Anda di halaman 1dari 4

BAB I

ATURAN K-3 PADA PERUSAHAAN

Sudah dijelaskan bahwa K-3 sulit dicapai tanpa adanya keperdulian terhadap managemen. Maka
manajemen diperlukan untuk menciptakan perangkatnya penanganan K-3, sehingga K-3 diharapkan
menjadi budaya dan perilaku seluruh orang yang terlihat dalam proses produksi.

A. Safety Policy / Safety Statement (Kebijakan Keselamatan/Pernyataan Keselamatan)


Management harus menyatakan diri peduli terhadap K-3 dan Perusahaan dan
melaksanakan, sehingga setiap hal yang ada juga bersifat demikian. Peringatan ditulis dalam
suatu slogan : SAFETY POLICY / SAFETY STATEMENT yang mudah dibaca siapa saja yang akan
masuk perusahaan, seperti:
 Setiap masuk area keharusan memakai helm
 Larangan membawa korek api pada area perusahaan
 Pemasang rambu-rambu dengan gambar, tulisan, slogan, stiker dalam rangka tentang k-
3
 Menyediakan alat pelindung diri sesuai sumber bahaya yang di tempat kerja memeriksa
buku panduan (guidance) apabila memasuki area kerja

Gambar : 1
Rambu-rambu peringatan
B. Pembentukan Divisi K-3 (Safety Division)
Pihak manajemen perlu membentuk devisi tentang K-3 secara bertahap dan
pengiriman, sehingga devisi tersebut dapat bekerja secara cepat dan tepat bila terjadi
musibah.
Pembentukan Perusahaan P2K3 Di Perusahaan
Pembentukan P2K3 perusahaan berdasarkan pada :
1. Pada 10 ayat 1 dan 1 UU no 1 tahun 1970
2. Permen 03/men/1978
3. Kep.men no.125/men/1982 jo Kep.men 155/ men/1983
4. Kep.men no 04/Men/1987
Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) diharapkan mampu
berperan dan berfungsi sebagai wadah kerja sama antara pimpinan (manajemen) dengan
tenaga kerja di dalam menangani masalah K3 di perusahaan.

Upaya P2K3 akan bermanfaat, bila :

1. memberikan kerja sama bipartit di bidang K-3


2. Menyadarkan semua fihak tentang K-3
3. Forum komunikasi dalam bidang K-3
4. Meringankan beban semua pihak
P2K3 memiliki tugas pokok yaitu, saran dan pertimbangan di bidang K-3 pada manajemen
baik diminta maupun tidak.

Sehingga P2K3 harus dapat mewakili dari unsur produksi dan administrasi sehingga akan
memberi wawasan yang lengkap.

Peran dan Fungsi P2K3 adalah:


1. Menghimpun dan data K-3 dari seluruh sektor kegiatan perusahaan yang mencakup
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman.
2. Mendorong pihak manajemen untuk meningkatkannya penyuluhan tentang K-3
karena K-3 bukan kewajiban perusahaan tetapi kebutuhan.
3. Dilakukan inspeksi secara berlanjut oleh para anggota P2K3 sehingga segala bahaya
dapat terekam.
4. Melaksanakan pelatihan dalam K-3 untuk pengembangan pola dan wawasan
5. Mengadakan pikiran penelitian terhadap tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
untuk menetapkan kebijakan yang ditempuh

Kegiatan-Kegiatan P2K3

Dalam peran dan fungsi, maka P2 K3 harus mampu:

1. Mengidentifikasi dari masalah K-3 dari proses lay out terhadap keadaan yang berbahaya =>
untuk ditangani segera
2. Melaksanakan pendidikan dan latihan => untuk merencanakan perbaikan pada aktivitas yang
salah
3. Tugas bidang-bidang mengumpulkan , mempelajari dan menganalisis hasil temuan => untuk
menentukan kebijakan
4. Melakukan audit K-3 di seluruh sektor pekerjaan, untuk menyongsong gobalisasi yang bukan
hanya untuk kualitas produk tetapi => K-3 terhadap tenaga kerjanya
5. melakukan analisa dan mengolah data kecelakaan sehingga dapat menekan seringnya
kecelakaan (zero accident)
6. Membuat laporan kegiatan sebagai rekapitulasi kegiatan => sejauh mana manfaat P2K3 di
perusahaan

Analisa ini => mencegah lebih hemat dibanding dengan memperbaiki bila sudah terjadi kecelakaan

C. Wewenang dan Kewajiban Pemerintah


Pengawasan Perburuhan diadakan untuk : (ps. 1)

 Mengawasi berlakunya Undang-undang dan peraturan perburuhan yang berlaku


 Mengumpulkan bahan keterangan tentang hubungan kerja dan keadaan perburuhan
untuk menentukan Undang -undang dan peraturan Perburuhan
 Menjelaskan pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaan sesuai peraturan

Pengawasan ketenaga kerja terpadu, bertujuan untuk :

 Mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan tenaga kerja


 Memberi penerangan teknik dan nasihat kepada pengusaha, pengurus dan atau tenaga
kerja

Tugas pengawas ketenagakerjaan memiliki fase ganda, yaitu:

1. Fase pembinaan yang dilaksanakan dalam bentuk persuasif, edukatif, penjelasan, penyuluhan
serta ajaran-ajaran
2. Fase preventif yustitial dan represif yustisial sesuai dengan kewenangan pengawas sebagai
aparat PPNS (Penyelidik Pegawai Negeri Sipil) yang diatur dalam Undang-undang
A. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Hak dan kewajiban pengusaha dan tenaga kerja akan saling timbal balik (sesuai UU no. 1 tahun
1970) :
Kewajiban Pengurus / Pengusaha :
1. Melaksanakan sesuai ketentuan K-3 di tempat kerja
2. Pemeriksaan tentang kesehatan berkala terhadap tenaga kerja baru dan tenaga kerja lama.
3. melakukan pembinaan tenaga kerja
4. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan
5. Menyediakan bahan pembinaan dan alat diri

Kewajiban tenaga kerja :


1. Mentaati pengurus, agar K-3 dipenuhi dan dilaksanakan
2. Menyatakan pekerjaan pada pekerjaan dimana syarat K- 3 tidak dipenuhi

Latihan Uji Kompetensi.


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar :
1. Perkiraan peran dan fungsi dari P2K3 pada suatu perusahaan.
2. P2K3 memiliki peran dan fungsi dan mampu untuk apa saja dalam suatu perusahaan, sebutkan
3. Apa hak dan kewajiban bagi pengusaha dan tenaga kerja, sebutkan
BAB II
KESEHATAN KERJA

Penanganan Kesehatan merupakan bagian perlindungan terhadap tenaga kerja untuk


memelihara dan meningkatkan tenaga kerja agar mendapatkan derajad kesehatan seoptimal
mungkin, baik fisik, mental maupun sosial juga untuk mendapatkan efisiensi dan produktivitas kerja
mungkin.
Upaya-upaya untuk penanganan / penanggulangan kesehatan pada prinsipnya meliputi
upaya-upaya :
1. Tenaga kerja sehat agar tetap sehat, dan tenaga kerja sakit agar menjadi sehat, hal ini berupaya:
 Promotif : pembinaan
 Pencegahan : pencegahan terjadinya penyakt, khususnya penyakit akibat kerja
 Kuratif : penyembuhan
 Rehabilitasi : Pengembalian fungsi
2. Tenaga kerja yang sudah sehat tetapi produktivitasnya belum optimal / tinggi agar
produktifitasnya menjadi optimal, seperti:
 Peningkatan kebugaran
 Pengendalian ergonomis
 Pengendalian gizi
 Motivasi kerja
 Peningkatan
 Pendidikan
 Peningkatan disiplin
 Manajemen kerja yang baik
 Dll
3. Pengendalian terhadap penggunaan bahan berbahaya dalam industri / perusahaan maupun
lingkungan kerja baik yang disimpan, diproses, maupun diproduksi, agar tidak menimbulkan
petaka berupa :
 Pendataan

Anda mungkin juga menyukai