Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

F
DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA
DI RUANGAN TERATAI (PNC)
RSUD BATARA SIANG
PANGKEP

NUR HIKMAH FAJRIANI ILHAM, S.Tr.Kep


NIM : N2112088

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………………….) (……………………….)

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2021
A. PENGERTIAN

Istilah sectio caesaria berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetri, istilah tersebut mengacu pada
tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka
dinding perut dan rahim ibu (Lia et al.,2010)

Persalinan dengan operasi sectio caesaria ditujukan untuk indikasi


medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi.
Persalinan sectio caesari atau bedah ceasar harus dipahami sebagai alternatif
persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi
(Lang,2011)

Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah


anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding
abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai,
misal usia kehamilan lebih dari 24 minggu (Myles. 2011).

Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen.


Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika
telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini
adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi
sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedurelektif atau
darurat. Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural.
Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan
sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi
(Muttaqin, Arif .2010).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009
Bedah caesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya
dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-
komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal
(Yusmiati,2007).

B. INDIKASI
Indikasi sectio caesaria secara garis besar terdiri dari : Power, passage
dan passanger. Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolute atau relative.
Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
terlaksana merupakan indikasi absolute untuk sectio abdominal. Diantaranya
adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang
menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kelahiran lewat vagina bisa
terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat
sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya.

1. Indikasi ibu
1) Panggul sempit dan dystocia mekanis

a. Disproporsi fetopelvik

Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted


pelvis), fetus yang tumbuhnya terlampau besar, atau adanya ketidak-
imbangan relative antara ukuran bayi dan ukuran pelvis. Yang ikut
menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi
fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul,
kemampuan berdilatasi pada cervix, dan keefektifan kontraksi uterus

b. Malposisi dan malpresentasi


Abnormalitas ini dapat menyebabkan perlunya sectio caesarea
pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan pervaginam.
Bagian terbesar dari peningkatan insidensi sectio caesarea dalam
kelompok ini berkaitan dengan presentasi bokong. Barangkali sepertiga
dari presentasi bokong harus dilahirkan lewat abdomen. Bukan saja
akibat langsung kelahiran vaginal terhadap janin lebih buruk pada
presentasi bokong disbanding pada presentasi kepala, tetapi juga
terbukti adanya pengaruh jangka panjang sekalipun kelahiran tersebut
tanpa abnormalitas. Ada perkiraan bahwa persalinan kaki dan bokong
bayi premature yang viable paling baik dilakukan melalui sectio
caesarea

c. Disfungsi uterus

Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak


terkoordinasikan, inertia, cincin konstriksi dan ketidakmampuan dilatasi
cervix. Partus menjadi lama dan kemajuannya mungkin terhenti sama
sekali. Keadaan ini sering disertai disproporsi dan malpresentasi.

d. Distosia jaringan lunak

Distosia jaringan lunak (soft tissue dystocia) dapat menghalangi


atau mempersulit kelahiran yang normal. Ini mencakup keadaan
seperti cicatrix pada saluran genitalia, kekakuan cervix akibat cedera
atau pembedahan, dan atresia atau stenosis vagina. Kelahiran vaginal
yang dipaksa akan mengakibatkan laserasi yang luas dan perdarahan

e. Neoplasma

Neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan


normal tidak mungkin terlaksana. Kanker invasive cervix yang
didiagnosis pada trimester ketiga kehamilan dapat diatasi dengan sectio
caesarea yang dilanjutkan dengan terapi radiasi, pembedahan radikal
ataupun keduanya
f. Persalinan yang tidak dapat maju

Dalam kelompok ini termasuk keadaan – keadaan seperti


disproporsi cephalopelvik, kontraksi uterus yang tidak efektif, pelvis
yang jelek, bayi yang besar dan defleksi kepala bayi. Sering diagnosis
tepat tidak dapat dibuat dan pada setiap kasus merupakan diagnosis
akademik. Keputusan ke arah sectio caesarea dibuat berdasarkan
kegagalan persalinan untuk mencapai dilatasi cervix dan atau turunnya
fetus, tanpa mempertimbangkan etiologinya.

2) Pembedahan sebelumnya pada uterus


a. Sectio caesaria
Pada sebagian besar Negara ada kebiasaan yang dipraktekkan
akhirakhir ini, yaitu setelah prosedur pembedahan caesaria dikerjakan,
maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara
yang sama. Bahaya rupture lewat tempat insisi sebelumnya dirasakan
terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan
trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau upaya
ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun lamanya rawat inapakan
berkurang.

b. Histerotomi
Kehamilan dalam uterus akan disertai bahaya rupture uteri bila
kehamilan sebelumnya diakhiri dengan histerotomi. Resikonya sama
seperti resiko sectio caesarea klasik. Histerotomi kalau mungkin harus
dihindari dengan pertimbangan bahwa kehamilan berikutnya akan
mengharuskan sectio caesaria.

3) Pendarahan
a. Placenta previa
Sectio caesarea untuk placenta previa centralis dan lateralis telah
menurunkan mortalitas fetal dan maternal. Keputusan akhir diambil
melalui pemeriksaan vaginal dalam kamar operasi dengan menggunakan
double setup. Darah sudah tersedia dan sudah dicocokkan
(crossmatching).Team dokter bedah harus sudah siap sedia. Jika pada
pemeriksaan vaginal ditemukan placenta previa centralis atau partialis,
sectio caesarea segera dikerjakan. b. Abruptio placentae

Abruptio placentae yang terjadi sebelum atau selama persalinan


awal dapat diatasi dengan pemecahan ketuban dan pemberian tetesan
oxytocin. Kalau perdarahannya hebat, cervix mengeras dan menutup
atau kalau ada kecurigaan apoplexia uteroplacental, maka diperlukan
sectio caesarea untuk menyelamatkan bayi, mengendalikan perdarahan,
mencegah afibrinogenemia dan untuk mengamati keadaan uterus serta
kemampuannya berkontraksi dan mengendalikan perdarahan. Pada
sebagian kasus diperlukan tindakan histeroktomi.

4) Lain – lain
a. Primigraviditas usia lanjut
Primigraviditas usia lanjut sulit didefinisikan. Sementara umur
bervariasi dari 35 hingga 40 tahun, factor – factor lain juga sama
pentingnya. Factor – factor ini mencakup ada tidaknya segmen bawah
uterus yang baik, kelenturan atau kekakuan cervix dan jaringan lunak
jalan lahir, kemudahan menjadi hamil, jumlah abortus, presentasi anak
dan koordinasi kekuatan his. Kalau semua hal ini menguntungkan,
kelahiran per vaginam harus dipertimbangkan. Kalau factor – factor
yang merugikan terdapat, maka sectio caesarea merupakan prosedur
yang lebih aman dan lebih bijaksana.

b. Bekas jahitan pada vagina


Dikerjakan sectio caesarea efektif kalau ada kekhawatiran bahwa
kelahiran lewat vagina yang pernah dijahit akan menimbulkan cystocele,
rectocele dan prolapsus uteri c. Anomali uteri congenital
Bukan saja uterus yang abnormal itu fungsinya jelek, tetapi juga
pada kasus anomali seperti uterus bicornuata, salah satu ujungnya dapat
merintangi jalannya bayi dari ujung yang lain. Pada keadaan seperti ini
harus dikerjakan section caesarea. d. Riwayat obstetric yang jelek

Kalau kelahiran sebelumnya berlangsung dengan sukar dan


menimbulkan cedera luas pada cervix, vagina serta perineum, atau kalau
bayinya pernah cedera, maka dipilih sectio caesarea bagi kelahiran
berikutnya

e. Forceps yang gagal


Forceps yang gagal merupakan indikasi dilakukannya sectio
caesarea. Lebih bijaksana bila beralih ke kelahiran per abdominam
daripada menarik bayi lewat panggul dengan paksa.
f. PEB (Pre Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi(Mochtar,1998).

Pre-eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,


dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi pada trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada mola hidatidosa. Pada penatalaksanaan pre-eklamsia
untuk pencegahan awal ialah pemeriksaan antenatal yang teratur dan
bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin, lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat. Tujuan utama penanganan adalah untuk mencegah terjadinya pre-
eklamsi dan eklamsi, hendaknya janin lahir hidup dan trauma pada janin
seminimal mungkin (Mochtar, 1998)

g. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2001).

Ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu


premature rupture of membran dan preterm rupture of membrane.
Keduanya memiliki gejala yang sama yaitu keluarnya cairan dan tidak
ada keluhan sakit. Tanda-tanda khasnya adalah keluarnya cairan
mendadak disertai bau yang khas, namun berbeda dengan bau air seni.
Alirannya tidak terlalu deras keluar serta tidak disertai rasa mules atau
sakit perut. Akan terdeteksi jika si ibu baru merasakan perih dan sakit
jika si janin bergerak (Barbara,

2009).
C. Pathway
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti Resonance Imaging (MRI)


Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan

gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang

tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.

d. Uji laboratorium

- Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler


- Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
- Panel elektrolit
- Skrining toksik dari serum dan urin
- AGD
- Kadar kalsium darah
- Kadar natrium darah
- Kadar magnesium darah

F. Komplikasi

1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi atas :
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.

3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,


embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan


berikutnya bisa terjadi ruptur. Yang sering terjadi pada bayi : Kematian
perinatal
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS

Nama : Fatmawati Nama Suami : A.ismail gau


Umur : 40 tahun Umur : 39 tahun
Suku/ Bangsa : Bugis Suku/ Bangsa : Bugis Makassar
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :PNS Pekerjaan : Honorer
Alamat rumah : bungoro Alamat rumah : bungoro
Telpon : 082188339322 Telpon :-
Alamat kantor : RS Batara Siang Alamat kantor : -

B. ANAMNASE
1. Alasan masuk : Nyeri perut bawah kadang-kadang sejak kemarrin.
2. Riwayat persalinan : -
3. Tempat melahirkan : - Ditolong oleh : -

Ibu
Jenis Persalinan : Section Caesarea (SC)
Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : tidak ada komplikasi/ kelainan
selama proses persalinan

Plasenta
Ukuran : 20 cm Berat : 450 gram
Kelainan: tidak terdapat kelainan permukaan plasenta/ substansi plasenta
Tali pusat panjang : 56 cm
Kelainan : tidak terdapat kelainan pada plasenta seperti retensio plasenta
Perineum : tidak ada luka episiotomy, tidak ada jahitan, dan tidak ada tanda-
tanda reeda.

Perdarahan
Selama operasi : 450 cc
Tindakan lain : -

Bayi
Lahir : Sehat, tidak cacat atau kelainan Pukul : 10.13
BB: 3.2 Kg PB : 48 cm
Nilai Apgar :
Masa gestasi : 40 minggu
Riwayat Post Partum
a. Keadaan umum : KU baik
b. Keadaan emosional : tenang
c. Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,5 ˚ C
• Nadi : 80x/ menit Pernafasan : 22x/ menit
d. Payudara :
• Pengeluaran : ada pengeluaran ASI, ada pengeluaran kolostrum
• Bentuk : payudara simetris, konsistensi lunak
• Putting susu : putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada aerola, dan putting susu.

e. Abdomen
Pada abdomen terdapat luka post op Sectio Caesarea sekitar 10 cm,
terdapat nyeri pada abdomen, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuuk- tusuk
dan hilang timbul.
f. Uterus
Tinggi fundus uterus : 32 cm
Kontraksi uterus : kontraksi uterus baik
Konsistensi uterus : konsistensi uterus keras
Posisi uterus : dibawah umbilical
g. Pengeluaran lochea
Warna : rubra/ merah terang
Jumlah : 50 ml
Bau : bau khas darah
Konsistensi : -
h. Perineum : perineum utuh tidak dilakukan episiotomy, tidak ada jahitan,
dan tidak ada tanda- tanda reda
i. Kandung kemih : tidak ada keluhan kencing. Kemampuan berkemih klien
menggunakan alat bantu berkemih jenis foly kateter ukuran 16 hari ke 1.
Warna kuning pekat, bau khas urine. Kandung kemih tidak membesar dan
tidak ada nyeri tekan.
j. Ekstremitas
Oedema : pada pemeriksaan tangan tidak ada oedema, dan tidak ada varises.
Pada pemeriksaan kaki tidak ada oedema.
Reflex : reflex baik
Kemerahan : tidak ada kelainan pada kulit, turgor kulit baik, dan tidak ada luka.
Tonus otot : klien mengatakan lemah dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa

C. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap (12-12-2021) Nilai
Rujukan
Hemoglobin (HGB) : 12,9 g/dl 11,0 – 16,0
Leukosit (WBC) : 26,4 4,0 – 10,0
Eritrosit (RBC) : 4,45 4,50 – 5,50
Trombosit (Platelet) : 377 150 - 400 Hematokrit (HCT)
: 41,2 % 37,0 – 51,0
HITUNG JENIS :
- Limfosit : 6,5 % 14,0 – 53,5
- Mid : 4,0 % 3,0 – 16,0
- Granular : 89,5* % 50,0 – 70,0
MCV : 89,9 fL 80,0 – 100,0
MCH : 28,5 pg 27,0 – 38,7
MCHC : 31,8 g/dL 32,0 – 37,0
RDW : 13,4 % 11,0 – 17,0
Golongan darah : B
Rhesus : -
KLASIFIKASI DATA

Data subjektif Data objektif

- Klien mengeluh nyeri pada luka - Skala nyeri klien 6


post op Sectio Caesarea. - Klien tampak meringis kesakitan

- Klien mengatakan nyeri muncul - Klien tampak sangat berhati-

pada saat beraktifitas hati bila ingin bergerak

- Klien mengatakan nyeri hilang - Tampak luka post op SC di

timbul bagian bawah abdomen

- Klien mengatakan tidak dapat - Klien tampak lemah


- Terpasag cateter
melakukan aktivitas
- Klien tampak dibantu oleh
- Klien mengatakan masih sulit
keluarga dalam beraktivitas
untuk bergerak
- Klien tampak sulit bergerak
- Klien mengatakan merasa lemah
- Tampak air susu klien tidak
- Klien mengatakan aktivitasnya adekuat ( kurang )
masih dibantu oleh keluarga TTV
- Klien mengatakan asinya kurang TD : 130/ 90 mmHg
atau tidak lancar
N : 80 x/ menit

S : 36, 5 ˚ C

P : 22 x/ menit
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS: Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri
G2P2A0 + letak bokong
pada luka post op

Sectio Caesarea.
Prosedur Sectio
- Klien mengatakan
Caesarea
nyeri muncul pada

saat beraktifitas
Insisi
- Klien mengatakan
nyeri hilang timbul

Luka insisi
DO :
- Klien tampak

meringis kesakitan Post Op insisi SC
- Klien tampak sangat ↓
berhati- hati bila ingin Nyeri Akut
bergerak
- Tampak luka post op
SC di bagian bawah
abdomen
- Skala nyeri 6
TTV
TD : 130/ 90 mmHg

N : 80 x/ menit

S : 36, 5 ˚ C

P : 22 x/ menit
Ds :
- Klien mengatakan
G2P2A0 + letak
tidak dapat
bokong
melakukan

aktivitas
Prosedur Sectio
- Klien mengatakan
Caesarea
masih sulit untuk

bergerak
Insisi
- Klien mengatakan

merasa lemah
Luka insisi
- Klien mengatakan

aktivitasnya
Nyeri Akut
masih dibantu

oleh keluarga Intoleransi aktivitas
Keterbatasan gerak
Do :

- Klien tampak
penurunan fungsi otot
lemah

- Terpasag cateter Intoleransi Aktivitas

- Klien tampak
dibantu oleh
keluarga dalam
beraktivitas
Klien tampak sulit
bergerak
TTV
TD : 130/ 90 mmHg
N : 80 x/ menit

S : 36, 5 ˚ C

P : 22 x/ menit
DS:
- Klien mengatakan G2P2A0 + Letak
asinya kurang atau bokong
tidak lancer ↓
DO: Prosedur Sectio
Caesarea
- Tampak air susu klien

tidak adekuat ( kurang ) Ketidakefektifan
System hormonal pemberian ASI
TTV ↓
TD : 130/ 90 mmHg Prolactin menurun
N : 80 x/ menit ↓

S : 36, 5 ˚ C Suplai asi tidak cukup

P : 22 x/ menit ↓
Ketidakefektifan
pemberian ASI

Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik (post SC ).
2. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan Intoleran Aktivitas
3. Ketidakefektifan Pemberian ASI Berhubungan Dengan Suplai ASI tidak Cukup
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen Pencedera tindakan keperawatan Observasi
Fisik d.d luka post 3x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
op SC tingkat nyeri menurun, karakteristik, frekuensi,
dengan KH : intensitas nyeri.
• Keluhan 2. Identifikasi nyeri
nyeri menurun 3. Identifikasi factor
• Tampak penyebab nyeri
merinngis menurun 4. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologi (teknik
nafas dalam, kompres
hangat, atau dingin)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
pereda nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


fisik berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Intoleran selama 3x 24 jam 1. Identifikasi keterbatasan
Aktivitas diharapkan toleransi fungsi dan gerak sendi
aktivitas meningkat, 2. Monitor lokasi dan sifat
dengan KH : ketidaknyamanan atau
• Kemudahan rasa sakit selama
dalam melakukan bergerak atau
aktivitas sehari- beraktivitas
hari meningkat Terapeutik
• Kecepatan 1. Lakukan pengendalian
berjalan meningkat nyeri sebelum memulai

• Jarak berjalan latihan

meningkat 2. Berikan posisi tubuh

Perasaan lemah optimal untuk gerak

menurun sendi pasif atau aktif


Edukasi
1. Jelaskan kepada pasien
atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan
bersama
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Oservasi
Pemberian ASI tindakan keperawatan 1. Kaji adanya factor
selama 2x 24 jam penyebab kesulitan
Berhubungan
Dengan Suplai ASI diharapkan pemberian menyusui
tidak Cukup ASI efektif dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Ajarkan bayi
menghisap putting
1. Menunjukkan
susu ibu
aktivitas 2. Berikan kompres
menyusui hangat pada aerola
efektif Edukasi
2. Memperlihatkan 1. Ajarkan perawatan
payudara
aktivitas
Kolaborasi
menyusui setiap
1. Kolaborasi dengan
2 jam
dokter pemberian
obat laktatif
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Kamis, 30 Desember Nyeri Akut b.d Agen Pukul 09.00 S:
Pencedera Fisik
2021 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Klien mengeluh nyeri
( post OP )
karakteristik, frekuensi, intensitas pada luka post op
nyeri. Sectio Caesarea.
H: 2. Klien mengatakan
Q : seperti di iris nyeri muncul pada
R : abdomen saat beraktifitas
T : hilang timbul 3. Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi skala nyeri nyeri hilang timbul
H:
O:
S : nyeri skala 6 4. Klien tampak
3. Mengidentifikasi factor meringis kesakitan
5. Klien tampak sangat
penyebab nyeri
berhati- hati bila
H:
ingin bergerak
P : nyeri post op SC
6. Tampak luka post op
Pukul 09.15
SC di bagian bawah
1. Memberikan teknik abdomen
nonfarmakologi (teknik nafas 7. Skala nyeri 6
dalam, kompres hangat, atau dingin TTV
H : klien nampak mengikuti TD : 130/ 90 mmHg
anjuran perawat N : 80 x/ menit
2. Mengkontrol lingkungan
S : 36, 5 ˚ C
yang memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan) P : 22 x/ menit
H : Klien mengatakan tidak A : Nyeri Akut
tergangguan oleh lingkungannya. P : Lanjutkan Intervensi
3. Memfasilitasi istirahat dan 1. Identifikasi lokasi,
tidur karakteristik,
H: klien frekuensi, intensitas
mengatakan nyeri.
sulit tidur 2. Identifikasi skala
ketika nyeri
nyerinya 3. Identifikasi factor
timbul penyebab nyeri
4. Monitor efek
Pukul10.15 samping penggunaan
1. Menjelaskan strategi pereda analgetik
nyeri 5. Anjurkan monitor
H : perawat yang dapat dilakukan nyeri secara mandiri
saat nyeri timbul dengan teknik 6. Anjurkan teknik
nafas dalam, dan memberikan nonfarmakologis
analgetik sebagai anti nyeri. untuk mengurangi
nyeri
2. Menganjurkan monitor nyeri 7. Kolaborasi
secara mandiri pemberian analgetik,
H : perawat menganjurkan ketika jika perlu
nyeri timbul untuk segera
melakukan Teknik yang sudah
diajarkan

Pukul 12.15
1. Penatalaksanaan pemberian
obat analgetic sesuai instruksi
dokter
H : Injeksi Ketorolac IA/ IV/ 8
jam
Jumat 31-12-2021 Nyeri Akut b.d Agen Pukul 10.35 S:
Pencedera Fisik ( post 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengeluh
OP ) karakteristik, frekuensi, masih merasa nyeri
intensitas nyeri. pada luka post op
H: Sectio Caesarea.
Q : seperti di iris - Klien mengatakan
R : abdomen nyeri muncul pada
T : hilang timbul saat beraktifitas
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Klien mengatakan
H : S : nyeri skala 4 nyeri hilang timbul
3.Mengidentifikasi factor penyebab O:
nyeri - Klien tampak sesekali
meringis kesakitan
H : P : nyeri post op SC
- Klien tampak sangat
4. Monitor efek samping
berhati- hati bila
penggunaan analgetik
ingin bergerak
H : Tidak ada tanda- tanda efek
- Tampak luka post op
samping dari penggunaan
SC di bagian bawah
analgetic.
abdomen
5. Menganjurkan monitor nyeri
- Skala nyeri 4
secara mandiri
TTV
H : klien tampak kooperatif
8. Menganjurkan teknik - TD : 120/ 90 mmHg
nonfarmakologis untuk - N : 80 x/ menit
mengurangi nyeri - S : 36, 8 ˚ C
H : Klien tampak melakukan - P : 22 x/ menit
Teknik nafas dalam ketika A : Nyeri Akut
nyerinya dating P : Lanjutkan
9. Kolaborasi pemberian Intervensi
analgetik, jika perlu - Identifikasi lokasi,
H : analgetik oral karakteristik,
Paracetamol 500 mg frekuensi, intensitas
nyeri.
- Identifikasi skala
nyeri
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

Sabtu 1 januari 2022 Nyeri Akut b.d Agen Pukul 14.26 S:


Pencedera Fisik ( post 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan
OP ) karakteristik, frekuensi, sudah tidak sering
intensitas nyeri. merasakan nyeri pada
H: luka post op Sectio
Q : seperti di iris Caesarea.
R : abdomen - Klien mengatakan
T : hilang timbul nyeri muncul pada
2. Mengidentifikasi skala nyeri saat meakukan
H : S : nyeri skala 2 aktifitas berat
3. Mengajurkan teknik - Klien mengatakan
nonfarmakologis untuk nyeri hilang timbul
mengurangi nyeri
O:
H: Menganjurkan klien untuk - Klien sudah tidak
meringis kesakitan
melakukan Teknik nafas dalam
ketika nyeri timbul kembali - Klien tampak sangat
4. Penatalaksanaan pemberian berhati- hati bila
analgetik, jika perlu ingin bergerak
H: Pemberian Paracetamol 500 - Tampak luka post op
mg SC di bagian bawah
abdomen
- Skala nyeri 2
TTV
- TD : 120/ 80 mmHg
- N : 80 x/ menit
- S : 36, 4 ˚ C
- P : 22 x/ menit
A : Nyeri Akut
P : Pertahankan
Intervensi

Kamis 30-12-2021 Hambatan mobilitas fisik Pukul 09.23 S:


berhubungan 1. Mengidentifikasi - Klien mengatakan
dengan Intoleran Aktivitas keterbatasan fungsi dan tidak dapat
gerak sendi melakukan aktivitas
H : klien mengalami - Klien mengatakan
keterbatasan gerak karena sulit untuk bergerak
post op SC - Klien mengatakan
2. Memonitor lokasi dan merasa lemah
sifat ketidaknyamanan - Klien mengatakan
atau rasa sakit selama aktivitasnya masih
bergerak atau dibantu oleh keluarga
beraktivitas O:
H: lokasi pada bagian - Klien tampak lemah
abdomen terdapat luka - Terpasag cateter
post op SC, dan nyeri
- Klien tampak
pada saat bergerak
dibantu oleh
3. Melakukan
keluarga dalam
pengendalian nyeri
beraktivitas Klien
sebelum memulai
tampak sulit
latihan
bergerak
H : Mengaarkan
TTV
Teknik nafas dalam
TD : 130/ 90 mmHg
serta pemberian
analgetic untuk N : 80 x/ menit
Pereda nyeri
S : 36, 5 ˚ C
Pukul 10.15
P : 22 x/ menit
4. Berikan posisi tubuh
A: Intoleransi aktivitas
optimal untuk gerak
sendi pasif atau P : Lanjutkan Intervensi

aktif 1. Memonitor lokasi dan

H: Klien dianjurkan sifat ketidaknyamanan

untuk sim kiri dan atau rasa sakit selama

kanan. bergerak atau

5. Jelaskan kepada beraktivitas

pasien atau 2. Berikan posisi tubuh

keluarga tujuan dan optimal untuk gerak

rencanakan latihan sendi pasif atau

Bersama aktif

H: perawat
memberikan
penjelasan agar
proses pemulihan
luka post op SC
segera membaik.

Jumat – 31-12-2021 Hambatan mobilitas fisik Pukul 10.20 S:


berhubungan 1. Memonitor lokasi - Klien mengatakan
dengan Intoleran Aktivitas dan sifat sudah dapat
ketidaknyamanan melakukan aktivitas
atau rasa sakit sedikit demi sedikit
selama bergerak - Klien mengatakan
atau beraktivitas masih sulit untuk
H: Nyeri pada bergerak banyak
again abdomen
- Klien mengatakan
bawah ekas luka
masih agak lemah
post OP SC. Nyeri
- Klien mengatakan
ketika bergerak
aktivitasnya masih
lebih
dibantu oleh keluarga
2. Memberikan posisi
O : O:
tubuh optimal untuk - Klien tampak masih
gerak lemah
sendi pasif atau
- Terpasag cateter
aktif . - Klien tampak
H : klien dianjurkan dibantu oleh
untuk duduk, keluarga dalam
berjalan sedikit demi beraktivitas
sedikit - Klien masih
tampak sulit
bergerak banyak
TTV
TD : 120/ 90 mmHg

N : 80 x/ menit

S : 36, 8 ˚ C

P : 22 x/ menit
A: A : Intoleransi aktivitas
P : P: Pertahankan Intervensi
1. Memonitor lokasi
dan sifat
ketidaknyamanan
atau rasa sakit
selama bergerak
atau beraktivitas
2. Berikan posisi
tubuh optimal
untuk gerak
sendi pasif atau
aktif

Sabtu, 1-Januari-2022 Hambatan mobilitas fisik Pukul 14.55 S:


berhubungan 1. Memonitor lokasi - Klien mengatakan
dengan Intoleran Aktivitas dan sifat sudah dapat
ketidaknyamanan melakukan aktivitas
atau rasa sakit sedikit demi sedikit
selama bergerak - Klien mengatakan
atau beraktivitas masih takut untuk
H : Nyeri pada bergerak banyak
abdomen bawah
- Klien mengatakan
post op SC. Nyeri
sudah lebih rileks
ketika bergerak
- Klien mengatakan
2. Berikan posisi tubuh
Sebagian aktivitasnya
optimal untuk gerak masih dibantu oleh
sendi pasif atau keluarga
aktif O : O:
H : Klien - Klien sudah tampak

dianjurkan untuk lebih rileks

selalu bergerak - Klien tampak masih


sedikit demi sedikit dibantu oleh
keluarga dalam
beraktivitas
- Klien sudah
bergerak banyak
TTV
TD : 120/ 80 mmHg

N : 80 x/ menit

S : 36, 4 ˚ C

P : 22 x/ menit
A: A : Intoleransi aktivitas
P : P: Pertahankan Intervensi
Kamis 30-12-2021 Ketidakefektifan Pukul 10.13 S:
Pemberian ASI 1. Mengkaji adanya - Klien mengatakan
Berhubungan Dengan factor penyebab asinya kurang atau
Suplai ASI tidak Cukup kesulitan menyusui tidak lancar
H : penyebab klien O:
kesulitan menyusui - Tampak air susu klien
karena belum tidak adekuat ( kurang )
lancarnya ASI yang TTV
keluar. Dan masih TD : 130/ 90 mmHg
cemas dengan nyeri N : 80 x/ menit
bekas post OP. S : 36, 5 ˚ C
1. Mengjarkan bayi P : 22 x/ menit
menghisap putting
A : Ketidakefektifan
susu ibu
Pemberian ASI
H : klien mengerti
P : Lanjutkan intervensi
dan memahami
1. Mengkaji adanya
dengan baik.
factor penyebab
Tampak pasien
mencoba dan kesulitan menyusui
berhasil. Bayi Ny.R
memiliki reflex
hisap yang baik.
2. Mermberikan
kompres hangat
pada aerola
H: Klien tampak
tenang

Pukul 12.15

3. Mengajarkan
perawatan payudara
H: klien tampak
mengerti dan
kooperatif

Jumat 31-12-2021 Ketidakefektifan Pukul 11.35 S:


Pemberian ASI 1. Mengkaji adanya - Klien mengatakan
Berhubungan Dengan factor penyebab asinya sudah ada
Suplai ASI tidak Cukup kesulitan menyusui - Klien mengatakan
H : penyebab klien asinya masih sedikit
kesulitan menyusui O:
karena belum - Tampak air susu klien
lancarnya ASI yang tidak adekuat ( kurang )
keluar. Dan masih TTV
merasakan nyeri TD : 120/ 90 mmHg
bekas post OP. N : 80 x/ menit
S : 36, 8 ˚ C
P : 22 x/ menit

A: Ketidakefektifan
Pemberian ASI
P: Petahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai