Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PIDANA

DAN
HUKUM ACARA PIDANA
KELOMPOK 3

1. MOCHAMMAD ASY’ARI (200201110100)


2. AMELIYA SALWA NURDIANSYAH PUTRI (200201110110)
3. AZKA IZZATUN NADA (200201110111)
4. IRFAN KAFABILLAH NASIR MUNAWAR (200201110114)
5. LUTFA RACHMAD (200201110115)
Pengertian Hukum Pidana

Pengertian dari istilah Hukum Pidana berasal dari


Belanda yaitu Straafrecht, straafdalam arti Bahasa
Indonesia adalah Sanksi, Pidana, Hukuman. Recht dalam
arti Bahasa Indonesia adalah Hukum.
Pengertian Hukum Pidana Menurut Para Ahli
1. Pompe
Hukum Pidana adalah semua peraturan hukum yang menentukan terhadap tindakan
apa yang seharusnya dijatuhkan pidana dan apa macam pidananya yang bersesuaian

2. DR. Wirjono Prodjodikoro, SH.


Hukum Pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana

3. W.L.G Lemaire (Laminting, 1984; h. 1-2)


Hukum pidana itu itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan
larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.
Pembagian Hukum Pidana
1. Hukum Pidana Obyektif (Ius Punale)
Semua peraturan hukum yang mengandung perintah atau keharusan dan larangan,
terhadap pelanggaran atas perintah dan larangan tersebut diancam sanksi atau
hukuman yang bersifat siksaan. Hukum Pidana Obyektif dibagi menjadi dua yaitu :
1. Hukum Pidana Material yaitu peraturan-peraturan yang menegaskan:
perbuatan-perbuatan mana yang dapat dihukum, siapa yang dapat dihukum,
dengan hukuman apa seseorang dapat dipidana/dihukum. Dibagi menajadi dua
yakni, Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus.

2. Hukum Pidana Formal yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur cara-


cara menghukum seseorang yang melanggar peraturan pidana (merupakan
pelaksanaan dari hukum Pidana Material), disebut juga Hukum Acara Pidana.
2. Hukum Pidana Subyektif (Ius Puniedi)
Yaitu hak negara atau alat-alat negara untuk menghukum
berdasarkan Hukum Pidana Obyektif. Hukum Pidana Subyektif baru
ada setelah ada peraturan-peraturan Hukum Pidana Obyektif terlebih
dahulu.
Tujuan Hukum Pidana

Tujuan Hukum Pidana (strafrechtscholen) adalah untuk melindungi


kepentingan orang perseorangan (individu) atau hak-hak asasi
manusia dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat dan
negara dengan perimbangan yang serasi, dari kejahatan/tindakan
tercela di satu pihak dan dari tindakan penguasa yang sewenang-
wenang di lain pihak.
Sifat Hukum Pidana

Hukum pidana mempunyai dua unsur pokok yang berupa norma


dan sanksi, dengan fungsi sebagai ketentuan yang harus ditaati
oleh setiap orang di dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan
untuk menjamin ke-tertiban hukum, maka hubungan hukum yang
ada dititikberatkan kepada kepentingan umum.
Asas Hukum Pidana
1. Asas Legalitas ( terdapat dalam KUHP sebagaimana di jelaskan pasal 1 ayat
(1) )

2. Asas Teritorialitas ( dijelaskan dalam Pasal 2 KUHP )

3. Asas Nasional Aktif (Asas Personalitas) ( Terdapat dalam Pasal 5 KUHP )

4. Asas Nasional Pasif (Asas Perlindungan) ( Terdapat dalam Pasal 4 KUHP )

5. Asas Universalitas

6. Asas Tidak Ada hukuman Tanpa Kesalahan (Geen Straf Zonder Schuld)
Ruang Lingkup Berlakunya Hukum Pidana
Menurut Waktu
Lingkup berlakunya Hukum Pidana menurut waktu diatur dalam pasal 1 KUHP.
Ayat (1): tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undangundang yang telah ada terlebih dahulu.
Ayat (2): dalam hal terjadi perubaha perundang-undangan setelah perbuatan
tersebut dilakukan, maka dipakailah peraturan yang menguntungkan bagi tersangka
Beberapa asas yang terkandung dalam pasal 1 ayat (1) KUHP yakni:
1. ASAS LEGALITAS
2. ASAS TIDAK BERLAKU SURUT
3. ASAS LARANGAN MENGGUNAKAN ANALOGI
Ruang Lingkup Berlakunya Hukum Pidana
Menurut Tempat
 Pasal 2 s/d 8 KUHP mengatur tentang batas-batas
berlakunya hukum/Undang-undang Pidana menurut
tempat dan orang/pelaku.Mengenal Hukum Pidana
 Pasal 9 KUHP merupakan pengecualian berlakunya pasal
2 s/d 5, 7 dan 8 KUHP yang diakui dalam Hukum
Internasional.
Pemberlakuan Hukum Pidana Menurut Tempat
 Pertama-tama dikaitkan dengan orang/pelaku, maka menganut asas
Personalitas
 Kemudian dikaitkan dengan wilayah terjadinya, maka menganut asas
Teritorialitas
 Jika dikaitkan dengan kepentingan negara atau masyarakat yang harus
dilindungi, maka disebut juga menganut asas Perlindungan
● Beberapa negara yang telah mengadakan hubungan antar negara dan
beberapa hak tertentu telah dianggap sebagai kepentingan bersama antara
negara, maka menganut asas Universalitas
Batas Berlakunya UU Pidana Menurut Tempat
dan Orang/Pelaku
Beberapa asas yang terkandung dalam ketentuan-ketentuan pasal 2 s/d 8 KUHP
yakni:
 Asas Teritorialitas menyangkut wilayah berlaku undang-undang pidana
Indonesia.
 Asas Personalitas menyangkut pelaku/orang Indonesia yang melakukan
perbuatan pidana dan
● Asas Perlindungan yang menyangkut pelaku/orang yang melakukan perbuatan
pidana yang akibatnya merugikan bagi masyarakat dan negara Indonesia.
 Asas Universalitas menyangkut peristiwa pidana dan pelaku perbuatan pidana
yang melibatkan Indonesia dengan negara lain
Pengertian Hukum Acara Pidana
1. R. Soesilo
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan
atau menyelenggarakan hukum pidana materiil, sehingga dapat memperoleh keputusan hakim
dan cara bagaimana isi keputusan itu harus dilaksanakan.
2. J.C.T Simorangkir
Hukum acara pidana ialah hukum acara yang melaksanakan dan mempertahankan hukum
pidana materiil.
3. Van Bammelen
Hukum acara pidana yaitu mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan oleh
negara, karena diduga terjadi pelanggaran undang-undang pidana.
Tujuan Hukum Acara Pidana
Tujuan hukum acara pidana telah ditentukan di dalam KUHAP yang telah
dijelaskan sebagai berikut :
“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan
melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan
dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu
tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.”
Asas-Asas Hukum Acara Pidana

1. Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan


2. Praduga tidak bersalah
3. Pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum
4. Semua orang diperlakukan sama di depan hukum
5. Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap
6. Tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantua
Pihak-Pihak Yang Terlibat Hukum Acara Pidana
1. Tersangka atau Terdakwa
● Tersangka : seseorang yang karena perbuatannya atau keadaanya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1 KUHAP butir 14)
● Terdakwa : seorang tersangka yang dituntut diperiksa, dan diadili di sidang
pengadilan (Pasal 1 KUHAP butir 15)

2. Penyidik dan Penyelidik


● Penyidik : pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan (Pasal 1 butir 1)
● Penyelidik : pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1 butir 4)
3. Penuntut Umum
Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan
dan melaksanakan penetapan hakim. Pejabat yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 UU No.8
Tahun 1981 KUHAP)

4. Penasehat hukum dan bantuan hukum


● Penasehat hukum : seseorang yang telah memenuhi syarat berdasarkan undang-
undang untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat (Pasal 1 ayat 13
UU No. 8 Tahun 1981 KUHAP)
● Bantuan hukum : bentuk pertolongan kepada seseorang yang terlibat dalam
tindak pidana untuk menuntun orang tersebut menjalani dan mengikuti tindak
pidananya sejak proses penangkapan atau penahanan sampai dengan
diperolehnya putusan pengadilan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai