Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

THINK- PAIR- SHARE PADA MATA KULIAH KONSELING


KELUARGA

Syahniar
BK FIP Universitas Negeri Padang
Syahniar9@gmail.com

Abstract

Reinforcement implementation of the professional academic counselor system


can be carried out by various methods, one of them is arrange the lecturing system.
Considering Family counseling subject has an important role for counselor
candidates, Family counseling should be as interesting and pleasing to Guidance and
Counseling department students. Therefore, it provides the students enthusiasm and
desire to be active in the subject.
In reality, there are still many students less active in this subject. After
implementing Cooperative Learning type Think- Pair- Share learning model, this
approach is able to modify the subject situation; from less attractive, students’
participation, become more interesting, pleasing, developing students’ enthusiasm and
also increasing their participation in class during lecturing time.

Keywords: Cooperative Learning, Think- Pair- Share

A. PENDAHULAUN
1. Latar belakang
Penguatan sistem penyelenggaraan akademik profesi konselor dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah dengan membenahi
sistem perkuliahan. Mata kuliah Konseling Keluarga merupakan mata kuliah inti,
yang akan membekali para mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK)
sebagai calon konselor dengan ilmu tentang bagaimana penerapan materi
Konseling Keluarga terhadap pemberian layanan konseling.. Oleh karena itu
mahasiswa benar-benar dituntut untuk mampu menguasai ilmu tentang Konseling
Keluarga. Mengingat mata kuliah ini memiliki peranan penting bagi calon
konselor, maka seharusnya mata kuliah Konseling Keluarga menjadi mata kuliah
yang menarik dan menyenangkan bagi mahasiswa Jurusan BK, sehingga

0
menimbulkan semangat, dan keinginan untuk berpartisipasi aktif dalam mata
kuliah ini.
Kenyataan yang ada masih banyak ditemukan mahasiswa belum
sepenuhnya terlibat aktif dalam perkuliahan ini. Masih banyak mahasiswa yang
datang, duduk ,diam dan mencatat apa yang diceramahkan oleh dosen. Bahkan
ada mahasiswa yang mengerjakan tugas sewaktu perkuliahan sedang berlangsung.
Berbagai usaha sudah dilakukan oleh dosen antara lain dengan menugaskan
mahasiswa membuat resume materi perkuliahan sesuai dengan silabus, mengatur
tempat duduk mahasiswa dengan model letter “U” untuk memudahkan dosen
melakukan interaksi dengan mahasiswa. Namun semua ini belum mampu untuk
membangkitkan semangat, motivasi, dan partisipasi aktif mahasiswa dalam
perkuliahan.
Bertitik tolak dari fenomena di atas maka penulis berusaha melakukan
intervensi dengan mencoba menerapkan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think- Pair- Share dalam mata kuliah Konseling Keluarga
Cooperative learning adalah suatu pendekatan di mana siswa bekerjasama dalam
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar (Slavin,
2009, Syah 2012, Suryabrata 2012) . Selanjutnya Yacob (1999), Slameto (2010),
Rusman (2010) menyatakan cooperative learning adalah suatu pendekatan dalam
pengajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok kecil untuk bekerjasama dan
saling membantu menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Beberapa penelitian yang dirangkum oleh Yacob (1999). Slavin (2009)
menyatakan bahwa cooperative learning efektif dalam meningkatkan kemampuan
akademik, mengembangkan sikap-sikap positif siswa terhadap teman dan sekolah
dan meningkatkan hubungan antara siswa dalam kelompok yang berbeda.
Cooperative learning dilaksanakan dengan beberapa metoda di dalam kelas, di
mana seluruhnya bertujuan melibatkan siswa bekerja dalam kelompok atau team.
Hal yang mendasar dari kegiatan bekerja sama ini adalah adanya saling
ketergantungan yang positif antara siswa satu sama lainnya yang dikenal dengan “
positive interdependence” (Slavin 2009).

1
Beberapa metoda dalam pendekatan cooperative learning (Slavin, 2009),
diantaranya
a. STAD (Student Teams-Achievement Divisions) (Slavin, 2009), yaitu siswa
dibagi kedalam empat anggota kelompok belajar yang digabungkan dalam
tingkatan performance, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan suatu bahan
pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa
seluruh anggota kelompok menguasai bahan pelajaran. Terakhir semua siswa
secara individual mengikuti kuis, pada saat itu masing-masing individu tidak
boleh membantu yang lain. Selanjutnya diadakan TGT (Teams- Games-
Tournaments), di mana para siswa bermain games dengan anggota kelompok
yang berbeda untuk menambah points kelompok mereka.
b. TAI (Team- Assisted-Individualization) (Slavin, 2009). Menggunakan empat
anggota kelompok dengan memadukan kemampuan belajar kelompok dan
sertifikat untuk kelompok yang menampilkan performance yang tinggi. TAI
adalah kombinasi belajar kelompok dengan pengajaran individual. TAI
didesain untuk mengajarkan matematika bagi siswa kelas tiga sampai dengan
kelas enam selolah dasar.
c. Think –Pair- Share . Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula
dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari universitas Maryland pada tahun
1985. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi mahasiswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain
Dalam tulisan ini penulis memilih metoda Think -Pair -Share,karena
metoda ini sesuai dengan keadaan mahasiswa yang sedang mengikuti mata
Konseling Keluarga yang berjumlah sekitar 40 orang

2
2. Permasalahan
Dari pembahasan dalam latar belakang di atas dapat dirumuskan
beberapa masalah:
a. Bagaimana penerapan Cooperative Learning tipe Think- Pair- Share pada
mata kuliah Konseling Keluarga
b. Bagaimana hasil dan reaksi mahasiswa setelah 5 kali perkuliahan (5 Topik
bahasan)

B. PEMBAHASAN
1. Penerapan Metoda Think- Pair- Share Dalam Mata Kuliah Konseling
Keluarga

Penulis mencoba menerapkan metoda Think –Pair-Share dalam mata


kuliah Konseling Keluarga sebagai berikut. Pada pertemuan sebelumnya penulis
menugaskan seluruh mahasiswa untuk membuat resume perkuliahan tentang
Pengertian dan Kedudukan Konseling Keluarga dalam konseling, penulis
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah pertama ” Thinking. adalah Dosen mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan resume perkuliahan yang telah dikerjakan
oleh mahasiswa sebelumnya.. Mahasiswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan itu secara mandiri untuk beberapa saat (waktu yang disediakan
selama10 menit)
b. Langkah kedua adalah ”Pairing”. Dosen memnta mahasiswa
berpasangan dengan mahasiswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jika suatu persoalan khusus telah diindentifikasi. (disediakan waktu
20 menit)
c. Langkah ke tiga adalah Dosen meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan . ini
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan

3
sampai sekitar seprempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Setelah penyajian secara klasikal, diikuti dengan tanya jawab,
kemudian dosen bersama mahasiswa membuat kesimpulan terhadap materi
keseluruhan . Dalam kegiatan ini dosen juga memberikan komentar dan
tambahan terhadap hasil diskusi mahasiswa
d. Langkah terakhir dosen memberikan komentar secara umum dan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya.

2. Hasil dan Reaksi Mahasiswa Terhadap Penerapan Metoda Think- Pair-


Share Dalam Mata Kuliah Konseling Keluarga adalah sebagai berikut:
Setelah penulis mencoba menerapkan metoda Think- Pair- Share
terhadap lima topik pembahasan yaitu pembahasan tentang, Pengertian Dan
Kedudukan Konseling Keluarga dalam konseling, Gaya Belajar, Penataan ruang
kelas, Motivasi Dalam Belajar, dan Prinsip-Prinsip belajar, maka hasil yang dapat
ditemukan adalah:
a. Pengamatan penulis sebagai dosen adalah penulis melihat partisipasi aktif
semua mahasiswa dalam perkuliahan, mulai dari diskusi kelompok dengan cara
berpasangan (pair), diskusi kelas (Share) untuk menjelaskan pada semua
anggota kelompok apa yang mereka bahas dalam diskusi kelompok
berpasangan Semua mahasiswa beraktivitas secara dinamis, dan mereka
kelihatan penuh semangat untuk mempertahankan pendapat mereka.
b. Setelah selesai perkuliahan, penulis juga bertanya pada mahasiswa bagaimana
pendapat mereka tentang proses perkuliahan. Pada umumnya mereka
mengatakan merasa senang, bersemangat, dan merasa tertantang untuk bisa
menguasai materi perkuliahan, serta merasa bertanggung jawab untuk bisa
menjelaskan pada teman tentang topik yang menjadi tanggung jawab mereka.
Para mahasiswa mengusulkan agar metoda seperti ini juga diterapkan untuk
mata kuliah lainnya.

C. PENUTUP

4
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang penerapan metoda Think –Pair-
Share pada mata kuliah Konseling Keluarga, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Think- Pair- Share dapat merubah situasi
perkuliahan yang selama ini kurang menarik, kurang adanya partisipasi aktif dari
mahasiswa menjadi perkuliahan yang menarik, menyenangkan, dan
membangkitkan semangat dan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses
perkuliahan

2. SARAN
a. Pendekatan cooperative learning perlu diterapkan dalam proses pembelajaran
pada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai
dengan perguruan tinggi.
b. Para pendidik perlu mendapatkan pelatihan tentang penerapan pendekatan
cooperative learning dalam proses pembelajaran.

5
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arthur Ellis and Jeffery Fouts (1993). Research on educational innovations.Princenton


Junction USA.

Elliot, s.N., Kratochwill, T . R., Littlefield, J., dan Traver, j. F., (1995). Educational
psychology, Singapore, Brown & Benchmark.

Jacob. E., (1999) Cooperative learning in context. An educational innovation in


everyday classrooms. Albany, State University of New York Press.

Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Cook, J.L, & Traver, J.F. 2000. Educational
psychology: Effective teaching, effective learning. Singapore: Mc Graw-Hill
Book Co

Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Cook, J.L, & Traver, J.F. 2000. Educational
psychology: Effective teaching, effective learning. Dubuque: Brown &
Benchmark.

http : // www . cde . ca . gov/ iasa / cooplrng 2. html .(Alexandre Dumas. Cooperative
learning). Diakses tanggal 6 maret 2003

http. // ericae . net/ db. Ust. / edo / morris / lp. index . html . ( Lyman, Lawrence, Foyle,
Harvey C. cooperative learning strategies and children. ERIC Digest.). Diakses
tanggal 11 Maret 2003.

http.// www . context . org . / clib/ c . 18 . / Johson. htm . ( Roger T. and David W.
Johson. cooperative learning. Two heads learn better than one). diakses tanggal
11 Maret 2003.

http.// www. jigsaw . org. (Elliot Aronson. 2000. jigsaw in 10 easy steps). Diakses
tanggal 11 Maret 2003.

http. // www . esudh . ed / soe / cl . network/ rt in cl . html . (James Cooper and Pamela
Robinson. Research and theory in cooperative learning).

6
http// faculty . petra . ac . id / anita / ltm . cooperative learning . htm . (Anita Lie, Ed.D.
cooperative learning changing paradigma of college teaching). Diakses tanggal
12 Maret 2003.

http./ www . ed letter. Org/ past/ issues . 2000 . mj / models . ( Biehler/ Snowman,
Psychology Aplied to teaching. Four leading models of cooperative learning)

Jacobs. E. 1999. Cooperative learning in context. An educational innovation in


everyday classrooms. New York: Albany, State University of New York Press.

Joni, T.R. 2000. Rasional pembelajaran terpadu (Makalah). Disampaikan dalam


seminar regional: Implementasi Pembelajaran Terpadu Menyongsong Era
Indonesia Baru. Tanggal 20 Mei thn 2000 di PPS Universitas Negeri Malang.

Nur. M. & Ibrahim M. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University Press.

Nur. M. & Prima. Retno . 2000. Pengajaran berpusat kepada siswa dan pendekatan
konstruktivis dalam pengajaran . Surabaya: University Press.

Nurhadi, Yasin, B., dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan. Terjemahan Oleh Achmad Chusairi & Juda
Damanik. Jakarta: Prenada Media Group.

Sharan, S. 2009. Hand Book of Cooperative Learning: Inovasi pengajaran dan


pembelajaran untuk memacu keberhasilan siswa di kelas. Terjemahan oleh Sigit
Prawoto. Yogyakarta: Imperium.

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

7
Slavin. R. E. 2009. Cooperative learning: Teori, riset, dan praktik. Terjemahan oleh
Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, E., & Raharjo. 2007. Cooperative learning: Analisis Model Pembelajaran
IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Suryabrata, S. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Susan. Hill & Tim. Hill. 1990. The collaborative class room (Guide to cooperative
learning. Australia: Eleanor Curtain Publishing.

Syah, M. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai