Makalah Ini Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FILSAFAT
ILMU Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Perbankan Syariah
semester 1
Oleh :Kelompok 1
Kasmiani(612062019168)
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga Tugas Makalah filasafat ilmu ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kewirausahaan. Makalah ini kami buat dengan tujuan agar pembaca dapat
menerima pengetahuan tentang struktur fundamental ilmu pengetahuan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup sebuah bidang
terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya
dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepadah
pemahaman dan membawa kita tindakan yang lebih layak, filsafat perlu
pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
karena ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk
mencapai tujua. Filsafat membahas segalah sesuatu yang ada bahkan yang
mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun riil meliputu tuhan, manusia
dan alam semesta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
menuntut jawaban yang lebih dari apa yang ia peroleh. Sikap ilmiah
menyangkut kemauan untuk tetap tidak pasti, dan penangguhan demikian,
butuh lebih banyak kesabaran.
g. Kesementaraan. Sikap kesemntaraan akan selalu meragukan validitas
sesuatu hipotesa termasuk pengerjaanya, bahkan meragukan segala usaha
ilmiah termasuk bidan keahlian sesorang. Meskipun pengalaman
perorangn dan kelompok cenderung membenarkan keyakinan yang lebih
kuat dan memandanya sebagai kesimpulan. Maka selama para ilmuwan
terus bekerja lebih lama, lebih baik, dan lebih penuh (melalui hubungan
timbal balik yang harmonis denga berbagai kesimpulan yang dianut dalam
bidang lain), bukti kepastian tetap selalu kurang dari seratus persen
(persentase dapat diperoleh dari bukti deduktif). Study dalam sejarah ilmu
membuktikan bahwa sistem ilmia yang mapan dan hampir diterimaa
secara universal dalam satu zaman, tetap selalu tidak memadai, dan pada
akhirnya memberikan jalan menuju munculnya berbagai konsepsi
refolusioner yang mengantar kepada penegakkan sistem baru yang
didasarkan atas berbagai praduga yang berbeda secara redikal. Setidaknya,
fakta historis menunjukkan bahwa keyakinan terkokoh yang dianut
sekarang dan sistem penafsiran paling ruwet dan paling memakai yang
sekarang ini lazim, mungkin masih membuka jalan kepada sesuatu yang
lebih meadai. Sepanjang kemungkinan ini masih memberikan harapan,
maka pandangan dogmatisme tentang berbagai kesimpulan yang diterima
belakangan ini sebenarnya tidak berdasar. Sikap ilmia ini memerlukan
kemauan untuk tetap bersikap sementara dalam memandang semua
kesimpulan ilmia. Ini menunjukkan kebutuhan untuk tidak dogmatis
terhadap metode, sebab kesimpulan yang berbeda akan bergantung pada
metode yang berbeda, yang diperlukan untuk membuat kesimpulan itu.
Penafsiran terdahulu tentang sikap imiah, menyangkut potret ilmuan yang
senantiasa mengalami ketegangan antara ketahan dan kesemtaraan disatu
sisi, ia harus tetap bersabar dalam penyelidikannya dan berpegang pada
hipotsesanya sepanjang yang bisa diperolehnya. Dilain sisi, ia harus tetap
5
c). mengusulkan solusi; supaya dapat memuaskan, sudah tentu solusi harus
relevan dengan msalah. Untuk maksud demikian, perlu
mempertimbangkan saran-saran awal, melakukan pemikiran trial andg
error. Meski demikian kalau sebuah masalah penting, tetapi tidak dapat di
temukan solusinya, para ilmuan biasanya mencoba “hipotesa kerja”, yaitu
hipotesa yang relevan dengan beberapa segi asensial maslah. Lalu dengan
menyelidiki impilikasi hipotesa tersebut, mereka bias menemukan data
tamabahan yang relevan dengan klarifikasi maslah lebih lanjut atau
sangkalan terhadap “hipotesa kerja”itu.
d). menguji usulan. Ada dua jenis pengujian (“pembuktian hipotesa”), yang
dapat di bedakan menjadi: mental dan oprasional. Yang pertama, banyak
hepotesis yang ada, pada awalnya sudah memberikan kesan untuk dapat
diuji secara mental sebelum ada beberapa tawaran atau masukan
terhadapnya. Yang kedua, operasional testing atau pengujian operasional
sering melibatkan perancangan satu atau lebih eksperimen bertujuan untuk
menunjukkan kemungkinan hipotesa untuk di laksanakan. Ini melibatkan
pengamatan atas bukti baru yang membenarkan hipotesa atau menolaknya.
e). penyeslesaian malasah; masalah bias tetap ilmiah sekalipun tidak
dipecahkan, bahkan sekalipun kelihatan tidak dapat dipecahkan oleh
metode-metode yang di ketahui sekarang ini. Akan tetapi tujuan dan
maksud metode ilmiah adalah memecahkan masalah. Masalah yang
berasal dari keraguan, tidak sepenuhnya dapat terpecahkan hingga
keraguan itu hilang, dan para peneliti merasa puas bahwa pemahaman
telah dicapai. Masalah awal, ditambah masalah tambahan, muncul selama
masa penelitian yang menentukan criteria terhadap solusi yang
memuaskan.
4. Adanya aktifitas.
Ilmu pengetahuan adalah apa yang di kerjakan oleh para ilmuan, yang
kemudian biasa disebut dengan “riset ilmiah”. Riset demikian mempunyai
dua aspek: individu dan social.
8
1. Adanya pengaruh
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dianggap oleh ilmu pengetahuan.
Bagian apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan,kemudian menimbulkan
pengaruh yang beraneka ragam, yang mana dapat dihubungkan pada dua
hal,yaitu:
a). pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industry melalui apa
yang disebut dengan ilmu terapan.
b). Pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat dan peradaban.
1. Ilmu terapan. Apa yang kadang diistilahkan dengan ‘ilmu terapan’
barangkali inilah yang sebenarnya ilmu pengetahuan dari apa yang disebut
dengan ilmu murni. Artinya bahwa pengetahuan dalam bentuk teknik
mesin,ilmu kedokteran, dan seni-seni social, lebih memadai ketimbang
dalam bidang matematika dan fisika.
2. Pengaruh social. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berperan di dalam
suatu peradaban. Di dalam peradaban yang ternyata berbeda-beda ini, ilmu
pengetahuan dan ilmu-ilmu, berkembang dan membentuk aspek-aspek lain
dari masing-masing peradaban tersebut. Meski banyak penemuan penting
dalam peradaban China dan Hindu saat ini, kultur mereka telah kehilangan
perkembangannya secara terus-menerus dalam peradaban Barat yang
diakibatkan oleh perhatian teoritis Yunani Kuno. Meskipun peradaban
barat dicirikan dengan peradaban yang campur baur, kadang-kadang
terjadi konflik dari dua dominasi ideal warisan Yunani yang mengidealkan
kehendak, namun kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industry
yang progresif, lambat laun telah mengurangi kepentingan relative dalm
10
Kristen (atau juga Yahudi dalam islam) sebagai factor kultural yang
dominan. Perjuangan tidak berakhir bahkan meningkat sekalipun para
pemeluk agama tadi bergantung atas keberhasilan dalam mencapai
superioritas ilmiah dan teknologi.
Reisskop, bahwa tujuan pokok ilmu bukan pada penerapan, tujuan ilmu ialah
mencapai pemahaman-pemahaman terhadap sebab dan kaidah-kaidah tentang
proses-proses ilmiah.
Para ilmuwan memang harus mentaati ciri-ciri dan langkah-langkah
dari metode ilmiahnya sehingga hasil dan tujuan yang ingin dicapainya juga
tetap mencerminkan ciri-ciri pokokoknya, yaitu bersifat empiric. Pada garis
besarnya tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah merupakan kaidah-kaidah
baru atau penyempurnaan kaidah-kaidah lama tentang dunia kealaman.
Peluang untuk memasukkan pertimbangan nili-nilai di luar nilai kebenaran
dalam kegiatan ilmiah memang tidak memungkinkan.
Menurut hemat penulis, di sinilah letak keprihatinan Archie J. Bahm,
bahwa ilmu pengetahuan telah ‘ditarik-tarik’ sehingga dilepaskan dari
keterhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan dengan berdalih objektifitas.
Keprihatinan ini begitu tampak, dalam struktur fundamental (bahkan dalam
setiap komponen) ilmu pengetahuan ‘versi’ nya. Dapat dilihat bagaimana ia
menempatkan secara secara tidak terpisahkan komponen sikap ilmiah dan
komponen pengaruh ilmu kedalam struktur fundamental ilmu pengetahuan.
Begitu juga sangat tampak jika dilihat pada komponen pertama (problem),
bahwa sesuatu itu akan menjadi masalah jika ada perhatian kepadanya,
selanjutnya masalah itu akan menjadi masalah ilmiah jika tentangnya ada
kemampuan untuk berkomunikasi sebagai sikap dan metode ilmiah (Archie J.
Bahm,p 2). Disini menjadi jelas bahwa ‘masalah’ itu bukan sama sekali
immune dari unsur subyektifitas ilmuwan.
Kedua ilmuan yang memandang sangat perlu memasukkan
pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan dan kegunaan untuk melengkapi
pertimbangan nilai kebenaran yang akhirnya sampai pada prinsip bahwa
ilmu pengatehuan harus bertaut nilai tidak kurang dari seorang bacon
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan. Lebih lanjur
dijelaskan mengenai tujuan ilmu bahwa tujuan yang sah dan senyatanya
dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia dengan ciptaan
dan kekayaan baru (The Liang Gie, 1984). Sementara Daoed Yoesoef
12
teknologi dan peradaban (p. 30 dan 33). Ilmu yang demikian inilah yang
merupakan ilmu pengetahuan yang sebenarnya sekali lagi, perhatian Archie J.
Bahm terlihat begitu besar terhadap pentingnya mempertimbangkan aspek
nilai kemanusian dalam pengembangan ilmu.
Memang harus diakui, perlu ada pembatasan, pada saat mana ilmu
bebas nilai dan saat bagaimana taut nilai. Pengembangan ilmu , yaitu
pertimbangan dari segi ilmu yang statik dan segi ilmu yang dinamik. Soejono
Soemargono berpendapat bahwa segi statik ilmu adalah ciri sistem yang
tercermin dalam metode ilmiah, sedangkan segi dinamiknya adalah semacam
pedoman, asas-asas yang perlu di perhatikan oleh para ilmuwan dalam
kegiatan ilmiahnya (Soejono Soemargono, 1983). Metode ilmiah merupakan
landasan tetap yang menjadi kerangka pokok atau pola dasarnya, sedangkan
pertimbangan nilai-nilai yang menjadi latar belakang kegiatan ilmiah
merupakan segi pertimbangan metafisik. Pertimbangan metafisik selain
meliputi nilai kebenaran yang menjadi ukuran pokok dan tetap bagi ilmu
pengetahuan, juga meliputi nilai kebaikan dan nilai keindahan kejiwaan
(Notonagoro, 1975).
2. BAHASA
16
3. Sumber Pengetahuan
pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan .ia
menekankan akal budi(rasio)sebagai sumber utama
pengetahuan ,mendahului atau unggul atas ,dan bebas (terlepas)dari
pengamatan indrawi.
Jadi rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa
akal (reson)adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan.menurut aliran rasionalis suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir.
b. Empirisme
d. Wahyu
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari materi dan rumusan masalah diatas kita dapat
simpulkan bahwa:
1. Komponen-komponen dari rancangan bangun filsafat ilmu terdiri dari 6
komponen yaitu; adanya masalah (problem), adanya sikap, dalam arti
sikap ilmiah, menggunakan metode ilmiah, adanya aktifitas, adanya
kesimpulan adanya pengaruh.
2. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas
bidang pengetahuan tentu yang tersusun secara sistemstis, di peroleh
dengan obserfasi(tahap metode ilmiah)yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)itu, sedangkan
bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-objek factual ditransformasikan menjadi symbol-
simbol abstrak. Kemudian pengetahuan merupakan kegiatan akal yang
mengelolah hasil tngkapan yang tidak jelas yang timbul dari indra kita,
ingatan atau angan-angan kita.
3. Adapun sumber-sumber untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan di
antaranya adalah rasionalisme, emprisme, intutisi, wahyu.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini bisa bermanfaat untuk kepada
semuanya dan di dalam makalah kami mungkin belum sempurna sehingga
kritik dan saran pada makalah kami sangat bermanfaat demi kebaikan
makalah kami.
22
DAFTAR PUSTAKA
23