Anda di halaman 1dari 12

i

USUL FIQHI
SUMBER HUKUM ISLAM
(Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Usul Fiqhi Pada
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Akuntansi Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone
OLEH :
KELOMPOK VII

NUR AULIA ASRANI


622022021001
MERI
622022021013

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2021
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Usul Fiqhi. Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta
para ummatnya termasuk kita semua. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing dan semua yang ikut serta dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Madzhab As-Sahabiy, Al-
Istishhab dan Sadd Adz Dzariah” dimana akan di jelaskan dalam makalah ini
dengan semaksimal mungkin. Kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat
membantu penunjangan pengetahuan mengenai sunnah/hadits.
Penulis pun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah milik sang pencipta Allah SWT.
Oleh karena itu, kami sangat berharap kritik dan masukan atau saran dari berbagai
pihak untuk pengembangan makalah ini dan semoga dengan selesainya makalah
ini dapat berguna bagi pembaca.

Watampone, 29 November 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah


B. Kedudukan Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah
C. Macam-Macam Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usul Fiqh sebagai disiplin ilmu mandiri adalah ilmu yang
menerangkantentang kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasan yang dapat
mengantarkan pada penggalian hukum syari’ah amaliyah dari dailil-dalilnya
yang terperinci. Salah satu objek kajian Usul Fiqh adalah sumber dan dalil
hukum syar’i.
Al-Qur’an dan As Sunnah merupakan sumber hukum syar’i dan juga
disebut pula dalil (petunjuk) utama hukum islam. Selain Al-Qur’an dan As
Sunnah adapun dalil-dalil pendukung seperti yang akan kami jelaskan pada
makalah ini yakni “Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz
Dzariah”.
Adanya sumber hukum yang masih diperdebatkan karena perbedaan
metode atau tata cara merumuskan hukum atas suatu perbuatan atau
permasalahan, terutama pada perbuatan atau masalah yang tidak disebutkan
dan diatur secara rinci dalam Al-Qur’an dan As Sunnah/Hadits.
Dalam makalah ini kita akan terfokus membahas tentang sumber
hukum islam yakni Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz
Dzariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah?
2. Bagaimana kedudukan Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz
Dzariah?
3. Apa macam-macam Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz
Dzariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd
Adz Dzariah.

1
2

2. Untuk mengetahui kedudukan Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan


Sadd Adz Dzariah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan
Sadd Adz Dzariah.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah
1. Pengertian Madzhab As-Sahabiy
Menurut sebagian ulama Usul Fiqh mengatakan bahwa yang
dimaksud Madzhab As-Sahabiy yaitu, pendapat hukum yang dikemukakan
oleh seorang atau beberapa sahabat Rasulullah secara individu, tentang suatu
hukum syara’ yang tidak terdapat ketentuannya dalam Al-Qur’an maupun
sunnah Rasulullah Saw. Sedangkan Madzhab As-Sahabiy itu sendiri
menunjuk pengertian pendapat hukum para sahabat secara keseluruhan
tentang suatu hukum syara’ yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah,
dimana pendapat para sahabat tersebut merupakan hasil kesepakatan diantara
mereka.
Namun ada juga pendapat lain yang memberikan definisi Madzhab
As-Sahabiy tersebut. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud Madzhab As-
Sahabiy adalah fatwa sahabat secara perorangan. Maksudnya adalah fatwa itu
mengandung suatu keterangan atau penjelasan tentang hukum syara’ yang
dihasilkan melalui usaha ijtihad.
2. Pengertian Al-Istishhab
Istishab secara lughawy (etimologi) berasal dari kata is-tash-ha-ba (
‫حب‬AA‫ )استص‬dalam sighat istif’al (‫تفعال‬AA‫ )اس‬yang artinya ‫حابة‬AA‫( طلب الص‬mencari
persahabatan)[6], ‫حابة‬AA‫ار الص‬AA‫( اعتب‬menganggap bersahabat),[7] dan ‫حبة‬AA‫طلب الص‬
(mencari teman). Suhbah dimaknai dengan membandingkan sesuatu
kemudian mendekatkannya. Dengan demikian, secara lughowy (etimologi),
dipahami bahwa istishab yaitu mendekatkan suatu peristiwa dengan hukum
tertentu dengan peristiwa lainnya, sehingga keduanya dinilai sama status
hukumnya.
3. Pengertian Sadd Adz Dzariah
Secara etimologis kata sadd adz-dzari’ahmerupakanbentukfrase
(idhafah)yang terdiridaridua kata, yaitu sadddan adz-dzari’ah .Secara
etimologis, kata assadd merupakan kata benda abstrak (mashdar) dari.َKata

4
4

as-sadd tersebut berarti menutup sesuatu yang cacat atau rusak dan menimbun
lobang. Sedangkan adz-dzari’ahmerupakan kata benda (isim) bentuktunggal
yang berartijalan, sarana (wasilah) dan sebab terjadinya sesuatu.
Sedangkan secara terminologis kata sadd adz-dzariah dikalangan ahli
usul diartikan “ jalan yang menjadi perantaraan dan jalan kepada sesuatu yang
dilarang” menurut Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah, jalan atau perantara
tersebut bisa berbentuk sesuatu yang dilarang maupun yang dibolehkan.
Dari berbagai pandanmgan di atas bisa dipahami bahwa sadd adz-
dzariah adalah menetapkan hukum larangan atas suatu perbuatan tertentu
yang pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk mencegah
terjadinya perbuatan lain yang dilarang.
B. Kedudukan Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz Dzariah
1. Kedudukan Madzhab As-Sahabiy
Kedudukan madzhab shahabi sebagai sumber hukum dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:Madzhab shahabi yang berdasarkan sunah rasul wajib
ditaati, madzhab shahabi yangberdasarkan ijtihad dan sudah mereka sepakati.
Ijma’ shahabi dapat dijadikan hujjah danwajib ditaati, madzhab
shahabi yang tidak mereka sepakati tidak bisa dijadikan hujjah dantidak wajib
ditaati.Menurut jumhur ulama, sahabat adalah orang yang bertemu dengan
Rasulullah Saw. Sertaiman kepadanya, dan bersamanya dalam waktu yang
cukup lama, dan ketika meninggaltetap dalam keadaan beriman. Dalam
madzhab shahabi terdapat kehujjahan madzhab.Salah satunya adalah
kehujjahan madzhab shahabi menurut Imam Syafi’i.
Kehujjahan di sini membahas tentang perbedaan pendapat ulama di
antaranya adalah, menurut jumhur ulama, dari kalangan Hanafiyyah, Imam
Malik, Asy-Syafi’I yang merupakanhujja.
2. Kedudukan Al-Istishhab
Istishhab adalah kahir dalil syra’ yang dujadikan tempat kembali para
mujtahid untuk mengetahui hukum secara peristiwa yang dihadapinya. Ulama
Usul berkata “sesungguhnya istishhab adalah tempat beredar fatwa”. Yaitu
mengetahui sesuatu menurut hukum yang telah ditetapkan baginya selama
5

tidak terdapat dalil yang mengubahnya. Ini adalah teori dalam pengambilan
dalil yang telah menjadi kebiasaan dan tradisi manusi dalam mengola
berbagai kektetapan untuk mereka.
3. Kedudukan Sadd Adz Dzariah
Para ulama berbeda pendapat dalam penggunaan adz-dzariah sebagai
salah satu pendekatan ijtihad dalam rangka penetapan hukum islam sebagai
perwujudan bahwa hukum islam bertujuan untuk terealisasinya kesejahtraan
manusia.
Imam Al-Qarafi menyatakan bahwa Imam Malik menggunakan sadd
adz-dzariah tidaklah seorang diri dan juga bukan khususiatnya. Tetapi
sebenarnya setiap ulamaitu memakainya, hanya saja tidak dikatakan sadd
adz-dzariah, mereka menamakannya dengan ijma’. Seperti mereka melarang
penggalian sumur (lubang) di tempat yang dijadikan lalu lintas orang-orang
Islam. Dilarang mencaci (mencela) makanan yang akan dimakan dan mencaci
patung yang menyebabkan orang kafir mencela Allah SWT. Abu Zahrah
menyatakan, bahwa sadd adz-dzariah adalah salah satu dasar pertimbangan
Imam Malik dalam menetapkan hukum islam.
C. Macam-Macam Madzhab As-Sahabiy, Al-Istishhab dan Sadd Adz
Dzariah
1. Macam-Macam Madzhab As-Sahabiy
a. Perkataan sahabat terhadap hal-hal yang tidak termasuk objek
ijtihad.
Dalam hal ini para ulama semuanya sepakat bahwa perkataan
sahabat bisa dijadikan hujjah. Karena kemungkinan sima’ dari Nabi
SAW sangat besar, sehingga perkataan sahabat dalam hal ini bisa
termasuk dalam kategori al-sunnah. Meskipun perkataan ini adalah
hadits mauquf. Pendapat ini dikuatkan oleh imam as-Sarkhasi dan
beliau memberikan contoh perkataan sahabat dalam hal-hal yang
tidak bisa dijadikan objek ijtihad seperti, perkataan Ali bahwa
jumlah mahar yang terkecil adalah sepuluh dirham, perkataan Anas
6

bahwa paling sedikit haid seseorang wanita adalah tiga hari


sedangkan paling banyak adalah sepuluh hari.
b. Perkataan sahabat yang disepakati oleh sahabat yang lain.
Dalam hal ini perkataan sahabat adalah hujjah karena masuk dalam
kategori ijma’.
c. Perkataan sahabat yang tersebar di antara para sahabat yang
lainnya dan tidak diketahui ada sahabat yang mengingkarinya atau
menolaknya.
Dalam hal inipun bisa dijadikan hujjah, karena ini merupakan ijma’
sukuti, bagi mereka yang berpendapat bahwa ijma’ sukuti bisa
dijadikan hujjah.
d. Perkataan sahabat yang berasal dari pendapatnya atau ijtihadnya
sendiri.
2. Macam-Macam Al-Istishhab
a. Istishhab Al-Ibaabah AL-Ashliyah
Istishhab yang didasarkan pada hukum asal, yaitu mubah (boleh).
Penerapan kaidah ini banyak terkait dengan masalah-masalah
muamalah, seperti terkait makan dan minuman, selama tidak ada
dalil yang melarangnya, maka hal tersebut diperbolehkan.
b. Istishhab Al-Baraah Al-Ashliyyah
Istishhab ini berdasarkan prinsip bahwa pada dasarnya manusia
bebas dari taklif (beban), sampai adanya dalil yang mengubah status
tersebut. Atas dasar ini manusia bebas dari kesalahan sampai ada
buktinya.
c. Istishhab Al-Hukmi
Didasarkan atas tetapnya hukum yang sudah ada sampai ada dalil
yang mencabutnya. Contohnya, seseorang yang sudah jelas
melaksanakan akad pernikahan, maka status pernikahan tersebut
berlaku sampai terbukti adanya perceraian.
7

d. Istishhab Al-Washfi
Istishhab yang didasarkan atas anggapan tetapnya sifat yang ada dan
diketahui sebelumnya, sampai ada bukti yang mengubahnya.
Misalnya, sifat air yang diketahui suci sebelumnya akan tetap suci
sampai ada bukti yang menunjukkan air itu menjadi najis.
3. Macam-MacamSadd Adz Dzariah
a. Dari segi kualitas kemafsadatannya.
a) Dzariah/perbuatan yang pasti akan membawa mafsadat, misalnya
menggali sumur di jalan umum yang gelap.
b) Dzariah/perbuatan yang jarang membawa mafsadat, misalnya
menanam pohon anggur.
c) Dzariah/perbuatan yang diduga keras akan membawa mafsadat,
misalnya menjual anggur kepada perusahaan pembuat minuman
keras.
d) Dzariah/perbuatan yang sering mebawa mafsadat, namun
kekhawatiran terjadinya tidak sampai pada dugaan yang kuat
melainkan hanya asumsi biasa. Misalnya, transaksi jual beli
secara kredit yang memungkinkan terjadinya riba.
b. Dzariah dilihat dari jenis kemafsadatan yang ditimbulkan.
a) Perbuatan yang membawa kemafsadatan misalnya meminum
minuman keras yang mengakibatkan mabuk, dan mabuk itu suatu
kemafsadatan.
b) Perbuatan yang pada dasarnya dibolehhkan atau dianjurkan,
namun digunakan untuk melakukan perbuatan yang haram baik
disengaja ataupun tidak.
c. Dzariah dilihat dari bentuknya
a) Yang secara sengaja ditujukan untuk suatu kemafsadatan.
Misalnya, meminum minuman keras. Hal ini dilarang oleh syara’.
b) Pekerjaan yang pada dasarnya dibolehkan tetapi dilakukan untuk
suatu kemafsadatan, misalnya nikah tahlil. Hal ini dilarang oleh
syara’.
8

c) Pekerjaan yang hukumnya boleh dan tidak bertujuan untuk suatu


kemafsadatan tetapi biasanya akan mengakibatkan ,afsadat,
misalnya mencaci sesembahan orang lain. Hal ini dilarang oleh
syara’.
d) Pekerjaan yang pada dasarnya dibolehkan tetapi kadang
membawa mafsadat, misalnya melihat wanita yabg dipinang.
Tetapi menurut Ibnu Qayyim, kemaslahatannya lebih besar maka
dibolehkan sesuai kebutuhan.
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Madzhab As-Sahabiy itu sendiri menunjuk pengertian pendapat
hukum para sahabat secara keseluruhan tentang suatu hukum syara’ yang
tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah, dimana pendapat para sahabat
tersebut merupakan hasil kesepakatan diantara mereka. Untuk Istishab sendiri
maksudnya yaitu mendekatkan suatu peristiwa dengan hukum tertentu
dengan peristiwa lainnya, sehingga keduanya dinilai sama status hukumnya.
Sedangkan sadd adz-dzariah maksudnya yaitu menetapkan hukum larangan
atas suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan maupun
dilarang untuk mencegah terjadinya perbuatan lain yang dilarang.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami dari penyusun mengahrapkan kritik saran dan masukan yang
sifatnya membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai