Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10
juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
dan sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Meskipun diare
membunuh 4 juta orang tiap tahun di negara berkembang, ternyata diare juga
merupakan masalah utama di negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15
episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun. Di negara berkembang rata-rata tiap
anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali pertahun (WHO, 2009).
Sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup tinggi dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008) diare merupakan penyebab utama
kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita
meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor
5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1-
2 kali pertahun (Depkes RI, 2011).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare berjumlah 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di
69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
(Depkes, 2011).
Menurut Ramaiah (2000), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan
oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu : sanitasi
yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi buruk (tidak
mencuci tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Salah satu
langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goal’s (MDG’s) Goal ke-4
adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
tahun 2015. Langkah yang dibuat pemerintah untuk mengurangi angka kejadian
diare khususnya pada anak usia sekolah adalah dengan mengadakan usaha
kesehatan sekolah (UKS) disetiap sekolah dasar (SD). Program ini dibuat di sekolah,
karena sekolah adalah institusi yang terorganisir dengan baik dan merupakan wadah
pembentukan karakter dan media yang mampu menanamkan pengertian dan
kebiasaan hidup sehat (Martianto, 2005).
UKS merupakan suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan
kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua
pegawai di sekolah. UKS juga sebagai sarana yang digunakan oleh programprogram
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Suhartinia, 2010).
Salah satu program UKS yang dibuat untuk meningkatkan kesehatan siswa adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Sedangkan indikator PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Depkes RI (2009), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30
penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas
angka penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan
perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran
penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu
burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak
yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat
mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak
karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas, setelah diintervensi
dengan CTPS (Depkes RI, 2009).
Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di
Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan hanya
dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah
makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat
prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kebiasaan cuci
tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak
merupakan agen perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan
lingkungannya sekaligus mengajarkan pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak juga
cukup efektif dalam memberikan contoh terhadap orang yang lebih tua khususnya
mencuci tangan yang selama ini dianggap tidak penting (Batanoa, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Joni (2012) tentang hubungan tingkat
pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian diare pada
siswa SD dengan sampel 72 siswa SD kelas 4-5 di SDN Pujokusuman 1 didapatkan
hubungan antara tingkat pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD
dengan kejadian diare pada siswa SD. Hasil dari penelitian tersebut adalah semakin
kurang tingkat pengetahuan sikap dan perilaku siswa tentang kebersihan diri maka
kejadian diare semakin tinggi.
Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa mereka
tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan yang terlihat
panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak sekolah membeli jajanan
tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui wawancara dengan siswa kelas V di
SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena
diare. Setelah ditelusuri anak yang yang pernah mengalami diare kurang memahami
dan tidak melakukan CTPS dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh
guru dan orang tua dirumah.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Siswa SDN Kluwut 1 mampu menerapkan bagaimana perilaku hidup
bersih dan sehat serta membiasakan mencuci tangan dengan baik dan benar

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Tingkat penderita diare siswa di SDN Kluwut 1 berkurang atau tidak ada
b. Tingkat konsumsi jajanan tidak sehat siswa berkurang
c. Siswa mampu memperaktekkan dan menerapkan cuci tangan 6 langkah
dengan sabun dan air mengalir secara baik dan benar
d. UKS sekolah kembali aktif dengan adanya program Dokcil
BAB 2
DESKRIPSI KEGIATAN

Nama Kegiatan : Pendidikan Kesehatan Sadar Cuci Tangan dan


Pembentukan Dokcil di SDN Kluwut 1
Sasaran : Siswa dan Siswi SDN Kluwut 1
Metode : Ceramah, Role play
Waktu : 2 (Dua) hari
Tempat : Aula SDN Kluwut 1
Hari dan tanggal : Senin - Selasa, 18-19 September 2017

A. Deskripsi Umum Kegiatan


Progam yang akan dilaksanakan merupakan Pendidikan Kesehatan Sadar Cuci
Tangan dan Pembentukan Dokcil yang menjadi salah satu progam dalam
meningkatakan pengetahuan dan praktek mencuci tangan sebagai upaya menurunkan
angka diare pada siswa dan siswi SDN Kluwut 1. Acara ini akan dilakukan selama dua
hari. Kegiatan pada hari pertama diisi dengan pendidikan kesehatan dengan pemberian
materi yang edukatif bagi para siswa, serta roleplay bagaimana cara mencuci tangan
yang baik dan benar serta bagaimana PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
dapat diterapkan siswa siswi yang telah dibagi dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompok akan didampingi fasil dari panitia. Sedangkan, pada hari ke dua akan
dilakukan prakterk bagi Dokcil dengan masuk ke kelas-kelas dan memaparkan
bagaimana cara mencuci tangan yang benar serta pentingnya PHBS baik dilingkungan
sekolah maupun dilingkungan tempat tinggal dengan menggunakan media poster.

B. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan September. Sebelum pelaksanaan
progam, perlu disususn pembagian kerja dan rencana kegiatan. Ada beberapa langkah
untuk mewujudkan progam tersebut, antara laian :
1. Persiapan
- Analisis situasi lingkungan SDN Kluwut 1
- Pembentukan kelompok diskusi kecil
- Penentuan tempat pelaksanaan
- Penyediaan media dan sarana yang dibutuhkan
2. Pelaksanaan Progam
- Perkenalan mahasiwa, penyampaian tujuan dan manfaat
- Pendididkan tentang intervensi
- Pendidikan dan pembentukan PHBS dan Dokcil
3. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetaui sejauh mana tingkat progam
pendidikan yang direncanakan dengan hasil kegiatan setelah progam pendidikan
dilaksanakan

C. Indikator Keberhasilan
1. Penyuluahan Cuci Tangan 6 langkah dengan baik dan benar
- Siswa SD ikut berpartisipasi dan memperhatikan materi yang di berikan saat
penyuluahan
- Siswa memahami dan dapat mempraktekkan cuci tangan 6 langkah dengan baik
dan benar.
- Pemateri menyampaikan materi dengan tepat dan jelas
- Pemateri mampu memberikan contoh cara mencuci tangan 6 langkah baik dan
benar
- Siswa memperaktekan cuci tangan 6 langkah dengan baik dan benar dalam
lingkungan sekolah dalam kegiatan sehari-hari.
- Siswa mampu mengajak teman-temannya untuk melakukan tindakan cuci tangan
6 langkah dengan baik dan benar.
- Pemateri/ fasil berhasil membentuk dokcil dalam penyuluhan tersebut

2. Dokter kecil (DOKCIL)


- Sebagian Siswa SD bersedia untuk menjadi DOKCIL
- DOKCIL memperhatikan dan memahami materi Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) yang diberikan
- DOKCIL bisa dan mampu mengajak teman-temannya untuk menerapkan prilaku
PHBS secara berkelanjutan
- DOKCIL berperan aktif dalam mengefektifkan peran UKS di sekolah
- Pemateri menyampaikan materi PHBS secara baik dan Jelas kepada DOKCIL
- Program DOKCIL berjalan secara berkelanjutan di sekolah
- Peran UKS di sekolah menjadi lebih efektif dari sebelumnya

3. Tujuan Intruksional
- Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui dan
memahami cara mencuci tangan dengan baik dan bagaimana menerapkan PHBS.

- Khusus
a. Siswa dan siswi serta guru di SDN KLUWUT 1 memahami tentang diare dan
cara mencegahnya
b. Memberikan edukasi kepada siswa dan siswi SDN KLUWUT 1 bagaimana cara
mencuci tangan yang baik dan benar
c. Siswa dan siswi SDN KLUWUT 1 mengerti cara mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir dengan baik dan benar
d. Siswa dan siswi SDN KLUWUT 1 memahami dan dapat menerapkan PHBS
dengan adanya Dokcil
Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Kegiatan Kegiatan
No Waktu Metode Media
Pengajar Siswa
1 5 menit Pembukaan Ceramah PPT
1. Penyuluh memulai 1. Siswa menjawab
penyuluhan dengan salam
mengucapkan salam 2. Siswa
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
3. Menjelaskana tujuan penyuluh
penyuluhan 3. Siswa menyetujui
4. Menyebutkan materi kontrak waktu
yang akan diberikan
5. Kontrak waktu
2 20 Menit Pelaksanaan Video, PPT
1. Pembagian fasil ke 1. Siswa Ceramah,
setiap kelompok siswa memperhatikan demonstrasi
2. Menjelaskan apa yang materi tentang
dimaksud diare mulai penyuluhan
dari pengertian sampai 2. Siswa
dengan mempraktekkan
penatalaksanaan bagi cara mencuci
para siswa tangan yang baik
3. Menjelaskan apa yang dan benar
dimaksud dengan cuci dengan
tangan didampingi fasil
4. Mendemonstrasikan
bagaimana cara
mencuci tangan
dengan baik dan benar
5. Mengajak siswa untuk
mempraktekkan cara
cuci tangan bersama
6. Fasil memilih salah
satu siswa dari masing-
masing kelompok yang
cuci tanganyya baik
dan benar dijadikan
sebagai dokcil dan pocil
3 5 menit Evaluasi
1. Penyuluh meminta sisw 1. Salah satu Praktek Tempat cuci
a untuk mengulang siswa maju tangan, lagu,
tentang penjelasan kedepan untuk video
mengenai tujuan mengulang dan
mencuci tangan menjawab
2. Penyuluh meminta pertanyaan
salah satu siswa untuk yang diberikan
mempraktekkan cara 2. Salah satu
mencuci tangan di siswa
depan aula mempraktekka
n cara cuci
tangan di
depan aula
4 3 Menit Terminasi
1. Mengucapkan terima 1. Menjawab Ceramah Kenang-
kasih atas partisipasi salam dan kenagan dari
sekolah dan siswa terima kasih panitia ke
karena telah mengikuti 2. Menerima pihak
penyuluhan dan kenang- sekolah
pemberian kenang- kenangan
kenangan 3. Berfoto
2. Mengucapkan salam bersama
penutup
3. Berfoto bersama
Lampiran Materi

1. Diare
1.1. Definisi Diare
Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan feses yang
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian
kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya (Priyanto & Lestari,
2009).
Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau fluiditas
(tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang melebihi 250
gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare yang berat dapat keluar
cairan 14 liter/hari (Kumar dkk, 2007).

1.2. Penyebab Diare


a. Diare akibat virus
Diare akibat virus , misalnya “influenza perut” dan “travellers diarrhoea”
yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus tersebut
melekat pada sel mukosa usus yang mengakibatkan rusaknya sel mukosa
usus sehingga kapasitas resorbsi menurun.
b. Diare bakterial invasif
Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu), diare akibat bakteri ini
mengurang seiring dengan meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri
pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa
dimana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
c. Diare parasiter
Diare parasiter, diare parasiter terjadi akibat protozoa seperti Entamoeba,
histolytica dan Giardia lamblia terutama terjadi di daerah (sub)tropis.
d. Diare akibat penyakit
Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p. Crolm, irritable Bowel
Syndrome (IBS), kanker colon dan infeksi-HIV juga akibat gangguan.
e. Diare akibat obat
Diare akibat obat yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sarbitol,
beta blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika
berspektrum luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin).

1.3. Pencegahan Diare


Salah satu pencegahanpenularan diare pada balita adalah Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,
2006).

1.4. Tanda Gejala Diare


- Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses.
- Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus.
- Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif
(tenesmus) mungkin terjadi setiak kali defekasi.
- Gejala yang berkaitan adalah dehidrasi dan kelemahan.
- Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
- Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon.
- Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus
- Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis
- Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi.

1.5. Penanganan Diare


Menurut (Baughman & Hackley, 2000) penatalaksanaan medik primer
diarahkan pada pengontrolan penyembuhan penyakit yang mendasari.
a. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
b. Untuk diare sedang, obat-obatan non spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non-
infeksius.
c. Jika diare terus memburuk resepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi
preparat infeksius.
d. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
Menurut (Octa,dkk, 2014) penatalaksanaan kasus diare pada balita adalah
sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
b. Diatetik (pemberian makanan)
c. Obat-obatan
d. Lintas diare meliputi:
- Dehidrasi menggunakan oralit
- Zinc Diberikan berturut-turut selama 10 hari
- Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh
yang dapat menghambat enzim INOS (inducible Nitric Oxide Synthase)
dimana eksresi enzim ini meningkat selama diareyang mengakibatkan
hipersekresi epitel usus
- Teruskan pemberian ASI
- Antibiotik selektif
- Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare yang disertai darah

2. Mencuci tangan
2.1. Definisi mencuci tangan
Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang
berbahan dasar alcohol.
Menurut Tim Depkes (2009) mencuci tangan adalah membersihkan tangan
dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara
tertentu sesuai dengan kebutuhan

2.2. Tujuan mencuci tangan


Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk
mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang
(cross infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi,
memberikan perasaan segar dan bersih.

2.3. Indikasi mencuci tangan


Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,
berkebun dll)
b. Setelah BAB (buang air besar)
c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
e. Setelah pulang dari bepergian
f. Setelah bermain

2.4. Langkah cara mencuci tangan


Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan 40 -
60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran
WHO (2008) yaitu sebagai berikut :
- Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan
- Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
- Ketiga, gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan
- Keempat, jari - jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
- Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
- Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
- Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


3.1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
minuman, serta lingkungan. PHBS di institusi pendidikan adalah upaya
pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat di tatanan institusi pendidikan.
Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi:
- Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
- Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
- Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
- Olahraga yang teratur dan terukur
- Memberantas jentik nyamuk
- Tidak merokok
- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
- Membuang sampah pada tempatnya
3.2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan
gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program
perilaku hidup bersih dan sehat.12 Kebijakan pembangunan kesehatan
ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi
lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma
sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan
melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
3.3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses
belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah
sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat
orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang
pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

3.4. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain:
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit
kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya. WHO
menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat
meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci
tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas
diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk,
setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan
penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih
hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat
penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan
pada keluarga dan masyarakat.
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan
yang bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat
mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan
yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di
kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan
berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung
tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh
hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman
digunakan.
d. Olah raga yang teratur dan terukur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait
dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga
disekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak
agar tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani,
perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat
dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat
memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung dan
paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi
kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko
terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.
e. Memberantas jentik nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah.
Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah dilakukan dengan
gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat
penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air
minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari
pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada
seluruh warga sekolah.
f. Tidak merokok di sekolah
Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah.
Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya
merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman,
guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak
menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa.
Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok
mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan
kesehatan anak sekolah.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan. Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal
ini dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia
sekolah.
h. Membuang sampah pada tempatnya
- Pengertian
Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Sampah ditampung dan
dibuang setiap hari ditempat pembuangan yang memenuhi syarat
karena membuang sampah tidak pada tempatnya akan dapat
mengakibatkan penyakit dan akan mencemari udara disekitarnya.
Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan
dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan
sekolah.
- Jenis Sampah
Sampah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Sampah anorganik/kering yaitu tidak dapat mengalami
pembususkan secara alami seperti logam, besi, kaleng plastik,
karet, atau botol.
2. Sampah organik/basah dapat memngalami pembususkan secara
alami seperti sisa makanan, sayuran, sampah dapur, dan lain
sebagainya.
3. Sampah berbahaya yaitu sampah yang dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan seperti botol racun nyamuk, jarum
suntik, batere, dan lain sebagainya.
- Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan,
dan pemusnahan sampah sehingga sampah tidak mengganggu
lingkungan:
1. Penyimpanan sampah
Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum
sampah dimusnahkan.:
2. Pengumpulan sampah
Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian
diangkut serta dibuang ke tempat pembuangan akhir.
3. Pemusnahan sampah

- Dampak Pengelolaan Sampah yang Negatif


1. Terhadap Kesehatan
- Pengelolaan sampah yang tidak baik merupakan media yang
subur untuk berkembangnya vektor-vektor penyakit seperti
serangga, tikus, dan binatang lainnya untuk berkembang biak
sehingga dapat menyababkan timbulnya penyakit.
- Sampah menjadi sumber polusi seperti pencemaran tanah,
air, serta udara.
- Sampah menjadi tempat hidup mikroorganisme berbahaya
yang dapat membahayakan kesehatan.
- Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
2. Terhadap Lingkungan
- Dapat mengganggu estetika dan polusi udara akibat
pembusukan sampah oleh mikroorganisme.
- Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata dan
pernafasan.
- Jika terjadi proses pembakaran yang dekat dengan sekolah
maupun pemukiman asapnya akan mengganggu penglihatan,
pernafasan, serta mencemari udara.
- Pembuangan sampah ke saluran air menyebabkan
pendangkalan saluran dan mengurangi daya aliran saluran.
- Dapat menyebakan banjir jika sampah dibuang di sembarang
tempat. Terutama ke saluran yang daya serapnya sudah
menurun.
- Membuang sampah ke selokan dapat mengotori badan air.
i. Media Promosi
Media promosi membuang sampah di sekolah dapat berupa:
- Poster.
- Slogan tentang kebersihan lingkungan dan anjuran membuang
sampah pada tempatnya yang dipasang disetiap kelas.
- Video tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar di
sekolah.
j. Aturan atau Tata Tertib
Untuk menjaga agar lingkungan agar selalu terjaga dari sampah maka
tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah selalu
pada tempatnya.
- Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang sampah
di sembarang tempat.
- Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang
tempat pada buku/kartu pelanggaran.
- Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda
terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang
tempat.
BAB 3
PENUTUP

Dengan adanya Pendidikan Kesehatan Sadar Cuci Tangan dan Pembentukan Dokcil
di SDN Kluwut 1 ini diharapakan para siswa SD dan sekolah dapat melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah secara mandiri, para siswa mampu melakukan
cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah makan atau sesudah melakukan aktivitas, para
siswa diharapkan tidak membeli jajan sembarangan dan mulai terbiasa untuk membawa
bekal dari rumah atau jajan makanan sehat di kantin sekolah yang telah terjaga kualitas
makanannya, dengan adanya kader kesehatan UKS atau dokter kecil, unit kesehatan
sekolah (UKS) mampu berjalan sesuai dengan fungsinya, pihak sekolah mampu
membimbing dan memberikan pendidikan kesehatan yang telah diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada anak didiknya dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Ini
bertujuan untuk menanamkan pendidikan kesehtan sejak dini, agar bisa menjadi kebiasaan
baik yang akan mendorong peningkatan kesehatan yang tertinggi. Dan juga angka penderita
diare akan berkurang.
Lampiran Poster
Daftar Pustaka

Depkes RI. 2009. Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktoral Jenderal
Pelayanan Medik

Susiati, 2008, Keterampilan Keperawatan Dasar, Paket 1, Jakarta: Erlangga Medical Series,

WHO. 2005. Pedoman Keperawatan Pasien. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007 . Promosi Kesehatan Di Sekolah. Jakarta:


Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan . 2009. Informasi


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

WHO. Diarrhoeal Disease . August 2009, diunduh dari


(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html.)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007.

Kumar V., Cotran R & Robbins S., 2007. Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7. Jakarta : EGC

Priyanto, A., dan Lestari, S., 2009, Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI, 2006, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Badan POM RI

Baughman, Diane C, 2000, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner dan.
Suddart, alih bahasa oleh Yasmin Asih, EGC

WHO. 2005. Pedoman Keperawatan Pasien. Jakarta: EGC

Susiati M. 2008. Keterampilan Dasar Keperawatan Paket 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai