SISTEM PEMERINTAHAN
Makalah Ini Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas CIVIC EDUCATION
Nurfadilla Ayska
612062019165
Andi Sulpiana
612062019160
Muh.Rafli
612062019162
Muh.Asridal
612062019156
BONE
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun pokok bahasan yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang
”Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Menurut UUD 1945 dan Demokrasi
Indonesia” yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila .
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa/i teman sejawat yang
turut memberikan dukungan baik berupa materil maupun moril.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian yang bersifat membangun yang bisa menjadi bahan acuan
dan pertimbangan bagi penulis untuk kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia Menurut UUD 1945 dan Demokrasi Indonesia.
24 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
3. Perkembangan Pemerintahan
a.Kesimpulan
b.Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes
hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan
roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka penulis memberi judul“ SISTEM PEMERINTAHAN
INDONESIA‘’.
B.Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup
masalah Sistem Pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
C.Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur
dalam konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan :
1. Mengesahkan UUD
Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah
Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan
berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan
Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada
tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan.
Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai
kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal
16 Oktober 1945.
Sebelum sidang PPKI ditutup, Presiden meminta 9 orang anggota sebagai Panitia
Kecil untuk membahas hal-hal yang yang meminta perhatian mendesak. Panitia Kecil ini
dipimpin oleh Oto Iskandardinata.
3.Perkembangan Pemerintahan
Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah, 197 pasal dan 1
lampiran. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik Indonesia yang Serikat yang
merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federal.
Sistem pemerintahannya adalah Parlementer berdasarkan pasal 118 ayat 2
menyebutkan sebagai berikut “ Presiden tidak dapat diganggu gugat. Tanggung jawab
kebijaksanaan pemerintah berada ditangan menteri, tetapi apabila kebijakan menteri/para
menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka menteri/menteri-menteri itu harus
mengundurkan diri, atau DPR dapat membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut
dengan alasan mosi tidak percaya.
Pasal 83 Ayat 1 : Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat pemerintah, baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
Pada masa berlakunya UUDS 1950, pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.
Dengan demikian sistem demokrasi di parlemen dan pada sistem pemerintahan tidak sehat.
Selain itu, kekuasaan alat-alat perlengkapan negara dikendalikan oleh lembaga yang
bersangkutan tanpa dikoordinasikan oleh pemerintah pusat.
Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya UUDS semakin memanas, pada
tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan
Konstitusional untuk kembali ke UUD 1945. Namun, untuk mengembalikan UUD 1945
secara murni menjadi perdebatan bagi anggota kelompok konstituante.
Kelompok pertama : anggota konstituante mau menerima saran untuk kembali kepada UUD
1945 secara utuh.
Kelompok kedua : anggota konstituante mau menerima kembali UUD 1945 dengan
persyaratan amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada pembukaan UUD 1945 harus
diubah dengan sila pertama Pancasila seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.
Perdebatan kedua kelompok di dalam badan konstituante itu tidak mencapai titik temu.
Kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada filsafah negara,
yaitu:
Diharapkan agar kepemimpinan Pancasila mampu menggali inti sari dari nilai-nilai
tradisional kuno yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk
kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisme,dalam gaya kepemimpinan
Indonesia.
Yang dimaksud dengan Pancasila ialah Pancasila yang tercantum pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945; Ketuhanan YME, Kemanusiaan Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan /Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi dan diendapkan dalam hati dan
kalbu, sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk kemudian diterapkan/diamalkan dengankesungguhan hati dalam
kehidupan bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya Pancsila sebagai
pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara
Republik Indonesia) untuk hidup rukun-damai bersama-sama.
Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk utuk memeluk
agama masing-masingdang beribat meurut agama dan kepercayaannya. Kebebasn
beragama adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena
kebebasan itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kebebasan beragam itu bukan pemberian negara, dan bukan pemberian golongan, akan
tetapi merupakan anugerah Ilahi.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tata kelola pemerintahan saat ini belum pada
kondisi yang ideal bila mengacu pada prinsip-prinsip Good Governance. Untuk dapat
mewujudkan Good Governance, hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah
“Optimalisasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance” yang bertujuan meningkatkan
kinerja (Performance) pemerintah.
Selain itu, sangat perlu disadari bahwa dalam mewujudkan Good Governance
diperlukan penciptaan good public governance, good corporate governance, dan good civil
society. Untuk itu, dalam governance terdapat tiga komponen atau pilar utama yang harus
terlibat, yaitu :
2) corporate governance yang merujuk pada dunia usaha swasta, sehingga dapat
diartikan sebagai tata kelola perusahaan/kewirausahaan yang baik di dunia usaha, dan 3)
civil society atau masyarakat, yang diartikan dengan terciptanya tata kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat yang bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan
ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem
parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya,
apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya
adalah presidensial.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki,
lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya
dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
lah penulis harapkan terutama dari bapak dosen pembimbing dan rekan pembaca sekalian
demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang, semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua dan menambah wawasan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Muthali’in, Achmad 2012 Bahan Ajar PLPG Pendalaman Materi Bidang Studi PKN
Surakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan
http://www.triwahyu.web.id/2012/sistem-pemerintahan-indonesia.html
http://41707011.blog.unikom.ac.id/sistem-pemerintahan.1ay