Anda di halaman 1dari 14

OTONOMI DAERAH

1.   LATAR BELAKANG
Otonomi daerah menjadi sesuatu yang disakralkan pasca Reformasi
1998, banyaknya perdebatan seputar otonomi daerah sebagai
manifestasi dari desentralisasi kekuasaan pemerintahan mendorong
Pemerintah untuk secara sungguh‐sungguh merealisasikan konsep
otonomi daerah secara jujur, penuh kerelaan dan konsekuen
mengingat wacana dan konsep otonomi daerah memiliki sejarah
yang sangat panjang seiring berdirinya Republik ini. Menurut aspek
yuridis formal, sejak pertama kali muncul dalam UU No. 1 tahun
1945 sampai dengan UU No. 5 tahun 1974, semangat otonomi
daerah sudah kelihatan dan menjadi dasar hukum pelaksanaan
pemerintahan di daerah. Hanya saja semangat para penyelenggara
pemerintahan masih jauh dari idealisme konsep otonomi daerah itu
sendiri. Bahasa yang digunakan juga belum seringkas dan selugas
otonomi daerah, masih seputar bagaimana mengatur urusan rumah
tangga (Marbun, 2005:45).
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
yang terdiri dari provinsi-provinsi dan kabupaten/kota yang
merupakan daerah otonom dan memiliki hak otonomi
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hak otonomi
bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia
melainkan untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran
aktif masyarakat daerah, peran aktif masyarakat di daerah dapat
dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut. Otonomi daerah
merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang
mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui
kebijakan ini, diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan
pada tingkat lokal, memberi ruang gerak pada bidang politik,
pengelolaan keuangan daerah dan efisiensi pemanfaatan sumber
daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, sehingga muncul
formulasi dan model pembangunan daerah yang efisien dan
terdesentralisasi.

1
2. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH
Pengertian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
pengertian otonomi daerah secara harafiah. Otonomi daerah berasal
dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi 
berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan
namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat
dikatakan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri 
atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus
rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Beberapa pengertian otonomi daerah menurut beberapa pakar,
antara lain:
a.  Pengertian Otonomi Daerah menurut F. Sugeng Istianto, adalah:
“Hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah”
b.    Pengertian Otonomi Daerah menurut Ateng Syarifuddin, adalah:
“Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi
bukan kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus
dapat dipertanggungjawabkan”
c.     Pengertian Otonomi Daerah menurut Syarif Saleh, adalah: “Hak
mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut
merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat”

Selain pendapat pakar diatas, ada juga beberapa pendapat lain yang
memberikan pengertian yang berbeda mengenai otonomi daerah,
antara lain:
a.  Pengertian otonomi daerah menurut Benyamin Hoesein, adalah:
“Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional
suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat”
b.  Pengertian otonomi daerah menurut Philip Mahwood, adalah:
“Suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri
dimana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan
oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber material yang
bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda”

2
c.   Pengertian otonomi daerah menurut Mariun, adalah: “Kebebasan
(kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
memungkinkan meeka untuk membuat inisiatif sendiri dalam
rangka mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
oleh daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan kebebasan
untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat”
d.  Pengertian otonomi daerah menurut Vincent Lemius, adalah:
“Kebebasan (kewenangan) untuk mengambil atau membuat suatu
keputusan politik maupun administasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Di dalam otonomi daerah tedapat
kebebasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah namun apa
yang menjadi kebutuhan daerah tersebut senantiasa harus
disesuaikan dengan kepentingan nasional sebagaimana yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”

3.   TUJUAN OTONOMI DAERAH


Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3. Keadilan.
4. Pemerataan.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah
serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran
serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

4. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN OTONOMI DAERAH


Syarat-syarat pemben tukan daerah sesuai dengan pasal 5, antara
lain :      
a.  Administrasi
  Untuk provinsi meliputi persetujuan DPRD provinsi dan
Gubernur.
  Untuk kabupaten/kota meliputi persetujuan DPRD
kabupaten/kota dan Bupati/Walikota.

3
b.  Teknis, meliputi faktor sebagai berikut :
1)  Kemampuan ekonomi
2)  Potensi daerah.
3)  Social budaya.
4)  Social politik.
5)  Kependudukan.
6)  Luas daerah.
7)  Pertahanan.
8)  Keamanan.
9)  Factor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah.

c.  Fisik, meliputi :
1)   Paling sedikit 5 kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi.
2)   Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kabupaten.
3)   Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kota.

5. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN OTONOMI DAERAH


Dasar hukum otonomi daerah yaitu :

1. UUD 1945 pasal 18, Pemerintah Daerah :


1)  Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang
2)  Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus
dan kota memiliki sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
3)  Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
4)  Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabu-paten, dan kota dipilih secara
demokratis.
5)  Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6)  Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pem-bantuan.
4
7)  Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang.
2. UU No. 32 tahun 2004 tentang  Pemerintahan Daerah (UU No. 32
tahun 2004) merupakan Undang-Undang (UU) yang mengatur
secara gamblang tentang Pemerintahan Daerah (Perda).
3. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 3 tahun
2003 Tentang Pertahanan Negara.

6. BENTUK DAN  SUSUNAN PEMERINTAH DAERAH


1)   Dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD),  merupakan lembaga
yang berperan sebagai badan legislative di daerah baik di provinsi,
kabupaten maupun kota. DPRD sebagai lembaga perwakilan
rakyat di dearah merupakan wahana untuk melaksanakan
demokrasi Pancasila. Dan dipilih melalui pemillu.

2)   Pemerintahan Daerah, merupakan lembaga di daerah yang


berperan sebagai badan eksekutif daerah. Berdasarkan UUD 1945
pasal 18 ayat 4 pemerintah daerah yang dibentuk di wilayah
provinsi, kabupaten dan kota ini dipilih secara demokratis. Dlam
menjalankan kewenangannya, pemerintah daerah berhak
menetpkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk
melaksanakn otonomi dan tugas bantuan.

2. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI OTONOMI DAERAH


Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan
identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan
kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di
daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak
daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah
pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi
kebudayaan dan juga pariwisata. Kebijakan-kebijakan pemerintah
daerah juga akan lebih tepat sasaran dan tidak membutuhkan waktu
yang lama sehingga akan lebih efisien.
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan
bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai
pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah daerah
dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang
pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang.

5
 

SIMPULAN
Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menyatakan
bahwa:
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah
yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut telah jelas bahwa pemberian otonomi kepada daerah


pada intinya adalah untuk memberikan keleluasaan daerah dalam
menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang tumbuh, hidup, dan
berkembang di daerah demi terciptanya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, pegembangan kehidupan demokrasi,
keadilan dan pemerataan serta keserasian hubungan antara pusat
dan daerah sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat di
daerah. Sungguhpun demikian, selama kurun waktu hampir satu
dasa warsa pelaksanaan otonomi daerah pasca Reformasi 1998,
masih saja ditemui kesenjangan posisi, kewenangan dan tanggung
jawab serta implementasi dari regulasi‐regulasi yang telah
ditetapkan.

16 Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut UU No. 32 Tahun

2004
Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemeritahan
presidensial dan parlementer yang ditunjukkan dengan adanya
pemerintahan yang menjunjung tinggi demokrasi dalam melaksanakan
sistem pemerintahannya. (baca juga: Ciri Utama Pemerintahan
Demokrasi) Sebagai negara yang mengalami perubahan sistem
pemerintahan dari sistem pemerintahan orde lama, pemerintahan orde
baru, dan orde reformasi, pemerintah negara Indonesia telah
menentukan berbagi macam kebijakan yang bertujuan untuk
membangun Indonesia sebagai bangsa yang memiliki stabilitas nasional
yang mantap berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, dalam
menjalankan fungsinya, sistem pemerintahan di Indonesia tidak
6
dilakukan secara terpusat melainkan dilakukan melalui adanya otonomi
daerah dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah membagi
peran untuk menetapkan dan menjalankan suatu kebijakan sesuai
dengan wewenangnya masing-masing. Sudah barang tentu dalam
menjalankan tugasnya, terdapat perbedaan wewenang diantara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah jika dilihat dari UU No. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Adapun wewenang
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat dijabarkan
sebagai berikut:

Wewenang Pemerintah Pusat


Wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan dalam skala nasional yang mengatur harkat dan
kepentingan warga negara Indonesia. Wewenang yang dimiliki oleh
pemerintah pusat sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 diantaranya:

1. Mengatur Jalannya Proses Politik Luar negeri.


Indonesia adalah negara yang turut serta dalam membangun hubungan
internasional dengan negara-negara luar negeri. Hubungan yang terjalin
tidak hanya pada aspek ekonomi maupun keamanan, tetapi juga dalam
aspek politik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia menganut sistem
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dimana Indonesia turut
serta dalam menjaga perdamaian dunia namun tidak mencampuri
urusan negara lain, sebagai berikut:

1)Melalui sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, pelaksanaan


politik luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat. Segala kebijakan
mengenai proses politik luar negeri diatur oleh pemerintah pusat.
2)Jika pemerintah daerah menginginkan suatu hubungan politik dengan
negara lain, maka pemerintah daerah tidak dapat memutuskan proses
hubungan politik dengan sendirinya, namun melalui perantara
pemerintah pusat.

Hal ini diperlukan agar wewenang pemerintah daerah dan pemerintah


pusat tidak tumpang tindih dalam hal politik luar negeri. Walaupun
politik luar negeri itu berkaitan dengan pemerintah daerah, hanya
pemerintah pusatlah yang berhak menentukan proses terjadinya
hubungan politik ini.

2. Mengatur Bidang Pertahanan Nasional. 


Segala sesuatu yang berkaitan dengan pertahanan nasional adalah
wewenang Pemerintah Pusat. Pertahanan dengan skala nasional

7
berkaitan dengan kedaulatan negara Indonesia itu sendiri. Upaya
pemerintah pusat untuk mengatur bidang pertahanan nasional
merupakan salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI.

Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk


mewujudkan pertahanan nasional yang stabil dan mantap. Namun,
pemerintah daerah tidak memiliki hak untuk mengatur kebijakan
berkaitan dengan pertahanan nasional. Pemerintah daerah hanya
mempunyai peran sebagai pelaksana di lapangan karena hanya
pemerintaj daerah yang mengerti bagaimana menjaga pertahanan
daerahnya melalui keberadaan masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut, sebagai berikut:

1) Dalam pengusulan kebijakan pertahanan nasional, pemerintah


daerah berhak mengajukan usulan terkait dengan usaha daerah untuk
mewujudkan pertahanan nasional.
2) Usulan yang diajukan oleh pemerintah daerah selanjutnya ditindak
lanjuti oleh pemerintah pusat untuk ditentukan bagaimana proses
selanjutnya.
3) Namun, dalam mengatur kebijakan yang berkaitan dengan
pertahanan nasional, pemerintah pusat tidak dapat menerapkan
kebijakan semena-mena tanpa mempertimbangkan apa yang menjadi
kebutuhan daerah.

3. Mengatur Bidang Keamanan Nasional.


Keamanan negara merupakan sesuatu yang harus dijaga dan diatur oleh
pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam hal ini, pemerintah pusat lebih mengatur keamanan yang
berskala nasional yang meliputi keamanan nasional di area darat, laut,
maupun udara. Kebijakan pemerintah pusat yang berkaitan dengan
keamanan nasional diperlukan untuk menjaga keamanan nasional dari
gangguan pihak dalam dan luar yang dapat menyebabkan suatu konflik
seperti konflik sosial dalam masyarakat, sebagai berikut:

1)Dalam menerapkan kebijakannya, pemerintah pusat menggandeng


pemerintah daerah agar pelaksanaan kebijakan yang berkaitan
dengan keamanan nasional dapat berjalan dengan baik.
2)Pemerintah pusat tetap harus menggandeng pemerintah daerah
karena keamanan daerah merupakan cikal bakal terwujudnya
keamanan nasional.
3)Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah yang
berkaitan dengan bidang keamanan diawasi oleh pemerintah pusat
8
agar pelaksanaan kebijakan tersebut tidak melenceng dari kebijakan
keamanan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

4. Mengatur Jalannya Proses yang Berkaitan Dengan


Kehakiman. 
Indonesia adalah negara yang berlandaskan pada hukum dan
mempunyai sistem peradilan di Indonesia. Jalannya proses hukum yang
berkaitan dengan kehakiman, diatur oleh pemerintah pusat. Pengaturan
yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah mengatur sistem hukum
baik itu lembaga penegak hukum maupun menentukan siapa yang
duduk di lembaga hukum tersebut. Dalam pelaksanaan pengaturan
proses hukum, pemerintah pusat melibatkan pemerintah daerah,
sebagai berikut :

1)Pemerintah daerah digunakan oleh pemerintah pusat sebagai tempat


dimana proses kehakiman dan hukum berlangsung.
2)Pemeritah pusat menunjuk lembaga peradilan di setiap daerah untuk
mewakili pemerintah pusat dalam menjalankan wewenangnya untuk
mengatur proses kehakiman.
3)Peranan lembaga peradilan yang berada di daerah-daerah
menunjukkan bahwa pemerintah pusat benar-benar melibatkan
pemerintah daerah dalam menjalankan proses hukum.

Ada kalanya proses hukum dapat diselesaikan melalui lembaga peradilan


yang berada di pemerintahan daerah dan tidak perlu sampai ke
pemerintah pusat. Walaupunhal ini dapat terjadi, pemerintah daerah
tidak berhak untuk melakukan pengaturan apapun terhadap proses
hukum yang berkaitan dengan kehakiman.

5. Mengatur Kebijakan Moneter dan Fiskal Nasional.


Perlu kita ketahui, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal adalah dua
hal yang berbeda. Kebijakan moneter merupakan suatu proses
pengaturan terhadap persedian uang yang dimiliki oleh negara dalam
rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh negara tersebut.
Kebijakan ini pada dasarnya merupakan kebijakan yang mempunyai
tujuan untuk menjaga keseimbangan internal seperti
pertumbuhan ekonomi yang mencakup stabilitas harga pasar
dan keseimbangan eksternal yang mempunyai tujuan untuk mencapai
keseimbangan dalam neraca pembayaran.

Sedangkan kebijakan fiskal sendiri merupakan suatu kebijakan yang


dibuat oleh pemerintah pusat untuk mengarahkan kondisi ekonomi

9
negara melalui proses pengeluaran dan pendapatan khususnya pajak.
Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang berbeda dengan kebijakan
moneter. Kebijakan fiskal lebih bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian di suatu negara melalui pajak dan tingkat suku
bunga, sebagai berikut:

Kedua kebijakan tersebut merupakan wewewnang yang hanya berhak


dilakukan oleh pemerintah pusat.

1) Kebijakan moneter dan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah


pusat diperlukan guna mengantisipasi dampak
globalisasi khususnya di bidang ekonomi.
2) Dalam melaksanakan kedua kebijakan tersebut, pemerintah pusat
menggandeng pemerintah daerah sebagai bentuk kerjasama.

Pemerintah daerah berperan sebagai pelaksana dari kebijakan moneter


dan fiskal yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika pada
pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah menemui kendala, pemerintah
daerah hanya dapat mengusulkan cara penyelesaian masalah yang
ditemui kepada pemeritnah pusat, bukan menentukan cara
penyelesaiannya sendiri.

6. Mengatur Kebijakan yang Berkaitan Dengan Agama.


Segala sesuatu yang berkaitan dengan agama di atur oleh pemerintah
pusat dan dilindungi oleh undang-undang. Seperti yang kita ketahui,
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia ada enam yaitu Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Semua warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk memeluk agamanya sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, sebagai berikut:

1)Masing-masing pemeluk agama berhak untuk menjalankan ibadah


sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.
2) Pemerintah pusat sebagai pengatur kebijakan yang berkaitan
dengan agama tentunya mempunyai strategi yang diterapkan
sebagai cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia.
3) Peran pemerintah daerah dalam kebijakan yang berkaitan dengan
agama berkaitan dengan hal-hal teknis seperti perizinan untuk
mendirikan rumah ibadah. Selebihnya, hanya pemerintah pusatlah
yang mempunyai wewenang untuk mengatur.

10
Wewenang Pemerintah Daerah
Wewenang pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
untuk dilaksanakan oleh suatu daerah. Wewenang pemerintah daerah
yang satu dengan lainnya tentu saja berbeda karena berkaitan dengan
karakteristik daerah yang ada tetapi masih berpegang pada asas-asas
pemerintahan daerah yang ada. Secara umum, wewenang pemerintah
daerah satu dengan lainnya memiliki kesamaan yang sesuai dengan UU
No. 32 Tahun 2004. Wewenang tersebut diantaranya:

1. Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan.


Dalam pemerintahan daerah, perencanaan dan pengendalian
pembangunan yang terjadi di daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang tahu kebutuhan akan
pembangunan dalam berbagai bidang sesuai dengan keinginan
masyarakat daerahnya. Adanya wewenang pemerintah daerah dalam
perencanaan dan pengendalian pembangunan adalah bentuk
perwujudan fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan. Pemerintah
pusat hanya berperan sebagai pengawas dan pemberi masukan
terhadap jalannya pembangunan yang terjadi di lingkungan pemerintah
daerah.

2. Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Tata Ruang.


Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan terhadap tata ruang
merupakan wewenang dari pemerintah daerah. Tata ruang yang
dimaksud di sini adalah penataan tata kota yang meliputi penataan
infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Proses perencanaan,
pemanfaat, dan pengawasa terhadap tata ruang dilakukan oleh
pemerintah daerah karena hanya pemerintah daerah yang tahu
bagaimana tata ruang yang cocok dan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya, bukan malah pemerintah pusat yang menentukan bagaiman
tata ruang untuk suatu daerah.

3. Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman


Masyarakat.
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Perbedaan karakteristik
daerah yang membuat perbedaan tingkat ketertiban umum dan
ketentraman di dalam masyarakatnya. Penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman dalam dilakukan melalui adanya struktur
organisasi pemeritahan desa yang dapat mengatur kebijakan-kebijakan
daerah untuk ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Oleh
karena itu, demi wujudkan ketertiban umum dan ketetraman di

11
masyarakat, pemerintah daerah membuat berbagai macam peraturan
daerah (perda) sesuai dengan tujuan dan keperluannya masing-masing.

4. Menyediakan Sarana dan Prasarana Umum.


Pengadaan sarana dan prasarana umum seperti ruang terbuka hijau,
sarana transportasi, dan lainnya merupakan kewenangan pemerintah
daerah. Keberadaan sarana dan prasanan umum diperlukan untuk
memehui kebutuhan masyarakat daerah dalam kemudahan akses
terhadap sarana dan prasarana umum. Perbaikan sarana dan prasarana
juga merupakan wewenang dari daerah yang seringkali menemui
kendala dalam melakukan perbaikannya. Maka dari itu, seringkali kita
temukan sarana dan prasarana umum milik pemeritnah daerah yang
sudah tidak terawat bahkan terbengkalai. Sarana dan prasarana yang
sudah tidak layak tersebut dapat menjadi penyebab konflik sosial karena
adanya perbedaan sarana dan prasarana umum daerah yang satu
dengan yang lain.

5. Menangani Bidang Kesehatan.


Penanganan terhadap bidang kesehatan juga merupakan kewenangan
dari pemerintah daerah. Penangan bidang kesehatan dapat berupa
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit atau
puskesmas. Tidak hanya itu, penanangan terhadap bidang kesehatan
juga mencakup penyediaan tenaga kesehatan di lingkungan daerah.
Secara fakta, penanganan pemerintah di dalam bidang kesehatan masih
tidak merata. Ada beberapa daerah di Indonesia yang masih kesulitan
untuk mencari puskesmas atau rumah sakit terdekat karena letaknya
yang jauh. Melalui adanya kewenangan pemeritnah dalam otonomi
daerah, seharusnya penanganan di bidang kesehatan dapat menjadi
lebih baik dan merata demi menjangkau masyarakat daerahnya masing-
masing.

6. Menyelenggarakan Pendidikan dan Mengalokasikan SDM.

Setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan minimal sembilan


tahun tanpa terkecuali demi menghasilkan sumber daya manusia yang
berpotensi. Oleh karena itu, demi mewujudkan kebijakan pemerintah
pusat terhadap pendidikan, pemerintah daerah mempunyai wewenang
untuk meyelenggarakan pendidikan di daerahnya. Idealnya di suatu
daerah terdapat sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah menengah (SMP,
SMA/ MTS, MA) agar anak-anak yang terdapat di dalam komunitas
masyarakat dapat bersekolah.

12
Melalui penyelenggaraan pendidikan, pemerintah daerah diwajibkan
untuk melakukan proses pendidikan sesuai dengan karakteristik
daerahnya masing-masing agar anak-anak yang mengikuti proses
pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada di daerahnya.
Pemeritah daerah melalui dinas pendidikan terkait juga mempunyai
wewenang untuk merancang sistem pembelajaran yang menarik
sehingga proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak
menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar.

7. Menanggulangi Masalah Sosial.


Masalah-masalah sosial yang terjadi di suatu daerah merupakan
tanggung jawab dari pemerintah daerah. Melalui wewenang yang
dimiliki, pemerintah daerah dapat mengeluarkan peraturan daerah untuk
mengurangi terjadinya masalah-masalah sosial yang ada di daerahnya.
Peraturan daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah tentunya
didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila agar peraturan tersebut tidak
bertentangan dengan Pancasila. Selain itu, keberadaan peraturan
daerah merupakan salah satu dasar hukum yang diperlukan
untuk penerapan Pancasila dalam kehidupan khususnya dalam
menanggulangi masalah sosial yang ada.

8. Melayani Bidang Ketenagakerjaan.


Setiap masyarakat di suatu wilayah berhak mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam
menyediakan lapangan pekerjaan untuk menyerap masyarakat
dalam lapangan pekerjaan tersebut. Layanan ketegakerjaan juga
dilakukan pemerintah daerah melalui adanya Dinas Tenaga Kerja, Sosial
dan Transmigrasi untuk memudahkan masyarakat dalam mengurus
berkas atau kepentingan lain yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.

9. Memfasilitasi Pengembangan Koperasi dan UMKM.


Keberadaan koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
merupakan aset pemerintah daerah yang harus dijaga. Perlu kita
ketahui, terdapat beberapa jenis-jenis koperasi sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Jika dikaitkan dengan pemerintahan daerah, maka
koperasi yang paling umum ditemui adalah koperasi simpan pinjam
dimana para pemilik UMKM dapat melakukan peminjaman modal.
Melalui pemeritahan yang dilakukan sekarang, pengembangan koperasi
dan UMKM merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah
daerah mempunyai wewenang untuk mengembangkan koperasi daerah
dan UMKM sebagai salah satu pendukung dalam pendapatan daerah
melalui pajak. Keberadan UMKM di daerah perlu difasilitasi oleh

13
pemerintah daerah agar UMKM tersebut dapat berkembang dan
mendatangkan kemajuan bagi daerah tersebut.

10. Mengendalikan Lingkungan Hidup.


Pengendalian lingkungan hidup merupakan wewenang dari pemerintah
daerah. Kebersihan lingkungan hidup dan pemeliharaan sumber daya
alam dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan
masyarakat daerah tersebut. Pemerintah daerah dapat mengeluarkan
peraturan daerah untuk melakukan pengendalian lingkungan hidup agar
terjadi keselarasan dan keseimbangan diantara lingkungan hidup dan
perilaku masyarakat di daerah tersebut. Pengendalian lingkungan hidup
yang dilakukan oleh pemerintah daerah tentunya sesuai dengan
karakteristik daerahnya masing-masing dan tidak dapat dipukul rata oleh
pemeritah pusat.

Itulah beberapa wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan


pemerintah daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004. Wewenang dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentunya berbeda-beda, tetapi
tetap mengacu pada stabilitas nasional bangsa dan demi kemajuan
negara Indonesia. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian..

14

Anda mungkin juga menyukai