community Leadership - Global
Leadership Foundation. Global Leadership Foundation. Retrieved June 2,
2020, from https://globalleadershipfoundation.com/community-leadership/
Pigg, K. E. (1999). Community Leadership and Community Theory: A Practical
Synthesis.
Community Development Society. Journal, 30(2), 196–
212. https://doi.org/10.1080/15575339909489721
Ricketts, K. G. (2005). The Importance of Community Leadership to Successful
Rural Communities in Florida [University of Florida].
https://doi.org/10.1146/annurev- arplant-050718-100353
Sulaeman, E. S., Murti, B., & Waryana, W. (2015). Peran Kepemimpinan, Modal Sosial,
Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4),
353. https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.749

Bahan Ajar Mata Kuliah: Manajemen Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat 9

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai