Pegangan Guru dan Pegangan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Tema 9 Menjelajah
Angkasa Luar
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga proposal ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga proposal penelitian ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Proposal penelitian ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposal
penelitian ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Landasan Teori………………………………………………………… 14
B. Penelitian yang Relevan………………………………………………. 66
C. Kerangka Berpikir…………………………………………………….. 67
A. Pendekatan Penelitian………………………………………………… 71
B. Tempat Penelitian…………………………………………………….. 71
C. Data dan Sumber Data Penelitian……………………………………... 72
D. Fokus Penelitian……………………………………………………….. 72
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………………………….. 73
F. Uji Validitas Data……………………………………………………… 74
G. Unit Analisis…………………………………………………………… 75
H. Teknis Analisis Data………………………………………………….... 76
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
i
BAB I
PENDAHULUAN
Berpikir merupakan hal yang biasa dilakukan oleh manusia karena manusia
tidaklah sama. Ada manusia yang kemampuan berpikirnya masih rendah, namun
juga ada manusia yang mampu berpikir tingkat tinggi. Untuk dapat berpikir
Belajar berpikir, tidak hanya dilakukan oleh manusia zaman sekarang. Sejak
zaman Yunani kuno, para putra dan putri bangsawan abad pertengahan memiliki
pembimbing yang mengajari mereka filsafat dan cara berpikir kritis (Tynan, 2005:
pengetahuan dan ujian. Kemudian saat ini menjelang abad ke-21, Menurut Tynan
(2005: 53) tuntutan perkembangan global semakin meningkat dan tidak hanya
teknologi (Wangid, Ali, Vera, & Slamet, 2014: 176). Ada beberapa tantangan
masa depan yang perlu dihadapi Indonesia. Berdasarkan paparan Wakil Menteri
1
depan yang dihadapi seperti: globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi
sektor pendidikan, dan materi TIMSS dan PISA. Untuk dapat memenuhi
kompetensi masa depan pula. Beberapa kompetensi masa depan yang perlu
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam
masyarakat global, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai bakat, dan memiliki
tingkat tinggi (Higher Order Thinking) menjadi salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh generasi masa depan. Menurut Budsankom (2015: 2640), para siswa
yang tepat dan logis sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini yang sangat
umumnya membutuhkan proses berpikir advance. Hal ini akan membantu anak
2
di Indonesia. Hal ini diperlukan karena kualitas pendidikan berpengaruh besar
yang diinisiasi oleh IEA yang dilakukan dalam rangka membandingkan prestasi
Matematika dan IPA siswa kelas 8 dan kelas 4 di beberapa Negara di dunia.
Selain TIMSS, ada juga PISA (Program for International Student Assessment)
yang melakukan tes kompetensi membaca, matematika, dan sains siswa. Tes
tersebut mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat mereka lakukan
beberapa negara dan pencapaian rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS pada
tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% siswa Indonesia kelas 8 maupun
kelas 4 hanya mampu sampai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa
Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Hasil PISA pada tahun 2011
3
tinggi pada tes kompeteni membaca, matematika, dan sains. Pada saat itu,
kesimpulan dari hasil tersebut adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan
yan diujikan (yang distandarkan) internasional. Ada beberapa topik yang belum
diajarkan pada peserta TIMSS dari Indonesia dan ada beberapa topik yang tidak
Hasil TIMSS dan PISA pada tahun 2015 menunjukkan pencapaian Indonesia
Hasil studi TIMSS pada tahun 2015 terhadap siswa kelas IV di beberapa negara.
internasional. Indonesia mendapatkan skor 397 poin untuk IPA dan matematika.
untuk IPA, dan peringkat 45 dari 50 negara untuk matematika (TIMMS & PIRLS,
2015). Hasil studi juga menunjukkan bahwa kemampuan bernalar siswa Indonesia
sedangkan skor rata-rata internasional adalah 44. Pada tingkat aplikasi, Indonesia
mendapatkan skor 24 sedangkan skor internasional adalah 48. Padahal, 74% siswa
di Indonesia mengaku telah diajarkan semua topik IPA yang diuji dalam TIMSS,
4
sedangkan Jepang yang menduduki peringkat ke 3, hanya 39% persen siswanya
yang mengaku telah diajarkan. Sedangkan survey PISA pada tahun 2015
peserta PISA (OECD, 2015: 5). Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan tahun
Berdasarkan hasil studi-studi tersebut, dapat dilihat bahwa sejak tahun 2011
kurang. Menurut Balitbang (2015), Indonesia termasuk negara yang paling lama
pendidikan Indonesia masih di bawah negara lain yang jam belajarnya lebih
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
5
mengembangkan potensi siswa secara optimal sebagai insan berbudaya dan
2013 yang berbeda dari kurikulum sebelumnya membuat para guru tidak dapat
2015), pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 baru mencapai 62,2%. Hal
pemahaman tentang kurikulum 2013 kurang. Buku guru dan siswa membantu
sesuai standar.
Buku teks merupakan komponen penting dalam kurikulum 2013. Hal ini
sejalan dengan Hsuan & Ying (2011: 93) yang menyatakan bahwa buku teks
guru dan siswa. Buku teks seharusnya dipilih untuk menunjang tujuan pendidikan,
Buku teks menjadi kunci implementasi kurikulum secara praktis di sekolah. Buku
6
teks yang baik harus sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan konsep dari
Buku teks merupakan salah satu jenis buku yang paling banyak digunakan
sebagai sumber belajar. Buku teks menurut Loveridge (Masnur Muslich, 2016:
50) adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai
bidang studi tertentu. Buku teks mengandung materi dan kegitan pembelajaran
yang dapat membantu guru mengelola proses pembelajaran dengan lebih efektif
dan efisien. Buku teks juga membantu siswa dalam mengikuti proses
Buku teks Kurikulum 2013 berbeda dari buku teks pada kurikulum-kurikulum
sebagai buku siswa dan Buku Panduan Guru sebagai buku guru. Hal ini tercantum
dalam Permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Sejalan dengan itu,
PP Nomor 13 tahun 2015 tentang perubahan kedua atas PP nomor 19 tahun 2005
menjelaskan bahwa buku teks pelajaran adalah sumber pembelajarn utama untuk
mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti. Dengan adanya peraturan ini,
7
Buku teks kurikulum 2013 memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan
kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis tematik integratif, maka buku yang
digunakan berupa buku tematik integratif. Pada sekolah menengah, mata pelajaran
yang serumpun dijadikan satu, seperti fisika, biologi, dan kimia disatukan menjadi
Ilmu Pengetahuan Alam, begitu pula untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk
jenjang Sekolah Dasar, buku ditulis secara terpadu dengan menyatukan beberapa
semester. Namun demikian, untuk mapel tertentu seperti agama berdiri sendiri
Pemerintah membuat buku siswa dan guru sebagai standar pembelajaran bagi
sekolah di seluruh Indonesia. Buku siswa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada
activity base bukan berbasis buku bacaan yang ada pada buku teks pada
umumnya. Pada setiap buku, terdapat model pembelajaran dan proyek yang akan
memuat panduan bagi guru dalam mengajarkan materi kepada siswa. Selain itu,
Pendidikan pasal 1 ayat 22 (Presiden RI, 2015: 5) Buku Panduan Guru adalah
pembelajaran. Model maupun aktifitas yang tercantum dalam buku siswa maupun
8
guru merupakan standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalam
Buku teks siswa dan buku pegangan guru menjadi buku inti yang digunakan
ini dan fokus pada peningkatan HOT siswa. Buku teks kurikulum 2013
merupakan gambaran praktis dari kurikulum 2013 dan menjadi standar minimal
contoh implementasi kurikulum 2013 di pembelajaran. Oleh karena itu, buku teks
Buku teks kurikulum 2013 seharusnya dapat melatih berpikir tingkat tinggi
Approach merupakan salah satu ciri khas kurikulum 2013 yang merupakan sebuah
pendekatan yang melatih berpikir tingkat tinggi. Sejalan dengan itu, Mendikbud
satu kriteria standar buku teks yang dapat digunakan adalah penyajian materi pada
buku teks dapat merangsang untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Berpikir
kritis dan kreatif menurut Yen, Halili (2015: 41) merupakan bagian dari berpikir
tingkat tinggi (HOT). Standar buku yang telah diterapkan seharusnya menjadi
standar minimal sebuah buku yang diciptakan untuk menjaga kualitas buku.
Pengggunaan buku teks mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan Husain (2012: 430) dan Elfika, Tandi, & Firmansyah (2014: 72) yang
telah membuat penenelitian tentang pengaruh buku teks terhadap hasil belajar
9
siswa. Pada tahun 2013, Indonesia sudah mulai menerapkan kurikulum 2013
dengan buku guru dan teks siswa menjadi buku teks utama yang digunakan dalam
berdasarkan TIMSS dan PISA yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa Indonesia
Selain dari hasil TIMSS dan PISA, tingkat keterampilan berpikir siswa yang
rendah masih ditemui pada siswa kelas VI di sekolah dasar. Berdasarkan hasil
kurikulum 2013. Pada aspek analisis, siswa masih kesulitan dalam analisis isi dan
pesan yang terkandung dalam teks yang mereka baca. Pada aspek evaluasi,
mereka belum terbiasa menilai hasil karya maupun peristiwa yang dijumpai. Pada
aspek mencipta, kreatifitas mereka dalam meembuat produk masih berpaku pada
contoh yang diberikan. Selain itu juga ditemukan banyak studi mengenai
peningkatan berpikir tingkat tinggi maupun aspek HOT pada siswa di tingkat
sekolah dasar.
kurikulum 2013 perlu dilakukan. Buku teks yang dipilih untuk di analisis pada
penelitian ini adalah buku teks tematik integratif kurikulum 2013 kelas VI tema
“Menjelajah Angkasa Luar”. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Tema
“Menjelajah Angkasa Luar” adalah tema ke 9 atau tema terakhir dalam jenjang
Sekolah Dasar. Selain itu, Tema “Menjelajah Angkasa Luar” adalah tema yang
10
mengandung materi abstrak yang tidak dapat ditemui langsung oleh siswa. Materi
tentang benda-benda luar angkasa hanya dapat ditemui siswa di buku. Siswa
hanya dapat melihat gambar luar angkasa tanpa siswa bisa berkunjung dan melihat
benda aslinya. Materi seperti ini membutuhkan penalaran dan imajinasi siswa
yang tinggi agar siswa dapat memahami materi pelajaran dengan tepat.
B. Identifikasi Masalah
1. Masih terdapat guru yang belum memahami konsep kurkulum 2013 dengan
pembelajaran.
berpikir siswa secara optimal. Hal ini berdasarkan hasil PISA yang
11
menunjukkan kemampuan berpikir tinggi siswa pada tahun 2011 hingga tahun
5. Jumlah jam belajar siswa Indonesia tinggi namun kualitas pembelajaran masih
rendah dibandingkan negara lain yang memiliki jam belajar lebih sedikit.
6. Belum diketahuinya muatan HOT dalam buku teks kurikulum 2013 kelas VI
SD/MI.
difokuskan pada muatan Higher Order Thinking (HOT) pada buku teks
1. Bagaimanakah muatan HOT pada aspek analisis pada buku guru dan siswa
2. Bagaimanakah muatan HOT pada aspek evaluasi pada buku guru dan siswa
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan adanya penelitian ini ada sebagai
berikut:
12
1. Mendeskripsikan muatan HOT pada aspek analisis pada buku guru dan siswa
2. Mendeskripsikan muatan HOT pada aspek evaluasi pada buku guru dan siswa
E. Manfaat Penelitian
berikut:
2. bagi guru, memberikan referensi kegiatan HOT yang ada pada buku teks
mengandung HOT dan lebih selektif dalam memilih buku teks yang baik.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
a. Hakikat HOT
konsep merupakan hal yang abstrak. Maka dari itu, berpikir bukanlah
kerja organ manusia berupa otak. Seberapa jauh ide dan konsep
berpikir secara disiplin dan tidak membiarkan ide dan konsep yang sedang
tujuan berupa kebenaran tentang suatu hal. Hal ini sesuai dengan pendapat
14
dengan pengertian yang lainnya hingga memperoleh kebeanara.
suatu masalah. Oleh karena itu, De Bono (1976) dalam Adun (2014)
masih rendah, namun juga ada manusia yang mampu berpikir tingkat
namun sebagian besar dari mereka perlu didukung, diajarkan dan dibantu
baru.
Berpikir tingkat tinggi atau yang juga biasa dikenal dengan istilah
15
Damrongpanit (2015: 2640) bahwa definisi HOT adalah kemampuan dan
interpretasi.
tiga kategori, yaitu: (1) transfer, (2) berpikir kritis, dan (3) pemecahan
masalah
Retensi tercapai ketika siswa dapat mengingat apa yang telah mereka
telah mereka pelajari (Anderson & Krathwohl, 2001: 63). Hal ini
16
menunjukkan bahwa transfer memiliki tingkatan berpikir lebih tinggi
dari retensi.
ini merujuk pada “top end” taksonomi Bloom yang terdiri dari analisis,
evaluasi, dan mencipta. Pada konteks ini, siswa dituntut untuk “being
konteks baru (Brookhart: 2010: 5). Konteks baru yang dimaksud adalah
Mereka tahu apa yang akan mereka lakukan ketika guru tidak hadir
dengannya.
dan mencari alasan atas apa yang mereka percaya dan mereka lakukan.
17
a) Hunting assumption (mencari asumsi), pemikiran kritis terjadi ketika
yang kita anggap sebagai bukti yang meyakinkan untuk asumsi kita
Siswa yang berpikir kritis tidak hanya sekedar langsung percaya apa
yang dikatakan gurunya ataupun meniru apa yang dilakukan orang lain,
18
lulusan untuk dimensi keterampilan. Hal ini juga tercantum dalam
yang tepat tanpa bergantung pada guru maupun tugas yang diberikan
kepadanya.
masalahnya sendiri.
19
memecahkan masalah harus bermanfaat dan berhubungan dengan
tertutup yang memiliki satu solusi maupun masalah terbuka yang dapat
memiliki banyak solusi. Masalah tertutup dapat kita lihat pada masalah
Masalah ini cenderung lebih kompleks dari masalah tertutup dan dapat
solusi yang sama tergantung pada nilai dan asumsi orang yang
memecahkannya.
Seperti yang dijelaskan oleh Barak, David & Uri (2007) bahwa HOT
kesimpulan bahwa HOT atau berpikir tingkat tinggi adalah cara berpikir
20
gagasan yang melibatkan proses berpikir kompleks untuk mencapai tujuan
kognitif menjadi enam bagian yang disusun dari yang sederhana sampai
evaluasi.
21
Taksonomi kognitif Bloom telah direvisi oleh Anderson dan Anderson
mendasar antara edisi asli dengan edisi revisi adalah pada taksonomi Bloom
edisi revisi terdapat dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan proses
1) Pengetahuan faktual, yaitu unsur dasar yang harus diketahui oleh siswa
22
4) Pengetahuan metakognitif, yaitu pengetahuan tentang kognisi pada
kata benda menjadi kata kerja untuk setia level taksonomi Selain itu, juga
terjadi perubahan nama dan hierarkis pada level 5 dan 6. Untuk lebih
dan konsep.
23
lain dan dengan keseluruhan struktur atau tujuannya. Prosesnya
elemen yang ada untuk membentuk struktur baru. Proses yang terjadi
memproduksi.
Hal ini sesuai dengan Scheg (2014: 127) dan Hansen (2012: 13) yang
Tiga level pertama termasuk dalam lower order thinking sedangkan 3 level
kegiatan harus melewati tahap yang berurutan, namun juga ada yang
c. Aspek HOT
yaitu:
24
1) Analysis (analisis), evaluation (evaluasi), dan creation (mencipta)
a) Analisis
pembelajaran.
kategori, yaitu:
25
tentang proses terjadinya petir dan mereka diberi tugas untuk
26
b) Mengevaluasi
diterima ketika didukung oleh alasan dan bukti yang kuat dan
aspek, yaitu:
27
dengan premis premisnya atau tidak, apakah data-data yang
pemanasan global.
c) Mencipta
28
sesuatu yang baru. Contoh kegiatan mencipta adalah siswa
dipaparkan.
29
(3) Producing (memproduksi), yaitu tahap ketika siswa mulai
constructing.
yang baik digunakan pada saat melakukan tugas yang bersifat analitis,
terdiri dari dua jenis, yaitu penalaran deduktif dan induktif. Schraw
khusus.
30
Berpikir kritis adalah keterampilan berpikiri yang berkaitan
dengan proses analisis dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan Conklin
secara terus menerus dan sadar menanyakan mengapa atas suatu hal.
31
strategi solusi; (4) mengidentifikasi hambatan atau informasi tambahan
yang baru, menggunakan citra yang tidak biasa untuk membuat hal
mengacu pada apa yang kita ketahui tentang kognisi kita. Hal ini
32
dan pengetahuan kondisional. Sedangkan regulasi kognisi terdiri dari tiga
menghasilkan ide yang baru dan orisinal. Sejalan dengan itu, Conklin
(2012: 14) juga berpendapat bahwa HOT terdiri dari berpikir kritis dan
sari yang sama dengan berpikir reflektif yaitu berpikir tentang berpikir
1) Analisis
mengatribusi.
2) Evaluasi
3) Berkreasi/ mencipta
33
Berpikir kreatif adalah proses mengeluarkan ide baru. Berpikir
34
menargetkan perilaku tertentu, memperkenalkan dan mempraktikkan
35
mempraktikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yan g akan
mencari bukti, mengkritik bukti, dan berpikir dengan adil. Siswa dapat
kelas dan partisipasi siswa. Hal ini akan membuat siswa lebih
umpan balik dari siswa tentang materi yang sudah mereka pahami dan
pembelajaran
36
informasi langsung dan signifikan untuk proses penilaian berbasis hasil
maupun hal lain mengenai pembelajaran. Melalui umpan balik ini, siswa
dan kinerja siswa, daripada menilai kinerja, dan yang terpenting, ini
1) Mengajukan pertanyaan
37
merangsang siswa dengan memberikan pernyataan yang dapat
berpikir siswa.
3) Berpikir kritis
4) Berpikir kreatif
kritis dan gagasan kreatif. Gagasan kritis sudah sering diperhatikan oleh
38
dan itu tidak akan terjadi hanya dengan berpkritis atas gagasan orang
5) Membuat keputusan
didapat dan telah dinilai secara kritis dan ide kreatif telah ditambahkan,
6) Keterampilan mengingat
7) Komunikasi
membangun gagasan yang lebih baik dan menarik dari apa yang mereka
39
Selain cara yang sudah dijelaskan di atas, Tajularipin S. (2015: 494)
kooperatif.
40
keterampilan HOT siswa sekaligus melakukan pembiasaan pada siswa.
konten yang akan dinilai. Periksa setiap tujuan pembelajaran yang telah
menilainya.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan saat merancang sebuah tugas,
yaitu:
41
menyeimbangkan konten materi penilaian sekaligus keseimbangan
keterampilan.
masing-masing item.
4) Hadirkan suatu hal sebagai bahan materi siswa untuk berpikir bisa
masalah.
pengantar dengan berbagai jenis item tes dan tugas penilaian kinerja.
dalam kelas.
42
6) Bedakan antara tingkat kesusahan (mudah vs susah) dan tingkat
tinggi) adalah dua hal yang berbeda. Soal pada level C1 (mengingat)
bukan berarti soal yang mudah. Begitu pula soal yang mengandung
HOT bukan berarti soal yang sulit. Hal ini memungkinkan guru untuk
terakhir adalah prinsip tambahan yang harus diikuti jika ingin menilai
HOT siswa.
Prinsip dasar yang harus dipenuhi adalah menentukan secara jelas dan
tepat apa yang akan dinilai, merancang tugas/ tes yang mengharuskan
43
yang baru untuk siswa, mengontrol tingkat kesusahan dan tingkat berpikir
secara terpisah.
merupakan salah satu hal yang berkembang dari masa ke masa. Piaget
teori Piaget:
didik SD berusia 7 tahun atau minimal 6 tahun pada 1 Juli tahun berjalan,
44
perception and action.” Pemikiran seorang anak yang berkembang ke
tahap transisi menghasilkan pemikiran yang satu langkah lebih jauh dari
abstrak adalah berpikir yang kurang terikat pada persepsi dan tindakan.
Misalnya jika A lebih besar dari B, dan B lebih besar dari C, maka A lebih
benar.
45
pada hubungan antar kategori. Seriasi adalah kemampuan mengatur item-
yang terpisah. Slavin (2011: 45) juga menyatakan bahwa pada tahap
dan cukup”
menggunakan cara berpikir induktif, deduktif, dan transitif pada hal yang
46
yang salah, namun operasional formal dapat mengesampingkan fakta
demikian, berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan oleh semua anak selama
higher order thinking dan lower order thinking (Byrnes, J.P., 2008: 14).
asosiatif antara situasi dan respon. Siswa tahu apa yang harus dilakukan
yang ditanyakan.
usia SD sudah dapat mengenal Higher Order Thinking (HOT). Hal ini
dapat dilihat dari karakteristik intelektual siswa yang sudah dapat berpikir
47
sehingga dalam pembelajaran perlu dipadukan dengan sesuatu yang
konkret.
Dunia pendidikan tidak dapat lepas dari buku. Sejak jaman dulu,
pendidikan yang sudak ada sejak jaman dulu. Hingga saat ini, buku masih
menjadi hal pokok yang harus ada dalam pendidikan. Setidaknya ada 7
jenis buku yang menurut Masnur Muslich (2010: 24) dapat dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan yaitu: (1) buku acuan, (2) buku pegangan, (3)
buku teks atau buku pelajaran, (4) buku latihan, (5) buku kerja atau buku
kegiatan, (6) buku catatan, dan (7) buku bacaan. Masing-masing buku
teks atau yang memiliki istilah asing “textbook” ini dapat disebut dengan
istilah buku pelajaran. Sejalan dengan itu, Tarigan & Tarigan (2009: 13-
14) menyebutkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang
studi tertentu yang merupakan buku standar, disusun oleh para pakar
dengan sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para
48
pemakainya di sekolah hingga menunjang suatu program pembelajaran.
Buku teks disebut sebagai buku pelajaran karena buku teks pada umumnya
berisi tentang materi suatu mata pelajaran atau bidang studi tertentu.
Misalnya buku teks matematika berisi tentang materi matematika dan buku
teks IPA berisi materi IPA. Masnur Muslich (2010: 50) memperkuat
yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu,
ditentukan.
dasar dan kompetensi inti. Sebagai sumber pembelajaran utama, buku teks
oleh pendapat Kraja (2012: 217) yang menjelaskan bahwa buku teks
pendidikan generasi masa depan. Pentingnya peran buku teks dalam dunia
49
pendidikan, maka pemerintah membuat buku standar yang disesuaikan
utama.
pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari
digunakan oleh peserta didik untuk belajar. Isi buku teks harus disesuaikan
Dari beberapa poin di atas, maka dapat disimpulkan bahwa buku teks
50
membantu siswa mempelajari materi atau menguasai kompetensi melalui
1) buku ajar harus dapat menarik minat anak-anak, yaitu siswa yang
memakainya;
memakainya;
3) buku ajar harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang
memanfaatkannya;
51
7) buku ajar harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
8) buku ajar harus mempunyai sudut pandang atau point of view yang
jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang
Berdasarkan poin di atas, buku ajar yang baik adalah buku yang
dibutuhkan pada saat ini adalah buku teks yang dapat menstimulasi dan
Selain itu, buku teks juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang
berlaku baik susunannya maupun materi yang ada di dalamnya. Hal ini
buku teks yang digunakan pun harus disusun dan terbagi menjadi beberapa
buku teks yang digunakan pun disusun dan terbagi menjadi beberapa tema
meskipun dalam satu tema memuat materi dari berbagai mata pelajaran.
52
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dibuat untnuk menghadapi
tingkat tinggi. Oleh karena itu, buku yang disediakan juga seharusnya
telah ditetapkan. Jika buku teks terlalu rumit terlalu sederhana, maka
Shah & Sultan, 2015: 80). Buku teks yang ideal harus sesuai dengan
evaluasi terhadap buku teks untuk memastikan apakah sudah sesuai atau
tidak.
Buku teks yang baik mampu membuat siswa melakukan pesan yang
terdapat di dalamya. Hal ini sejalan dengan Fatima, Shah, & Sultan (2015:
80) yang menyatakan bahwa isi buku teks seharusnya dapat cukup
model terbaik untuk memberikan pembelajaran. Buku teks yang baik tidak
53
membatasi penggunanya dengan materi yang ada di dalamnya. Namun,
Hsuan & Ying (2011: 93) menyatakan bahwa buku teks yang baik harus
mengarahkan guru dan siswa di keluar dari buku ke berbagai materi lain
akan memberikan peluang guru atau siswa untuk mengenal hal yang lebih
penggunannya dari segi fisik maupun isi. Buku teks yang ideal juga tidak
dan tidak biasa agar tidak sempat membingungkan para siswa yang
menggunakannya. Buku teks yang ideal digunakan untuk saat ini harus
Buku teks menjadi hal yang penting bagi berbagai kalangan baik
siswa, guru, maupun orang tua. Buku teks mengandung substansi materi
pelajaran dan cara belajarnya. Selain itu, buku teks juga berpengaruh
54
untuk membantu dan memberikan arahan kepada anaknya pada saat siswa
memahami lebih baik daya serap sang anak dan kemajuan belajarnya.
teks membantu guru melatih keterampilan. Buku teks yang baik menurut
mengetahui materi dominan yang akan meraka ajarkan. Buku teks dapat
menjadi alat yang efektif untuk mencapai kompetensi yang ada dalam
teks. Tidak hanya itu, buku teks yang baik juga mencantumkan tata cara
maupun oleh siswa. Dari sudut pandang guru, buku teks membantu guru
yang krusial yang mendasari keputusan guru tentang apa yang harus
oleh peserta didik (Alavinia & Sidayat, 2013: 50). Buku teks menyajikan
55
berbagai informasi terkait materi yang dipelajari yang sudah disesuaikan
dengan kurikulum.
Wang, Lin & Lee (2011: 91) menyatakan bahwa buku teks menyediakan
bimbingan bagi guru pemula dalam kursus dan desain. Hal ini akan
yang terdapat dalam buku teks membantu guru pemula untuk mendesain
standar yang sudah ditetapkan. Informasi yang terdapat di dalam buku teks
tidak hanya berupa fakta, data, dan informasi lainnya namun juga terdapat
teks fiksi, fairy tales dan cerita-cerita (Pingel, 2010: 7). Tak jarang
informasi di dalam buku teks memiliki makna eksplisit tentang aturan dan
terhadap peserta didik. Menurut Masnur muslich (2016: 5), buku teks
sama antara siswa satu dengan lainnya. Dengan membaca buku teks,
siswa akan terdorong untuk berpikir dan berbuat seperti yang ada dalam
56
Buku teks merupakan sumber pengetahuan utama pada saat
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahour & Ahmadi (2012:
195) yang menyatakan bahwa buku teks adalah sumber utama yang bisa
cara yang mudah dan terorganisir. Isi buku teks yang tertata dan
bahwa Buku teks adalah sumber yang efektif untuk pembelajaran mandiri,
sumber yang efektif untuk menyajikan materi oleh guru, sumber ide dan
menyatakan bahwa fakta bahwa buku teks yang hampir digunakan secara
buku teks dan penggunaannya sering menjadi pusat kegiatan kelas dan
sekolah. Hsuan & Ying (2011: 93) menyatakan bahwa buku teks harus
57
kebutuhan siswa dan berkontribusi terhadap keberlangsungan kurikulum.
Hal ini sejalan dengan Hedgcock & Ferris (2009: 136) yang menyatakan
buku teks memiliki manfaat bagi siswa, guru, sekolah. Manfaat bagi siswa
adalah buku teks dapat membantu siswa mempelajari materi baik dalam
pendidikan di sekolah.
yang berlaku dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini. Kurikulum ini
lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Kurikulum 2013
58
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman yang
karena itu, buku teks yang digunakan pada saat KTSP berlaku disusun
maupun antar mata pelajaran (Setyawan, W.W., & Ali M. (2015: 110).
sebagai bentuk integrasi antar mata pelajaran sehingga buku teks yang
berubah. Perubahan ini berlaku secara nasional untuk sekolah yang sudah
59
Fenomena ini sesuai dengan pendapat Williams (2014: 2) yang
2013 yang terdiri dari buku pegangan guru dan buku teks siswa. Buku
60
masing-masing muatan mata pelajaran yang harus dicapai;
dikuasai siswa.
61
Kemendikbud (2013), pendekatan saintifik yang tercantum
Buku guru memiliki informasi yang lebih lengkap dari buku siswa.
Berikut ini adalah beberapa hal yang ada di dalam buku guru:
a) Panduan Penilaian
pembelajaran.
62
pembiasaan-pembiasaan kompetensi tersebut selama proses
pembelajaran berlangsung.
dasar ini berasal dari kompetensi inti 3 dan 4 yang harus dicapai
63
disusun untuk memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman
kemendikbud (2013):
pembelajaran
orang tua”.
64
Buku siswa dapat digunakan sebagai lembar kerja siswa. Pada
pembelajaran siswa.
siswa yang terdapat di dalam buku. Selain itu, guru juga dapat
65
melihat jejak belajar siswa selama mengikuti pembelajaran di
masing-masing jenjang.
Penelitian ini tentang analisis muatan Higher Order Thinking (HOT) pada
buku pegangan guru dan buku teks siswa kurikulum 2013 Tema Menjelajah
Angkasa Luar kelas VI sekolah dasar. Penelitian yang relevan dengan penelitian
tingkat tinggi berdasarkan Taksonomi Bloom edisi revisi dalam pertanyaan esai
latihan membaca “Pathway to English Textbok” untuk siswa SMA kelas XI. Hasil
tidak seimbang. Penelitian ini memiliki kesamaan bentuk analisis yaitu analisis
konten. Variable penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu muatan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada buku teks siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Anatri (2015) tentang analisis IPA dan
pembelajaran berpikir tingkat tinggi dalam buku siswa kelas IV SD tema 3 non
tinggi namun pada soal latihan akhir sub tema hanya terdapat sedikit soal yang
penelitian, variable penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang akan
66
dilakukan yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi pada buku teks siswa
kurikulum 2013. Hanya saja buku yang dipilih adalah terbitan non kemendikbud.
tentang High Order Thinking Skills (HOTS) pada reading exercises di buku
English for Palestine Grade 8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HOTS
pada latihan reading comprehension di dalam buku tersebut tidak tercakup dan
didistribusikan dengan baik. Penelitian ini memiliki variabel yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu berpikir tingkat tinggi. Meskipun analisis
dilakukan pada buku teks, namun penelitian ini berfokus pada bagian reading
exercises sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan berfokus pada kegiatan
C. Kerangka Pikir
Masa depan menjadi hal yang selalu dinamis. Keadaan ini membuat setiap
orang untuk selalu menyesuaikan diri untuk menghadapi masa depan. Ada
industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi sektor pendidikan, dan materi
TIMSS dan PISA. Untuk dapat memenuhi tantangan masa depan tersebut maka
67
berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki generasi masa depan adalah
perlu diajarkan kepada generasi bangsa sejak dini. Oleh karena itu, di jenjang
sekolah dasar seharusnya siswa sudah diajarkan bagaimana berpikir tingkat tinggi.
Namun pada kenyataannya, masih ditemukan siswa sekolah dasar yang belum
mampu mengerjakan tugas maupun soal yang mengandung HOT meskipun dalam
Salah satu yang berperan penting dalam pembelajaran adalah buku teks. Buku
kurikulum 2013 yang terdiri dari buku pegangan guru dan buku teks siswa
HOT pada buku teks membantu siswa membiasakan diri untuk berpikir tingkat
68
tinggi. Pembiasaan berpikir tingkat tinggi ini akan mendorong tercapainya tujuan
pendidikan nasional yang selama ini masih belum tercapai secara optimal.
tentang HOT pada buku pegangan guru dan buku teks siswa kurikulum 2013 yang
Gambaran kerangka bagan kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
bagan berikut:
Fakta di Lapangan
Kondisi Ideal
Siswa di sekolah belum memiliki
Tantangan revolusi keterampilan berpikir tinggi yang cukup.
industri 4.0 menuntut Mereka kesusahan dalam menghadapi
adanya kemampuan masa tugas maupun soal yang mengandung
depan yang mampu HOT. Selain itu. Pembelajaran di sekolah
berpikir tingkat tinggi belum mencakup kegaitan yang mampu
merangsang HOT siswa.
69
D. Pertanyaan Penelitian
sebagai berikut:
buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah Angkasa Luar?
buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah Angkasa Luar?
buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah Angkasa Luar?
merumuskan pada buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah
Angkasa Luar?
merencanakan pada buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah
Angkasa Luar?
memproduksi pada buku guru dan siswa Kurikulum 2013 tema Menjelajah
Angkasa Luar?
70
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
(Moleong, 2009: 6). Fenomena atau gejala apapun dapat menjadi topik dalam
penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Yin yang menyatakan (2015:
3) bahwa hampir setiap kejadian di dunia nyata dapat menjadi topik dalam
penelitian kualitatif. Adapun hal yang diangkat dalam penelitian ini adalah muatan
High Order Thinking dalam buku teks guru dan siswa kurikulum 2013.
teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang dapat ditiru dan valid berdasar
sama pada konteks yang sama meskipun penelitian dilakukan oleh orang lain.
B. Setting Penelitian
dokumen berupa buku pegangan guru dan buku teks siswa tematik integratif
71
kurikulum 2013 tema Menjelajah Angkasa Luar untuk kelas VI SD/MI Semester
II. Buku teks yang dianalisis merupakan buku teks kurikulum 2013 terbitan dari
C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah buku teks siswa dan buku pegangan
guru kurikulum 2013 kelas VI SD/MI edisi revisi 2018 yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini mengkaji dua buku, yaitu
buku teks siswa dan buku pegangan guru tema ke 9 (Menjelajah Angkasa Luar)
D. Definisi Operasional
High Order Thinking (HOT) atau berpikir tingkat tinggi adalah proses mental
adalah melibatkan proses berpikir lain tidak hanya sekedar mengingat, namun
dan mencipta.
72
pengintegrasian materi ajar, teknik penilaia, penggunaan buku soswa, serta
Buku siswa kurikulum 2013 adalah buku teks yang diperuntukkan bagi siswa
yang cermat terhadap buku guru dan siswa kurikulum 2013 kelas VI SD/MI
temuan yang didapatkan ditulis secara cermat selama membaca. Temuan yang
dimaksud berupa muatan (Higher Order Thinking) HOT di dalam buku teks
tersebut.
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti itu sendiri sebagai human
73
terkumpul. Lembar analisis yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan kisi-kisi hasil sintesis teori tentang Higher Order Thinking (HOT)
yang telah dijabarkan dalam landasan teori. Berikut adalah kisi-kisi instrumen
No Aspek Indikator
Membedakan
1. Analisis Mengorganisasi
Mengatribusi
Memeriksa
2. Evaluasi
Mengkritik
Merumuskan
3. Berkreasi/ Mencipta Merencanakan
Memproduksi
F. Keabsahan Dokumen
validitas yang mengetengahkan sejauh mana kategori dari analisis teks sesuai
yang dipilih. Analisis kategori teks adalah bentuk proses HOT yang ditemukan
pada buku teks, sedangkan konteks yang dipilih adalah proses HOT yang ada.
dalam pemeriksaan lembar analisis dokumen dalam penelitian ini adalan Dr.
74
Reliabilitas dalam penelitian ini adalah reliabilitas stabilitas (stability) dan
yang konsisten terhadap data yang berhubungan dengan aspek yang diteliti.
Pencatatan dan pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang konsisten mengenai muatan HOT yang terdapat dalam
buku.
teman sejawat. Teman sejawat yang dimaksud adalah orang yang memiliki
G. Unit Analisis
Unit analisis adalah apa yang diobservasi dan dianggap sebagai data. Unit
analisis penelitian ini adalah unsur teks dan gambar dalam buku pegangan guru
dan buku teks siswa kurikulum 2013 tema 9 Menjelajah Angkasa Luar edisi revisi
75
H. Teknik Analisis Data
Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam analisis isi. Tahapan-
tahapan analisis isi dalam penelitian ini berdasarkan langkah-langkah analisis isi
kepentingan penelitian yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain
yang dapat diobservasi lebih lanjut. Unit adalah objek penelitian yang dapat
diukur dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan
pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Pada tahap ini, pengumpulan data
kemudian ditentukan yaitu berupa unsur teks dan gambar dalam buku teks
tersebut.
semua jenis unit yang ada untuk mengumpulkan unit-unit yang memiliki tema
76
Sampel digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti. Tahap
ini dilakukan dengan memfokuskan pada muatan HOT pada buku teks
Angkasa.
Oleh karena itu, pencatatan berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca atau
pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu
unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar
terkandung dalam pada buku teks Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas VI
4. Reducing (Reduksi)
Tahap reducing atau reduksi data tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan
unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas. Reduksi data dalam
penelitian ini dilakukan selama tahap analisis data. Reduksi dilakukan dengan
pertanyaan penelitian.
77
5. Inferring (Penarikan Kesimpulan)
menanalisa data lebih jauh dengan mencari makna data unit-unti yang ada.
hasil analisis.
6. Naratting (Narasi)
informasi penting bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau
lebih lanjut dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada
78
DAFTAR PUSTAKA
Anasy, Z. (2015). HOTS (Higher Order Thinking Skill) in Reading Exercise. Tarbiya:
journal of educatioan in muslim society, 3(1), 51-63.
Anderson, L.W., & Krathwohl, D. R. (Ed.). (2001). A taxonomy for learning, teaching,
and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives (Abridged
ed.). New York: Longman.
Andi Prastowo. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Ahour, T., & Ahmadi, E. (2012). Retrospective evaluation of textbook “Summit 2B” for
its suitability for EFL undergraduate students. Journal of Education and Social
Research, 2(5), 195-202.
Alavinia, P., & Sidayat M. (2013). Comparative Study of English Textbooks used in
Iranian Institutes. International Journal of Asian Social Science, 3(1), 150-170.
Badan Penelitian dan Pengembangan RI. (2015). Laporan hasil TIMSS 2015.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved from
https://kemdikbud.go.id/main/files/download/9899b657b50db1a.
Ball, A.L., & Garton, B.L. (2005). Modelling higher order thinking: The alignment
between objectives, classroom discourse, and assessments. Journal of Agricultural
Education, 46(2), 58-69.
Barak, M., David, C.B., & Uri, Z.. (2007). Purposely teaching for the promotion of
Higher order thinking skills: A case of critical thinking. Research Science
Education, 37(4), 352-369.
Brookfield, S.D. (2012). Teaching for critical thinking: Tool and techniques to help
students question their assumptions. San Fransisco: Jossey-Bass.
Brookhart, S.M. (2010). How to access high-order thinking skills in your classroom.
Virginia: ASCD.
Budsankom, P., Sawangboon, T., Damrongpanit, S., et al. (2015). Factors affecting
higher order thinking skills of student: a meta-analytic structural equation modeling
study. Academic Journals, 10(19), 2640-2652.
Byrnes, J.P. (2008). Cognitive development and learning in instructional contexts.
Boston: Pearson Education, Inc.
Conklin, W. (2011). High order thinking skills to develop 21st century learners.
Huntington Beach: Shell education.
Desstya, A. (2015). IPA dan pembelajaran berpikir tingkat tinggi (Telaah Buku Siswa SD
Kelas IV Tema 3, Karya Much. Azam, dkk). Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains (SNPS), Surakarta, 259-266
Elfika, Tandi H. Y., & Firmansyah, A. (2014). Penggunaan buku paket terhadap prestasi
belajar siswa kelas IV SDN Inpres 1 Tondo. Elementary School of Education E-
Journal, 2(2), 63-72. https://doi.org/10.22487/jd.v2i2.2828
Fatima, G., Shah, S.K., & Sultan, H. (2015). Textbook analysis and evaluation of 7th &
8th grade in Pakistani context. International Journal of English Language
Teaching, 3(4), 79-97.
Friesen, N. (2017). The textbook and the lecture: education in the age of new media.
Maryland: Johns Hopkins University Press.
Hedgcock, J.S. & Ferris, D. R. (2009). Teaching readers of English:students, text, and
contexts. New York: Routledge.
Heong, Y.M., Othman, W. D., Yunos, J. B. M., Kiong, T.T., Hassan, R.B., & Mohamad,
M.M.B. (2011). The level of Morzano higher order thinking skills among technical
education students. International Journal of Social and Humanity, 1(2), 121-125.
Hickman H. & Porfilio, B.J. (ed.). (2012). The new politics of the textbook:
problematixing the portrayal of marginalized groups in textbooks. Rotterdam:
Sense Publishers.
Hsuan, F. H., & Ying, T. H. (2011). Improving the textbook adoption process in Taiwan.
International Education Studies, 4(4), 92-98.