Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CIVIC EDUCATION

SISTEM PEMERINTAHAN

Makalah Ini Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas CIVIC EDUCATION

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Disusun Oleh Kelompok 3:

Rezky Awaliyah Sari


612062019158

Nurfadilla Ayska
612062019165

Andi Sulpiana
612062019160

Muh.Rafli
612062019162

Muh.Asridal
612062019156

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun pokok bahasan yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang
”Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Menurut UUD 1945 dan Demokrasi
Indonesia” yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila .
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa/i teman sejawat yang
turut memberikan dukungan baik berupa materil maupun moril.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian yang bersifat membangun yang bisa menjadi bahan acuan
dan pertimbangan bagi penulis untuk kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia Menurut UUD 1945 dan Demokrasi Indonesia.

24 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

1. Sistem Pemerintahan Indonesia

2. Teori Teori Terbentuknya Pemerintahan

3. Perkembangan Pemerintahan

4. Manajemen Dan Kepemimpinan Pemerintahan

5. Mewujudkan Good Governance

BAB III PENUTUP

a.Kesimpulan

b.Penutup

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

     Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes
hal tersebut.

     Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

     Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan
roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka penulis memberi judul“ SISTEM  PEMERINTAHAN 
INDONESIA‘’.

B.Perumusan Masalah

Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup
masalah Sistem Pemerintahan ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pemerintahan Indonesia


2. Teori Teori Terbentuknya Pemerintahan
3. Perkembangan Pemerintahan
4. Manajemen Dan Kepemimpinan Pemerintahan
5. Mewujudkan Good Governance

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan


2. Mengetahui Teori Teori Terbentuknya Pemerintahan
3. Mengetahui Perkembangan Pemerintahan
4. Mengetahui Manajemen Dan Kepemimpinan Pemerintahan
5. Mengetahui cara Mewujudkan Good Governance
BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Sistem Pemerintahan


Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional terhadap keseluruhan. Dengan demikian dalam usaha ilmiah sistem
adalah suatu tatanan atau susunan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian
atau komponenyang berkaitan antara satu dengan lainnya secara teratur dan terencana untuk
mencapai suatu tujun. Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah segala bentuk
kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ negara yang
mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan kekuasaan. Pengertian
pemerintahan seperti ini mencakup kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang
dilakukan oleh eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Dalam arti yang sempit, pemerintahan
adalah aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh fungsi eksekutif, presiden ataupun
perdana menteri, sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya. Dari dua
pengertian tersebut, maka dalam melakukan pembahasan mengenai pemerintahan negara titik
tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks pemerintahan dalam arti luas. Yaitu meliputi
pembagian kekuasaan dalam negara, hubungan antar alat-alat perlengkapan negara yang
menjalankan kekuasaan tersebut.

Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertian


sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau susunan
pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ-organ pemegang kekuasaan
di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut
baik secara vertikal maupun horisontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.  Jadi,
sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan
antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negaradalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan. Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-
cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sistem Pemerintahan Indonesia

1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS

Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah


Parlementer yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain :

a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat


b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
Ketentuan pasal tersebut menunjukkan bahwa RIS mempergunakan sistem
pertanggung jawaban menteri.
2) Sistem Pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950

UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur
dalam konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan :

a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat


b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-
sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.

3) Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen:

1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.


2. DPR sebagai pembuat UU.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6. BPK pengaudit keuangan.

4) Sistem Pemerintahan setelah amandemen

1. MPR bukan lembaga tertinggi lagi.


2. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat.
3. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
4. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
5. Kekuasaan Legislatif lebih dominan.
Negara indonesia adalah negara yang berbentuk republik. Pemerintahan republik adalah suatu
pemerintahan dimana seluruh atau sebagian rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi di
dalam negara. Oleh karena itu, kadaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
undang-undang dasar.

2.Teori Teori Terbentuknya Pemerintahan

Pembentukan pemerintahan indonesia diawali dengan mengadakan sidang pertama PPKI,


tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Cuo Sangi-In yang menghasilkan:

1. Mengesahkan UUD

Sebelum rapat membahas pengesahan UUD , Sukarno-Hatta meminta Ki Bagus


Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimejo dan Teuku Moh. Hassan untuk
membahas kembali Piagam Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pemeluk agama lain merasa
keberatan terhadap kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dalam rancangan Piagam Jakarta. Kemudian rapat sepakat untuk
merubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Pengangkatan presiden dan wakil presiden.

Dalam pengangkatan presiden serta wakilnya,Oto Iskandardinata mengusulkan agar


pemilihan presiden dilakukan secara aklamasi. Ia juga mengajukan Ir. Sukarno sebagai
presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Akhirnya usulan tersebut disetujui
oleh para hadirin dan kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

3. Pembentukan sebuah Komite Nasional (Daerah)

Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah
Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan
berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan
Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada
tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan.
Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai
kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal
16 Oktober 1945.

Sebelum sidang PPKI ditutup, Presiden meminta 9 orang anggota sebagai Panitia
Kecil untuk membahas hal-hal yang yang meminta perhatian mendesak. Panitia Kecil ini
dipimpin oleh Oto Iskandardinata.

3.Perkembangan Pemerintahan

Dalam pertumbuhan dan perkembangan sejarah ketatanegaraan, Indonesia


mengalami berbagai perubahan dalam sistem pemerintahan sesuai dengan situasi dan
kondisi zaman.

Berikut adalah penjelasan penjelasannya:

1. Sistem Pemerintahan di bawah UUD 1945, 18 Agustus 1945

Dalam dinamika atau perkembangan pasang surut ketatanegaraan atau sistem


pemerintahan RI dapat kita lihat dari naskah resmi UUD yang pernah berlaku di Indonesia
mulai dari 18 Agustus 1945 sampai sekarang.

Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak


menganut suatu sistem pemerintahan dari negara manapun, melainkan merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Kalau diperhatikan sistimatika dari sejak
pembentukan UUD 1945 (BPUPKI) yang dijadikan dasar pembentukan sistem pemerintahan
Negara Republik Indonesia dapat kita ketahui dari Batang tubuh dan Penjelasan Resmi dari
UUD 1945 bahwa negara Republik Indonesia menganut Sistem pemerintahan Presidensial

2. Sistem Pemerintahan Konstitusi RIS 1949

Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah, 197 pasal dan 1
lampiran. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik Indonesia yang Serikat yang
merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federal.
Sistem pemerintahannya adalah Parlementer berdasarkan pasal 118 ayat 2
menyebutkan sebagai berikut “ Presiden tidak dapat diganggu gugat. Tanggung jawab
kebijaksanaan pemerintah berada ditangan menteri, tetapi apabila kebijakan menteri/para
menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka menteri/menteri-menteri itu harus
mengundurkan diri, atau DPR dapat membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut
dengan alasan mosi tidak percaya.

3. Sistem Pemerintahan di Bawah UUDS 1950

Sistem pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950 adalah sistem pemerintahan


parlementer seperti pada masa berlakunya konstitusi RIS. Dasar hukumnya antara lain
adalah:

Pasal 45 : Presiden ialah kepala negara.

Pasal 83 Ayat 1 : Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat pemerintah, baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.

Pada masa berlakunya UUDS 1950, pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.
Dengan demikian sistem demokrasi di parlemen dan pada sistem pemerintahan tidak sehat.
Selain itu, kekuasaan alat-alat perlengkapan negara dikendalikan oleh lembaga yang
bersangkutan tanpa dikoordinasikan oleh pemerintah pusat.

4. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, 5 Juli 1959- 21 mei 1998

Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya UUDS semakin memanas, pada
tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan
Konstitusional untuk kembali ke UUD 1945. Namun, untuk mengembalikan UUD 1945
secara murni menjadi perdebatan bagi anggota kelompok konstituante.

Kelompok pertama : anggota konstituante mau menerima saran untuk kembali kepada UUD
1945 secara utuh.

Kelompok kedua : anggota konstituante mau menerima kembali UUD 1945 dengan
persyaratan amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada pembukaan UUD 1945 harus
diubah dengan sila pertama Pancasila seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.

Perdebatan kedua kelompok di dalam badan konstituante itu tidak mencapai titik temu.

Presiden, yang menurut UUDS 1950 memiliki kemampuan membubarkan Dewan


Perwakilan Rakyat, akhirnya membubarkan badan konstituante yang dianggap tidak dapat
menjalankan tugas dengan baik. Bubarnya badan konstituante tersebut, secara otomatis
tidak adanya lembaga pembentuk UU. Situasi ini pula yang mendorong Presiden
mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin agar dapat kembali ke UUD 1945. Peristiwa ini
disebut dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak itu berlakulah UUD 1945 dan sistem
pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Akan tetapi, kondisi itu tetap berlaku sampai
diangkatnya Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret).

4.Manajemen dan kepemimpinan pemerintah

Kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada filsafah negara,
yaitu:

Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanakan, dan tujuan pembangunan


yang ingin dicapai. Khusunya menyadari makna pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan fisik, demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok dan riil
dari rakyat, serta peningkatan kehidupan bangsa atas asas manfaat, usaha bersama,
kekeluargaan, demokrasi, serta prinsip adil dan merata.

Diharapkan agar kepemimpinan Pancasila mampu menggali inti sari dari nilai-nilai
tradisional kuno yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk
kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisme,dalam gaya kepemimpinan
Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi yang


sesuai dengan Pancasila, dalam hal ini pemerintah Indonesia harus benar-benar mampu
manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan sistem
pemerintahannya. Sistem pemerintahan demokrasi merupakan sistem pemerintahan
dimana rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, pemerintah hanya
sebagai pelaksana sistem pemerintahan dimana terpilihnya para tokoh di pemerintahan
merupakan hasil dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering disebut Pemilu (Pemilihan
Umum), dalam acara 5 tahun sekali rakyat berbondong-bondong untuk memilih calon
presiden dan wakil presiden, yang nantinya akan memimpin negara Indonesia.
Pemerintahnya yang notabene adalah berasal dari rakyat nantinya akan menjadi pelayan
rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung jawab atas berjalan atau tidaknya roda
pemerintahannya.

Sudah diuraikan diatas mengenai persyaratan kepemimpinan yang harus dimiliki


oleh aparatur negara. Selain itu perlu juga adanya pemahaman secara dalam mengenai
nilai-nilai dari pancasila yang merupakan asas negara Indonesia. Untuk memahami hal
tersebut marilah kita renungkan pemikiran Dr. Ruslan Abdulgani mengenai moral Pancasila
dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional antara lain sebgai berikut:

Yang dimaksud dengan Pancasila ialah Pancasila yang tercantum pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945; Ketuhanan YME, Kemanusiaan Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan /Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi dan diendapkan dalam hati dan
kalbu, sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk kemudian diterapkan/diamalkan dengankesungguhan hati dalam
kehidupan bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya Pancsila sebagai
pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara
Republik Indonesia) untuk hidup rukun-damai bersama-sama.

Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk utuk memeluk
agama masing-masingdang beribat meurut agama dan kepercayaannya. Kebebasn
beragama adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena
kebebasan itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kebebasan beragam itu bukan pemberian negara, dan bukan pemberian golongan, akan
tetapi merupakan anugerah Ilahi.

5.Mewujudkan Good Governance

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tata kelola pemerintahan saat ini belum pada
kondisi yang ideal bila mengacu pada prinsip-prinsip Good Governance. Untuk dapat
mewujudkan Good Governance, hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah
“Optimalisasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance” yang bertujuan meningkatkan
kinerja (Performance) pemerintah.

Selain itu, sangat perlu disadari bahwa dalam mewujudkan Good Governance
diperlukan penciptaan good public governance, good corporate governance, dan good civil
society. Untuk itu, dalam governance terdapat tiga komponen atau pilar utama yang harus
terlibat, yaitu :

1) public governance yang merujuk pada lembaga pemerintahan (legislatif,


eksekutif, dan yudikatif), sehingga dapat diartikan sebagai tata kelola pemerintahan yang
baik di lembaga-lembaga pemerintahan.

2) corporate governance yang merujuk pada dunia usaha swasta, sehingga dapat
diartikan sebagai tata kelola perusahaan/kewirausahaan yang baik di dunia usaha, dan 3)
civil society atau masyarakat, yang diartikan dengan terciptanya tata kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat yang bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan Good Governance, pemerintah Indonesia


telah berupaya melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan organisasi publik.
Pemerintah Indonesia telah membuat Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional Tahun
2010-2025 melalui Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Kebijakan ini kemudian
ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20
Tahun 2010.
Di lingkungan Kementerian Kehutanan, reformasi birokrasi sebenarnya sudah mulai
dijalankan sejak tahun 2000 namun belum sistematis dan terencana dengan baik. Seiring
dengan adanya program reformasi birokrasi nasional, Kementerian Kehutanan telah
membuat Road Map Reformasi Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014, yang merupakan
arah pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kehutanan yang
diharapkan dapat paripurna pada tahun 2025. Terdapat 8 langkah pembenahan yang
dilakukan Kementerian Kehutanan dalam konteks reformasi birokrasi, yaitu :

1) Penataan organisasi 2) Penataan ketatalaksanaan, 3) Penataan peraturan perundan-


undangan, 4) Penataan SDM aparatur, 5) Penguatan pengawasan, 6) Peningkatan pelayanan
publik, 7) Peningkatan akuntabilitas, 8) Pembenahan pola pikir dan budaya kerja.

Reformasi birokrasi yang dilakukan pemerintah, termasuk Kementerian Kehutanan,


pada dasarnya merupakan upaya perubahan yang dilakukan secara sadar dan terencana
agar birokrasi pemerintah mampu menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan strategis
dan mendorong perubahan yang lebih baik dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan. Dengan dilakukannya reformasi birokrasi, tentunya besar harapan untuk
dapat terwujudnya Good Governance, baik secara nasional, terlebih lagi di lingkungan
Kementerian Kehutanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan


berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan
negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok,
yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau
unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.

Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan
ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem
parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya,
apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya
adalah presidensial.

Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki,
lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya
dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran  yang bersifat membangun sangat
lah penulis harapkan terutama dari bapak dosen pembimbing dan rekan pembaca sekalian
demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang, semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua dan menambah wawasan kita.
                                             

DAFTAR PUSTAKA

Muthali’in, Achmad 2012 Bahan Ajar PLPG Pendalaman Materi Bidang Studi PKN
Surakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan

http://www.triwahyu.web.id/2012/sistem-pemerintahan-indonesia.html

http://41707011.blog.unikom.ac.id/sistem-pemerintahan.1ay

Anda mungkin juga menyukai