Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sheris Vivani

NIM : 17320277

1. Hasil wawancara klien


a. Bagaimana kabar Anda selama pandemic ini?
Jawab: Kabar saya selama pandemi ini kurang baik
(klien merasa dirinya khawatir terkait pandemi saat ini, sehingga merasa dirinya
kurang baik. kekhawatiran klien juga diakibatkan pandemi yang tidak segera
berakhir dan sampai sekarang belum ditemukan bagaimana penyembuhannya
yang menjamin 100% sembuh)
b. Apakah lokasi tempat tinggal Anda termasuk daerah yang terpapar dengan
pandemi tersebut?
Jawab: alhamdulillah tidak dekat, namun jauh
(untuk hal ini, klien cukup merasa aman karena jauh daro zona rawan yang
terkena pandemi. Akan tetapi ia tetap selalu waspada jika hendak keluar tempat
tinggalnya.)
c. Coba ceritakan bagaimana Anda menanggapi situasi pandemi ini?
Jawab: Bagi saya ini tidak mudah jika belum terbiasa dengan situasi seperti ini,
karena pasti semuanya akan berubah, dari kondisi ekonomi yang awalnyabaik-
baik saja, semakin hari semakin menurun. Sistem pendidikan secara daring juga
mempersulit terutama orang tua yang anaknya masih kecil, para pekerja yang
harus Worf From Home juga pasti merasakan yang sama. Namun itu semua itu
demi kebaikan kita semua agar lekas membaik dan terbebas dadi pandemi. Jadi
harus tetap melaksanakan protokol kesehatan dan jaga jarak.
d. Bagaimana perasaan Anda selama situasi pandemi saat ini?
Jawab: Perasaan saya amburadul, ada senengnya ada juga sedihnya, tapi di rumah
terus membuat bosan.
(klien merasa susah dalam memanajemen waktu dalam membantu orang tuanya,
belajar, dan membangun usahanya seperti berjualan beberapa makanan dan
pakaian. Selain itu, ia juga merasa bosan karena rutinitas yang hanya itu-itu saja
selama dirumah saja)
e. Apakah Anda sudah mematuhi kebijakan pemerintah untuk bersosial distancing?
Jawab: Saya sudah berusaha mematuhinya.
f. Bagaimana Anda menghilangkan rasa bosan tersebut agar tetap aktif dalam
kegiatan sehari-hari?
Jawab: Mencari kegiatan yang berbeda dadi sebelumnya agar tetap produktif, jadi
bisa membuat jadwal untuk hari hari yang akan dilewati sehingga tidak hanya
diam diri dan rebahan terus terusan.
g. Apakah Anda pernah melampiaskan rasa bosan tersebut dengan merasa marah
atau tidak dapat mengontrol emosi?
Jawab: Pernah, tapi hanya sebentar dan ketika dipikir lagi itu tidak ada gunanya
malah hanya menambah beban, jadi saya lampiaskan untuk aktivitas lain seperti
membaca buku mungkin.
h. Apakah situasi pandemi sekarang ini berpengaruh pada kehidupan sosial dan
sistem perkuliahan Anda? bisa tolong ceritakan lebih lanjut?
Jawab: Sangat berpengaruh, karena jadi kurang efektif proses pembelajarannya
dan isinya bahkan bisa dibilang tugas semua bukan materi. Apalagi dengan akses
kuota yang semakin boros tanpa ada subsidi dari kampus dan bahkan biaya ukt
tidak ada keringanan.
i. Apakah Anda masih bisa berkonsentrasi secara penuh ketika sistem perkuliahan
diubah menjadi kelas daring? Bisa tolong ceritakan lebih lanjut?
Jawab: Kurang bisa berkonsentrasi karena biasanya saya sambi sambi dengan
aktivitas lainnya.
j. Bagaimana cara Anda mengatasi agar dapat berkonsentrasi lagi ketika kuliah
secara daring?
Jawab: Harus ingat tujuan kita kuliah itu apa, dan harus niat dari diri sendiri agar
tetap fokus dan tidak terlena.
k. Apa harapan Anda dengan kondisi pandemi sekarang ini?
Jawab: Harapan saya semoga segera kembali seperti dulu yang tidak ada pandemi
dan lekas membaik. Agar dunia kembali tersenyum dan bisa menikmati
keindahan alam di luar sana tanpa ada takut akan virus ini. Dan juga semoga ada
keringanan ukt dari pihak kampus yang masih belum sadar juga akan krisis
ekonomi para orang tua mahasiswa ini
2. Kesimpulan Wawancara :

Kebosanan merupakan suatu kondisi ketegangan naluriah dan sekumpulan rasa


yang tidak enak, hal tersebut dikarakteristikkan dengan rasa kesepian, berhenti tanpa
ujung dalam waktu yang dirasa tidak menyenangkan, merasa kehilangan minat
terhadap sesuatu, ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa, di mana keinginan
terhadap suatu tujuan dan objek itu ditekan (Vogel-Walcutt, Fiorella, Carper, &
Schatz, 2011; Mijolla, 2005). Kondisi kebosanan ini biasanya terjadi karena sedang
dalam situasi yang terlalu banyak aktivitas sehingga meyebabkan kelelahan mental
dan terjadi ketegangan syaraf (Pattyn, Neyt, Henederickx, & Soetens, 2008), atau juga
biasa terjadi pada kondisi yang bahkan kekurangan aktivitas (McCormick,
Funderburk, Lee, & Hale-Fought, 2005), kedua kondisi tersebut dapat menimbulkan
perasaan monoton sehingga membutuhkan ssesuatu yang dapat membangkitkan
stimulus (Bergstein, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, klien memiliki beberapa kondisi yang bisa
mengacu pada teori kebosanan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan klien yang
setiap harinya monoton, hanya melakukan kegiatan seperti biasanya tanpa ada variasi.
Selain itu klien juga merasa bosan dirumah karena tidak seperti biasanya bisa bertemu
dengan berbagai teman-temannya. Menurut wawancara itu juga, klien memiliki self-
control yang rendah, hal ini ditunjukkan dengan kesulitan ia dalam memanajemen
waktu. Untuk mengatasi kebosanan, klien sudah mencoba mengatasinya dengan
membuat jadwal agar kegiatannya tersusun sesuai rencana dan berusaha membuat
beberapa variasi agar tidak merasa monoton. Klien juga pernah merasa marah karena
rasa bosan yang ia alami selama dirumah, akan tetapi ia dapat mengatasinya dengan
baik karena ia sadar hal tersebut tidak akan bisa mengurangi rasa bosannya. Ia
mengatasi hal tersebut seperti dengan membaca buku yang dapat menghibur dirinya
agar tidak marah.
Referensi :

Bergstein, A. (2009). On Boredom: A Close Encounter with Encapsulated Parts of the


Psyche. International Journal Psychoanalysis, 90, 613-631.

McCormick, B. P., Funderburk, J. A., Lee, Y., Hale-Fought, M. (2005). Activity


Characteristics qnd Emotional Experience: Predicting Boredom…Journal of Leisure
Research, 37 (2), 236-253.

Pattyn, N., Neyt, X., Henderickx, D., Soetens, E. (2008). Psychological Investigation of
Vigilance Decrement: Boredom or Cognitive Fatigue? Psychology and Behavior, 93,
369-378. Elsevier.

Vogel-Walcut, J., J., Fiorella, L., Caper, T., Schatz, S. (2011). The Definition, Assesment,
and Mittigation of State Boredom Within Educational Setting: A Comphrehensive
Review. Educational Psychological Review, 11 (7), 1-23.

Anda mungkin juga menyukai