Anda di halaman 1dari 2

Definisi

Prematuritas merupakan kasus terbesar dari semua pasien yang masuk ke NICU. Prematuritas
menjadikan bayi berisiko tidak saja untuk komplikasi neonatul (misalnya hiperbillirubinemia dan
sindrom gawat napas, yang paling tinggi pada bayi preterm) namun juga faktor resiko tinggi
lainnya (misalnya anomali bawaan yang dikaitkan dengan prematuritas).

Definisi persalinan prematur menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia
lengkap 37 minggu. Bayi lahir prematur umumnya lebih disebabkan oleh komplikasi kehamilan
yang membuat kandungan ibu dalam rahim lemah sehingga janin harus segera dilahirkan (Eliza,
Nuryani, and Rosmiyati 2017)

Etiologi

Menurut data WHO pda tahun 2012, penyebab kelahiran prematur pada berbagai negara
berbeda-beda. Peningkatan kelahiran prematur di beberapa negara maju disebabkan oleh induksi
medis yang tidak perlu dan persalinan sesar sebelum waktunya. Sementara itu, di negara-negara
berpenghasilan rendah penyebab utama kelahiran prematur meliputi infeksi, malaria, HIV, dan
tingkat kehamilan remaja yang tinggi.Baik di negara kaya maupun miskin, banyak kelahiran
prematur yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan (Sulistiarini and Berliana 2016)

Karakteristik prematuritas pada sebuah kehamilan akan dipicu oleh karakteristik pasien dengan
status sosio ekonomi yang rendah termasuk di dalamnya penghasilan rendah, pendidikan yang
rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah; umur kehamilan pada usia 16 tahun
dan primigravida >30 tahun; riwayat pernahirkn prematur; pekerjaan fisik yang berat, tekanan
mental (stress) atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian prematur, merokok
lebih dari 10 batang sehari; penggunaan obat bius/kokain (Eliza et al. 2017)

Manifestasi Klinis
Eliza, Eliza, Dina Dwi Nuryani, and Rosmiyati Rosmiyati. 2017. “Determinan Persalinan
Prematur Di RSUD Dr. Abdul Moeloek.” Jurnal Kesehatan 8(2):305.
Sulistiarini, Dwi and Maniar Berliana. 2016. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kelahiran
Prematur Di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013.” E-Journal WIDYA Kesehatan Dan
Lingkungan 1(2):109–15.

Anda mungkin juga menyukai