Anda di halaman 1dari 11

Vol. 2(3) Agustus 2018, pp.

535-545
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP


PRODUK POMADE TANPA IZIN EDAR
(Suatu penelitian di Kota Banda Aceh)
Haiter Noventri
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Rismawati
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111

Abstrak - Pasal 10 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik menyatakan bahwa Setiap kosmetik sebelum diedarkan
diwajibkan kepada produsen kosmetik tersebut untuk mendaftarkan guna mendapatkan hak izin edar. Akan
tetapi di Banda Aceh peredaran pomade yang tidak memiliki hak izin edar saat ini semakin menghawatirkan,
terlebih maraknya toko-toko online, tempat pangkas atau babershop, dan oulet-oulet resmi merek pomade
tertentu yang menjual pomade tanpa izin edar. Tujuan penulisan artikel ini untuk menjelaskan bagaimana
tanggung jawab yang dibebankan kepada produsen, upaya hukum yang dilakukan oleh konsumen yang telah
dirugikan oleh produk pomade tanpa izin edar serta menjelaskan bagaimana tanggung jawab dari BPOM Kota
Banda Aceh terhadap beredarnya produk pomade tanpa izin edar dan yang telah merugikan pihak konsumen.
Data dalam penelitian artikel ini diperoleh dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian
kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari literatur dan perundang-
undangan yang berlaku, sedangkan penelitian lapangan digunakan untuk memperoleh data primer melalui
wawancara dengan responden dan informan. Hasil penelitian menjelaskan bentuk tanggung jawab produsen
pomade tanpa izin edar terhadap konsumen yang mengalami kerugian ialah; Menganti produk dengan yang baru
c) Mengembalikan uang pembelian produk pomade, Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen
pomade atas pelanggaran haknya yaitu konsumen dapat memilih menggunakan jalur diluar pengadilan seperti
secara lansung komplain kepada produsen pomade dan melalui jalur pengadilan umum atau melalui BPSK.
Kemudian BPOM Banda Aceh dalam tanggung jawabnya dengan menyita produk tanpa izin edar yang beredar,
melakukan pembinaan terhadap produsen, melakukan Penyidakan dan pengawasan berkala membentuk program
Unit Layanan Konsumen (ULK), Komunikasi, Informasi dan Edukasi(KIE), serta kampanye KLIK. Disarankan
kepada kepada pemerintah agar lebih merata dalam melakukan sosialisasi mengenai tangung jawab produsen
pomade dan hak-hak konsumen. Juga disarankan kepada pihak pemerintah untuk dapat membentuk adanya
BPSK di Banda Aceh. Juga kepada pihak BPOM agar dapat lebih merata dalam melakukan penyidakan
terhadap semua jenis kosmetik.
Kata Kunci: perlindungan konsumen, izin edar, kosmetik

Absract - According to Article 10 of Decree of the Minister of the Food and Drug Supervisory Agency of the
Republic of Indonesia Number HK.00.05.4.1745 of 2003 on Cosmetics states that any cosmetics prior to
circulation shall be obliged to such cosmetics producers for distribution authorization permit. In Banda Aceh,
the circulation of pomade that does not have distribution rights is now increasingly worrisome, especially the
online shops, snippets or barbershop, and official outlets of pomade brands that sell pomade without
distribution authorization. The writing of this article to explain how the responsibility charged to the producers,
the legal efforts made by consumers who have been harmed by pomade products without distribution
authorization and explain how the responsibility of BPOM Banda Aceh City against the circulation of pomade
products without distribution authorization and which has been harmful the consumer. The data in this article
research is obtained by library research and field research. Library research was conducted to obtain
secondary data by studying literature and applicable legislation, while field research was used to obtain
primary data through interviews with respondents and informants The results of the research explain the form
of responsibility of pomade manufacturers without distribution permit to consumers whois; Changing the
product with a new, Refunding the purchase of pomade products, Legal efforts that can be done by consumers
pomade for violation of rights that consumers can choose to use the path outside the court as directly
complaints to pomade producers and through lane general courts or through BPSK. BPOM Banda Aceh is in
charge of seizing products without circulating permits, conducting coaching on producers, conducting periodic
Immigration and Supervision establishing Consumer Service Unit (CSU or known as ULK), Communication,
Information and Education (CIE or known as KIE) programs, as well as KLIK campaigns. It is suggested to the
government to be more equitable in socializing the responsibility of pomade producers and consumer rights. It

535
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 536
Haiter Noventri, Rismawati

is also suggested to the government to establish BPSK in Banda Aceh. Also to the BPOM to be more evenly in
conducting the test against all types of cosmetics
Keyword: The Consumer Protection, distribution authorization.

PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam kehidupan masyarakat modern keinginan
untuk tampil menarik bukan hanya milik para kaum wanita, namun juga milik kaum pria. Hal
tersebut merupakan sesuatu yang wajar, tidak diherankan lagi banyak kalangan pria rela
menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon atau tempat pangkas untuk merapikan gaya
rambut untuk terlihat lebih bersih dan rapi, serta membeli produk-produk minyak rambut.
Setiap pengunaan alat kosmetik tentu memiliki efek samping, tidak terkecuali dengan
produk-produk pomade. Penulis sendiri telah banyak mendengar tentang keluhan-keluhan
dari konsumen Pomade yang telah mengunakan pomade, seperti Yusrizal yang mengalami
kerontokan rambut selama mengunakan Pomade bermerek Realby yang dibeli secara online ,
berbeda dengan Rizqi Furqan, konsumen Pomade Pomade merek 09 Antariksa yang
mengalami panas dikepala saat digunakan. Pomade yang digunakan Yusrizal tersebut pada
kemasan produknya tidak memiliki nomor izin edar dan informasi mengenai bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan produk serta efek samping, sedangkan Pomade Pomade
yang digunakan Rizqi Furqan dikemasannya tidak memuat nomor izin edar serta informasi
lainnya, seperti tanggal kadarluarsa
Hampir seluruh Pomade yang disediakan barbershop di Banda Aceh tidak memiliki
izin edar dan ketentuan-ketentuan mengenai alat-alat kosmetik sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang Kosmetik.
Pasal 4, Undang-undang No. 9 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
menjelaskan mengenai hak-hak dari konsumen, yaitu;
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang/jasa.
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 537
Haiter Noventri, Rismawati

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa
rumusan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tanggung jawab produsen produk-produk Pomade tanpa izin edar
terhadap konsumen Pomade di Banda Aceh?
b. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen yang telah dirugikan karena
mengunakan Pomade tanpa izin edar?
c. Bagaimana tanggung jawab Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Banda Aceh
terhadap beredarnya produk Pomade tanpa izin edar?

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan jika dilihat dari
tujuannya dapat termasuk dalam sebuah penelitian hukum yuridis empiris. Teknik
pengumpulan data yang digunakan, yaitu melalui studi penelitian kepustakaan (Library
Research) dan metode penelitian lapangan (field Research). Data yang diperoleh dari hasil
penelitian keputusan dan penelitian lapangan diolah secara sistematis untuk mendapatkan
gambaran yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Kemudian data yang telah
diolah tersebut dianalisis dengan mengunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian
yang menghasilkan data-data yang berupa responden dan informasi, kemudian diuraikan
dalam bentuk tulisan dikaitkan dengan data lainnya, sehingga diperoleh kejelasan terhadap
suatu kebenaran, disamping diperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran
yang telah ada.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 538
Haiter Noventri, Rismawati

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tanggung Jawab Produsen Produk-Produk Pomade Tanpa Izin Edar Terhadap
Konsumen.
Dengan disahkannya UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat
menjadi landasan bagi konsumen dan lembaga perlindungan konsumen untuk
memberdayakan dan melindungi kepentingan konsumen, serta pelaku usaha menjadi lebih
bertanggung jawab.
Hal ini dikarenakan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi
obyek aktifitas bisnis untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Konsumen memiliki
resiko yang lebih besar daripada pelaku usaha, dengan kata lain hak-hak konsumen sangat
rentan, disebabkan posisi tawar konsumen yang lemah, sehingga hak- hak konsumen rentan
untuk dilanggar oleh pelaku usaha. Perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui
pembentukan Undang-Undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen secara
integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif.
Pentingnya izin edar yang dimiliki oleh produsen Pomade adalah untuk menjamin
mutu dan keamanan pada pemakaian Pomade tersebut dan juga adanya kepastian hukum
bagi kedua belah pihak.
Banyaknya konsumen Pomade tentunya juga meningkatkan produsen Pomade
rumahan. Mudahnya informasi pembuatan Pomade yang didapat tanpa adanya pemahaman
hukum merupakan alasan para produsen Pomade tidak memiliki izin edar sesuai ketentuan
yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia No. HK. 00.05.4.1745 Tentang Kosmetik.
Kerugian yang dialami oleh konsumen baik materil maupun imateril menjadi
tanggung jawab pelaku usaha untuk menganti kerugian tersebut, merujuk pada undang-
undang perlindungan konsumen, upaya tanggung jawab produsen terdapat pada bab IV, pasal
19;
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,
atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 539
Haiter Noventri, Rismawati

3. Pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari


setelah tanggal transaksi
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen
Dari data lapangan menemukan beberapa bentuk tanggung jawab produsen Pomade
tanpa izin edar terhadap konsumen yan mengalami kerugian akibat pemakaian Pomade
tersebut, ialah;
1. Menyelesaikan masalah melalui cara kekeluargan.
Produsen Pomade yang kebanyakan adalah anak muda dan juga konsumen yang
rata-rata adalah anak muda lebih memilih menyelesaikan masalah secara
kekeluargaan dimulai dari mendengarkan komplain dan efek samping yang dialami
oleh konsumen, selanjutnya membicarakan mengenai ganti rugi . Mengenai ganti
rugi tersebut pihak produsen Pomade tidak akan mengganti kerugian apabila
konsumen mengunakan banyak merek pomade, karena hal tersebut bukan karena
efek samping dari produk mereka, tapi karena efek samping pemakaian.
2. Menganti produk yang dikomplain dengan yang baru.
Produsen Pomade mengantikan Pomade yang digunakan oleh konsumen apabila
konsumen komplain terhadap Pomade yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
oleh konsumen atau produk Pomade tersebut tidak cocok dengan rambut konsumen.
Kurangnnya pemahaman konsumen terhadap variasi Pomade, seperti light pomade,
medium hold dan heavy hold membuat beberapa konsumen salah dalam memilih
vairan Pomade seperti keinginannya.
3. Mengembalikan uang.
Pengembalian uang sejummlah harga produk Pomade tersebut biasa dilakukan oleh
penjual Pomade dibeberapa barbershop/tukang pangkas. Hal tersebut dilakukan
karena pemilik barbershop tidak mau pekerjaannya terganggu dan harus menjadi
mediator antara produsen dengan konsumen Pomade. Pemilik barbershop yang
menjual produk Pomade juga tidak mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan Pomade yang dikomplain tersebut. Komplain terhadap produk dan
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 540
Haiter Noventri, Rismawati

pengembalian uang tersebut biasanya telah disepakati ketika produsen Pomade


tersebut menitipkan pomadenya di barbershop.

2. Upaya Hukum Dari Konsumen Yang Telah Dirugikan Karena Mengunakan


Pomade Tanpa Izin Edar.
Hak adalah suatu kepentingan hukum yang dilidungi oleh hukum, maka jika hak
konsumen dilanggar dapat dilakukan upaya hukum oleh konsumen atas pelanggaran yang
dilakukan oleh produsen.
Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen Pomade atas pelanggaran haknya
yaitu konsumen dapat secara lansung kepada produsen pomade. Komplain konsumen jika
tidak direspon oleh produsen maka konsumen dapat mengugat produsen Pomade
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 45 Undang-undang No 8 tentang Perlindungan
konsumen, “konsumen yang merasa dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau
melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”
Berdasarkan pasal tersebut dijelaskan bahwa konsumen dapat memilih menggunakan
jalur non litigasi dalam menyelesaikan permasalahannya. Pasal 47 UUPK dijelaskan bahwa
“penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu
untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang
diderita oleh konsumen”. Pasal ini menjelaskan mengenai tujuan menggunakan penyelesaian
sengketa melalui jalur non litigasi,banyak para pihak lebih memilih menyelesaikan
sengketanya melalui jalur non litigasi dari pada menggunakan jalur litigasi dikarenakan
dalam penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi terdapat beberapa kekurangan yaitu: proses
peradilan sangat lambat, biaya perkara yang sangat mahal, putusan hakim tidak
menyelesaikan masalah dikarenakan putusannya tidak bersifat win-win solution.
Badan yang bertugas menyelesaikan sengketa konsumen adalah BPSK, hal ini sesuai
yang diatur di dalam pasal 52 huruf a Undang-undng No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen tentang tugas-tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Adapun
bunyi pasal tersebut adalah “Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa
konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi”.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 541
Haiter Noventri, Rismawati

Pihak konsumen Pomade yang mengalami kerugian dapat melakukan komplain pada
pihak penjual pomade, yang nantinya penjual Pomade yang biasanya adalah tukang pangkas
(barber) menjadi mediator pada proses perundingan untuk mencapai kesepakatan ganti rugi.

3. Tanggung Jawab Badan Pengawas Obat Dan Makanan Kota Banda Aceh
Terhadap Beredarnya Produk Pomade Tanpa Izin Edar.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999 pasal 29 ayat (1)
menjelaskan Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan
konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.
Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun
2001 merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintah tertentu dari Presiden serta bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Pihak BPOM melakukan penyelidikan terhadap produsen kosmetik tanpa izin edar
dan area distribusi produknya, jika produknya dipasarkan keluar Banda Aceh maka pihak
BPOM Banda Aceh melaporkan kepada pihak BPOM dimana produk tersebut diedarkan.
Produsen kosmetik tersebut dilakukan pembinan secara bertahap sampai pada akhirnya
produsen tersebut hingga produsen tersebut dapat memiliki izin edar. Sebelum mengeluarkan
izin edar pihak BPOM juga melakukan penelitian sampling atas bahan-bahan yang terkadung
dalam produk kosmetik guna memastikan tidak adanya bahan-bahan yang berbahaya untuk
dikosumsi atau bahan-bahan yang termasuk dalam kategori bahan yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan.
Pihak BPOM Banda Aceh pernah melakukan pembinaan terhadap beberapa produsen
minyak rambut sampai memiliki izin edar, namun dari produsen minyak rambut berjenis
Pomade pihak BPOM belum sampai saat ini belum pernah melakukan pembinaan
Pengawasan terhadap produk kosmetik tanpa izin edar tersebut juga dilakukan secara
berkala oleh pihak BPOM guna menggantisipasi adanya kosmetik yang memiliki izin edar
melakukan perubahan pada bahan pembuatan kosmetik dan juga mengantisipasi adanya
produk kosmetik yang telah dilarang edar namun masih beredar. selain pengawasan, laporan
atau complain konsumen terhadap efek samping atas pemakaian kosmetik tanpa izin edar,
pihak BPOM akan melakukan penyitaan sementara produk tersebut sampai uji lab
menunjukan hasil mengenai zat-zat yang terkandung dalam produk tersebut, jika hasil uji lab
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 542
Haiter Noventri, Rismawati

menemukan adanya zat berbahaya dalam kandungan kosmetik tersebut maka produk tersebut
akan dimusnahkan, namun apabila zat yang terkandung dalam produk tersebut tidak
berbahaya maka produk tersebut dapat diedarkan kembali jika telah mendapatkan izin edar.
Penyidakan rutin yang rutin dilakukan pihak BPOM jarang menemukan
produk-produk Pomade tanpa izin edar, penyidakan rutin tersebut pihak BPOM sering
menemukan produk kosmetik pemutih tanpa izin edar dan kosmetik yang mengandung
merkuri. Rendahnya temuan produk Pomade tanpa izin edar tersebut dikarenakan tidak
adanya pengaduan atau laporan dari konsumen/masyarakat terhadap produk Pomade tanpa
izin edar dan juga produk Pomade tersebut dalam pengedarannya tidak seperti produk-produk
kosmetik lainnya yang mudah ditemukan dibeberapa tempat seperti swalayan, toko-toko
kosmetik, tempat salon kecantikan . Penyidakan tersebut juga belum pernah dilakukan pada
barbershop yang mana kebanyakan produk Pomade tanpa izin edar tersebut dijual , hal
tersebut tentu dapat membuat tidak maksimalnya tanggung jawab BPOM terhadap
perlindungan konsumen, khususnya perlindungan konsumen pomade.

KESIMPULAN
Tanggung jawab produsen sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Undang-
undang nomor 8 tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen, para produsen diwajibkan
untuk menganti kerugian yang dialami oleh konsumen atas pemakaian produk yang di
diproduksi oleh mereka, Upaya ganti rugi tersebut diantaranya adalah menganti dengan
produk/barang sejenis, mengembalikan uang sejumlah harga produk yang dibeli, memberikan
perawatan kesehatan, dan juga dapat dituntut secara pidana walau upaya ganti rugi telah
dilakukan. Beberapa bentuk tanggung jawab produsen Pomade tanpa izin edar terhadap
konsumen yang mengalami kerugian akibat pemakaian Pomade tersebut, ialah; (1)
Menyelesaikan masalah melalui kekeluargan, setiap kerugian yang dikomplain oleh pihak
konsumen akan dipertanggung jawabkan oleh produsen Pomade dengan cara musyawarah
yang dimediatori oleh penjual pomade. (2) Menganti produk yang dikomplain dengan yang
baru. (3) Mengembalikan uang pembelian produk pomade.
Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 45 Undang-undang No 8 tentang
Perlindungan konsumen, Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen Pomade atas
pelanggaran haknya yaitu konsumen dapat memilih menggunakan jalur non litigasi dalam
menyelesaikan permasalahannya seperti secara lansung komplain kepada produsen Pomade
atau melalui badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) dan melalui jalur pengadilan
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 543
Haiter Noventri, Rismawati

yang berada di lingkungan peradilan umum. Penyelesaikan sengketa melalui jalur BPSK
terdapat tiga cara penyelesaian sengketa, yaitu secara mediasi atau arbitrase atau konsiliasi,
jalur litigasi dapat ditempuh melalui jalur pidana, perdata, adiministrasi, dan class action.
BPOM merupakan lembaga yang bertangung jawab terhadap beredarnya produk-
produk obat dan makanan juga lembaga yang berperan penting dalam menjaga perlindungan
terhadap kosumen. BPOM Banda Aceh menerapkan sanksi tegas pada produk-produk
kosmetik dengan menyita produk tanpa izin edar yang beredar di Banda Aceh, selain itu
BPOM juga melakukan pembinaan terhadap produsen-produsen yang tidak mmemiliki izin
edar agar mendapatkan izin edar. BPOM dalam mendukung jalannya penegakan hukum dan
kesadaran hukum perlindungan konsumen dengan rutin melakukan Penyidakan dan
pengawasan berkala terhadap produk-produk yang telah memiliki izinn edar dan BPOM
juga telah membentuk program pemberdayaan masyarakat/produsen seperti Unit Layanan
Konsumen (ULK), Komunikasi, Informasi dan Edukasi, serta kampanye KLIK.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 544
Haiter Noventri, Rismawati

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
Campbell, Henry, Black’s Law Dictionary, fifth Edition, United States : West Publishing co.,
1979.

Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis; Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”, Cetakan keduapuluh dua,
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Offset. 2006

Mamudji, Sri dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit
Fakaultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada, 2000.

Miru, Ahmadi, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia. Jakarta:


Rajawali Pers, 2011.

Nasution, Az, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit Media,
2006

Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara
serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Kencana, 2008.

, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Cet. 2, Jakarta : Diadit


Media, 2002.

Shofie, Yusuf, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, cet. 1, Bandung
: PT. Citra Aditya Bakti, 2008.

, “Perlindungan konsumen dan instrument-instrumen hukumnya”


Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009

, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, cet. 1,,


Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002.

, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK; Teori dan


Penegakan Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Siahaan, N.H.T., Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Cet. 1,
Bogor : Grafika Mardi Yuana, 2005.

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta : PT. Grasindo, 2000.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 545
Haiter Noventri, Rismawati

2. Perundang - Undangan
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) ( Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana)

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia tentang Kosmetik. No. HK. 00.05. 4. 1745, tanggal 5
Mei 2003

, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia tentang Pemasukan Kosmetik. No. HK. 00.05. 4. 2995,Tanggal
10 Juni 2008

, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia


tentang Bahan Kosmetik. No. HK. 00.05. 42. 1018, Tanggal 25 Februari 2008.

, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia tentang Bahan Pemasukan Kosmetik. No. HK. 00.05. 42. 4974, Tanggal
23 September 2008.

, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia tentang persyaratan teknis kosmetika.. No. HK. 03.1.23.12.10.12459,
Tahun2010

Indonesia, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN


No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821.

, Undang-Undang Tentang Kesehatan, UU No. 23 Tahun 1992, LN


No.100 Tahun 1992, TLN No. 3495.

3. Internet
Pramono, S Titin, Jenis dan Bahan Dasar Minyak rambut, http://www.cream.web.id, 23
November 2017

http://www.cream.web.id/id3/1325-1222/Minyak-Rambut_134735_crem.html, 22 Juni 2012

Molabir "Beberapa Jenis Minyak Rambut Populer Dan Perbedaan Di Antaranya"


https://pomadeindo.wordpress.com/2015/07/12/beberapa-jenis-minyak-rambut-
populer-dan-perbedaan-di-antaranya, 12 Juli 2015.

Anda mungkin juga menyukai