Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR LITERATUR

PENGARUH PROSES AGING PADA SINTESIS


ZEOLIT NaA DARI LIMBAH KAOLIN AMAZON BRAZIL

OLEH:

JEKY SASEMAR L
NIM. 1803112157

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : JEKY SASEMAR L


NIM : 1803112157
Jurusan : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Judul Seminar : PENGARUH PROSES AGING PADA SINTESIS
Literatur ZEOLIT NaA DARI LIMBAH KAOLIN AMAZON BRAZIL

Pekanbaru, Oktober 20

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi S1 Kimia Pembimbing Seminar Literatur
FMIPA UNRI

Drs. Yuharmen, M.Si Dr. Muhdarina, M.Si


NIP.196301051991021001 NIP.196108141987022001

i
PENGARUH PROSES AGING PADA SINTESIS ZEOLIT NaA DARI
LIMBAH KAOLIN AMAZON BRAZIL

JEKY SASEMAR L
NIM. 1803112157

Ringkasan

Limbah kaolin dari Amazon yang berasal dari proses benefisiasi kaolin digunakan
sebagai bahan baku sintesis zeolit. Zeolit disintesis dengan memasukkan campuran
reaksi ke proses aging sebelum diautoklaf pada suhu tinggi. Pada proses aging,
campuran reaksi diaduk selama 24 jam pada suhu kamar, dan setelah waktu ini, sintesis
dilakukan dengan waktu yang bervariasi dari 1, 2, 3, 4, 6, 12, 18, 20 dan 24 jam pada
suhu konstan (110 oC). Limbah kaolin dan produk hasil sintesisnya dikarakterisasi
melalui XRD, SEM dan analisis kimia. Karakterisasi zeolit dengan alat XRD
menunjukkan limbah kaolin yang digunakan dalam sintesis zeolit NaA sebagian besar
terdiri dari kaolinit selain itu juga menunjukkan bahwa kaolinit yang ada di dalam
limbah ini memiliki tingkat keteraturan struktur yang tinggi, dilihat dari peningkatan
intensitas puncak-puncaknya. Hasil gambar karakterisasi dengan alat SEM menyatakan
adanya kristal kubus sebagai morfologi khas dari zeolit tipe NaA pada waktu sintesis
6 jam dan 20 jam. Zeolit NaA diperoleh setelah waktu sintesis selama 4 jam. Namun,
zeolit NaA dengan derajat kemurnian yang tinggi dan derajat keteraturan struktur yang
tinggi diperoleh hanya untuk waktu sintesis 6, 12, 18, 20 dan 24 jam. Produksi zeolit
NaA dari limbah kaolin bisa menjadi cara terbaik untuk meminimalkan dampak
pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya pengolahan limbah kaolin.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i


Ringkasan ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
1.3. Landasan Teori ........................................................................................ 1
1.3.1 Kaolin ...................................................................................................... 1
1.3.2 Zeolit NaA ............................................................................................... 3
1.3.3 Proses Aging ............................................................................................ 4
II. TATA KERJA ....................................................................................................... 5
2.1. ALAT ....................................................................................................... 5
2.2. BAHAN ................................................................................................... 5
2.3. METODOLOGI ....................................................................................... 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 6
3.1. Hasil ......................................................................................................... 6
3.2. Pembahasan ............................................................................................. 7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 9
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 9
4.2. Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Analisis Awal Sampel dengan XRD......................................................... 6


Gambar 2. Analisis Kristal dengan XRD ................................................................... 7
Gambar 3. Analisis Morfologis dengan SEM ............................................................ 7

DAFTAR TABEL

Table 1. Analisis Komponen Kimia pada Limbah Kaolin ........................................... 3

iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mensintesis zeolit, dan tujuan
dari semuanya itu adalah untuk mendapatkan produk berupa zeolit dengan tingkat
kemurnian yang tinggi dalam kondisi yang layak dan ekonomis. Pada konteks ini,
penggunaan limbah industri untuk menghasilkan material baru, selain menjadi
tantangan di seluruh dunia, juga untuk dapat menghasilkan material zeolit melalui
proses yang menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan (Maia et al., 2010).
Limbah kaolin dari Amazon yang berasal dari proses benefisiasi kaolin untuk
kertas pada dasarnya terbuat dari kaolinit. Material ini dianggap limbah karena
ukurannya yang tidak memadai untuk dijadikan pelapis kertas. Banyak tempat yang
diperlukan untuk menampung sejumlah besar limbah kaolin yang dihasilkan dari
industri pertambangan ini. Oleh karena itu, limbah ini merupakan bahan baku yang
sangat baik untuk sintesis zeolit, seperti fasa NaA, sodalit, faujasite, fasa NaP dan fasa
KA, CaA dan MgA.
Pada penelitian ini zeolit NaA di sintesis dengan menggunakan metode baru,
yaitu menggunakan limbah kaolin dari wilayah Amazon Brasil, dengan menambahkan
proses aging untuk meminimalisir waktu kristalisasi, yang akan memungkinkan
pengurangan biaya sehingga, zeolit NaA dapat diaplikasikan sebagai adsorben untuk
menghilangkan logam berat. Menurut Khulsum et al, (2018), sifat zeolit sebagai
adsorben dan penyaring molekul dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga,
sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil
atau sesuai dengan rongganya.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari penelitian
yang dilakukan oleh Maia et. al (2019), yang berjudul Pengaruh proses aging pada
sintesis zeolit NaA dari limbah kaolin Amazon Brazil.
1.3. Landasan Teori
1.3.1 Kaolin

1
Kaolinite merupakan mineral silikat berlapis dengan struktur mineral 1:1
dengan lembaran alumina oktahedron (gibbsite) membentuk satu unit dengan tebal
7.15 Ǻ, berwujud seperti lempengan tipis. Kaolinite memiliki kapasitas shrink-
mengembang rendah, sehingga tidak dapat mengabsorpsi air dan kapasitas tukar kation
rendah (1-15 meq/100g). Biasanya disebut oleh masyarakat tanah putih atau tanah liat
putih merupakan endapan residual (Utami, 2018).
Kaolin termasuk mineral lempung yang berwarna putih yang memiliki
komposisi terbesar berupa kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O). Komposisi kaolin berupa
46.54% SiO2, 39.50% Al2O3, dan 13.96% H2O. Partikel kaolin biasanya berupa
lembaran heksagonal dengan diameter sekitar 0.05-10 μm (rata-rata 0.5 μm). Mineral
kaolin dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada
batuan beku felspartik dan mika. Kaolin biasanya berada sebagai mineral kaolinit
murni, atau mineral yang berhubungan misalnya, haloisit, nakrit, dan dikrit yang
bergabung dengan mineral lain seperti smektit, mika, kuarsa, dan feldspar sebagai
pengotor (Nugraha dan Kulsum, 2017).
Kaolin atau kaolinite termasuk jenis mineral lempung dengan rumus kimia
Al2O3.2SiO2.2H2O dan memiliki struktur lapisan 1:1 dengan unit dasar terdiri dari
lembaran tetrahedral SiO4 dan lembaran oktahedral dengan Al3+ sebagai kation
oktahedral. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan mineral kaolin terdiri dari
komponen utama silika (SiO2) 48,03 %, alumina (Al2O3) 35,50 %, dan oksida-oksida
logam dalam jumlah kecil. Kandungan silika dan alumina yang tinggi memungkinkan
kaolin dapat dimanfaatkan sebagai starting material dalam pembentukan kerangka
zeolit (Trivana et al., 2015).
Kaolinit terdiri dari silika dan alumina, serta dapat ditemukan di permukaan
bumi. Setiap lapisan dari jenis mineral lempung dua lapis ini terdiri dari lembaran
oktahedral alumina dan lembaran silika tetrahedral, berbagi bidang atom oksigen yang
sama dan lapisan mineral yang berulang. Ikatan antara dua lapisan ini begitu kuat dan
tidak ada pembengkakan antar lapisan serta karena adanya ikatan yang kuat antara gaya
Vander Waals dan ikatan hidrogen. Kandungan silika dan alumina yang tinggi,
memungkinkan kaolin dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sintesis zeolit. Zeolit

2
Linde Tipe A, X dan Y, kankrinit, sodalit, faujasit, dan beberapa jenis zeolit lainnya
telah disintesis dari kaolin (Kamyab dan Williams, 2021).
Menurut Alkan, dkk. (2005), untuk mensintesis zeolit dengan rasio Si/Al
rendah dari kaolin harus melalui dua tahap. Pertama, kaolin harus diubah menjadi
metakaolin dengan pemanasan. Kedua, reaksi antara metakaolin dan basa dengan
menggunakan metode hidrotermal untuk mendapatkan zeolit.
Table 1.Analisis Komponen Kimia pada Limbah Kaolin

Sampel Konsentrasi (%b/b)


SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO Na2O K2O LOI
Limbah 46.11 38.27 0.57 0.35 <0.01 0.02 0.05 0.14 14.46
Kaolin

1.3.2 Zeolit NaA


Zeolit adalah kristal mikropori aluminosilikat dengan berbagai struktur yang
mengandung sifat luas permukaan tinggi, stabilitas termal yang tinggi dan selektivitas
menyebabkan zeolit diaplikasi secara ekstensif di berbagai bidang (Sriatun et al., 2017)
Zeolit merupakan salah satu senyawa alumino-silikat dengan struktur rangka
(frameworks), mempunyai pori (rongga) dan saluran yang diisi oleh kation dan molekul
air yang dapat mudah dipertukarkan (exchangeable) sehingga dapat mengadsorpsi ion.
Zeolit dapat disintesis dari suatu sampel dengan syarat mengandung senyawa silika dan
alumina yang mengandung alkali hidroksida atau basa-basa organik didalamnya (Muis
et al., 2019). Zeolit memiliki struktur dasar tetrahedal TO4, dimana T merupakan atom
Si atau Al dan atom O sebagai atom yang diikat bersama antar tetangga kristal. Zeolit
memiliki rumus empiris Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].zH2O, dimana M adalah kation dengan
valensi n (Pratama dan Afdhal, 2017).
Zeolit sintesis merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki sifat fisika dan
sifat kimia sama dengan zeolit alam (Saputra, 2006). Salah satu zeolit sintesis yang
banyak dikembangkan adalah zeolit NaA. Zeolit NaA merupakan zeolit golongan linde
type A (LTA) dan termasuk jenis zeolit dengan rasio molar Si/Al kurang dari 2. Zeolit
NaA secara spesifik digunakan dalam pembuatan detergen, melunakkan sifat air

3
dengan menurunkan ion Ca2+ dan Mg2+, zeolit NaA juga digunakan sebagai adsorben,
dan lain-lain. Zeolit sintetis dikembangkan untuk mengatasi kelemahan dari zeolit
alam. Kelemahan zeolit alam antara lain, banyak mengandung pengotor dan
kristalinitasnya yang rendah sehingga mengurangi kemampuannya sebagai adsorben
dan katalis (Trivana et al., 2015).
Menurut Sugiarti et al., (2017), zeolit sintetis lebih sering digunakan untuk
kepentingan komersial dibandingkan dengan zeolit alam, hal ini dikarenakan
keseragaman ukuran partikel dan tingkat kemurnian yang tinggi pada zeolit sintetis.
Keuntungan lainnya struktur zeolit sintetis dapat dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Permasalahan yang terjadi pada penelitian tentang zeolit sintetis saat ini terletak pada
ketersediaan sumber silika dan alumina, serta biaya yang diperlukan untuk mencari
bahan dasar yang bernilai ekonomis dan mudah didapatkan.

1.3.3 Proses Aging


Aging adalah suatu langkah dalam nukleasi zeolit yang dapat mempengaruhi
kristalisasi dan hasil produk akhir. Dalam proses aging, prakristalisasi campuran dalam
sintesis zeolit perlu terjadi sebelum terjadi kristalisasi (Purbaningtias et al., 2017).
Menurut Jihong (2007), aging mempengaruhi nukleasi dan kristalisasi zeolit
dengan meningkatnya laju nukleasi, mengurangi waktu induksi dan durasi kristalisasi,
mengurangi ukuran kristal dan meningkatkan jumlah kristal. Dari penelitian-penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa aging mempunyai pengaruh penting pada nukleasi
dan pertumbuhan kristal dari zeolit. Pertumbuhan inti kristal dipercaya terbentuk
selama masa aging.
Aging gel zeolit berpengaruh tidak hanya dalam periode induksi, proses
kristalisasi dan kemurnian produk akhir, tetapi juga jenis dan ukuran zeolit yang
terbentuk. Menaikkan waktu aging gel akan mempersingkat periode induksi,
mempercepat proses kristalisasi, meningkatkan kemurnian produk, dan menurunkan
ukuran akhir dari kristal produk. Semakin lama waktu aging yang dilakukan, maka
akan diperoleh kristal zeolit yang ukurannya lebih kecil. Proses aging gel zeolit secara

4
efektif tidak hanya mempersingkat waktu hidrotermal, tetapi juga mengontrol ukuran
kristal zeolit (Wardono et al., 2019).
II. TATA KERJA
2.1. ALAT
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, labu takar,
sentrifugal, water bath, reactor cup, magnetic stirrer, X-ray diffraction (XRD,
Panalytical X’pert Pro), Scanning Electron Microscopy (SEM, 20 kV Phillips XL30
CP microscope) serta peralatan gelas dan kaca lainnya di laboratorium.
2.2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel limbah Kaolin dari
daerah Capim (Amazon, Bazil), larutan natrium hidroksida (NaOH) 5 M, kertas saring
Whatmann No.42 dan akuades.
2.3. METODOLOGI
2.3.1 Preparasi Sampel
Limbah kaolin dari proses benefisiasi untuk penutup kertas diolah dengan
proses termal untuk mendapatkan metakaolinit yang reaktif terhadap sintesis zeolit
NaA. Menurut penelitian Maia et al, (2014), kondisi optimal untuk mendapatkan
metakaolin yang sangat reaktif dari limbah ini adalah dengan pemanasan pada suhu
700 oC selama waktu 2 jam. Limbah kaolin dan hasil pengolahannya kemudian di
karakterisasi dengan X-Ray Diffractometry (XRD) dan Scanning Electron Microscopy
(SEM).
2.3.2 Proses Sintesis
Proses sintesis zeolit NaA yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan
yang digunakan oleh Maia et al, (2015), dimana pada penelitian tersebut diperoleh
zeolit A dengan kemurnian tinggi dan derajat orde struktur yang tinggi terhadap rasio
molar Na/Al yaitu sebesar 1,64 pada reaksi campuran dan suhu sintesis sebesar 110oC.
Pada penelitian ini digunakan tahap aging terhadap proses sintesis zeolit NaA, dan
campuran dari reaksi tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 110oC. Untuk tahap
aging, metakaolin dan larutan NaOH (5 N) dicampurkan ke dalam erlenmeyer, sesuai
rasio molar Na/Al dan Si/Al masing-masing 1,64 dan 1 serta ditambahkan akuades

5
sebanyak 15 mL. Campuran ini diaduk pada suhu kamar dengan magnetic stirrer
selama 24 jam. Setelah tahap aging, campuran dipindahkan ke dalam reactor cup, dan
ditambahkan akuades sebanyak 10 mL. Reactor cup yang digunakan dalam sintesis
terdiri dari bagian luar yang terbuat dari stainless steel dan bagian dalam (cup dengan
kapasitas kurang lebih 50 mL) yang terbuat dari Teflon. Campuran kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110oC dengan variasi waktu sintesis selama 1,
2, 3, 4, 6, 12, 18, 20, dan 24 jam. Dengan demikian, dalam penelitian ini, suhu sintesis
dan komposisi campuran dijaga konstan sedangkan waktu sintesis divariasikan.
Reactor lalu dikeluarkan dari oven dan didinginkan secara cepat, setelah waktu sintesis
yang ditetapkan dan produk yang diperoleh kemudian dicuci dan disaring hingga pH
netral. Produk yang telah dicuci kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC
selama 6 jam kemudian dikarakterisasi dengan XRD dan SEM. Seluruh proses sintesis
ini dilakukan dalam dua kali pengulangan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
3.1.1 Analisis awal sampel dengan XRD (X-Ray Diffractometry)
Gambar 3.1 Menunjukkan hasil analisis sampel pada waktu aging 0 jam dan
1, 2, 3 jam menggunakan XRD.

Gambar 1. Analisis Awal Sampel dengan XRD

3.1.2 Analisis kristal dengan XRD (X-Ray Diffractometry)

6
Adapun pola XRD dari sampel pada waktu kristalisasi 4-24 jam ditunjukkan
pada Gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 2. Analisis Kristal dengan XRD

3.1.3 Analisis morfologis dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)


Pada Gambar 3.3 menunjukkan gambar hasil analisis menggunakan SEM
dari sampel yang disintesis pada waktu 6 jam dan 20 jam.

Gambar 3. Analisis Morfologis dengan SEM

3.2. Pembahasan
3.2.1 Analisis sampel dengan XRD (X-Ray Diffractometry)
XRD merupakan metode karakterisasi yang digunakan untuk menjelaskan
struktur kristal. Berdasarkan hasil XRD yang disajikan pada Gambar 3.1, limbah
kaolin yang digunakan dalam sintesis zeolit NaA sebagian besar terdiri dari kaolinit.

7
Gambar 3.1 ini juga menunjukkan bahwa kaolinit yang ada di dalam limbah ini
memiliki tingkat keteraturan struktur yang tinggi, dilihat dari peningkatan intensitas
puncak-puncaknya. Hasil XRD metakaolin juga terlihat pada Gambar 3.1, yang
menunjukkan bahwa kaolinit seluruhnya berubah menjadi metakaolinit karena puncak-
puncak kaolinit tidak ada lagi. Hasil XRD metakaolin juga menyajikan adanya puncak
anatase (An) dan kuarsa (Q), yaitu mineral pengotor yang biasanya ditemukan pada
kaolin dari wilayah Capim. Puncak-puncak pengotor ini tidak teramati pada XRD
limbah kaolin karena terjadi dalam konsentrasi yang kecil dalam sampel kaolinit.

Hasil difraktogram material yang diperoleh pada proses aging (0 jam) dan
produk yang disintesis pada suhu 110 oC untuk waktu 1, 2 dan 3 jam yang mengalami
proses aging sebelum kristalisasi juga disajikan pada Gambar 3.1. Puncak
karakteristik terhadap material zeolit tidak ditemukan pada hasil XRD material yang
diperoleh pada proses aging (0 jam) tetapi puncak kuarsa dan anatase dari sampel
masih terdeteksi. Waktu kristalisasi 1, 2 dan 3 jam tidak cukup untuk menghasilkan
zeolit NaA. Gambar 3.2 menyajikan hasil XRD yang dikristalkan selama 4, 6, 12, 18,
20 dan 24 jam. Zeolit NaA terbentuk dari waktu kristalisasi 4 jam dan seterusnya. Dari
waktu kristalisasi 4 jam sampai 24 jam, hanya zeolit A yang disintesis, dan puncak
karakteristik dari zeolit ini tergambar dengan baik, menunjukkan bahwa semua
metakaolinit telah bereaksi dan dengan sangat baik. Grafik pada Gambar 3.2
menunjukkan bahwa zeolit NaA dapat disintesis pada waktu 4 jam, tetapi intensitas
puncaknya lebih rendah dari pada waktu 6 jam. Dalam hal ini, selama 6 jam waktu
sintesis, zeolit NaA mungkin menunjukkan derajat orde struktur yang lebih tinggi.
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa dari waktu sintesis 6 jam, semua puncak memiliki
intensitas yang sama, yaitu tidak ada variasi puncak ini terhadap waktu. Hasil ini
menunjukkan bahwa zeolit NaA dapat diproduksi hanya dalam 4 jam waktu sintesis,
menggunakan kondisi dan langkah yang dijelaskan dalam penelitian ini (perlakuan
termal limbah kaolin, proses aging terhadap campuran, dan kristalisasi). Oleh karena
itu, proses aging terhadap campuran (tahap prakristalisasi) berkontribusi terhadap
penurunan waktu kristalisasi zeolit NaA. Selain itu, zeolit NaA juga menyajikan

8
struktur yang sangat stabil, karena tidak ada perubahan fasa untuk waktu yang lebih
lama. Menurut Breck, zeolit A adalah fase metastabil yang berubah menjadi sodalit
dari waktu ke waktu. Menurut Cundy dan Cox, proses aging mungkin berkontribusi
pada pembentukan fase yang lebih stabil atau murni.

3.2.2 Analisis morfologis dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan penentuan ukuran
nanopartikel sampel yang diidentifikasi. Berdasarkan dari Gambar 3.3 menunjukkan
hasil karakterisasi SEM pada waktu sintesis 6 jam dan 20 jam, masing-masing
menunjukkan pembentukan kristal kubik dengan baik. Menurut Breck, kondisi
morfologi ini adalah ciri khas dari zeolit NaA. Morfologi ini juga diamati pada produk
yang disintesis oleh Maia et al. Pada penelitian tersebut, zeolit NaA juga disintesis dari
limbah kaolin dari wilayah Capim dengan menggunakan beberapa kondisi sintetis.
Dengan demikian, gambar SEM menunjukkan bahwa pada suhu 110 oC dengan waktu
6 jam dan 20 jam, zeolit NaA adalah satu-satunya bahan kristal yang terbentuk. Sampel
yang dihasilkan pada waktu 6 jam sintesis saat diamati, tampak morfologi yang tidak
terdefinisi, yang mungkin dapat berupa metakaolinit non-reaktif (Gbr. 5a). Menurut
gambar SEM dari produk yang disintesis dengan metode konvensional, kristal zeolit
NaA memiliki ukuran sekitar 10 µm, sedangkan ketika proses aging dilakukan sebelum
kristalisasi, ukuran kristal adalah sekitar 4 µm. Penurunan ukuran kristal zeolit NaA
juga diamati oleh Slangen et al.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Zeolit dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, diantaranya dalam bidang
lingkungan. Sintesis zeolit NaA dapat dilakukan dengan menggunakan limbah kaolin.
Limbah ini merupakan bahan baku yang sangat baik untuk memproduksi zeolit NaA
murni dan juga memberikan manfaat lain untuk meminimalkan dampaknya terhadap
lingkungan. Proses aging cukup efektif untuk menghasilkan zeolit NaA setelah proses
sintesis selama 4 jam. Zeolit NaA mencapai kristalisasi maksimum pada waktu sintesis

9
6 jam. Namun, zeolit NaA dapat diperoleh pada waktu sintsiss 4 jam. Zeolit NaA, yang
disintesis dalam penelitian ini, mungkin menunjukkan struktur yang stabil, karena tidak
ada pembentukan sodalit yang secara teori merupakan fase paling stabil, dengan
bertambahnya waktu sintesis.

4.2. Saran
Untuk penelitian berikutnya, disarankan sintesis zeolit diteliti untuk
keefektifan zeolit NaA sebagai adsorben untuk menghilangkan logam berat. Hal ini
dikarenakan dalam segi ekonomi lebih menguntungkan dan ramah lingkungan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alkan, M., Hopa, C., Yilmas, Z., dan Guler H. 2005. The Effect of Alkali
Concentration and Solid/Liquid Ratio on The Hydrothermal Synthesis of
Zeolite NaA from Natura Kaolinite. Elsevier. Microporous and
Macroporous Materials. Vol 86. pp. 176-184.
Jihong,Y. 2007. Synthesis of zeolites. Studies in Surface Science and Catalysis.168:
39-103.
Kamyab, M. K dan Williams, C. G. 2021. Pure zeolite LTJ synthesis from kaolinite
under hydrothermal conditions and its ammonium removal efficiency.
Elsevier. Microporous and Mesoporous Materials. Vol 86. pp. 1-13.
Khulsum, H., Agnes, F.W., dan Suratman. 2018. Efektivitas variasi ukuran media
arang aktif dan zeolit terhadap penurunan kadar besi (Fe) pada air sumur.
Jurnal Kesmas Indonesia. 2(10), pp.1-11.
Muis, L. Edwin, P. & Hasrul, A. 2019. Aplikasi zeolit dari cangkang kelapa sawit pada
penyerapan logam kromium heksavalen (Cr6+) pada industri
elektroplating. Jurnal Daur Lingkungan. 2(1): 1-6.
Nugraha, I dan Kulsum, U. 2017. Sintesis dan Karakterisasi Material Komposit Kaolin-
ZVI (Zero Valent Iron) serta Uji Aplikasinya sebagai Adsorben Kation
Cr (VI). Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Ilmu Kimia. 3 (1): 59-70.
Pratama, T.N. & Afdhal, M. 2017. Pengaruh sumber kation NaOH dan KOH terhadap
jenis zeolit sintesis dari abu dasar batubara dengan metode peleburan
alkali hidrotermal. Jurnal Fisika Unand. 6(2): 126-131.
Purbaningtias, T. E., Kurniawati, P., Wiyantoko, B., Prasetyoko, D., dan Suprapto.
2017. Pengaruh waktu aging pada modifikasi pori zeolit alam dengan
cetyltrimethylammonium bromide (CTABr). Jurnal Sains dan Teknologi.
6 (2): 321-330.
Sriatun., Taslimah., Erwin, N. C & Fuguh, D. S. 2017. Sintesis dan karakterisasi zeolit
Y. Journal of Scientific and Applied Chemistry. 20(1): 19-24.

11
Sugiarti, S., Charlena & Nurul, A.A. 2017. Zeolit sintesis terfungsionalisasi 3-
(trimetoksisilil)-1-propantiol sebagai adsorben kation Cu (II) dan biru
metilena. Jurnal Kimia VALENSI. 3(1): 11-19
Tang. Y.R. 2003. Adsorbent Fundamentaland Applications. New Jersey: Wiley.
Trivana, L., Sri, S. & Eti, R. 2015. Sintesis zeolit dan komposit zeolit/ TiO2 dari kaolin
serta uji adsorpsi fotodegradasi biru metilena. ALCHEMY: Jurnal
Penelitian Kimia. 11 (2): 147-162.
Utami, D.N. 2018. Kajian jenis mineralogi lempung dan implikasinya dengan gerakan
tanah. Jurnal Alami. 2 (2): 89-97.
Wardono, H., Iryani, D. A., Darmansyah., Perdana, G. A., Ginting., S. Br. 2019.
Pengaruh Waktu Aging pada Sintesis Zeolit Linde Type-A (LTA) dari
Zeolit Alam Lampung (ZAL) dengan Metode Step Change Temperature
of Hydrothermal. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 14 (1): 1-11.

12

Anda mungkin juga menyukai