Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT ALAM SEMESTA DALAM PERSFEKTIF

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Guna Menenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:Dr. Budiman, MA

Oleh :

Nurul Pathiyah
NPM :3003213007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS FASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... ` 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

A. Pengertian Alam Semesta .................................................................... 4

B. Proses Penciptaan Alam Semesta......................................................... 6

C. Tujuan Penciptaan Alam Semesta ........................................................ 9

D. Implikasi dan Hakikat Alam Semesta Terhadap Pendidikan Dalam Islam12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi.Alam juga di


definisikan sebagai “The universe; world; condition, state of being”, yang berarti
“alam semesta; dunia; keadaan, wujud dari Negara bagian”.Alam berasal dari
bahasa Arab al-‘alam, satu akar kata dengan ilmu (al-‘ilm, pengetahuan dan al-
‘alamahpertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya
sang Maha Pencipta yaitu Tuhan yang Maha Esa. Alam dalam bahasa Yunani
disebut dengan cosmos yang berarti “serasi, harmonis”, karena alam ini ada dalam
keserasian dan keharmonian berdasarkan hukum-hukum yang teratur.1

Menurut Al-Syaibani alam jagad atau natura ialah apapun selain dari Allah
Swt. Demikian juga menurut Quraish Shihab semua yang maujud selain Allah
Swt, baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut
alam. Karenanya, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi
segala sesuatu yang ada dan berada diantara keduanya.Tidak hanya itu, dalam
perspektif Islam, alam semesta ini tidak hanya mencakup hal-hal yang konkrit
atau dapat diamati melalui pengindraan manusia saja, tetapi mencakup juga segala
sesuatu yang tidak dapat diamati oleh pengindraan manusia. Dalam Islam, segala
sesuatu selain Allah Swt, yang dapat diamati atau didekati melalui pengindraan
manusia disebut sebagai ‘alam syahadah.Ia merupakan fenomena. Sementara itu,
segala sesuatu selain Allah, yang tidak dapat diamati atau didekati melalu

1
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. VI, No. 3, Januari-Juni 2017, hlm. 2-3.
2

pengindraan manusia disebut sebagai ‘alam ghaib.Karenanya, dia adalah


noumena.2

Dalam Alquran, terma ‘alam hanya ditemukan dalam bentuk plural, yaitu
‘alamin. Kata ini terulang sebanyak 73 kali dan tersebar pada 30 surah.Hemat
penulis, penggunaan bentuk plural mengindikasikan bahwa alam semesta ini
banyak atau beraneka ragam.Pemaknaan ini konsisten dengan konsepsi Islam
bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi.
Disamping itu, hal ini juga merupakan penegasan terhadap konsep Islam tentang
alam semesta, yaitu segala sesuatu selain Allah Swt. Dari sisi ini, penalaran kita
mengharuskan eksisnya pluralitas atau kejamakan alam semesta ini. karenanya
dari satu sisi, alam semesta bisa didefinisikan sebagai kumpulan jauhar yang
tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk) yangbisa diklasifikasikan
kedalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud abstrak (ghaib).3

Kemudian, dari sisi lain, alam semesta bisa pula dibagi-bagi kedalam
beberapa jenis, seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat),
hewan (hayawanat), dan Manusia. Alam ini terbagi lagi menjadi bermacam-
macam: ‘Alamularwah (alam arwah), ‘Alamulikhalaq (alam kehidupan ini),
‘Alamulbaqi (alam akan datang), ‘Alamula’zamah(alam surga), ‘Alamus
syahadah (alam yang tampak), ‘Alamul ghaib (alam yang tidak tampak),
‘Alamulma’qul (Alam rasional). Sedangkan alam menurut kajian para sufi adalah
Alamun nasut (alam saat ini), ‘Alamulmalakut (alam malaikat),
‘Alamuljabarut(alam kekuasaan), ‘Alamullahut (alam ketuhanan).4

Agama mengajak insan kearah menghayati alam ini.Agama


menganggapnya sebagai alam penuh kebaikan.Kebaikan ini lebih tinggi nilainya
atau artinya dan seluruh yang ada dialam benda ini.kendatipun demikian, agama
tidak pula menganjurkan manusia mengabaikan alam realitas atau alam benda.

2
Ibid.
3
Ibid, hlm. 3-4.
4
Ibid.
3

Tapi ia malah menegaskan peri perlunya diperhatikan kedua alam ini. Justru
kehidupan tidak akan terlaksana kecuali dengan materil dan spiritual.

Alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia agar
manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya dimuka bumi.10 Allah Swt

Berfirman:

١٥ ‫ور‬
ُ ‫ش‬ُ ُّ‫شواْ ِفي َمنَا ِك ِب َها َو ُكلُواْ ِمن ِر أز ِق ِۖۦه َو ِإلَ أي ِه ٱلن‬ َ ‫ه َُو ٱلَّذِي َج َع َل لَ ُك ُم أٱۡل َ أر‬
‫ض ذَلُ ا‬
ُ ‫وٗل فَٱمأ‬

Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.Dan hanya kepada-
Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.5

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Alam Semesta?
2. Bagaimana Proses Penciptaan Alam Semesta?
3. Apa tujuan Penciptaan Alam semesta?
4. Bagaimana Imflikasi dan Hakikat Alam Semesta Terhadap Pendidikan
Dalam Islam?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa itu Alam Semesta
2. Untuk Mengetahui Proses Penciptaan Alam Semesta
3. Untuk mengetahui tujuan Penciptaan Alam semesta?
4. Untk mengetahui Imflikasi dan Hakikat Alam Semesta Terhadap
Pendidikan Dalam Islam?

5
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Al-Mulk:67/15.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alam semesta


Menurut”sejarah filsafat, filsafat yang pertama lahir adalah filsafat alam. Filsafat
ini adalah filsafat Yunani yang digarab oleh orang-orang Yunani, tapi bukan
didaerah Yunani sendiri. Filsafat ini dicetuskan oleh orang-orang Yunani
perantauan yang mengembara ke negeri lain, terutama Asia kecil. Dari sebuah
Kota bernama Miletos di Asia Kecil, lahirlah filsafat alam pertama yang
dicetuskan oleh ahli filsafat pertama yang bernama Thales yang menyatakan
bahwa asal segala sesuatu adalah air. Kemudian filsafat ini dilanjutkan oleh
muridnya, Anaxi Mandos yang menyebutkan bahwa awal dari segala sesuatu
adalah Apeiron, yaitu suatu zat yang tidak terbatas, dan dilanjutkan juga dengan
muridnya Anaximenes, yang berpendirian bahwa asal-usul alam semesta ini
adalah udara. Dari kota Miletos inilah, filsafat alam menyebar ke kota-kota lain
seperti Ephesos dan tokohnya Herakleitos dan kota Elea dengan tokohnya
Xenophanes, dan Zero. Demikianlah seterusnya hingga muncul Plato dengan
filsafat Idealisme dan Aristoteles dengan”Realisme.6
Sejarah lahirnya filsafat pendidikan tentang alam diawali oleh banyaknya
pertanyaan yang muncul dari para filsuf Yunani tentang keberadaan alam ini.
Thales misalnya, yang melihat air dan memandang segala sesuatu berasal dari air,
berpendapat bahwa alam ini berasal dari air. Einstein merumuskan persamaan
matematis pada tahun 1917, yang diharapkan dapat melukiskan sifat dan kelakuan
alam semesta. Ia melukiskan alam bersifat statis, tetapi ia gagal menemukannya.
Penyelesaian teorinya ditemukan pada tahun 1922, oleh Friedman
denganmenunjukkan persamaan Einstein yang melukiskan alam semesta yang
tidak statis, tetapi berkembang.7

6
Alimatus Sa’diyah Alim, Hakikat Manusia, Alam Semesta, Dan Masyarakat Dalam
Konteks Pendidikan Islam, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 15 No.2 (2019), hlm. 151.
7
Ibid.

4
5

Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan
dibumi.Secara filosofis,alam itu kumpulan substansi yang tersusun dari materi dan
bentuk yang ada di langit dan bumi. Alam dalam pengertian ini adalah alam jagad
raya, yang dalam bahasa Inggris disebut Universe. Menurut Muhamad Abdu,
orang Arab sepakat bahwa kata “alamin” tidak digunakan untuk merujuk kepada
segala sesuatu yang ada, seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka memakai kata
alamin untuk merujuk kepada semua makhluk Tuhan, yang berakal, seperti alam
manusia, hewan dan tumbuhan. Sirajuddin Zar merujuk alam dalam pengertian
alam semesta itu menggunakan "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"
yang disebutkan dalam Al-quran sebanyak 20 kali. Kata ini mengacu kepada dua
alam yaitu alam fisik seperti manusia, hewan dan tumbuhan dan alam non fisik
atau alam gaib,seperti alam malaikat, alam jin dan alam ruh.8
Menurut Abud (1976) bahwa”karena keteraturan alam, saling kait mengait
dan saling melengkapi antara unsur yang satu dengan unsur lainnya,
mengharuskan manusia bekerja sama untuk mewujudkan kehidupan yang sifatnya
umum dan mewujudkan manusia yang baik dengan sifatnya yang khusus. Untuk
dapat mewujudkan kehidupan yang baik manusia berkewajiban mempelajari,
memahami dan mengenal hukum keteraturan”alam ini.9
Menurut Al-Jurjani dalam kitab Al-Ta`Arifat, terma “Alam” segala bahasa
berarti segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali,
sedangkan secara terminologi berarti segala sesuatu yang maujud ( maufudat)
selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik dari segi nama maupun
dari sifatnya. Segala sesuatu selain Allah, itulah alam secara sederhana.
Pengertian ini merupakan pengertian teologis, dalam arti berdasarkan yang
dikemukakan oleh para teologi Islam.10
Menurut Abu Al-’Ainain menyebut alam semesta dalam filsafat dengan
istilah al-kaun yang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang
mencankup nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung maupun yang

8
Siti Maunah, Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam, Jurnal Madaniyah, Volume.
9, Nomor 1, Edisi Januari 2019, hlm. 4.
9
Alimatus Sa’diyah Alim,......hlm.152.
10
Ibid.
6

dapat dideskripsikan saja. Al-kaun sebagai makhluk Allah dapat dibagi menjadi
dua kategori, ‘alam al-syahadah (yang dapat dikenali melalui panca indera seperti
langit dan bumi), dan alam al-ghoib (yang hanya dapat dikenali melalui wahyu
ilahi, seperti alam malikat dan jin.).11
Adapun secara filosofis, “alam” adalah kumpulan faubar (substansi) yang
tersusun secara materi ( maddad) dan bentuk ( shurah) yang ada dilangit dan di
bumi. Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, itulah alam berdasarkan
rumusan filsafat. Alam dalam pengertian ini merupakan alam semesta atau jagad
raya, yang dalam bahasa Inggris disebut universe.
Di dalam Al-Qur'an kata yang berkaitan dengan alam adalah kata kerja
“Khalaqa” untuk menciptakan dan kata benda “Kholaq” untuk ciptaan, kata itu
disebut sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan penciptaan sebagai kata kerja
lebih banyak dari pada penciptaan sebagai kata benda. Menurut Hasan Hanafi,
alam adalah bukan sebagai benda tetapi merupakan sebuah persepsi kebudayaan
yang menentukan sikap manusia terhadap alam. Ariestoteles juga berpendapat,
alam ini terbagi kedalam dua bagian: alam langit dan alam bumi. Seluruh alam ini
bagaikan bulatan (bola) raksasa, berpusat pada bumi dan sekitarnya hingga ke
orbit bulan, yang merupakan batas alam bumi. Sedangkan apa yang berada di atas
bulan sampai ke bulatan langit pertama adalah alam langit.9 Dapat ditarik
kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-
apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam
bentuk abstrak (ghaib) merupakan bagian dari alam semesta yang berkaitan satu
dengan lainnya.12

B. Proses Penciptaan Alam Semesta


Banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang proses penciptaan
alam semesta, lebih kurang 53 ayat. Sementara itu menurut penelusuran penulis
dari kitab Mu’jam Al-Mufakhras li Al faz Al-Qur’an terdapat 9 ayat yang
menceritakan tentang proses penciptaan Alquran.15Di dalam Alquran ada lebih

11
Siti Maunah, Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam,....hlm. 5.
12
Ibid.
7

dari 750 ayat yang menunjukkan kepada fenomena alam, dan manusia diminta
untuk dapat memikirkannya agar dapat mengenal Tuhan lewat tanda-tandaNya.13
Apabila kita membaca buku tentang teori-teori modern mengenai proses
penciptaan alam semesta, maka teori Big Bang sebuah karya monumental dari
Stephen Hawking adalah salah satu literatur yang cukup masyhur dan jamak kita
ketahui. Tapi sesungguhnya teori ini telah dikemukakan Alquran jauh empat belas
abad yang lalu. Allah Sw. berfirman:

َ‫ض َكانَت َا َر أت اقا فَفَت أَق َٰنَ ُه َم ۖا َو َج َع ألنَا ِمن‬


َ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬ َّ ‫أ َ َو لَ أم َي َر ٱلَّذِينَ َكفَ ُر ٓواْ أ َ َّن ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
٣٠ َ‫أٱل َما ٓ ِء ُك َّل ش أَيءٍ َح ٍّۚي ٍ أَفَ ََل ي أُؤ ِمنُون‬
Artinya:Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Qs. Al-An-Biya’,
30).14
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat
Alquran yang mengungkapkan peristiwa penciptaan planet-planet.Banyak teori
ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat,
yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang
diistilahkaan ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga
terjadilah pemisahan antara bumi dan langit.Memang kita tidak dapat
memperatasnamakan Alquran mendukung teori tersebut.Namun, agaknya tidak
ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud
firman Allah diatas.15
Jika kita memakai teori Big Bang dalam membantu memahami ayat ini
adalah sebagai berikut: “universum lahir dari sebuah ledakan maha dahsayat yang
berasal dari materi dalam keadaan super-kerapatan dan super-panas, keterpaduan

13
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. VI, No. 3, Januari-Juni 2017, hlm. 6.
14
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Al-Anbiya’:21/30.
15
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam,....hlm. 7.
8

ruang dan materi dapat dipahami jika keduanya berada pada satu titik; singularitas
fisis yang merupakan volum yang berisikan seluruh materi, sedangkan
pemisalannya adalah terjadinnya ledakan dahsyat yang melontarkan materi
keberbagai penjuru dan berkembang dengan cepat sehingga tercipta universum
yang berekspansi, kejadian ini diperkirakan sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Sebelum ledakan yang maha dahsyat ini, tak ada energi, tak ada materi, tak ada
ruang dan waktu, sebab dalam satu titik tak ada disana dan disitu”.
Keberadaan ekspansi ini diketahui berdasarkan riset sistematis dalam
pengamatan Instrumentalia dan teori, dimana seluruh galaksi semakin menjauhi
galaksi kita, semakin jauh jaraknya kecepatannya semakin bertambah, seluruh
universumberekspansi, seluruh galaksi bergerak saling menjauh, dan pada jarak
terjauh mendekati kecepatan cahaya. Sejak kejadiannya pada peristiwa Big bang
alam semesta ini berkembang secara evolutif.Ia mulai dengan kabut hydrogen
yang berputar melanda dan berputar melalui ruang. Alam semesta penuh dengan
asap yang renggang dari gas yang melimpah ini yang merupakan 90% dari semua
materi kosmos ini. dalam gerak acak dari awan yang seperti itu, atom-atom
kadang-kadang berkumpul secara bersama secara kebetulan untuk membentuk
kantong-kantong gas yang padat. Dari peristiwa inilah bintang-bintang
muncul.Demikian secara perlahan-lahan setelah melalui kira-kira 20 miliyar tahun
cahaya, akhirnya terbentuklah galaksi-galaksi yang terus berkembang.Bintang-
bintang, matahari dan pelanet-pelanet yang mengintari matahari kita, termasuk
bumi yang kita huni.Inilah sebuah planet dengan pusatnya matahaari yang kita
sebut sebagai tata surya (solar system).16
Menurut konsep Alquran bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam
masa, sesuai dengan firmanNya:

َ ‫علَى أٱل َما ٓ ِء ِليَ أبلُ َو ُك أم أَ ُّي ُك أم أَ أح‬


ُ‫سن‬ َ َ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي َّٖام َو َكان‬
ُ ‫ع أر‬
َ ُ‫ش ۥه‬ َ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬ َّ ‫َوه َُو ٱلَّذِي َخلَقَ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
٧ ‫ين‬ ِ ‫َل َولَئِن قُ ألتَ إِنَّ ُكم َّم أبعُوثُونَ ِم ۢن بَعأ ِد أٱل َم أو‬
ٞ ِ‫ر ُّمب‬ٞ ‫ت لَيَقُولَ َّن ٱلَّذِينَ َكف َُر ٓواْ إِ أن َٰ َهذَآ إِ َّٗل ِس أح‬ ۗ ‫ع َم ا‬
َ
Artinya: Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu

16
Ibid, hlm. 8.
9

yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk
Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya
orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata".17
Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam
masa dua hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan bumi, dan dua
hari untuk penciptaan sarana makhluk.Jika kita berbicara mengenai “sittati
ayyam” maka banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Ada
ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam, tetapi ada lagi yang
memahami sesuai dengan hitungan Allah yakni 1000 tahun. banyak perbedaan
pendapat bukan berarti ayat Alquran saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat
relatifitas waktu. Dengan hikmah dan ilmunya menghendaki alam ini diciptakan
enam hari, menunjukkan bahwa ketergesa-gesaan bukanlah suatu haal yang
terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan kebaikan karya.18
Alam diatur melalui apa yang oleh Alquran disebut sebagai sunnah Allah.
sunnah Allah menurut hemat saya, berbeda dengan hukum alam (natural law).
Karena sementara hukum alam tidak menginginkan sesuatu pengertian kreativitas
apapun, sunnah Allah memberikannya. Sunnah Allah adalah kebiasaan atau cara
Allah dalam menyelenggarakan alam ini. Sunnah menghendaki sebuah kebiasaan
(adat, menurut istilah Al-Ghazali).Dalam hukum alam, kemungkinan mukjizat
tidak dapat tempat. Sementara dalam sunnah Allah, kemungkinan tersebut tidak
dinafikan.19
C. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Tujuan penciptaan alam semesta menurut perspektif Islam pada dasarnya
adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian
tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah 14 Sebagaimana firman Allah swt
dalam surat al-Dukhan ayat 38-39:

17
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Al-Hud:11/07.
18
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam,....hlm. 8-9.
19
Ibid.
10

‫ق َو َٰلَ ِك َّن‬ َٰ
ِ ‫ َما َخلَ أق َٰ َن ُه َما ٓ ِإ َّٗل ِب أٱل َح‬٣٨ َ‫ض َو َما َب أي َن ُه َما لَ ِع ِبين‬
َ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬ َّ ‫َو َما َخلَ أقنَا ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
٣٩ َ‫أَ أكثَ َره أُم َٗل َيعأ لَ ُمون‬
Artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui (Qs,
Ad-Dhukhan: 38-39).20
Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta
ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda Allah Swt.
Menurut Oliver Leaman, Allah merancang alam serta seluruh ciptaan-Nya adalah
untuk kepentingan kita manusia, meskipun Dia tidak harus berbuat seperti itu, dan
apa yang Dia minta sebagai tindak balasan-Nya hanyalah menyembah dan
bertakwa kepada-Nya. Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas
tentang keberadaaan Allah SWT. 21
Oleh karena itu dalam mempelajari alam semesta, manusia akan sampai
pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.
Seperti firman Allah dalam Surat Al-Fushilat ayat 53:

ِ ‫ق َوفِ ٓي أَنفُ ِس ِه أم َحتَّ َٰى َيتَ َبيَّنَ لَ ُه أم أ َ َّنهُ أٱل َح ۗ ُّق أ َ َو لَ أم َي أك‬
ُ‫ف ِب َر ِبكَ أ َ َّنهۥ‬ ِ ‫سنُ ِري ِه أم َءا َٰ َي ِتنَا فِي أٱۡلٓفَا‬
َ
َ ‫علَ َٰى ُك ِل ش أَي ٖء‬
٥٣ ٌ‫ش ِهيد‬ َ
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas
bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. Al-
Fushilat:53).22
Ayat tersebut jelas menunjukan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah yang
Maha Kuasa menganjurkan kepada manusia untuk melihat dan memikirkan
fenomena alam, dan dengan melihat keteraturan dan koordinasi di dalam sistem

20
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Ad-Dhukhan:44/38-
39.
21
Siti Maunah, Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam, Jurnal Madaniyah, Volume
9, Nomor 1 Edisi Jamuari 2019.
22
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. AL-fushilat:41/53
11

penciptaan dan keajaiban-keajaibanya akan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.


Melalui pengetahuan tentang alam akan melihat kebesaran Allah sebagai pencipta.
Pengakuan ini diikuti dengan mematuhi perintah Allah agar manusia tidak
melakukan kesalahan dan alam semesta ini tidak mengalami kerusakan. Dalam
Surat Ar-Ruum ayat 41, Allah berfirman:

َ ‫ض ٱلَّذِي‬
ْ‫ع ِملُوا‬ َ ‫سادُ ِفي أٱل َب ِر َو أٱل َب أح ِر ِب َما َك‬
ِ ‫س َب أت أ َ أيدِي ٱل َّن‬
َ ‫اس ِل ُيذِيقَ ُهم َبعأ‬ َ َ‫ظ َه َر أٱلف‬َ
٤١ َ‫لَعَلَّ ُه أم َي أر ِجعُون‬
Artinya:Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh
perbuatan tangan manusia, Allah swt menghendaki supaya mereeka
merasakan sebagiam dari perilaku mereka supaya,mereka kembali
(Kejalan yang benar) (Qs.Ar-Ruum:41).23
Ayat tersebut menunjukan bahwa kerusakan di bumi disebabkan karena
ulah tangan manusia, dan pastinya akan memberikan dampak buruk kepada
manusia itu sendiri. Allah swt menyebut alam sebagai nikmat besar yang
diberikan-Nya untuk manusia agar dimanfaatkan dalam kehidupan di dunia secara
benar. Manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat besar
apabila manusia tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja
yang terdapat di alam semesta ini secara bijaksana. Alam semesta diciptakan
sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk
menggali rahasia Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat
menyumbangkan suatu kebajikan dan faedah manusia seluruhnya yang pada
akhirnya manusia akan memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini.
Hal ini tertera dalam surat Yunus: 4
‫أ أ‬
ْ‫ي ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا‬ َ ‫ٱَّلل َحقًّ ٍّۚا ِإ َّنهۥُ َي أبدَ ُؤاْ ٱلخَلقَ ث ُ َّم يُ ِعيدُهۥُ ِل َي أج ِز‬
ِ َّ َ‫يع ۖا َو أعد‬
‫ِإلَ أي ِه َم أر ِجعُ ُك أم َج ِم ا‬
ْ‫عذَابٌ أ َ ِلي ۢ ُم ِب َما َكانُوا‬َ ‫اب ِم أن َح ِم ٖيم َو‬ ٞ ‫ت ِب أٱل ِق أس ٍِّۚط َوٱلَّذِينَ َكفَ ُرواْ لَ ُه أم ش ََر‬ َّ َٰ ‫ع ِملُواْ ٱل‬
ِ ‫ص ِل َٰ َح‬ َ ‫َو‬
٤ َ‫َي أكفُ ُرون‬

23
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Ar-Ruum:30/41.
12

Artinya: Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang
benar daripada Allah,Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada
permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali
(sesudah berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada orang-
orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan
untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab
yang pedih disebabkan kekafiran mereka.(Qs.Yunus:4).24
Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, keseimbangan
antara alam dengan makhluk hidup berdampak pada kesejahteraan hidup manusia.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh
karenanya alam telah ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka, sebagai tempat
tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar manusia mudah dalam memahami
alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan
mereka.25
D. Implikasi dan Hakikat Alam Semesta Terhadap Pendidikan Dalam

Islam

Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah

al-Rabb, yaitu Tuhan yang Maha Pencipta (khaliq), yang menciptakan seluruh

makhluq, makro dan mikro kosmos. Karenanya Ia disebut al-Rabb al-‘alamin,

Tuhan Pencipta alam semesta. Sebagai Pencipta, Dia juga yang memelihara dan

‘mendidik’ seluruh alam.Alam harus dipelajari sebagai objek studi atau ilmu

pengetahuan.Untuk itu, pendidikan islami merupakan instrument kunci guna

menemukan, menangkap, dan memahami alam dengan seluruh fenomena dan

noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan menghantarkan manusia pada

kesaksian akan keberadaan dan kemahakuasaan Allah Swt. Karenanya, dalam

24
Departemen Agama RI,Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Yunus:10/4.
25
Siti Maunah, Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam......hlm.11.
13

konteks ini, melalui proses pendidikan islami, manusiadihantarkan pada

pengakuan (syahadah) akan keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan Pencipta,

Pemelihara, dan Pendidik alam semesta.26

Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan

kemanusiaannya di alam semesta, baik sebagai syahid Allah, ‘abd Allah maupun

khalifah Allah. Dalam konteks ini Allah menjadikan alam semesta sebagai

wahana bagi manusia untuk bersyahadahakan keberadaan dan

kemahakuasaanNya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah penunaian

fungsi sebagai makhluk ‘ibadah dan pelaksanaan tugas-tugas sebagai khalifah.

Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat dimana

manusia dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agar berkemampuan

merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya.Karena alam ini bukan

hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib, maka sebagai wilayah studi objek

telaah pendidikan islami tidak hanya berkaitan dengan gejala-gejala yang

dapat diamati indera manusia (fenomena), tetapi juga mencakup segala sesuatu

yang tidak dapat diamati oleh indera (noumena).Karenanya pengetahuan yang

ditransfer tidak hanya pengetahuan indrawi dan rasional tetapi juga ilmu-ilmu

laduny, isyraqi, iluminasi dan kewahyuan.

Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah, kelak Allah Swt. akan

menilai siapa diantara hambaNya yang mampu meraih prestasi terbaik.

Sebagaimana firmanNya:

26
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam,....hlm. 11-12.
14

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai

perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara

mereka yang terbaik perbuatannya.

Allah sebagai pencipta adalah pemilik dan penguasa tidak ada pencipta

selain Dia. PenciptaanNya meliputi seluruh alam.Dia adalah Rabbul ‘alamin.Allah

adalah Esa sebagai Rabb. Pengesahan ini disebut tauhid Rububiyah artinya

mengimani dengan sungguh-sungguh tanpa ada keraguan bahwa Dialah Rabb

satu-satunya, tidakmemerlukan apapun kepada selain Dia. Rabb adalah pemilik

seluruh alam, pemelihara dan penyempurna segala sesuatu. Ia yang

menyampaikan sesuatu ketingkat kesempurnaan sedikit demi sedikit. Kata Rabb

bermakna Uluhiyah, penghambaan diri manusia kepadaNya dan tuntutan

melaksanakan ibadah hanya kepadaNya.

Dampak dari memahami esensi alam semesta terhadap Pendidikan Islam

adalah menyadarkan kembali tugas dan fungsi manusia di bumi Allah ini sebagai

khalifah dan hambaNya melalui saran yang disebut dengan Pendidikan

Islam.Pendidikan Islam berfungsi mengarahkan para pendidik dalam membina

generasi penerus yang mandiri, cerdas, berkepribadian sempurna (sehat jasmani

dan rohani) serta bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya sebagai hamba

Allah, makhluk individu, dan sosial menuju terbentuknya kebudayaan Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI,Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Yunus:10/4.


Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Ar-Ruum:30/41.
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Ad-
Dhukhan:44/38-39.
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Al-
Anbiya’:21/30.
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. AL-
fushilat:41/53
Departemen agama RI, Dalam Al-Quran Dan Terjemahnya, QS. Al-Hud:11/07.
Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. VI, No. 3, Januari-Juni 2017, hlm.
6.
Alimatus Sa’diyah Alim, Hakikat Manusia, Alam Semesta, Dan Masyarakat
Dalam Konteks Pendidikan Islam, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 15
No.2, 2019.
Siti Maunah, Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam, Jurnal Madaniyah,
Volume 9, Nomor 1 Edisi Jamuari 2019

15

Anda mungkin juga menyukai