Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH KLINIK MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN


DIAGNOSA MEDIS INFEKSI TROPIS MALARIA

DISUSUN OLEH :

1. M NANDA ZILDJIAN
2. IIS ISMIYATI
3. PRISCA PASARIBU

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


Jln. Jendral Sudirman Km.2 Rangkasbitung 42315
Telp. (0252) 201116/ 209831
Email : akper@yahoo.co.id Website : www.akperyatna.co.id
LEBAK-BANTEN
KATA PENGANTAR

segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Berkat ridho dari-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul :

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS

INFEKSI TROPIS MALARIA”.

Dalam penyusunan Makalah ini penulis menyadari masih banyak kesulitan dan

hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang berupa saran dan kritikan

dari berbagai pihak penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Makalah ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada yang terhormat :

1. Ibu Siti Rochani selaku Dosen pengajar Medikal Klinik Bedah I

Akhir kata semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

bagi penulis khususnya. Terima Kasih.

Rangkasbitung, 18 Agustus 2021

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
BAB 2....................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Konsep Dasar Malaria..............................................................3
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan......................................20
BAB 3..................................................................................................29
LAPORAN KASUS............................................................................29
3.1 A. Pengkajian..........................................................................29
BAB 4..................................................................................................39
PENUTUP...........................................................................................39
4.1 Kesimpulan.............................................................................39
4.2 Saran.......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................41

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan

oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang ditularkan pada

manusia melalui gigitan nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat

menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin (Irianto, 2011). Menurut Safar

Rosdiana (2009) dikenal empat spesies dari genus plasmodium yang hidup

sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium

falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat

disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala

penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit

dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi

dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500 juta penderita

mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantaranya

meninggal karena malaria (Sembel, 2009). Menurut WHO pula, Ini termasuk

banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin. Pada 2015, ada 214

juta kasus malaria di seluruh dunia. Malaria umumnya terkait dengan

i1
kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar terhadap pembangunan

ekonomi. Di Afrika, malaria diperkirakan mengakibatkan kerugian yang

besar dalam setiap tahunnya karena menigkatnya biaya kesehatan, kehilangan

kemampuan untuk bekerja, dan efek negatif pada pariwisata. Situasi malaria

di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di

daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama

meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT. Pada 2017, dari jumlah 514

kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria,

172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis

menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,

anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan

demam, anemia, splenomegali, dan dapat menurunkan produktivitas

kerja.Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik

infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra

seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan Bali pun walaupun

endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria,

dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya transportasi untuk mobilisasi

penduduk, sehingga sering menyebabkan timbulnya malaria import

(Harijanto, 2011).

i2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Malaria

1. Pengertian

Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang

disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke

manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh

plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya

bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala

berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan

oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 : Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam


darah.

i3
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada

dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar

sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya

membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari

jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari

saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan

materimateri pembekuan darah (Tarwoto, 2008).

a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)

1) Warna

Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang

berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah

vena berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding

dengan darah arteri.

2) Viskositas

Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu

sekitar 1.048 sampai 1.066.

3) pH

pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral

i4
7.00).

4) Volume

Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg

BB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

5) Komposisi

a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian

besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil

metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon,

faktor pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-

protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1

globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma

globulin), fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk

koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat

penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan

gamma globulin juga mengandung antibody

(immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk

mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.

b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,

terdiri atas eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red

blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau

white blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel darah

merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%)

i5
sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih

terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

b. Struktur sel darah

1) Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian

tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang

sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,

karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.

Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin

(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan

globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa

dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –

phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira

95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat

oksigen dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan

metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung usia dan

jenis kelamin. Hemoglobin adalah protein berpigmen merah

yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah

pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M

Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel

darah merah 32g/dl.

2) Sel darah putih

i6
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit

500010000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang

bergranulosit dan yang agranulosit.

3) Trombosit

Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan

diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti

banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada

keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL

darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau

kirakira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang

penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh

darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.

Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%

beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa

sebagai cadangan.

c. Hemopoisis (hematopoisis)

Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.

Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:

1) Limpa

Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.

Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan

marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan

pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan

darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua

i7
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan

cara memecah hemoglobin.

2) Hati

Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis,

terutama jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak

normal. Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor

pembekuan darah dan protrombin, menghasilkan empedu,

mengaktifkan

vitamin k .

Gambar 2.2 Limpa dan hati

d. Fungsi darah

1) Transport internal

i8
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi

metabolisme.

a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh

hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian

terjadi pertukaran gas di paru-paru.

b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian

dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang

digunakan untuk metabolisme.

c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar

melalui ginjal.

d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa

dan juga berperan dalam hemoestasis.

e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya

mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel,

dibawa dalam plasma.

2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang

merupakan fungsi dari sel darah putih.

3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan

Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera

jaringan. Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari

trombosit karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada

dalam plasma.

4) Mempertahankam temperatur tubuh

i9
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil

metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas

(Tarwoto, 2008).

3. Etiologi

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada

manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami

pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual

terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).

Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang

mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai

hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.

Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi

medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)

menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria

berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria

tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.

Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali

dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim, 2009).

Gambar 2.3: Tanda-tanda nyamuk malariabila hinggap/menggigit


letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging).

i10
Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu

Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian,

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri

khas morfologi plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut :

Plasmodium falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax :

trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi

membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang

terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae :

trofozoit dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).

Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing
parasit plasmodium.

i11
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat

menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang

disebabkan karena kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi

penularan infeksi vertikal. Metode penularan lainya adalah melalui jarum

suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering

bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir

adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan dalam literatur bahwa melalui

metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi

karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati (Widoyono,

2008).

i12
4. Manifestasi klinis

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik,

anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing

plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum

terjadinya demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa

dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia

(hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang

merasa dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax

dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan

prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan

paroksimal secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai

menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung

dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling

terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode

panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi

beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode

berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan

penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi

plasmodium vivax, pada plasmodium falcifarum menggigil dapat

berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12

jam pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan

ovale, 60 jam pada plasmodium malariae.

5) Patofisiologi

i13
Gambar 2.5: Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.

Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes.

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi

sporozoit ke dalam tubuh manusia1. Sporozoit menginfeksi sel hati2,

berkembang biak menjadi skizon3. Lalu pecah dan mengeluarkan

merozoit (p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman 4. (hipnozoit)

berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali

dalam darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah

memperbanyak diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony)A.

Selanjutnya parasit memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam

eritrosit (erythrocytic schizogony)B. Merozoit mengifeksi sel darah

merah4. Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang

akan menghasilkan merozoit5. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk

stadium sexual erythrocytic (gametosit)6. Pada stadium parasit dalam

darah muncul gejala klinis penyakit ini. Gametosit, jantan

i14
(mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk nyamuk dalam

tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap7. Dalam tubuh

nyamuk, parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic cycle C. Di

dalam tubuh nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet

untuk menghailkan zigot8. Zigot bergerak dan memanjang (ookinet)9.

Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk berkembang menjadi

ookista10. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan sporozoit11.

Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur nyamuk. Sporozoit

siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan kembali

melangsungkan siklus hidupnya1 (Muslim, 2009).

6. Komplikasi

Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada

penyakit malaria sebagai berikut :

a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan

kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala

Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa

GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3,

atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan

oleh penyakit lain.

b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan

hitung parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau

hemoglobinopati lainnya.

i15
c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1

mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan

kreatinin darah meningkat>3 mg%).

d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.

f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai

keringat dingin.

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau

disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi

intravaskuler.

h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada

hipertermia.

i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-

Posfat Dehidrogenase)(Widoyono, 2008).

7. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut

teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan

darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat

i16
jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.

malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan

parasitnya.

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu

semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah

menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan

rincian sebagai berikut:

(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr

tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr

tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah

dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes

ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat

diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.

c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan

sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun

jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat

i17
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat

dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan

eksperimental dan belum untuk pemeriksaan rutin.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta

pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi

pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi

(Widoyono, 2008).

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).

2) Cairan dan elektrolit

Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000

cc/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan

yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis

tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah

dextrose 5% untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada

pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium),

dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.

i18
3) Nutrisi

Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak.

Diit lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat

gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah

dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.

4) Eliminasi

Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan

eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi

BAK yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu

diare.

5) Aktifitas dan istirahat

Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas

yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.

7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres

alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.

b. Penatalaksanaan non medis

1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.

2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.

3) Menggunakan pembasmi serangga.

4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat

tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.

5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi

tidak menyebar lebih jauh.

i19
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan

memberantas sarang nyamuk.

7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian

yang bergantungan serta genangan air.

8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti

atau menebarkan ikan pemakan jentik.

9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa

sepanjang pantai (Irianto, 2011)

c. Penatalaksanaan medis

Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit

malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima

golongan, yaitu :

1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat

membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya

parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.

2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat

membasmiparasit daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan

plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan

radikal infeksi ini bagi anti relaps.

3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan

penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai

penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.

Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium

seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida

i20
darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin,

sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan

pirimetamin.

4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual,

termasuk stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga

mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk

Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat

sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat

spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah

gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.

5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam

darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk

Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan

disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk

dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan

memenuhi standar untuk program pemberantasan penyakit malaria

Dep. Kes. Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa

antibiotika yang beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin

(qinghaosu) dan derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater,

pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

i21
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi

dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan

respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap

gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses

keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar

klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu :

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Deswani,

2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan

landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian

yang cermat guna mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua

informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif

dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.

Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan

ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).

Pengkajian :

a. Identitas pasien

Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan,

alamat serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita

oleh seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic

malaria.

b. Data riwayat kesehatan

i22
1) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :

demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit

kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan

tulang, berkeringat.

2) Riwayat kesehatan yang lalu

Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien

pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat

malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah

endemik.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam

keluarga.

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus

menerus, sering juga muntah darah.

b) Pola eliminasi

BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti

teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak

keluar air kencing sama sekali.

BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

i23
c) Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan

istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,

muntah dan demam menggigil.

d) Pola aktivitas

Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau

kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien

mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.

e) Personal hygiene

Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria

masih cukup baik dan bersih.

c. Pemeriksaan Fisik

(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

1) Keadaan umum

Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan

kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot

2) Tanda-tandavital

Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan

darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas

meningkat.

3) Pemeriksaan fisik

a) Pernapasan

i24
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada

simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas

luka.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler.

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak,

ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

Perkusi : Resonan.

b) Pencernaan

Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen

simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak

pembesaran hepar atau limfa.

Perkusi: Timpani

c) Penglihatan

Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

d) Pengecapan : Mulut terasa pahit

e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran

f) Kardiovaskuler

Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.

Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan

jantung.

Perkusi : Redup pada bagian jantung.

i25
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.

g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti

teh.

h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.

i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.

j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.

d. Riwayat Psikologis dan Spiritual

1) Psikologi

Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di

alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari

orang - orang terdekat pasien.

2) Spiritual

Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan

sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan

pasien.

e. Pemeriksaan penunjang

1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa

2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati

dan limpa.

3) Laboratorium

a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000

mm3)

b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria

berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)

i26
c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)

d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)

e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).

2 Analisa data

3 Tabel 2.2 Analisa Data


No Data focus Masalah
4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas Hipertermi
yang dirasakan hilang timbul.
Do :
• Pada palpasi klien teraba panas
• Suhu >370C
• Hasil pemerikasaan DDR (+)
• Kulit merah
• Klien tampak gelisah
• Mukosa bibir tampak kering

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan

diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir

kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari

tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :

i27
a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang

diharapkan (Deswani, 2009)

Terhadap perencanaan meliputi :

a. Menentukan proritas masalah

Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan

kerangka kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas,

dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh

kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah

menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan

rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai,

kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi

(Deswani, 2009)

1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

b. Menetapkan intervensi keperawatan

1) Menetapkan tujuan

Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar

perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah

klien.

i28
2) Menetapkan kriteria hasil

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di

terapkan pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria

hasil ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai

dengan rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000).

Adapun perencanaan keperawatan yang dapat diisusun pada

klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :

RENCANA INTERVENSI
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
o

1. Hipertermi b/d Setelah dilakukan Observasi :


tindakan keperawatan 1. Identifikasi
peningkatan laju selama 2x24 jam penyebab
Hipertermia Membaik hipertermia
metabolisme d/d klien dengan kriteria hasil : (mis. Dehidrasi,
terpapar
1. Mengigil menurun lingkungan
mengeluh tubuhnya 2. Kulit merah menurun panas)
3. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu
terasa panas, panasnya 4. Suhu kulit membaik tubuh
3. Monitor
hilang timbul. komplikasi
akibat
hipertermia
4. Monitor Kadar
DO : elektrolit
Terapeutik :
- Kulit merah
5. Sediakan
- Klien tampak lingkungan
yang dingin
mengigil
6. Longgarkan
- Pada palpasi atau lepaskan
klien teraba pakaian
panas Edukasi :
7. Anjurkan tirah
- Suhu >370C baring
Kolaborasi :
- Hasil 8. Kolaborasi
pemerikasaan pemberian
DDR (+) cairan dan

i29
- Kulit merah elektrolit
intravena, jika
- Klien tampak perlu
gelisah
- Mukosa bibir
tampak kering

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama :Ny. T

Umur :46 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Pendidikan :SMA/FARMASI

Agama :Islam

Alamat :Lapodi

No. RM :568642

Ruangan : Ruang Interna

Tanggal masuk :17 maret 2019


:18 Agustus 2021, pukul 10.00
Tanggal pengkajian
WIB
Diagnosa medis : Malaria

Identitas Penanggung Jawab


Nama :Tn M

Umur :48 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-laki

i30
Pendidikan :SMA

Agama :Islam

Alamat :Lapodi
Hubungan dengan Keluarga : Suami

2. Keluhan utama

a. Riwayat kesehatan Sekarang

Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Pasarwajo

Kabupaten Buton pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 10.00

WITA dengan keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang

lalu, keluhan menggigil baru dirasakan sejak kemarin (16

Maret 2019), merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa

panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh

dirasakan sakit dan pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien

sudah minum obat yang di beli di warung yaitu paracetamol

guna menurunkan panas tetapi tidak ada perubahan. Tanda

tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit,

Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 380C, Berat badan : 49 kg,

Tinggi badan : 155 cm.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18/03/2019

pukul 10.00 WITA, keadaan umum klien masih tampak

lemah, mukosa bibir terlihat kering, conjungtiva anemis, klien

mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian tulang dan juga

otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa

mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu

makan, sakit kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang

i31
timbul dan sering berkeringat, keluhan menggigil sudah

berkurang tidak seperti pada saat pertama masuk. Klien juga

mengeluh bahwa hasil labornya haemoglobin rendah yaitu 7,5

gr/dl menurut saran dokter untuk tranfusi darah 3 kantong,

untuk menormalkan Hb. Klien tampak pucat, akral teraba

dingin, ekstremitas atas terpasang infus dan sedang dilakukan

transfusi. Tanda vital : TD :110/70 mmHg, Nadi : 90 X/menit,

Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 370C.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti

sekarang ini dengan diagnosa yang sama yaitu Malaria pada

dua tahun yang lalu dan dirawat selama 3 hari di ruang Ruang

Interna RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton. Riwayat operasi

caesaria : 1 (satu) kali karena melahiran kembar pada tahun

2003.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga Ny. T terdapat keluarga yang pernah

mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama

dan anak kedua.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Suhu : 370C

i32
Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan head to toe :

a. Kepala :

1) Rambut :

Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,

kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak

rambut yang gugur pada bantal tempat tidur

klien.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

2) Mata :

Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan

kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,

conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil

isokor, reflek cahaya positif.

3) Telinga :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan

serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak

ada gangguan pendengaran.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

4) Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan bau-

bauan,mukosa kering, benjolan tidak ada,

polip tidak ada, tidak ada tanda-

tanda peradangan.

i33
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

5) Mulut :

Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,

tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa

pahit, tidak ada karies.

b. Leher :

Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Thorak

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolanatau bekas luka

operasi, tidak ada alat bantu pernafasan.

Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi

jantung II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak

ada ronchi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.

d. Abdomen :

Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas

luka operasi.

Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.

Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran

hepar atau limpa.

Perkusi : Timpani.

i34
e. Ekstermitas :
Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri

terpasang infus dan sedang transfusi darah.

Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang

menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.

Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :


4444 4444

4444 4444

4. Data Psikologi :

Saat dikaji ekspresi wajah klien terlihat cemas terhadap penyakit

yang dialami, dan klien berharap cepat sembuh.

5. Data Sosial Ekonomi

Klien adalah seorang wanita karier yang bekerja di balai POM

dikarenakan klien sedang sakit perkerjaan klien jadi terganggu dan

klien tidak dapat masuk kerja.Klien mengatakan kebiasaan sehari-

hari klien sebelum tidur klien menggunakan obat seprot nyamuk,

klien tidur tidak menggunakan kelambu, klien mengatakan pada

ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, klien juga tidak

memiliki kandang ternak, klien tinggal pada wilayah pemukiman

yang padat,tidak terdapat genangan air pada sekitar rumah klien,

namun hanya terdapat selokan didepan rumah namun telah ditutup

dengan semen dan hanya terbuka sedikit, klien mengatakan keadaan

sekitar lingkungan rumahnya kurang bersih karena klien sibuk

dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya sehingga tidak

terlalu memperhatikan keadaan rumah.

i35
6. Data Spiritual

Kepercayaan yang dianut klien adalah agama islam, klien rajin

beribadah sewaktu dirumah namun selama dirumah sakit klien tidak

melakukan ibadah seperti : sholat dikarenakan fisiknya lemah. Bagi

klien sakit yang dideritanya adalah cobaan yang diberikan oleh

ALLAH SWT dan pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari.

7. Data penunjang : tanggal 18 Agustus 2021, pukul 10.30 WIB

Tabel 3.1 Data Penunjang


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi :
Hemaktokrit L 23 % 40 – 54
Haemoglobin L 7,5 Gr/dl 12.0 – 16.0
Leokosit H 17,4 10^3/µl 4.0 – 10.0
Trombosit 320.000 Sel/mmµ3 150.000 – 400.000

Malaria/DDR :
Plasmodium (+) Positif (-) Negatif
vivax
Kimia klinik :
Ureum serum 29.0 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum 0.6 Mg/dl 0.5 -1.2

Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu H 167 Mg/dl 70 – 120

i36
8. Kebiasaan sehari – hari

Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hari

Kebiasaan Dirumah Dirumah sakit

Nutrisi :
A. Makan
- Pola makan 3x sehari 3 x sehari

- Porsi 1 porsi 3 sendok makan


Nasi, lauk, sayur, dan Bubur, nasi, buah, susu,
- Jenis makanan
buah sayur
Tidak ada Makanan yg pedas
- Pantangan
Tidak ada Mual, nyeri pada uluh
- Kesulitan
hati, lidah terasa pahit
B. Minum
Air putih, sirup, dan teh Air putih, susu
 Jenis 1750 cc – 2000 cc /hari 1500 – 1750 cc / hari
 Frekuensi Tidak ada Mual
 Kesulitan
Eliminasi :
 Pola BAB 1 x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

 Pola BAK
Frekuensi 4 – 5 x sehari 3 -4 x sehari
Warna Kuning Kuning
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

i37
Personal Hygiene
 Mandi 2 x sehari 2x (dilap oleh ibu
dengan air hangat).

Istirahat / tidur :
 Frekuensi 6 – 8 jam / hari 4-6 jam / hari

 Kesulitan Tidak ada Tubuh sering terasa


panas ketika malam
hari, sering berkeringat,
nyeri pada sendi tulang
dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal sehingga
tidur menjadi
terganggu.

Pola aktivitas Klien dapat melakukan Klien mengatakan


aktivitas sendiri seperti
tubuhnya lemah.
mandi, makan dan
aktivitas lainya. Aktivitas klien seperti
makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.

9. Status nutrisi BB : 49 kg

TB : 155 cm

IMT : Indeks Masa Tubuh


BB Kg
IMT : TB 2 (m)

: 49 kg
(1,55 m)2

: 49 kg

i38
2.4025 m

: 20.4 (Normal)
Ket : <20 : Underweight

20 -25 : Normal

25 – 30 : overweight
obesitas
>30 :

i39
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari

genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melaluit gigitan

nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras,

usia, dan jenis kelamin. Dikenal empat spesies dari genus plasmodium

yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu :

Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,

Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-penyakit lain, malaria

tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan

gejalagejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya

karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup.

Adapun tanda dan gejala yang dapat di timbulkan oleh malaria

berupademam periodik, anemia dan splenomegali.

2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. T dengan penyakit malaria,

penulis mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat

kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data sosial

ekonomi, data spiritual, data penunjang, penatalaksanaan medis, dan

kebiasaan sehari-hari klien.

3. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yang

telah ditemukan untuk menemukan masalah keperawatan klien,setelah

i40
itu penulis menyusun diagnosa keperawatan untuk menunjang proses

keperawatan dan ditemukan enam diagnosa keperawatan pada Ny. T.

4. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang

disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011) dengan

mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat

inap tempat klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan

penulis dan keadaan klien.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan alternatif

pemecahan masalah yang berupa saran-saran, yaitu untuk mencapai asuhan

keperawatan yang optimal.

5. Institusi pendidikan/Akademik

Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam

pemberian materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku

tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti selanjutnya tidak

kesulitan mencari untuk referensi.

6. Penulis selanjutnya

Diharapkan pada penulis selanjutnya yang berminat untuk meneliti

masalah ini lebih jauh dan mendalam hendaknya untuk meneliti masalah

ini dengan menggunakan tempat yang berbeda dengan teknik yang lain

sehingga diperoleh keragaman hasil penelitian yang berkaitan dengan

penyakit malaria seperti “Hubungan prilaku pencegahan malaria

terhadap kejadian malaria”. “Faktor faktor risiko yang mempengaruhi

kejadian malaria” dengan menggunakan metode penelitian

observasional.

i41
DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta

: Kemenkes RI; 2014.

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes

RI Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara


Tahun

2016. Kendari

i42

Anda mungkin juga menyukai