Anda di halaman 1dari 2

Ekonomi

Makro
Industri & Perdagangan
Bank dan Pembiayaan
Karier
Asuransi

Target 2016, Kemnaker Tarik 16.500 Pekerja


Anak
Plt Dirjen Pengawas Ketenagakerjaan, Kemnaker, Maruli Hasiloan Tambunan (keempat dari
kiri) seusai Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawas Ketenagakerjaan di Jakarta, Senin
(29/8). (suara pembaruan)
Jakarta - Pada tahun 2016 ini, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menargetkan menarik
pekerja anak sebanyak 16.500 orang. Program penarikan pekerja anak sengaja dicanangkan
pemerintah dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PKH). Demikian dikatakan
Plt Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker),
Maruli Hasiloan Tambunan, kepada SP, Selasa (30/8).
Ia mengatakan, kegiatan ini diarahkan dengan sasaran utama anak bekerja dan putus sekolah
yang berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang berusia 7 - 15 tahun. Lebih lanjut,
skala prioritas pemerintah saat ini terfokus pada 24 provinsi dan 138 kabupaten/kota yang masih
tinggi mempekerjakan anak, terutama kawasan industrial.
Sebagaimana diketahui berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (26) UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan, yang dimaksudkan dengan anak ialah setiap orang yang berumur di bawah 18
tahun. “Pada dasarnya, pengusaha/majikan dilarang mempekerjakan anak karena dapat
mengganggu pertumbuhan anak baik secara fisik maupun mental,” kata dia.
Sebelumnya Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, meminta bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak terkait, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial,
Kementerian Agama, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), International Labour Organization (ILO), serikat pekerja/serikat buruh dan
asosiasi pengusaha. "Peran serta masyarakat, pemerintah pusat dan daerah serta instansi terkait
dibutuhkan untuk meningkatkan sinergisitas untuk mengurangi jumlah pekerja dan
mengembalikannya ke dunia pendidikan,” kata Hanif.
Sejauh ini, pemerintah telah menargetkan Indonesia bebas pekerja anak pada 2022. Pemerintah
mendeklarasikan program “Zona Bebas Pekerja Anak” di sejumlah kawasan industrial di seluruh
Indonesia. Seluruh perusahaan di kawasan industri tersebut dilarang keras melakukan rekrutmen
dan mempekerjakan pekerja anak disemua bidang pekerjaan.
Kendati demikian, percepatan penarikan pekerja anak perlu melibatkan semua sektor terkait.
Penggalangan dan kerja sama dengan instansi pemerintah, dunia usaha dan industri, serikat
pekerja, orang tua dan masyarakat umum sangat diperlukan dalam mensukseskan program ini.
Penarikan pekerja anak, merupakan komitmen Indonesia melaksanakan Komvensi ILO Nomor
138 mengenai Usia Minimum untuk diperbolehkan bekerja dan Nomor 182 mengenai
Pelarangan dan Tindakan segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
Komitmen ini terlihat dengan diratifikasinya kedua Konvensi ILO tersebut dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 1999 dan Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2000.
Isi substansi teknis kedua Konvensi ILO terdapat pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentangKetenagakerjaan.
Di samping itu, pemerintah pun melakukan program kerja sama dengan ILO-IPEC dan Program
Zona Bebas Pekerja Anak (ZAPA) yang telah dilakukan pencegahan agar anak tidak bekerja
pada BPTA.
Adapun capaian-capaaian Kemnaker sejak 2008 sampai 2015 telah menarik 63.663 pekerja anak
dan dikembalikan ke satuan pendidikan.
Berikut perinciannya:
1.2008 sebanyak 4.853 orang
2.2009 tidak ada kegiatan
3. 2010 sebanyak 3.000 orang
4. 2011 sebanyak 3.060 orang
5. 2012 sebanyak 10.750 orang
6. 2013 sebanyak 11.000 orang
7. 2014 sebanyak 15.000 orang
8. 2015 sebanyak 16.000 orang

Anda mungkin juga menyukai