Makalah Filsailmu 3
Makalah Filsailmu 3
Disusun Oleh :
Saima Siregar
Dosen Pembimbing :
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, dan tak lupa pula kami mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawakan kami suatu ajaran yang benar yaitu agama
Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang diperoleh dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan media pembelajaran serta infomasi dari media internet ,
buku, dan jurnal yang berhubungan dengan tema.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, dapat
menambah wawasan mengenai perkembangan ilmu dalam kehidupan modern. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Pada perkembangan
selanjutnya, ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan,
sifat, objek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan
yang lainnya (Semiawan, 2005).
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (2012) Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke
dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika
berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam
matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada
sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi,
keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan
menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh
disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Dewasa
ini filsafat ilmu kurang begitu dipahami, hal ini dibuktikan dengan banyaknya
orang yang tidak memahami apa itu ontologi, apa itu metafisika.
Untuk itu perlu dijelaskan tentang dimensi ontologi. Bertitik pangkal dari
permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan pengertian ontologi, objek kajian
ontologi, aliran dalam metafisika dan teologi. Salah satunya dengan makalah yang
berjudul “Dimensi Kajian Filsafat Ilmu”.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Tujuan Filsafat Ilmu
2. Untuk mengetahui Cara kerja filsafat ilmu
3. Untuk mengetahui Kebenaran Ilmiah sebagai Masalah Filsafat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak hanya dipahami
atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan serta atas dasar pandangan-
pandangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, melainkan perlu dipahami
atas dasar pembahasan yang rasional (kritis, logis, dan sistematis), obyektif,
menyeluruh dan mendalam. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membahas ilmu
pengetahuan atas perkiraan-perkiraan yang ada pada subyek, melainkan
langsung mengarah pada ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai obyeknya.
Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membatasi pembahasannya hanya pada
beberapa unsur serta hanya dari satu segi saja, melainkan berusaha untuk
membahasnya secara menyeluruh, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh.
Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak hanya membahas hal-hal yang secara
aksidental nampak di permukaan, melainkan perlu membahas secara radikal
(mendalam) untuk dapat memperoleh unsur-unsur hakiki yang menjadi ciri khas
dari ilmu pengetahuan.
2. Tujuan Filsafat Ilmu
Adapun tujuan mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar
(2008:20) adalah:
a. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita
dapat memahami sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan
ilmudi berbagai bidang sehingga kita dapat gambaran tentang proses
ilmu kontemporermsecara historis.
c. Menjadi pedoman untuk membedakan studi ilmiah dan non ilmiah.
d. Mempertegas bahwa persoalan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
Bagi mahasiswa dan peneliti, tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah
a. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan ilmiah
dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah
dengan cermat dan kritis.
b. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian
kebenaran ilmiah dengan tepat dan benar dalam persoalan yang
4
berkaitan dengan ilmunya (ilmu budaya, ilmu kedokteran, ilmu
teknik, ilmu keperawatan, ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu ekonomi
dan sebagainya) tetapi juga persoalan yang menyangkut seluruh
kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa sejarah,
kehidupan sosial politik dan sebagainya.
c. Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa terdapat
dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer)
dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis.
Contoh dampak tersebut misalnya masalaheuthanasia dalam dunia
kedokteran masih sangat dilematis dan problematik, penjebolan
terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan terhadap hak atas
kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya ilmiah.
5
melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan
dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind. Tampaknya
Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi
yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia. Cara pandang demikian
akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi
keilmuan. Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan
pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat adalah landasan dalam
menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan
dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses aplikasi metode
deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat.
Dari pengertian ilmiah di atas terlihat jelas bahwa kebenaran ilmiah itu dapat
diaktualisasikan atau dimanifestasikan dalam pengetahuan ilmiah. Atau dengan
kata lain, suatu pengetahuan disebut ilmiah justeru karena di dalam pengetahuan
tersebut terdapat suatu kebenaran yang bersifat ilmiah. Pengetahuan ilmiah bertitik
tolak dari kekaguman terhadap pengalaman biasa atau harian, misalnya saja air jika
dipanaskan akan mendidih. Kekaguman terhadap pengalaman, kebenaran,
pengetahuan biasa (common sense), menimbulkan berbagai ketidakpuasan dan
bahkan keraguan terhadap kebenaran harian tersebut. Ketidakpuasan dan keraguan
tersebut akan melahirkan keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan dalam
berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selanjutnya diikuti dengan
dilakukannya sejumlah penyelidikan. Serangkaian proses ilmiah tersebut
6
melahirkan kebenaran ilmiah yang dinyatakan dalam pengetahuan atau sain (lihat
Hardono Hadi, 1994: 13- 27).
Kebenaran ilmiah yang diwujudkan dalam ilmu pengetahuan atau sain dapat
disebut sebagai ilmu jika memenuhi berbagai syarat. Syaratsyarat tersebut adalah
objektivitas, metodologis, universal, dan sistematis (Bandingkan Poedjawijatna,
1967; 14). Lebih lanjut Beerling (1986; 6-7) menegaskan bahwa kemandirian ilmu
pengetahuan ilmiah sesungguhnya berkaitan dengan tiga norma ilmiah. Pertama
pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang memiliki dasar pembenaran.
Kedua pengetahuan ilmiah bersifat sistematis. Ketiga pengetahuan ilmiah bersifat
intersubjektif. Dari berbagai pemahaman mengenai kebenaran ilmiah yang telah
diuraikan di atas, dapat dibuat suatu kerangka pemahaman bahwa kebenaran ilmiah
adalah sebagai kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmiah atau kebenaran
yang memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan. Sedemikian rupa sehingga
kebenaran ilmiah tidak dapat dipisahkan dari ilmu atau pengetahuan ilmiah atau
sains sebagai a higher level of knowlwdge justeru karena ilmu atau pengetahuan
ilmiah merupakan aktualisasi dari kebenaran ilmiah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Bahm, Archie J., 1980, What Is “Science”, World Books, Albuquerge, New Mexico
Bertens, K., 1983, Filsafat Barat Abad XX: Inggeris – Jerman, Gramedia, Jakarta