Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sheris Vivani

NIM : 17320277

Isu-Isu Kontemporer PIO

Tugas Individu
1. Bandingkan kode etik profesi yang ada di Indonesia dan negara lain!
2. Lampirkan juga kode etik yang dimaksud!

Jawaban :

1. Kode etik profesi yang ada di Indonesia dan negara lain


a) Kode Etik HIMPSI dan APA

Persamaan Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA menjelaskan tentang pelayanan Psikologi sesuai
dengan etika

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA menjelaskan tentang hubungan antar manusia

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA menjelaskan tentang Hubungan secara meluas

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA bagaimana peningkatan Kompetensi

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA membahas bagaimana pemberian asesmen

- Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA menjelaskan tentang kerahasiaan data.

Perbedaan Kode Etik HIMPSI dan Kode Etik APA

Aspek Kode Etik HIMPSI Kode Etik APA


Pasal Konflik Kepentingan Lebih detail Detail
Pasal manipulasi penelitian Ada Tidak ada
Menjelaskan tentang batasan Ada Tidak Ada
Kompetensi
Penghormatan harkat dan Lebih detail Detail
martabat
Informed Konsen Lebih rinci Rinci
Isu Etika Lebih detail Detail
Bentuk-bentuk, jenis-jenis, Lebih detail Detail
dan segala macam tentang
pelanggaran.
Pasal Psikologi Forensik Ada Tidak ada

b) kode etik HIMPSI dan Australian Psychological Society (APS)

Aspek HIMPSI APS


Hal Keorganisasian Psikologi Indonesia APS memiliki posisi tawar
tampaknya perlu lebih yang tinggi di mana
memberdayakan HIMPSI organisasi tersebut
sehingga organisasi tersebut menentukan status akreditasi
dapat lebih berperan dan pendidikan tinggi psikologi,
diakui dalam mengatur dan keanggotaan APS
perpsikologian kita dipandang sangat penting
Pendidikan Pendidikan Psikologi dalam Perlu dipertanyakan juga
strata 1 dan profesi di relevansi pemberian
Indonesia tampaknya jauh matakuliah
lebih “berbobot”, dalam
artian beban yang harus
dipenuhi.
Pasca selesai kuliah Pengakuan keahlian Lulusan pendidikan tahun
psikologi atau psikolog di ke-empat harus berpraktek
Indonesia diberikan secara secara terbatas selama dua
langsung bersamaan dengan tahun sebagai probationary
kelulusan dari pendidikan psychologist di bawah
profesi. supervisi psikolog senior
dulu, yang pada akhirnya
dapat mengusulkan diri
diakui sebagai psikolog
secara tetap.

2. Lampiran Kode etik

- Kode etik psikologi Indonesia HIMPSI :

https://drive.google.com/file/d/0B2pajZdopHzrZzlCOWZlVExEZTQ/edit
- Prinsip Kode Etik Psikologi menurut APA (American Psychological Association)

Prinsip 1: Mengenai Tanggung jawab

Diutarakan, bahwa dalam komitmennya terhadap pemahaman atas perilaku manusia,


psikolog menghargai obyektivitas dan integritas, dan dalam menyediakan pelayanannya,
mereka mempunyai standar profesi yang tertinggi. Mereka menerima tanggung jawab untuk
konsekuensi pekerjaannya dan membuat setiap usahanya bahwa pelayanan mereka digunakan
sesuai keperluannya.

Prinsip 2: Mengenai Kompetensi Terpeliharanya

Standar kompetensi professional yang tinggi merupakan tanggung jawab yang disumbangkan
semua psikolog. Psikologi memahami lingkup kompetensi dan keterbatasan teknik-tekniknya
dan hanya menyediakan pelayanan menggunakan teknik atau pendapat secara professional
yang menghargai standar-standarmya. Psikologi menjaga pengetahuan informasi imiah dan
professional mutakhir berhubungan dengan pelayanan yang diberikannya.

Prinsip 3: Mengenai Standar Moral dan Hukum

Dalam hal perilaku yang menyangkut moral dan etik, serta legal psikolog mengakuinya
sebagai masalah pribadi yang sama dengan warga lainnya.

Prinsip 4: Mengenai Pertanyaan Publik

Pertanyaan publik pengumuman mengenai pelayanan dan aktivitas promosional untuk


membantu publik pelanggan dalam membuat pilihan dan penilaian dilandasi informasi yang
memadai.

Prinsip 5: Mengenai Konfidensialitas

Perlindungan atas informasi mengenai seseorang yang telah didapat psikolog dari proses
mengajar, praktik, atau investigasi merupakan kewajiban utama psikolog. Informasi semacam
itu tidak dikomunikasikan kepada orang lain, jika memang tidak penting.

Prinsip 6: Mengenai Kesejahteraaan Pengguna

Psikolog menghargai Integrasi dan melindungi kesejahteraan dan kelompok yang


bekerjasama dengannya. Jika terdapat konflik kepentingan antara klien dna institusi tempat
psikolog bekerja, para psikolog menjelaskan keadaan dan arah loyalitas dan tanggung jawab
mereka dari memegang teguh setiap hal yang dinyatakan mengenai komitmennya. Psikolog
secara penuh menginformasikan tujuan dan hakekat prosedur evaluasi, penanggulangan,
pendidikan, dan pelatihan. Mereka secara bebas memberitahu bahwa klien, mahasiswa, atau
partisipasi dalam riset memiliki kebebasan untuk memilih sebelum berpartisipasi.

Prinsip 7: Mengenai Relasi Profesional

Psikolog bertindak dengan angapan yang jelas mengenai kebutuhan kompetensi khusus, dan
kewajiban kolega-koleganya dalam psikologi dan profesi lain. Psikolog menghormati
prerogative, kewajiban institusi dan organisasi tempat mereka bergabung.

Prinsp 8: Mengenai Penggunaan Teknik-Teknik Asesmen

Dalam pengembangan, publikasi, dan penggunaan teknik-teknik asesmen psikologis,


psikolog mempertahankan standar APA yang relevan. Orang-orang yang diperiksa
mempunyai hak untuk mengetahui hasil, penafsiran dan jika diperlukan, data asli menjadi
dasar penilaian/keputusan. Penggunaan tes menghindari informasi yang tidak diperlukan,
tetapi menyediakan informasi yang menerangkan dasar keputusan.

Prinsip 9: Mengenai Pencarian Dalam Aktivitas Riset

Keputusan untuk melakukan riset harus didasarkan pertimbangan psikolog secara individual
tentang sumbangannya pada ilmu psikologi dan kesejarteraan manusia. Para psikolog
melaksanakan investigasi dengan menghargai orang-orang yang terlibat dan dengan
kepedulian atas harga diri dan kesejahteraannya.

- APS

Sebagaimana Kode Etik Psikologi Indonesia yang dilengkapi dengan Pedoman Pelaksanaan
Kode Etik (Himpsi, 2000), kode etik mereka juga dilengkapi panduan untuk membantu
anggota dalam menginterpretasikan dan menerapkan kode etik dalam praktek profesional
mereka. Panduan tersebut dinamakan Ethical Guidelines. Bedanya, jika pedoman kita
merupakan penjelasan dari pasal-pasal Kode Etik seperti halnya Penjelasan UUD 45
menjelaskan Batang Tubuh, Ethical Guidelines tidak menjelaskan pasal-pasal kode etik
melainkan menjabarkan secara detil aturan-aturan mengenai hal-hal khusus yang
berhubungan dengan praktek psikologi. Guidelines terbaru (APS, 2002b) berisikan 14
panduan khusus, sebagai contoh adalah panduan mengenai kerahasiaan, penggunaan tes-tes
psikologis, praktek terhadap klien-klien homoseksual dan biseksual, penggunaan prosedur
aversif, dan penanganan klien dengan kecenderungan bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai