Anda di halaman 1dari 5

Bunyi Vokal Bahasa Jawa dan Cara Pengucapannya

mengenai huruf-huruf vokal bahasa Jawa dan cara pengucapannya, saya berpikir apakah untuk
pemula ini akan mudah untuk dipelajari. Apalagi dalam bahasa tulisan, tentu lebih tidak mudah
khususnya untuk orang yang bukan penutur Jawa.

bunyi vokal dalam bahasa Jawa sangat penting untuk memahami makna suatu kata. Salah
pengucapan bisa merubah arti, apalagi dalam bahasa penulisan.

Bunyi vokal dalam bahasa Jawa

1. Vokal "a"

Vokal "a" biasa diucapkan dengan dua cara yaitu :

>> "a" diucapkan sebagai "å" biasa seperti huruf "o" pada kata "Lorong, Kingkong". Bunyi "å" ini
dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "å" di dalamnya
tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.

Contoh :

Lårå

Mårå

dll.

NB :

Pemberian aksen di atas hanya sebagai contoh. Dalam tulisan Jawa latin biasanya hanya ditulis
dengan "a" saja.

>> "a" diucapkan sebagai huruf "a" biasa seperti pada kata "Saya dan Pada". Bunyi ini
dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "a" di dalamnya
tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.

Contoh :

Bapak

Dalan

Kurang
dll.

Anda lihat, pada contoh kata-kata di atas pada akhir suku kata selalu diakhiri dengan huruf
konsonan.

2. Vokal "i"

Sama seperti vokal "a", vokal "i" juga diucapkan dengan dua cara yaitu :

>> "i" diucapkan sebagai "i" biasa seperti kata "Siri, Dini". Bunyi "i" ini dinamakan pelafalan
dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "i" di dalamnya tapi pada akhir suku
katanya tidak tertutup oleh konsonan.

Contoh :

Adhi

Iku

Kuwi

Panci

dll.

>> "i" diucapkan sebagai huruf "é" seperti pada kata "Lele, Beda". Bunyi ini termasuk dalam
pelafalan posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "i" di dalamnya tertutup oleh
konsonan pada akhir suku katanya.

Contoh :

Mancing

Kancing

Apik

dll.

3. Vokal "u"

>> "u" dalam pelafalan posisi terbuka tetap dibaca "u" seperti pada kata "Kurus, Mulus". Bunyi
"u" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "u" di
dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :

Kuru

Turu

Tuku

dll.

>> "u" dalam pelafalan tertutup dibaca "o" misal pada kata "Obat, Modal, Otak". Bunyi ini
dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "u" di dalamnya
tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.

Contoh :

Munyuk

Kuthuk

Bluluk

Jaluk

dll.

NB :

"u" yang dicetak tebal dilafalkan dalam posisi tertutup. Sedangkan yang tidak ditebalkan dibaca
"u" biasa.

4. Vokal "e"

Dalam vokal "e" ada tiga cara pengucapan yaitu :

>> "e" dibaca sebagai "ê" seperti pada kata "Pergi, Teman, Keluar".

Contoh :

Plêsir

Bangêt

Mumêt

Sênêng
dll.

>> "e" dibaca sebagai "é" seperti pada kata "Lele, Medan". Bunyi "é" ini dinamakan pelafalan
dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "é" di dalamnya tapi pada akhir suku
katanya tidak tertutup oleh konsonan.

Contoh :

Piyé

Baé

Kaé

Ngécé

dll.

>> "e" dibaca sebagai "è" seperti pada kata "Banteng, Benteng". Bunyi ini dinamakan pelafalan
dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "è" di dalamnya tertutup oleh
konsonan pada akhir suku katanya.

Contoh :

Kêthèk

Mêlèk

Kèlèk

Prèi

dll.

5. Vokal "o"

>> "o" dibaca sebagai "o" biasa seperti pada kata "Orang, Obat". Bunyi "o" ini dinamakan
pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "o" di dalamnya tapi pada
akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.

Contoh :

Coro

Loro
Karo

Ora

Omah

dll.

>> "o" dibaca sebagai "ô" seperti pada kata "Balon, Lorong, Kolong". Bunyi ini dinamakan
pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "o" di dalamnya tertutup
oleh konsonan pada akhir suku katanya.

Contoh :

Wông

Rôngpuluh

Gông

Kulôn

dll.

NB:

Pemberian aksen pada contoh di atas hanya sebagai contoh. Dalam tulisan Jawa latin biasanya
hanya ditulis dengan "o" saja.

Anda mungkin juga menyukai