Anda di halaman 1dari 26

STRUKTUR DAN FUNDAMENTAL FILSAFAT ILMU

Makalah Ini Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FILSAFAT
ILMU Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Perbankan Syariah
semester 1

Oleh :Kelompok 1

Ketua: Andini (612062019170)

Kasmiani(612062019168)

Resky awalia Amanda (612062019164)

Nur angriali issamatulla (612062019155)

Yahya wahyudi (612062019180)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga Tugas Makalah filasafat ilmu ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kewirausahaan. Makalah ini kami buat dengan tujuan agar pembaca dapat
menerima pengetahuan tentang struktur fundamental ilmu pengetahuan.

Dalam proses penyusun makalah ini kami mendapatakan banyak kendala,


namun berkat kerja sama yang baik antar anggota kelompok sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki terbatas,
cukup banyak tantangan dan hambatan yang kami temukan dalam menyusun
makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Watampone, 25 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Bangunan Dasar Filsafat ilmu 2


B. Pelajaran Dari Archie J. Bahmt Keprihatinan dana perhatian (concern) 10
C. Kontribusi Archie J. Bahmt Catatan Akhir 13
D. Hakikat Ilmu Dan Bahasa 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 21
B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup sebuah bidang
terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya
dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepadah
pemahaman dan membawa kita tindakan yang lebih layak, filsafat perlu
pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
karena ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk
mencapai tujua. Filsafat membahas segalah sesuatu yang ada bahkan yang
mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun riil meliputu tuhan, manusia
dan alam semesta.

Sehingga untuk paham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit


tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bias menguasai
sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat. Adapun ruang lingkup yang
akan kita bahas dimakalah ini adalah bangunan dasar filsafat ilmu,
pelajaran dari Archie.J. Bahmt keperhatinan dan perhatian (concem),
kontribusi Archie.J Bahmt catatan akhir hakikat ilmu dan bahasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen-komponen dari rancang bangun filsafat ilmu?
2. Apa pengertian dari ilmu, bahasa dan sumber pengetahuan?
3. Apa sja sumber-sumber mendapatkan ilmu atau pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk ,mengetahui komponen-komponen dari rancang bangun filsafat
ilmu.
2. Untuk memahami pengertian dari ilmu, bahasa dan sumber pengetahuan.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber mendapatkan ilmu atau pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bangunan Dasar Filsafat Ilmu


Buku “What is Science” karya Archie J. Bahm ini secara umum
membicarakan enam komponen dari rancang bangun filsafat ilmu, artinya
dengan enam komponen itu, sesuatu itu bisa disebut filsafat ilmu, yaitu:
1. Adanya masalah (problem).
Dalam persoalan ini, Archie J. Bahm menjelaskan bahwa tidak
semua masalah menunjukkan ciri keilmiahan. Suatu masalah disebut
masalah ilmiah, jika memenuhi ‘persyaratan’, yaitu bahwa masalah itu
merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap dan metode ilmiah;
Masalah yang terus mencari solusi; Masalah yang saling berhubungan
dengan masalah dan solusi ilmiah lain secara sistematis (dan lebih
memadai dalam memberikan pemahaman yang lebih besar). Untuk itu ia
menawarkan, masalah yang dapat dikomunikasikan dan capable, yang
disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu pengetahuan
awal, sudah pantas dikatakan “masalah ilmiah” (scientific problem).
2. Adanya sikap, dalam arti sikap ilmiah.
Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam
karakteristik pokok, yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan untuk
objektif, kemauan untuk menangguhkan penilaian, dan kesementaraan.
a. Keingintahuan; Yang dimaksud disini adalah keingintahuan ilmiah, yang
bertujuan untuk memahami. Ia berkembang dan berjalan terus sebagai
perhatian bagi penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi,
petualangan, dan eksperimentasi. Secara umum para ilmuwan,
sebagaimana diyakini Archie J. Bahm bahwa diantara mereka ada yang
mempunyai kecendrungan untuk menjadikan sikap ilmiah ini sebagai

2
3

b. bagian dari pandangan hidup mereka, sehingga memelihara kecendrungan


untuk ingin tahu akan segala sesuatu.
c. Spekulatif yang penuh arti; yaitu diawali dengan keinginan untuk mencoba
memecahkan semua masalah yang ditandai dengan beberapa usaha,
termasuk usaha untuk menemukan solusi, misalnya dengan mengusulkan
satu hipotesa atau lebih. Artinya, spekulasi adalah sesuatu hal yang
disengaja dan berguna untuk mengembangkan dan mencoba membuat
berbagai hipotesa. Dengan demikian, spekulasi merupakan karakteristik
yang esensial dalam sikap ilmiah
d. Kemauan untuk objektif. Disini Archie J. Bahm menjelaskan bahwa
‘objektifitas’ adalah salah satu jenis sikap subyektif. Dalam arti bahwa
objektifitas bergantung pada eksistensinya, tidak hanya atas eksistensi
sebuah subyek, tetapi juga atas kemauan subyek untuk memperoleh dan
mengikuti sikap objektif, dalam arti minat untuk memahami sifat dasar
objek itu sendiri, sejauh objek tersebut bisa dipahami dengan cara ini.
Dalam hal ini Archie J. Bahm menawarkan beberapa kemauan untuk
bersikap objektif, yaitu meliputi: a). Kemauan untuk mengikuti
keingintahuan ilmiah kemanapun arahnya. b). Kemauan untuk dipandu
oleh pengalaman dan nalar. c). Kemauan untuk dirubah oleh objek. d).
Kemauan untuk salah, dalam arti tidak takut salah. e). Kemauan untuk
bersabar (konsisten).
e. Keterbukaan. Maksud sikap ini menyangkut kemauan untuk bersikap
terbuka. Ini termasuk kemauan untuk mempertimbangkan semua saran
yang relevan dengan hipotesis, metodologi, dan bukti yang berhubungan
dengan masalah dimana seseorang bekerja. Sikap ini harus dibarengi
dengan sikap toleran, dan bahkan menerima ide-ide baru, termasuk, tidak
saja ide yang berbeda dengan ide-idenya, tetapi juga yang kontradiksi atau
yang berseberangan dengan kesimpulan-kesimpulannya.
f. Kemauan untuk menangguhkan penilaian atau menunda keputusan. Bila
penyelidikan tentang suatu objek atau masalah tidak menghasilkan
pemahaman atau solusi yang diinginkan, maka seseorang tidak boleh
4

menuntut jawaban yang lebih dari apa yang ia peroleh. Sikap ilmiah
menyangkut kemauan untuk tetap tidak pasti, dan penangguhan demikian,
butuh lebih banyak kesabaran.
g. Kesementaraan. Sikap kesemntaraan akan selalu meragukan validitas
sesuatu hipotesa termasuk pengerjaanya, bahkan meragukan segala usaha
ilmiah termasuk bidan keahlian sesorang. Meskipun pengalaman
perorangn dan kelompok cenderung membenarkan keyakinan yang lebih
kuat dan memandanya sebagai kesimpulan. Maka selama para ilmuwan
terus bekerja lebih lama, lebih baik, dan lebih penuh (melalui hubungan
timbal balik yang harmonis denga berbagai kesimpulan yang dianut dalam
bidang lain), bukti kepastian tetap selalu kurang dari seratus persen
(persentase dapat diperoleh dari bukti deduktif). Study dalam sejarah ilmu
membuktikan bahwa sistem ilmia yang mapan dan hampir diterimaa
secara universal dalam satu zaman, tetap selalu tidak memadai, dan pada
akhirnya memberikan jalan menuju munculnya berbagai konsepsi
refolusioner yang mengantar kepada penegakkan sistem baru yang
didasarkan atas berbagai praduga yang berbeda secara redikal. Setidaknya,
fakta historis menunjukkan bahwa keyakinan terkokoh yang dianut
sekarang dan sistem penafsiran paling ruwet dan paling memakai yang
sekarang ini lazim, mungkin masih membuka jalan kepada sesuatu yang
lebih meadai. Sepanjang kemungkinan ini masih memberikan harapan,
maka pandangan dogmatisme tentang berbagai kesimpulan yang diterima
belakangan ini sebenarnya tidak berdasar. Sikap ilmia ini memerlukan
kemauan untuk tetap bersikap sementara dalam memandang semua
kesimpulan ilmia. Ini menunjukkan kebutuhan untuk tidak dogmatis
terhadap metode, sebab kesimpulan yang berbeda akan bergantung pada
metode yang berbeda, yang diperlukan untuk membuat kesimpulan itu.
Penafsiran terdahulu tentang sikap imiah, menyangkut potret ilmuan yang
senantiasa mengalami ketegangan antara ketahan dan kesemtaraan disatu
sisi, ia harus tetap bersabar dalam penyelidikannya dan berpegang pada
hipotsesanya sepanjang yang bisa diperolehnya. Dilain sisi, ia harus tetap
5

tidak yakin bahwa kesimpulan terbaiknya tidak sepenuhnya terjamin.


Sekalipun seorang imuan mungkin sebenarnya sangat menderita, namun
pada dasarnya, ia memang harus berkemauan untuk mengalami berbagai
ketegangan, dengan mewujudkan kemauan ganda yaitu kemauan untuk
bertahan dan kemauan untuk tetap bersifat sementara.

3. Menggunakan Metode Ilmiah.


Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archie J. Bahm harus di
pandang sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut. Kajian tentang
persoalan ini tidak bias di hindarkan adanya controversial yang ekstrim.
Yaitu pada satu sisi: “Yang membuat sebuah studi itu ilmiah bukanlah
sifat dasar dari sesuatu yang di perhatikan, tetapi matode yang di hadapi
oleh sesuat itu”. Esensi ilmu pengetahuan adalah metodenya”, sedangkan
sisi yang lain, “Berkenaan dengan sifat dasar metode ilmiah, para ilmuan
sendri tidaklah selalu memiliki ide yang jelas dan logis”, “Dalam banyak
hal tidak ada kesepakatan tentang metodologi di kalangan ilmuan sendri”.
Sebagai konsekweensi dari kontrovensi itu timbulnylah persoalan; apakah
metode ilmiah itu tunggal ataukah banyak? Menanggapi perseroalan ini,
Archie J. bahm berpendapat bahwa metode ilmiah itu adalah satu sekaligus
banyak; di katakana satu kaena metode ilmiah itu adalah seni sekaligus
banyak; di katakana satu karena metode ilmiah, dalam penerapannya tidak
ada persoalan, sedangkan di katakana banyak, karena dalam kenyataanya
terdapat banyak jalan yaitu;
a). masing-masing ilmu mempunyai metodenya sendiri-sendiri, yang
paling cocok dengan jenis masalahnya sendiri.
b). setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri.
c). secara historis, para ilmuan dalam bidang yang sama dalam waktu yang
berbeda dalam perkembangan reoritis dan temuan teknologis.
d). perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin lama semakin saling bergantung dewasa ini,
6

memerlukan perkembangan berbagai metodologi baru yang


cepat,berkenaan dengan jenis masalah yang lebih ruweet dan dinamis.
e). siapa saja yang concem pada metode ilmiah harus mengakui bahwa
metode ini mempunyai tahap-tahap yang membutuhkan metode yang
berbeda pada tahapannya.
Secara lebih khusus Archie. J. behm menjelaskan bahwa metode
ilmiah meliputi lima langkah, yaitu:
a) menyadari akan masalah.
b). menguji masalah;
c). mengusulkan solusi.
d). menguji usulan atau proposal .
e).memecahkan masalah.
Lima langkah itu disadari berlawanan dengan tradisi empiris yang
sering kali menginterpretasiakan dengan membedakan empat tahap
prnting, yaitu observasi dara, klasifikasi data, membuat hipotesa, dan
membuktikan hipotesa.
a). kesadaran akan adanya masalah; menyadari adanya persoalan, berarti
membuka keinginan untuk mencoba menemukan pemecahannya. Inilah
awal penemuan ilmu.
b). pemeriksaan (lebih jauh) persoalan, dalam arti pengujian terhadap suatu
masalh, yanga di mulai dengan pengamat. Tindakan ini di awali dengan
suatu minat atau ketertarikan terhadap masalah dan karenanya berupa
untuk memahaminya. Meskipun minat untuk memahami cenderung
berlanjut dengan minat untuk memahami solusinya, tapi tentu saja upaya
awal harus terfokus kepada pehaman akan masalh. Inilah upaya untuk
mengklarifikasi maslah, yaitu baik untuk menandai batas-batasnya
maupun untuk menganalisa unsur-unsurnya. Klarifikasi yang relevan dari
yang tidak relevan. Ini bertujuan untuk memberikan dasar bagi pembedaan
antara data yang relevan dengan yang tidak relevan (karenanya menjadi
hipotesa yang relevan dan tidak relevan).
7

c). mengusulkan solusi; supaya dapat memuaskan, sudah tentu solusi harus
relevan dengan msalah. Untuk maksud demikian, perlu
mempertimbangkan saran-saran awal, melakukan pemikiran trial andg
error. Meski demikian kalau sebuah masalah penting, tetapi tidak dapat di
temukan solusinya, para ilmuan biasanya mencoba “hipotesa kerja”, yaitu
hipotesa yang relevan dengan beberapa segi asensial maslah. Lalu dengan
menyelidiki impilikasi hipotesa tersebut, mereka bias menemukan data
tamabahan yang relevan dengan klarifikasi maslah lebih lanjut atau
sangkalan terhadap “hipotesa kerja”itu.
d). menguji usulan. Ada dua jenis pengujian (“pembuktian hipotesa”), yang
dapat di bedakan menjadi: mental dan oprasional. Yang pertama, banyak
hepotesis yang ada, pada awalnya sudah memberikan kesan untuk dapat
diuji secara mental sebelum ada beberapa tawaran atau masukan
terhadapnya. Yang kedua, operasional testing atau pengujian operasional
sering melibatkan perancangan satu atau lebih eksperimen bertujuan untuk
menunjukkan kemungkinan hipotesa untuk di laksanakan. Ini melibatkan
pengamatan atas bukti baru yang membenarkan hipotesa atau menolaknya.
e). penyeslesaian malasah; masalah bias tetap ilmiah sekalipun tidak
dipecahkan, bahkan sekalipun kelihatan tidak dapat dipecahkan oleh
metode-metode yang di ketahui sekarang ini. Akan tetapi tujuan dan
maksud metode ilmiah adalah memecahkan masalah. Masalah yang
berasal dari keraguan, tidak sepenuhnya dapat terpecahkan hingga
keraguan itu hilang, dan para peneliti merasa puas bahwa pemahaman
telah dicapai. Masalah awal, ditambah masalah tambahan, muncul selama
masa penelitian yang menentukan criteria terhadap solusi yang
memuaskan.
4. Adanya aktifitas.
Ilmu pengetahuan adalah apa yang di kerjakan oleh para ilmuan, yang
kemudian biasa disebut dengan “riset ilmiah”. Riset demikian mempunyai
dua aspek: individu dan social.
8

Aspek individu; ilmu pengetahuan adalah suatu aktivitas yang di


lakukan oleh orang-orang khusu. Dalam pengertian ini, ilmu pengetahuan ada
pada orang-orang dan di manapun juga. Demikian ini mengingat
eksistensinya tergantung pada transformasinya dari seseorang kepada orang
lain. Jika kita hanya memahami seorang ilmuan, ujilah pengamatannya dan
perhatikanlah ia mengamati, membentuk hipotesa, menguji hipotesa tersebut
dengan eksperimen yang terkontrol, dan mempunyai kilai wawasan yang
jenius atau yang sejenis, yang mengantar kita benar-benar dapat memahami
ilmu pengetahuan.
Aspek social; aktivitas ilmiah mencakup lebih banyak apa yang di
kerjakan oleh para ilmuan khusus. Ilmuan pengetahuan telah menjadi sebuah
usaha institusinal yang luas. Para ilmuwan adalah kelompok pekerja yang
paling penting didunia saat ini. Maka, ilmu pengetahuan berhasil menjadi
sebuah akumulasi yang luar biasa dalam pekerjaan tertentu. Perkembangan
dalam aktivitas ilmiah mungkin di latarbelakangi oleh semakin bertambahnya
jumlah orang yang terdaftar dalam American Men of Science, misalnya saja
pada tahun 1903 ada 4000 orang, dan 1960 ada96.000 orang. Institusi ilmiah
meliputu universitas, institute riset, biro pemerintahan dan divisi perusahaan,
di mana riset ilmiah membutuhkan pembiayaan. Maka aktivitas itu ada dalam
system pribadi dan publik yang membiayai riset ilmiah, khususnya yang
menjamin kelanjutan upaya-upaya ilmiah. Pertumbuhan dan kemerosotan
dalam pendanaan, mempengaruhi aktivitas ilmiah, dan karenanya harus di
pandang sebagai kondisi penting dalam eksistensi dan sifat dasar ilmu
pengetahuan.
5. Adanya kesimpulan.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang di hasilkan. Makanya ilmu


pengetahuan sering di pahami sebagai kumpulan pengetahuan. Bahkan
kumpukan ide-ide adalah ilmu pengetahuan itu sendri. Kesimpulan
pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan
ilmu pengetahuan. Kesimpulan adalah akhir atau tujuan yang memebanarkan
9

sikap, metode, dan aktifitasnya sebagai cara-cara. Kesimpulan adalah buah


kerja dan investasi. Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan, bukan ilmu
sebagai prospek atau dalm proses. Kesimpulan adalah segala sesuatu yang
diusahkan secara ilmiah. Pentingnya kesimpulan itu adalah membennarkan
kesan umum bahwa ilmu pengetahuan terdiri dari pengetahuan yang dapat di
percaya, atau lebih tepatnya, pengetahuan yang pasti.

1. Adanya pengaruh
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dianggap oleh ilmu pengetahuan.
Bagian apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan,kemudian menimbulkan
pengaruh yang beraneka ragam, yang mana dapat dihubungkan pada dua
hal,yaitu:
a). pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industry melalui apa
yang disebut dengan ilmu terapan.
b). Pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat dan peradaban.
1. Ilmu terapan. Apa yang kadang diistilahkan dengan ‘ilmu terapan’
barangkali inilah yang sebenarnya ilmu pengetahuan dari apa yang disebut
dengan ilmu murni. Artinya bahwa pengetahuan dalam bentuk teknik
mesin,ilmu kedokteran, dan seni-seni social, lebih memadai ketimbang
dalam bidang matematika dan fisika.
2. Pengaruh social. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berperan di dalam
suatu peradaban. Di dalam peradaban yang ternyata berbeda-beda ini, ilmu
pengetahuan dan ilmu-ilmu, berkembang dan membentuk aspek-aspek lain
dari masing-masing peradaban tersebut. Meski banyak penemuan penting
dalam peradaban China dan Hindu saat ini, kultur mereka telah kehilangan
perkembangannya secara terus-menerus dalam peradaban Barat yang
diakibatkan oleh perhatian teoritis Yunani Kuno. Meskipun peradaban
barat dicirikan dengan peradaban yang campur baur, kadang-kadang
terjadi konflik dari dua dominasi ideal warisan Yunani yang mengidealkan
kehendak, namun kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industry
yang progresif, lambat laun telah mengurangi kepentingan relative dalm
10

Kristen (atau juga Yahudi dalam islam) sebagai factor kultural yang
dominan. Perjuangan tidak berakhir bahkan meningkat sekalipun para
pemeluk agama tadi bergantung atas keberhasilan dalam mencapai
superioritas ilmiah dan teknologi.

B. Pelajaran Dari Archie J. Bahmt Keprihatinan dan perhatian (concern)


Secara umum kegiatan keilmuan dan pengembangan ilmu terkait
dengan dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektivitas dan pertimbangan
nilai (kemanusiaan). Pertimbangan objektivitas mengharuskan ilmu
pengetahuan menetapkan kebenaran sebagai landasan dan pola dasarnya.
Sedang pertimbangan nilai (kemanusiaan) menuntut ilmu pengetahuan untuk
bekerja dengan pertimbangan pada tahap pra-ilmu dan sekaligus pasca-ilmu,
artinya perlu mempertimbangkan asumsi dasar, latar belakang dan tujuan dari
kegiatan tersebut.
Jika kemudian, sebagai konsekuensi dari dua pertimbangan itu, para
ilmuwan terpolarisasi menjadi dua (lihat Tim Penyusun Fakultas Filsafat
UGM, 1997, p. 51), tak lain karena dua pertimbangan itu belum dapat
berjalan seiring dan masih berat sebelah. Maka berdasarkan pertimbangan
demikian pandangan para ilmuwan dapat dibedakan menjadi 2 golongan.
Pertama, para ilmuwan yang hanya menggunakan satu pertimbangan,
yaitu nilai kebenran dengan mengesampikan pertimbangan-pertimbangan
nilai-nilai metafisik yang lain, seperti nilai etik, kesusilaan dan keguanaannya
akan sampai pada prinsip bahwa nilai pengetahuan harus bebas nilai. Prinsip
tentang ilmu pengetahuan yang bebas nilai akan menjadikan kebenaran
sebagai satu-satunya ukuran dan segala-galanya bagi seluruh kegiatan ilmiah,
termasuk penetuan tujuan bagi ilmu pengetahuan. The Liang Gie menunjukan
beberapa pandangan ilmuwan yang berprinsip bahwa ilmu pengetahuan
harus bebas nilai (The Liang Gie,1984), misalnya Jacob Bronowski yang
berpendapat bahwa tujuan pokok ilmu adalah mencari sesuatu yang benar
tentang dunia. Aktivitas ilmu diarahkan untuk melihat kebenaran, dan hal ini
dinilai dengan ukuran pembenran fakta-fakta. Sementara menurut Victor
11

Reisskop, bahwa tujuan pokok ilmu bukan pada penerapan, tujuan ilmu ialah
mencapai pemahaman-pemahaman terhadap sebab dan kaidah-kaidah tentang
proses-proses ilmiah.
Para ilmuwan memang harus mentaati ciri-ciri dan langkah-langkah
dari metode ilmiahnya sehingga hasil dan tujuan yang ingin dicapainya juga
tetap mencerminkan ciri-ciri pokokoknya, yaitu bersifat empiric. Pada garis
besarnya tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah merupakan kaidah-kaidah
baru atau penyempurnaan kaidah-kaidah lama tentang dunia kealaman.
Peluang untuk memasukkan pertimbangan nili-nilai di luar nilai kebenaran
dalam kegiatan ilmiah memang tidak memungkinkan.
Menurut hemat penulis, di sinilah letak keprihatinan Archie J. Bahm,
bahwa ilmu pengetahuan telah ‘ditarik-tarik’ sehingga dilepaskan dari
keterhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan dengan berdalih objektifitas.
Keprihatinan ini begitu tampak, dalam struktur fundamental (bahkan dalam
setiap komponen) ilmu pengetahuan ‘versi’ nya. Dapat dilihat bagaimana ia
menempatkan secara secara tidak terpisahkan komponen sikap ilmiah dan
komponen pengaruh ilmu kedalam struktur fundamental ilmu pengetahuan.
Begitu juga sangat tampak jika dilihat pada komponen pertama (problem),
bahwa sesuatu itu akan menjadi masalah jika ada perhatian kepadanya,
selanjutnya masalah itu akan menjadi masalah ilmiah jika tentangnya ada
kemampuan untuk berkomunikasi sebagai sikap dan metode ilmiah (Archie J.
Bahm,p 2). Disini menjadi jelas bahwa ‘masalah’ itu bukan sama sekali
immune dari unsur subyektifitas ilmuwan.
Kedua ilmuan yang memandang sangat perlu memasukkan
pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan dan kegunaan untuk melengkapi
pertimbangan nilai kebenaran yang akhirnya sampai pada prinsip bahwa
ilmu pengatehuan harus bertaut nilai tidak kurang dari seorang bacon
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan. Lebih lanjur
dijelaskan mengenai tujuan ilmu bahwa tujuan yang sah dan senyatanya
dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia dengan ciptaan
dan kekayaan baru (The Liang Gie, 1984). Sementara Daoed Yoesoef
12

berpendapan bahwa ilmu pengetahuan memang merupakan suatu kebenaran


itu sendiri, tetapi otonomi ini tidak dapat di artikan bahwa ilmu pengetahuan
itu bebas nilai (Daoed Yoesoef, 1986). Lebih jauh Soeroso H. Praewiroharjo
menunjukan pandangan beberapa ilmuan yang berdasar pada prinsip bahwa
ilmu pengetahuan harus tahu nilai. Gunar Myrdal, misalnya, berpendapat
bahwa ilmu ekomoni telah menjadi terlalu matematis, steril, dan tidak
realistic. Objektifitas ilmiah yang secara ketat nilainya sebagai mitos karena
di balik teori-teori ekomoni terdapat nilai-nilai etik. Begitu pula Bacon
berpendapat bahwa ilmu-ilmu social harus mempunyai komikmen pada usaha
untuk membangun dunia dan merumuskan metode-metode yang cocok untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat yang mendesak (Soeroso H.
Prawiroharjo, 1986).
Dengan demikian dapat di peroleh kejelasan bahwa hanya dengan
menjaga jarak antara ilmu dan idealogi, maka pertimbangan etik pagi ilmu
pengetahuan menjadi mungkin untuk di laksanakan yaitu demi kepentingan
masyarakat. Dalam lingkungan budaya dan konstelasi social politik tertentu,
pertimbangan ilmu dapat saja beruba, tetapi tidak pada sistem ilmu itu sendiri.
Tidak pada di pungkiri bahwa Archie J. Bahm sangat menaruh
perhatian terhadap pentingnya pertimbangan nilai bagi setiap kegiatan
keilmuan dan pengembangan ilmu. Penjelasannya tentang setiap kompenen
ilmu, menunjukkan suatu konsistensi yang sangat tinggi dalam persoalan ini.
Secara lebih esplisit, terutama, tampak pada kompenen metode, yang
memasukkan kesadaran akan adanya masalah sebagai langka pertama (p. 17)
yang berpeda dengan tradisi empiris dimana okservasi data sebagai langka
pertama yang memperlakukan fakta sebagai data yang ‘kering’ dari konteks
nilai apapun. Pada kompenen aktivitas yang menyadarkan bahwa aktivitas
ilmu itu, kecuali ia merupakan kegiatan individu ilmuan tertentu (p. 25),
tetapi juga merupakan kegiatan yang menyangkut masyarakat banyak (p. 26),
artinya ia merupakan usaha para komunitas ilmiah (pinjaman istilah Thomas
Kuhan) dan pihak-pihak lainnya. Begitu pula tampak pada pengaruh, yang
menjelaskan, konsekwensi ilmu pengetahuan itu ada dua, yaitu berupa
13

teknologi dan peradaban (p. 30 dan 33). Ilmu yang demikian inilah yang
merupakan ilmu pengetahuan yang sebenarnya sekali lagi, perhatian Archie J.
Bahm terlihat begitu besar terhadap pentingnya mempertimbangkan aspek
nilai kemanusian dalam pengembangan ilmu.
Memang harus diakui, perlu ada pembatasan, pada saat mana ilmu
bebas nilai dan saat bagaimana taut nilai. Pengembangan ilmu , yaitu
pertimbangan dari segi ilmu yang statik dan segi ilmu yang dinamik. Soejono
Soemargono berpendapat bahwa segi statik ilmu adalah ciri sistem yang
tercermin dalam metode ilmiah, sedangkan segi dinamiknya adalah semacam
pedoman, asas-asas yang perlu di perhatikan oleh para ilmuwan dalam
kegiatan ilmiahnya (Soejono Soemargono, 1983). Metode ilmiah merupakan
landasan tetap yang menjadi kerangka pokok atau pola dasarnya, sedangkan
pertimbangan nilai-nilai yang menjadi latar belakang kegiatan ilmiah
merupakan segi pertimbangan metafisik. Pertimbangan metafisik selain
meliputi nilai kebenaran yang menjadi ukuran pokok dan tetap bagi ilmu
pengetahuan, juga meliputi nilai kebaikan dan nilai keindahan kejiwaan
(Notonagoro, 1975).

A. Kontribusi Archie J. Bahm Catatan Akhir

Membaca Archie J.Bahm tampaknya mengingatkan kita, betapa


persoalan ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah mapan dan tanpa
mengandung persoalan. Perbedaan pandangan antar ‘tradisi’ empiris (Inggris)
dan pragmatis (Amerika). Sebagai mana di tunjukkan Archie J. Bahm (p. 14),
membawa konsekwensi cukup besar terhadap sebut saja rancang pangun
suatu ilmu pengetahuan, bahkan konsepnya itu, yang ia akui miliknya, padat
berbeda atau mala berlawanan dengan para ilmuwan yang lain (p. 17).
Lebih jauh Archie J. Bahm telah dapat menjembatani dua pandangan
yang sama-sama ekstrim atau setidaknya menyeimbangan dua pandangan
yang berat sebelah, yaitu pandangan yang menitik beratkan pada aspek
objektivitas dan pandangan yang menekankan perlunya mempertimbangkan
aspek nilai. Untuk itu seakan-akan Archie J. Bahm tampak sebagai penganut
14

pragmatisme, meskipun menurut hemat penulis melihat dari karyanya ini


tampak ia bukan praktisi pragmatisme, tetapi ia adalah seorang pilosof atau
pemikir filsafat ilmu yang memperjuangkan pentingnya mempertimbangkan
nilai-nilai kemanusian pagi setiap kegiatan keilmuan dan pengembangan
ilmu.
Secara lebih khusus karya J. Bahm ini telah dapat menjawab ‘teka-
taki’, yang mana terjadi misunderstanding atau overlapping pemahaman,
yaitu antara kompenen (baca: struktur fundamental) ilmu, metode ilmiah, dan
metode penelitian.
Akhrirnya, buku kecil ini memang terlalu dini untuk dikatakan
komprehensif, meskipun harus diakau bahwa ia cukup berharga dalam
membuka cakrawala tentang bagaimana, apa dan untuk apa ilmu pengetahuan
sebenarnya.

D. HAKIKAT ILMU DAN BAHASA


1. ILMU
Ilmu (sciense) dan pengetahuan (knowladge) adalah dua bidang
yang berbeda. Pengetahuan (knowladge) merupakan kumpulan upaya dan
pemahaman,pikiran,perasaan ,pengalaman yang di peroleh manusia ketika
berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitarnya yang kemudian di
abstraksi dalam bentuk pernyataan ,ungkapan artistik,teori,dalil,rumus atau
hukum.J.S.Suriasumantri mengatakan knowladge merupakan terminologi
genetik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti
filsafat ,ekonomi ,seni,beladiri,cara menyulam,dan biologi.ilmu(science)
merupakan bagian dari pengetahun (knowladge) ,membahas bidang
pengetahuan tentu yang tersusun secara sistemstis ,diperoleh dengan
obserfasi(tahapan metode ilmiah)yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan)itu.
Ilmu pengetahuan dalam ensiklopedia indonesia,kita jumpai
pengertian yaitu:ilmu pengetahuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu ,yang
15

disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu ,hingga menjadi suatu


kesatuan ;suatu sistem dari berbagai pengetahuan yng masing-masing
didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan cara
teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi,deduksi)”.
Afanasyef,seorang ahli pikir Marxistberkebangsaan rusia menulis
definisi ilmu pengetahuan sebagai berikut: science is the system of man”s
knowladge oon nature society and tought. It reflect the world in concept,
categories and law,the correctness and truth of which are verified by
practical experience.Artinya ilmu pengetahuaan adalah pengetahuaan
manusia tentang alam ,masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam
dalam konsep-konsep ,kategori-kategori dan hukum-hukmu yang
ketepatannya dan kebenarannya di uji dengan pengalaman praktis.
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science ,yang secara
etimologis bersal dari kata lain scinre ,artinya to know.dalam pengertian
yang sempit science diartikan untuk menunjukan ilmu pengetahuan alam
yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu adalah suatu objek ilmiah yang
memiliki sekelompok prinsip,dalil, rumus, yang memulai percobaan
sistematis dan dilakukan berulang kali ,telah teruji kebenarannya; prinsip-
prinsip dalil-dalil,rumus-rumus mana dapat diajarkan dan di
pelajari. .selanjutnya ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran ,pengetahuan mana selalu dapat
dipriksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang
mengetahuinya.
Menurut syafiie,pengetahuan pada prinsipnya adalah “tahu” yang
terdiri dari sebagai berikut:

a. Tahu mengerjakan (know to do)


b. Tahu bagaimana (know how)
c. Tahu mengapa (know why).

2. BAHASA
16

Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang


memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-
simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpkir
mengenai tentang sebuah objek ,meskipun objek itu tidak teridrakan saat
proses berpikir itu dilakukan olehnya.Adapun ahli yang menjelaskan tentang
bahasa di antaranya ,yaitu:

a. Menurut Owen,menjelaskan definisi bahasa yaitu kode yang diterima secara


sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui
kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan.
b. Menurut santoso,memberi dua pengertian.pertama bahasa adalah rangkaian
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.kedua bahasa
adalah suatu bentuk dan buakan suatu keadaan atau sasuatu sistem lambang
bunyi yang arbitrer,atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-
sistem ,suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-
sistem .
c. Menurut wibowo,bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional ,yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Dalam kearifan melayu mengatakan :”Bahasa adalah cermin budaya


bangsa ,hilang budaya maka hilang bangsa”.jadi bahasa adalah sine qua non
,suatu yang mesti ada bagi kebudayaan masyarakat manusia. Karenaitu
siapapun orangnya akan senantiasamelakukan relasi yang erat dengan
bahasa. Seorang filsuf, misalnya ,ia akan senantiasa bergantung pada
bahasa. Fakta telah menunjukan bahwa ungkapan pikiran dan hasil
perenungan filosofis seorang tidak dapat dilakukan tanpa bahasa.Alat yang
utama dari filsafat adalah bahasa.tanpa bahasa,seorang filsuf (ahli filsafat)
tidak mungkin bisa mengungkapkan hasil-hasil perenungan kefilsafatannya
17

kepada orang lain .tanpa bantuan bahasa,seseorang tidak akan mengerti


tentang buah pikiran kefilsafatan.
Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni
pertama,bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua,sebagai
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai
fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai
fungsi kohesif atau integratif.
Ilmu dan bahasa memiliki keterkaitan yang mutlak dan tak dapat di
pisahkan.hubungan antara bahasa dan ilmu diantaranya:

a. Ilmu dapat berkembang jika temuan dalam ilmu itu disebarkan


(dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi.
b. Temuan itu kemudian didiskusikan,diteliti ulang,dikembangkan,diterapkan
atau diperbarui oleh ilmu lainnya.
c. Dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media
(komunikasi)untuk menyampaikan dan menjelaskan temuan tersebut.

3. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengelolah hasil tngkapan


yang tidak jelas yang timbul dari indra kita ,ingatan atau angan-angan kita.ada
beberapa sumber untuk mendapatkan pengetahuan ,antara lain berikut ini.
a. Rasionalisme
1). Pengertian Rasionalisme
secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris
rasionalism. Kata ini berasal dari kata bahasa latin ratio yang
berarti”akal”.A.R.Lacey menambahkan bahwa berdasarkan akal katanya
rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran .sementara itu
secara terminologi alirann ini dipandang sebagai aliran yang berpegangan
18

pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan .ia
menekankan akal budi(rasio)sebagai sumber utama
pengetahuan ,mendahului atau unggul atas ,dan bebas (terlepas)dari
pengamatan indrawi.
Jadi rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa
akal (reson)adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan.menurut aliran rasionalis suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir.

2). Sebab Timbulnya Pemikiran Rasionalisme

Descartes merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas


filosofisyang sangat dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak
menguasai filsafat scholastic, namun ia tidak memerima dasar-dasar
filsafat scholastic yang dibangun oleh para pendahulunya.ia berupaya
keras untuk mengkonstruksi bangunan baru filsafat.hal ini merupakan
terobosan baru semenjak zaman Aritoteles dan hal ini merupakan sebuah
neo-self-confidence yang dihasilkan dari kemajuan ilmu pengetahuan .dia
berhasrat untuk menemukan “sebuah ilmu yang sama sekali baru pada
masyarakat yang akan memecahkan semua pertanyaan tentang kuantitas
secara umum ,apakah bersifat kontiniu atau terputus.’’
Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut
Descartes menggunakan metode “Deduksi”,yaitu dia mendeduksikan
prinsip-prinsip kebenaran yang di perolehnya kepada prinsip prinsip yang
sudah ada sebelumnya yang berasal dari definisi dasar yang jelas.

3). Pola Pikir Rasionalisme

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang


menyatakan bahwa kebenaranya haruslah ditentukan melalui
pembukitan ,logika,dan analisis yang berdasarkan fakta,dari pada melalui
iman,dogma,dan ajaran agama.rasionalisme mempunyai kemiripandari
segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme , dalam hal ini
19

bahwa merekabbertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi


diskursus sosial dan filsafat diluar kepercayaan keagamaan atau
takhayul.meskipun begitu,ada perbedaan dengan kedua bentuk
tersebut:humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan
keberhasilannya.Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih
penting dari pada hewan atau elemen alamiah lainnya.

b. Empirisme

Pengertian Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsuf yang


menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta
pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme
diambil dari bahasa yunani epeiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan
dengan aliran positivisme logis (logical positivism)dan filsafat ludwig
wettegenstein. Akan tetapi ,teori makna dalam empirisme selalu harus
dipahami lewat penafsiran pengalaman.
c. Intuisi
Intuisi adalah pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu.Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui proses penelaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat
diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis
bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerja sama
dalam menemukan suatu kebenaran.

d. Wahyu

wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada


manusia.pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang di utus-Nya
sepanjang zaman.Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai
kehidupan yang sekarang yang terjangkau pengalaman ,namun juga
mencakup masalah-masalah yangbersifat transedental seperti latar
20

belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat


nanti.singkatnya,agama dimulai dari rasa percaya ,dan lewat pengkajian
selanjutnya keprcayaan itu meningkat atau menurun .sedangkan
pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya ,dan setelah melalui proses
pengkajian ilmiah ,bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.
21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari materi dan rumusan masalah diatas kita dapat
simpulkan bahwa:
1. Komponen-komponen dari rancangan bangun filsafat ilmu terdiri dari 6
komponen yaitu; adanya masalah (problem), adanya sikap, dalam arti
sikap ilmiah, menggunakan metode ilmiah, adanya aktifitas, adanya
kesimpulan adanya pengaruh.
2. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas
bidang pengetahuan tentu yang tersusun secara sistemstis, di peroleh
dengan obserfasi(tahap metode ilmiah)yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)itu, sedangkan
bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-objek factual ditransformasikan menjadi symbol-
simbol abstrak. Kemudian pengetahuan merupakan kegiatan akal yang
mengelolah hasil tngkapan yang tidak jelas yang timbul dari indra kita,
ingatan atau angan-angan kita.
3. Adapun sumber-sumber untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan di
antaranya adalah rasionalisme, emprisme, intutisi, wahyu.

B. Saran
Semoga dengan makalah ini bisa bermanfaat untuk kepada
semuanya dan di dalam makalah kami mungkin  belum sempurna sehingga
kritik dan saran pada makalah kami sangat bermanfaat demi kebaikan
makalah kami.

22
DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Muhammad. Filsafat ilmu.Yogyakarta: Belukar, 2004

23

Anda mungkin juga menyukai