Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUM ENDOKRIN

Nama : Citra Latisia

Nim : 1911304107

Kelompok : B3

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
A. Judul Praktikum
Pemeriksaan Laboratorium HbA1c
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan HbA1c
C. Dasar Teori
Hemoglobin A1c atau HbA1c adalah komponen minor dari hemoglobin yang
berikatan dengan glukosa. HbA1c disebut sebagai glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi
atau glycohemoglobin. Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen yang memberikan
warna merah pada sel darah merah dan juga merupakan protein dominan dalam sel darah
merah ( Airin Que, 2013 ).
Hemoglobin A1c adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada
rantai HbA0, membentuk suatu modifikasi post translasi sehingga glukosa bersatu dengan
kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai β hemoglobin. Schiff base yang
dihasilkan bersifat tidak stabil, kemudian melalui suatu penyusunan ulang yang ireversibel
membentuk suatu ketoamin yang stabil. Glikasi dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari
hemoglobin rantai α dan β, glikohemoglobin total atau total hemoglobin terglikasi yang
dapat diukur, dikenal dengan HbA1c. Glikasi hemoglobin tidak dikatalisis oleh enzim,
tetapi melalui reaksi kimia akibat paparan glukosa yang beredar dalam darah pada sel
eritrosit. Laju sintesis HbA1c merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat pada
eritrosit selama pemaparan. Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah
dan usia eritrosit, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi
HbA1c dan rata-rata kadar glukosa darah ( Sri Rahayu P, 2014 ).
Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur persentasi hemoglobin sel darah
merah yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk
dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi. Pada orang yang tidak menderita diabetes,
kadar HbA1c berkisar antara 4,5 sampai 6%. Jika kadarnya 6,5% atau lebih pada dua
pemeriksaanterpisah, maka kemungkinan orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara
6 sampai 6,5%menunjukkan keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak
terkontrol dalam waktuyang lama biasanya memiliki kadar HbA1c lebih dari 9%
sedangkan target pengobatanadalah kadar HbA1c sebesar 7% atau kurang (Githafas,
2010).
D. Metode
Spesimen yang digunakan untuk pengukuran HbA1c adalah : darah kapiler atau
vena dengan antikoagulan (EDTA, sitrat, atau heparin). Hindari terjadinya hemolisis
selama pengumpulan sampel. Batasan asupan karbohidrat sebelum dilakukan uji
laboratorium sifatnya dianjurkan.
Metode Kromatografi Pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography)
Prinsip dari metode ini adalah titik isoelektrik HbA1c lebih rendah dan lebih cepat
bermigrasi dibandingkan komponen Hb lainnya. Apabila menggunakan metode ini
harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion dan pH dari buffer
(Widijantidan Ratulangi, 2011). Kelemahan dari metode ini adalah adanya interferensi
variabel dari hemoglobinopati, HbF dan carbamylated Hb (HbC) yang bisa memberikan
hasil negatif palsu. Keuntungan metode ini adalah dapat memeriksa kromatogram Hb
varian dengan tingkat presisi yang tinggi (Harefa, 2011)
E. Hasil dan Pembahasan
Pemeriksaan HbA1c ini bertujuan untuk kontrol kadar gula darah jangka panjang,
sehingga dapat melihat risiko, dan efektivitas terapi obat yang diberikan.
Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar rata-rata glukosa darah 30 hari
sebelumnya merupakan kontributor utama HbA1c. Kontribusi bulanan rata-rata glukosa
darah terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari terakhir, 25% dari 30-60 hari sebelumnya
dan 25% dari 60-120 hari sebelumnya. Hubungan langsung antara HbA1c dan rata-rata
glukosa darah terjadi karena eritrosit terus menerus terglikasi selama 120 hari masa
hidupnya dan laju pembentukan glikohemoglobin setara dengan konsentrasi glukosa darah,
oleh sebab itu pengukuran HbA1c penting untuk kontrol jangka panjang status glikemi
pada pasien diabetes.
Nilai Rujukan
Orang normal : 4,0 – 6,0 %
DM terkontrol baik : kurang dari 7,0%
DM terkontrol kurang baik : 7,0 – 8,0%
DM tidak terkontrol : > 8,0%
Nilai rujukan dapat berlainan di setiap laboratorium tergantung metode yang digunakan.
Tidak terlalu banyak hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam penanganan
pemeriksaan HbA1c karena pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja tanpa pasien
diwajibkan melakukan puasa terlebih dahulu dan tidak dipengaruhi oleh makanan, obat-
obatan serta emosi pasien. Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada saat
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan HbA1c, biasanya untuk mengetahui kadar
gula seseorang dilakukan cek darah di jari, tetapi untuk melakukan diagnosis diabetes
dengan pemeriksaan HbA1c, darah yang diambil berasal dari pembuluh darah di lengan
bukan di jari. Selain itu proses penyimpanan sampel darah setelah diambil dari tubuh
pasien harus disimpan dalam tabung atau tube yang steril dan diletakkan pada suhu kamar
tidak boleh disimpan dalam lemari es serta tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Apabila
baru dipergunakan setelah 24 jam maka perlu ditambahkan pengawet seperti EDTA dan
heparin sebagai antikoagulan.
 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
1. Anemia dapat menyebabkan hasil uji yang rendah
2. Hemolisis spesimen dapat menyebabkan hasil uji yang tidak akurat
3. Terapi heparin dapat menyebabkan hasil positif palsu.
4. Setelah transfuse darah hasil pembacaan HbA1c mungkin berubah.
5. Kenaikan kadar HbF pada talasemia dapat menyulitkan interpretasi.
F. Kesimpulan
Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan kapan saja
tanpa pasien diwajibkan melakukan puasa terlebih dahulu dan pada saat pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan HbA1c, darah yang diambil berasal dari pembuluh darah
di lengan bukan di jari.
G. Daftar Pustaka
Airin,Q.,I Wayan,PSY.,A.A.Wiradewi ,L.2013. Gambaran Hasil Pemeriksaan Kadar
HbA1c Pada Penderita Diabetes Melitus di Laboratorium RSU Surya Husadha
Tahun 2013.Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Githafas. 2010. Pemeriksaan HbA1c Pada Penderita Diabetes.
Harefa, E. 2011. HbA1c Standardization and Recent Updates. Prodia Laboratories.
Makassar.
Sri Rahayu,P.,Harsinem,S.2014. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c pada Pengelolaan
Diabetes Melitus. Sub bagian Endoktrin Metabolik Diabetes Bagian Ilmu Penyakit
Dalam. Fakultas Kedokteran universitas Hasanudin,Makasar.
Widijanti & Ratulangi, B.T. 2011. Jenis Pemeriksaan yang Harus Dilakukan Penderita
Diabetes. Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar FK Unibraw.
Malang.

Anda mungkin juga menyukai