Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1. LATAR BELAKANG 1
2. RUMUSAN MASALAH 2
3. TUJUAN MASALAH 2

BAB II3

PEMBAHASAN 3

1. Perekonomian Pada Masa Orde Lama 3


2. Perekonomian Pada Masa Orde Baru 4
3. Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi 5
4. Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
8
5. Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Joko Widodo 11
BAB III 17
PENUTUP 17

KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA 19

i
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Masa Orde Lama (1951-1966), keadaan ekonomi dan keuangan
pada masa orde lama amat buruk, yang disebabkan oleh :
Inflasi yang sangat tinggi dikarenakan beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Di tahun 1958 diberlakukannya UU No.
78/1958 tentang investasi asing, jadi memperburuk perekonomian, ditahun
1965 mendirikan Bank Berjuang, perbankan berfungsi sebagai pemasok
dana proyek pemerintah. Penurunan angkatan kerja (pengangguran)
sebanyak 1,8 juta dari 34,5 juta. Disektor pertanian 72%, sektor jasa 9,5%,
perdagangan dan keuangan 6,7%, industri 5,7%. Tahun 1953 di jakarta
pekerja menerima upah Rp 5-6 per hari. Dan di anggaran pemerintah pada
tahun 1955-1965 mengalami defisit sebesar 137% dari pendapatan
sehingga negara melakukan pinjaman luar negeri.
Kebijakan Perekonomian Indonesia Era Orde Baru Salah satu
tindakan pertama Soeharto setelah mengambil alih pimpinan negara adalah
menugaskan tim penasihat ekonominya, yang terdiri atas kelima dosen
FEUI, yaitu Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Mohammad Sadli,
Soebroto, dan Emil Salim untuk menyusun suatu program stabilisasi dan
rehabilitasi. Tujuan utama dari program ini adalah memulihkan stabilitas
makro ekonmi dengan menghentikan hiperinflasi setinggi 600% yang telah
berkecamuk pada akhir masa pemerintahan Soekarno. Alat kebijakan
utama untuk menurunkan laju inflasi adalah anggaran berimbang (balance
budget), artinya pengeluaran pemerintah dibatasi oleh penerimaan
pemerintah.
Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-2016. Reformasi
ekonomi menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk memangkas
hambatan yang menciptakan inefisiensi perekonomian, serta mendorong
kinerja perekonomian untuk mencapai potensi maksimal. Dalam
praktiknya, pelaksanaan reformasi ekonomi di sebuah negara biasanya

1
sangat kompleks, karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan, serta
dipengaruhi sejumlah faktor seperti ekonomi maupun politik.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perekonomian pada masa orde Lama?
b. Bagaimana perekonomian pada masa orde baru?
c. Bagaimana perekonomian pada masa Reformasi?
d. Bagaimana kebijakan ekonomi masa pemerintahan Susilo Bambang
yudhoyono?
e. Bagaimana kebijakan Ekonomi masa pemerintahan jokowi?

3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui perekonomian pada masa orde lama
b. Untuk mengetahui perekonomian pada masa orde baru
c. Mengetahui perekonomian Indonesia pada masa Reformasi
d. Mengetahui Kenbijakan ekomomi masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono
e. Mengetahui kebijakan ekonomi pada pemerintahan jokowi

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perekonomian Pada Masa Orde lama


Sebagai tokoh pejuang kemerdekaan, proklamator sekaligus Presiden
pertama Indonesia, perekonomian Indonesia tidak dapat lepas dari sosok Ir.
Soekarno. Sebagai orang yang pertamamemimpin Indonesia boleh dibilang
Soekarno adalah peletak dasar perekonomian Indonesia. Beberapa kebijakan
yang diambil dibawah pemerintahan Soekarno diantaranya :
 Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank Indonesia.
 Mengamankan usaha!usaha yang menyangkut harkat hidup orang
banyak
 Berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan
ekspor impor
 Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan
perekonomian Indonesia.
Hampir seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di
tengah jalan, penyebabnya adalah Situasi politik yang diwarnai manuver dan
sabotase, terutama dari kelompok kanan masyumi, PSI, dan tentara, yang
tidak menghendaki kemandirian ekonominasional. Pertarungan kekuasaan
antar elit politik di tingkat nasional yang berakibat jatuh bangunnya kabinet
tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan kabinetnya untuk teguh
menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut. Yang paling pokok: borjuasi
dalam negeri pribumi yang diharapkan menjadi kekuatan pokok dalam
mendorong industrialisasi.

Perekonomian Pada Masa Orde Lama 1945-1966

Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia


mengaraperubahan struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional,
yang bertujuan untuk memajukan industrike6il untuk memproduksi barang
pengganti impor yang pada akhirnya diharapkanmengurangi tingkat
ketergantungan terhadap luar negeri.

3
2. Perekonomian Pada Masa Orde Baru
A. Keadaan Perekonomian Awal Orde Baru
Sejak awal, pemerintah Orde Baru menyadari bahwa kebijakan anti
Barat yang merupakan suatu ciri mencolok dari pemerintah Soekarno
juga telah menimbulkan kesulitan bagi Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah Orde Baru memutuskan untuk meninggalkan kebijakan
“memandang ke dalam” (inward-looking policies) yang hanya membawa
kebangkrutan bagi Indonesia dan menggantikannya dengan kebijakan
“memandang ke luar” (out-ward policies). Kebijakan ini dicirikan oleh
kebijakan perdagangan luar negeri dan kebijakan investasi asing yang
bersifat lebih liberal itu artinya, pemerintah Indonesia mulai menerapkan
kebijakan yang dapat menghapus atau mengurangi berbagai rintangan
atas perdagangan luar negeri dan investasi asing (Abdul Syukur, dkk,
2010 : 153).

B. Kebijakan Perekonomian Indonesia Era Orde Baru


Salah satu tindakan pertama Soeharto setelah mengambil alih
pimpinan negara adalah menugaskan tim penasihat ekonominya, yang
terdiri atas kelima dosen FEUI, yaitu Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana,
Mohammad Sadli, Soebroto, dan Emil Salim untuk menyusun suatu
program stabilisasi dan rehabilitasi. Tujuan utama dari program ini
adalah memulihkan stabilitas makro ekonmi dengan menghentikan
hiperinflasi setinggi 600% yang telah berkecamuk pada akhir masa
pemerintahan Soekarno. Alat kebijakan utama untuk menurunkan laju
inflasi adalah anggaran berimbang (balance budget), artinya pengeluaran
pemerintah dibatasi oleh penerimaan pemerintah.

1. Periode 1974-1981: “Boom” Minyak Bumi, Intervensi Pemerintah


yang Lebih Besar dan Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat.
a. Kebijakan pertanian
b. Kebijakan industri

4
2. Periode 1983-1996: Era Pasca “Boom” Minyak Bumi, Deregulasi, dan
Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat.

3. Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi


Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-2016 Reformasi ekonomi
menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk memangkas hambatan yang
menciptakan inefisiensi perekonomian, serta mendorong kinerja
perekonomian untuk mencapai potensi maksimal. Dalam praktiknya,
pelaksanaan reformasi ekonomi di sebuah negara biasanya sangat kompleks,
karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan, serta dipengaruhi
sejumlah faktor seperti ekonomi maupun politik.

Periode Awal Pemulihan Krisis (1997-2001)

Krisis finansial yang melanda Asia pada 1997 menyebabkan kontraksi


pada perekonomian Indonesia sebesar 13%, serta depresiasi masif pada nilai
tukar rupiah. Sebagai tindak lanjut dari krisis, Indonesia memutuskan untuk
mendapatkan pinjaman dari International Monetary Fund (IMF). Program
IMF dimulai dengan penandatanganan Letter of Intent (LOI) yang pertama
pada akhir Oktober 1997, yang berlanjut hingga Desember 2003. Dalam
periode ini, empat presiden yang berbeda mengimplementasikan sejumlah
program reformasi ekonomi dengan hasil yang beragam. Reformasi ekonomi
pada periode setelah krisis ini lebih banyak didorong oleh program reformasi
yang ditentukan IMF sebagai persyaratan untuk menerima bantuan. IMF
mensyaratkan agenda reformasi struktural, serta sejumlah langkah ke arah
stabilisasi makroekonomi serta perbaikan kesehatan sistem finansial.
Persyaratan IMF antara lain juga mencakup penghapusan monopoli cengkeh,
serta penghapusan segala bentuk subsidi pemerintah untuk industri yang
dianggap tidak layak secara ekonomi, seperti proyek mobil nasional Timor
dan industri pesawat terbang.

5
A. Periode Megawati (2001-20040

Tim ekonomi Presiden Megawati kembali memperbaiki hubungan


dengan IMF, yang berujung pada sejumlah persetujuan dengan IMF untuk
memperbarui program bantuan IMF yang sempat dihentikan. Tim ekonomi
Megawati cukup terbuka dan suportif dengan program IMF. Stabilitas
politik pun berhasil kembali dibangun di bawah pemerintahan Megawati.
Akan tetapi, implementasi program reformasi ini berjalan cukup lambat,
antara lain karena kurangnya kapasitas implementasi, sebuah masalah
yang telah ada sejak pemerintahan Gus Dur.

Sejak pertengahan 2002, mulai terbangun opini publik agar pemerintah


tidak melanjutkan program bantuan IMF setelah selesai pada akhir 2003.
Pada saat itu, hanya Indonesia satu-satunya negara yang terkena krisis
keuangan 1997-98, yang masih menerima bantuan IMF. Pada Juli 2003,
pemerintah mengumumkan bahwa program bantuan IMF tidak akan
dilanjutkan. Oleh karena itu, pemerintah membentuk tim antar-lembaga
yang menyusun exit strategy yang mempertimbangkan hal-hal seperti
financing gap, yang terkait dengan kebutuhan pembiayaan pemerintah, dan
credibility gap, yang terkait dengan dampak negatif dari sentimen pasar,
ketika program IMF berakhir. Keputusan untuk mengakhiri program
bantuan IMF dipengaruhi oleh pemilihan umum yang mendekat, serta oleh
sentimen nasionalistik yang tengah berkembang di dunia politik dan
publik. Pada 10 Desember 2003, pemerintah menanda tangani LOI
terakhir dengan IMF.

Paket Kebijakan Ekonomi Indonesia Pra- dan Pasca-IMF Pada tanggal


15 September 2003, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No
5/2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah
Berakhirnya Program Kerjasama dengan IMF. Sejumlah elemen utama
dalam paket kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

 Menjaga stabilitas makroekonomi Fokus dari usaha ini adalah


untuk mencapai kondisi fiskal yang sehat, serta mengurangi laju

6
inflasi, dan menjaga persediaan cadangan devisa untuk kebutuhan
jangka menengah.
 Restrukturisasi dan reformasi pada sektor keuangan Mengingat
pentingnya peran sektor keuangan dalam stabilisasi ekonomi serta
mendukung pemulihan krisis, kebijakan dalam aspek ini
difokuskan pada: (a) mendirikan Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (financial safety net) melalui pendirian Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS).
 Meningkatkan investasi, ekspor, dan penyerapan tenaga kerja
Pemerintah menyadari peran penting sektor swasta pada aspek ini
dan bahwa tugas utama pemerintah dalam hal ini adalah untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi aktivitas sektor swasta
melalui kebijakan yang baik serta lembaga pemerintah yang
berfungsi efektif.

B. Periode Susilo Bambang Yudhoyono (2004-20014)

Presiden SBY menyadari pentingnya pembangunan infrastruktur bagi


perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan
Infrastructure Summit pada Januari 2005 untuk menarik partisipasi swasta
dalam pengembangan infrastruktur. Namun demikian, usaha ini kurang
berhasil karena kegagalan pemerintah dalam menyelenggarakan reformasi
dan menghasilkan regulasi yang diperlukan untuk memperbaiki iklim
investasi infrastruktur (Soesastro & Atje 2005). Salah satu kemunduran
tersebut adalah keputusan Mahkamah Konstitusi pada Desember 2004
untuk membatalkan UU Kelistrikan yang baru, yang berusaha untuk
membuka persaingan dengan swasta di sektor tersebut.

C. Periode Joko Widodo (2014-Sekarang)

Dalam Pemilihan Presiden Indonesia 2014, Joko Widodo (Jokowi)


terpilih menjadi Presiden ke-7 Indonesia dan mulai menjabat sejak 20
Oktober 2014. Kemenangan Jokowi sebagai Presiden menimbulkan
optimisme publik, karena Jokowi dipersepsikan sebagai seorang pemimpin

7
yang reformis dan menjalankan program kerja yang konkrit menyelesaikan
masalah di lapangan, seperti yang terlihat dari pengalamannya menjadi
walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta. Jokowi lebih merupakan tipe
pemimpin yang taktis yang menekankan langkah/kerja konkrit dan cepat di
lapangan, ketimbang tipe pemimpin strategis yang berfokus kepada
visi/gambaran besar. Pemerintahan baru Jokowi, yang dijalankan oleh
Kabinet Kerja, sangat diharapkan oleh publik untuk dapat melaksanakan
beberapa agenda kebijakan reformasi ekonomi, terutama pada percepatan
proyek infrastruktur, pengembangan sektor maritim, dan program jaminan
sosial.
Jokowi menghadapi sejumlah tantangan eksternal maupun internal
dalam mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus melambat dalam empat tahun terakhir, dari 6,8%
pada tahun 2010 menjadi 5,0%, yang menandakan daya beli masyarakat
yang melemah.

4. Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden SBY juga
mendapat dukungan tambahan dari boom harga komoditas dunia (terutama
minyak sawit dan batu bara) serta melimpahnya likuiditas di pasar keuangan
internasional. Salah satu fitur dalam perekonomian Indonesia pada masa
kepemimpinan Presiden SBY adalah mulai meningkatnya peran sektor jasa,
dan melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur. Beberapa hal menjadi
faktor penyebab hal tersebut, antara lain iklim kebijakan domestik yang
kurang baik, ditandai oleh biaya logistik yang tinggi, iklim investasi yang
kurang kondusif bagi investor asing, serta biaya tenaga kerja yang tidak
kompetitif. Kurang berhasilnya pemerintahan SBY dalam menangani isu-isu
di atas melalui reformasi ekonomi yang ekstensif di tingkat mikro
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa ini. Pada era
pemerintahan Presiden Yudhoyono, terdapat tiga perubahan besar pada
lanskap politik dan ekonomi yang berpengaruh pada upaya serta praktik
liberalisasi atau reformasi ekonomi. Pertama, mulai ada peralihan otoritas dari
presiden kepada parlemen. Tidak seperti zaman Soeharto, kekuasaan presiden

8
mulai dikurangi, dan parlemen memiliki kekuasaan dan pengaruh yang lebih
besar dalam menentukan arah kebijakan atau reformasi ekonomi tertentu. Hal
ini terutama ditunjukkan oleh SBY yang tampak kurang berani dalam
melakukan reformasi ekonomi yang diperlukan namun tidak populer, karena
takut mengalami nasib yang sama dengan dua presiden terdahulu yang
dimakzulkan DPR. Kedua, menteri kunci yang terkait ekonomi kini menjadi
jabatan politik, dan lebih banyak diambil dari berbagai partai politik (dikenal
dengan Kabinet Pelangi pada pemerintahan SBY periode pertama). Hal ini
dilakukan sebagai upaya mendapatkan dukungan politik dari parlemen.
Ketiga, desentralisasi serta otonomi daerah, yang telah menyerahkan banyak
tanggung jawab pengelolaan politik maupun ekonomi kepada pemerintah
daerah.
1) Pemerintahan Indonesia bersatu jilid l era Susilo Bambang yudhoyono
dan Yusuf Kalla
Kabinet Indonesia Bersatu I dibentuk semasa kepresidenan SBY
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla setelah memenangkan pemilu 2004.
Kabinet ini dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya
berakhir pada 20 Oktober 2009, sebelum kembali dilanjutkan.
Susunan :
1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan:
 Widodo

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian:

 Aburizal Bakrie diberhentikan

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (plt):

 Sri Mulyani Indrawati

4. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat:

 Alwi Shihab diberhentikan


 Aburizal Bakrie

5. Menteri Dalam Negeri:

 H. Moh. Ma’ruf

9
 H. Mardiyanto

6. Menteri Luar Negeri: Nur Hassan Wirajuda

7. Menteri Pertahanan: Juwono Sudarsono

8. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia:

 Hamid Awaluddin
 Andi Mattalatta

9. Menteri Keuangan:

 Jusuf Anwar
 Sri Mulyani Indrawati

10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Purnomo Yusgiantoro

11. DLL

2) Pemerintahan Indonesia bersatu jilid II era Susilo Bambang


yudhoyono dan yusuf kalla
Kabinet Indonesai Bersatu II masih dipimpin oleh Presiden SBY
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kabinet ini bertugas sejak 22 Oktober 2009 sampai 20 Oktober
2014.
Susunan :
1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan: joko
Suyanto
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Hatta Rajasa
3. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat: H.R. Agung
Laksono
4. Menteri Sekretaris Negara: Sudi Silalahi
5. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
6. Menteri Luar Negeri: Raden Mohammad Marty Muliana
Natalegawa
7. Menteri Pertahanan: Purnomo Yusgiantoro
8. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Amir Syamsuddin
9. Menteri Keuangan: Agus D.W. Martowardojo

10
10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Jero Wacik
11. DLL

5. Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Joko Widodo


Setahun Pemerintahan Jokowi-JK - Jakarta, 20 Oktober 2015, Satu
tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla mampu memperbaiki kinerja pelayanan publik melalui sistem
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa sektor. Dengan sistem
PTSP ini beberapa perizinan dipangkas waktu pengurusannya sehingga
lebih efisien dan efektif.
Sektor Pertanian misalnya, jika sebelumnya 20 perizinan
membutuhkan 751 hari pengurusan, kini dipangkas menjadi 12 izin
dengan waktu hanya 182 hari pengurusan. Kemudian sektor perindustrian,
dari yang 19 izin butuh 672 hari menjadi 11 perizinan 152 hari. Begitu
pula di sektor pariwisata yang sebelumnya 17 izin 661 hari, dipangkas
menjadi 11 izin dengan hanya 188 hari pengurusan.
Sektor kelistrikan, dari yang sebelumnya ada 49 izin dengan waktu
923 hari, dipangkas menjadi 25 izin dengan hanya membutuhkan waktu
256 hari pengurusannya. Upaya penguatan fondasi perekonomian nasional
juga menunjukkan hasil. Terbitnya paket-paket kebijakan ekonomi
perlahan namun pasti mampu memperkokoh kondisi ekonomi Indonesia
saat ini.
Paket kebijakan pertama misalnya, mampu mengembangkan ekonomi
makro lebih kondusif, menggerakkan ekonomi nasional, serta melindungi
masyarakat berpendapatan rendah disamping mampu menggerakkan
ekonomi pedesaan. Kemudian paket kebijakan ekonomi kedua. Paket ini
oleh sebagian besar kalangan bahkan dianggap lebih aplikasi dan
menyentuh langsung ke masyarakat. Ambil contoh keringanan pajak,
kemudahan perizinan investasi, serta penurunan pajak deposito. Pada
paket kebijakan ekonomi ketiga, lebih nyata lagi karena pemerintah
langsung mengeksekusi beberapa hal seperti penurunan harga Bahan

11
Bakar Minyak (BBM), peringanan tarif listrik industri, serta perluasan
Kredit Usaha Rayat (KUR).
Sementara Paket Kebijakan Ekonomi keempat ada tiga hal pokok
yang menjadi fokus pemerintah, yaitu perbaikan sistem pengupahan,
tindak lanjut Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit Usaha Kecil
Menengah (UKM) untuk ekspor serta mencegah pemutusan hubungan
kerja (PHK). “Paket keempat adalah keinginan untuk membuka lapangan
kerja seluas-luasnya agar dunia usaha dan investor diberikan kemudahan,”
kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Jakarta beberapa waktu lalu
semakin nyata karena dengan gelontoran paket-paket kebijakan ekonomi
ini, nilai tukar Rupiah terus mengalami penguatan terhadap Dolar
Amerika.
Di sektor tenaga kerja, setahun masa pemerintahan Jokowi – JK
terjadi peningkatan dari sisi penyerapan. Tengok pada semester pertama
tahun 2014, ada 611 ribu tenaga kerja terserap di beberapa lapangan
pekerjaan, naik 12,31% pada periode yang sama tahun 2015 menjadi 685
ribu. Begitu pula investasi yang juga mengalami kenaikan 16,56% dari
semester I 2014 sebesar 22,8 triliun, menjadi Rp259,7 triliun pada periode
yang sama tahun 2015.
Realisasi investasi di luar pulau Jawa pun naik 25% jika dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. “Semua ini untuk memberi sinyal
positif kepada masyarakat dan investor bahwa Indonesia bersahabat
dengan siapapun yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia," kata
Sekretaris Kabinet Pramono.

1) Paket kebijakan ekonomi tahap 1

Menko Perekonomian Darmin Nasution yang berbicara seusai


Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman Paket Kebijakan Tahap
I September 2015 itu menyampaikan sedikit lebih rinci mengenai
Paket Kebijakan dimaksud, antara lain:

1. Penguatan pembiayan ekspor melalui National Interest Account.


“Regulasinya Peraturan Menteri Keuangan tentang Penugasan Kepala

12
Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional, deregulasinya penerbitan
Keputusan Menteri Keuangan mengenai Pembentukan Komite
Penugasan Khusus Ekspor.

2. Penetapan harga gas untuk industri tertentu di dalam negeri.

3. Kebijakan pengembangan kawasan industri. Ini menyangkut


peraturan Menteri Perindustrian

4. Kebijakan memperkuat fungsi ekonomi koperasi.

5. Kebijakan simplikasi perizinan perdagangan.

6. Kebijakan simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata.

7. Kebijakan elpiji untuk nelayan. Adanya konverter yang


mengefisienkan penggunaan biaya yang digunakan oleh nelayan.

8. Stabilitas harga komiditi pangan, khususnya daging sapi.

9. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakkan


ekonomi pedesaan.

10. Pemberian Raskin atau Beras Kesejahteraan untuk bulan ke-13


dan ke-14.

2) Paket kebijakan ekonomi tahap 2

Bentuk upaya ini berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan


untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri
(PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Inilah isi lengkap kebijakan ekonomi tahap II Presiden Jokowi:

1. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam

Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan


dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk
pemberian izin investasi dalam waktu tiga jam di Kawasan Industri.

13
2. Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat Setelah
dalam 25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi, pemerintah mengantongi
keputusan bahwa investasi tersebut dapat menerima tax allowance
atau tidak.

3. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi Kebijakan


tersebut termaktub regulasi yang telah terbit, Peraturan Pemerintah
nomor 69 tahun 2015 tentang impor dan penyerahan alat angkutan
tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkait angkutan tertentu
yang tidak dipungut PPN.

4. Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat Dengan adanya


pusat logistik, maka perusahaan manufaktur tidak perlu impor dan
tidak perlu mengambil barang dari luar negeri karena cukup
mengambil dari gudang berikat.

5. Insentif pengurangan pajak bunga deposito Insentif ini berlaku


terutama eksportir yang berkewajiban melaporkan devisa hasil
ekspor (DHE) ke Bank Indonesia.

6. Perampingan Izin Sektor Kehutanan Izin untuk keperluan investasi


dan produktif sektor kehutanan akan berlangsung lebih cepat. Saat
ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan
sebanyak 14 izin.

3) Paket kebijakan ekonomi tahap 3

Kebijakan Ekonomi Tahap Ke 3 turut meliputi Perluasan Penerima


KUR dan Penyederhanaan Izin Pertanahan untuk kegiatan penanaman
modal. Dalam rangka meningkatkan akses wirausahawan kepada
kredit perbankan, melalui program KUR, Pemerintah telah
menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 12%
persen. Pada paket kebijakan ini, para keluarga yang memiliki
penghasilan tetap, dipertegas dapat menerima KUR untuk sektor
usaha produktif. Dengan kebijakan ini, bank penyalur KUR didorong

14
pro-aktif menawarkan sehingga akan meningkatkan peserta KUR
sekaligus mendorong tumbuhnya wirausaha.

4) Paket kebijakan ekonomi tahap 4

Paket keempat adalah keinginan untuk membuka lapangan kerja


seluas-luasnya agar dunia usaha dan investor diberikan kemudahan
untuk membuka lapangan kerja,” kata Sekretaris Kabinet Pramono
Anung saat memberikan keterangan pers di Kantor Kepresidenan,
Jakarta, Kamis (15/10). Paket Kebijakan Ekonomi Tahap IV
digulirkan usai rapat terbatas Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Pada Paket Kebijakan Ekonomi IV
ada tiga hal pokok yang menjadi fokus pemerintah, yaitu terkait
sistem pengupahan, tindak lanjut kredit usaha rakyat (KUR), dan
kredit usaha kecil menengah (UKM) untuk ekspor serta mencegah
pemutusan hubungan kerja (PHK). “Ketiga paket kebijakan itu
mudah-mudahan dengan mudah dan sederhana ditangkap masyarakat
dan para pelaku usaha serta masyarakat,” jelas Pramono.

5) Paket kebijakan ekonomi tahap 5

Paket Kebijakan Ekonomi Tahap V itu berisi tiga kebijakan.


Pertama, insentif pajak revaluasi aset badan usaha milik negara
(BUMN) maupun swasta, termasuk perorangan. Pajak penghasilan
(PPh) final revaluasi aset yang normalnya 10% diturunkan bagi pelaku
usaha yang mengajukan proposal revaluasi aset hingga akhir 2016.
Untuk pengajuan proposal Oktober-Desember 2015, Pph menjadi 3%,
untuk Januari-Juni 2016 menjadi 4%, dan Juli-Desember 2016
menjadi 6%.

6) Paket kebijakan ekonomi tahap 6

Pemerintah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap VI di


Istana Kepresidenan, Jakarta pada Kamis (5/11) kemarin. Menurut
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution,

15
terdapat tiga kebijakan deregulasi yang dikeluarkan dalam paket
kebijakan ini.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, ketiga kebijakan tersebut yakni


pertama, upaya menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran
melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kedua,
penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan
berkeadilan. Ketiga, proses cepat (paperless) perizinan impor bahan
baku obat.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keadaan ekonomi dan keuangan pada masa orde lama amat buruk, yang
disebabkan oleh :

Inflasi yang sangat tinggi dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Di tahun 1958 diberlakukannya UU No. 78/1958
tentang investasi asing, jadi memperburuk perekonomian, ditahun 1965
mendirikan Bank Berjuang, perbankan berfungsi sebagai pemasok dana
proyek pemerintah. Penurunan angkatan kerja (pengangguran) sebanyak 1,8
juta dari 34,5 juta. Disektor pertanian 72%, sektor jasa 9,5%, perdagangan
dan keuangan 6,7%, industri 5,7%. Tahun 1953 di jakarta pekerja menerima
upah Rp 5-6 per hari. Dan di anggaran pemerintah pada tahun 1955-1965
mengalami defisit sebesar 137% dari pendapatan sehingga negara melakukan
pinjaman luar negeri.

- Kebijakan Perekonomian Indonesia Era Orde Baru


Salah satu tindakan pertama Soeharto setelah mengambil alih pimpinan
negara adalah menugaskan tim penasihat ekonominya, yang terdiri atas
kelima dosen FEUI, yaitu Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Mohammad
Sadli, Soebroto, dan Emil Salim untuk menyusun suatu program stabilisasi
dan rehabilitasi. Tujuan utama dari program ini adalah memulihkan stabilitas
makro ekonmi dengan menghentikan hiperinflasi setinggi 600% yang telah
berkecamuk pada akhir masa pemerintahan Soekarno. Alat kebijakan utama
untuk menurunkan laju inflasi adalah anggaran berimbang (balance budget),
artinya pengeluaran pemerintah dibatasi oleh penerimaan pemerintah.

- Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-2016

17
Reformasi ekonomi menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk
memangkas hambatan yang menciptakan inefisiensi perekonomian, serta
mendorong kinerja perekonomian untuk mencapai potensi maksimal. Dalam
praktiknya, pelaksanaan reformasi ekonomi di sebuah negara biasanya sangat
kompleks, karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan, serta
dipengaruhi sejumlah faktor seperti ekonomi maupun politik.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/uswatunkhasanah3190/5fa4fd574b9a4734580265f2
/perekonomian-indonesia-di-era-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi

https://www.academia.edu/11404895/PEREKONOMIAN_INDONESIA_PADA_
MASA_PEMERINTAHAN_ORDE_LAMA

https://www.csis.or.id

https://www.repository.upy.ac.id

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/23/124857379/kabinet-indonesia-
bersatu-i-dan-ii?page=2

https://setkab.go.id/inilah-pokok-pokok-paket-kebijakan-ekonomi-tahap-i-
september-2015/

https://www.beritasatu.com/ekonomi/314584/paket-kebijakan-ekonomi-tahap-iv-
dunia-usaha-diberi-kemudahan

https://bisnis.tempo.co/read/705027/ini-isi-lengkap-paket-kebijakan-ekonomi-
jokowi-tahap-dua

https://investor.id/archive/ini-dia-tiga-kebijakan-dalam-paket-ekonomi-tahap-v

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-luncurkan-paket-
kebijakan-ekonomi-tahap-vi/

19

Anda mungkin juga menyukai