Anda di halaman 1dari 15

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang
dengan berkah dan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang diberi judul “ PAKAIAN ADAT MELAYU KOTA PEKANBARU ” dengan lancar
dan sesuai harapan.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut


membantu dalam penyelesaian makalah ini baik materi maupun spirit
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan sipembaca.

Penulis berharap pembaca dapat dengan mudah mengerti isi


makalah ini sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan
sipembaca.

Namun demikian, penulis juga mengetahui bahwa masih banyak


kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan bantuan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 19 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Perumusan masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian......................................................................................2
1.4 Metode penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 jenis pakaian melayu..............................................................................3
2.2 pakaian upacara adat.............................................................................7
2.3 pakaian upacara keagamaan..................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................11
3.2 Saran.......................................................................................................11
3.3 Pendapat.................................................................................................12

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pakaian tradisional melayu kota pekanbaru adalah salah satu khasnya
budaya bangsa, pakaian tradisional ini merupakan bagian dari nilai-nilai budaya
yang menggambarkan kepribadian masyarakat pemakainya.

Adat istiadat yang berlaku dikota pekanbaru adalah adat yang


bersendikan Syara’ penuh dengan akidah islam.

Nilai-nilai budaya yang berkembang dimasyarakat ini perlu dipelihara,


dilestarikan dan dihidupkan dalam rangka pembangunan seni budaya yang
merupakan pilar dari pembangunan kota pekanbaru. Menjaga warisan budaya
sebagai salah satu sarana pembinaan bagi generasi bangsa untuk sekarang dan
masa yang akan datang.

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa macam pakaian adat


tradisional masyarakat pekanbaru yang dapat menambah pengetahuan pembaca
dan penulis tentang budaya masyarakat pekanbaru.

4
1.2 PERUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana bentuk pakaian masyarakat melayu


2) Apa saja jenis pakaian melayu
3) Bentuk dan jenis pakaian upacara adat masyarakat melayu
4) Bentuk dan jenis pakaian upacara keagamaan masyarakat melayu

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikiut :

1) Untuk menambah wawasan kita tentang bentuk dan jenis


pakaian masyarakat melayu
2) Mengetahui pantangan-pantangan dalam berpakaian adat melayu
3) Member gagasan kepada kita untuk lebih mengembangkan nilai-
nilai yang ada saat ini

1.4 METODA PENULISAN

Metode yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode literatur.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pakaian Melayu

Ungkapan adat melayu mengatakan : “Adat memakai pada yang sesuai,


adat duduk pada elok, adat berdiri tahukan diri”. Ungkapan ini mengandung
makna yang dalam, yang intinya memberi petunjuk bahwa setiap orang dituntut
untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dalam hal berpakaian, hendaklah
mengacu kepada azas “sesuai”, sesuai yang memakainya, sesuai cara
pemakaiannya, sesuai tempat memakainya, sesuai pula menurut ketentuan adat
yang berlaku dalam hal ihwal berpakaian.

1. Pakaian Harian
Yang dimaksud dengan pakaian harian ialah pakaian yang dipakai setiap
harinya oleh anak-anak, remaja, maupun orang tua. Pakaian harian ini dipakai
adalah untuk melaksanakan kegiatan harian, baik untuk anak-anak bermain,
diam di rumah, bertandang ke tetangga, berladang, maupujn dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Pakaian harian ini dibagi beberapa kelompok, yaitu :
a) Anak-anak belum akil baligh
Bagi anak laki-laki sering memakai baju kurung teluk belanga, pakaian ikat
kepala atau kopiah, berpakaian samping. Sering juga dipakaikan baju kurung
cekak musang atau baju gunting cina. Biasanya dibuat dari bahan katun yang
tahan ditempah atas kelasakan anak-anak.
Untuk pakaian anak perempuan yang belum akil baliq, mereka
memakai baju kurung teluk belanga yang satu stel dengan kainnya dengan
bermotifkan bunga-bunga.

Anak perempuan biasanya tidak begitu lasak dan lebih sering bermain
didekat rumah seperti bermain pondok-pondokkan atau bermain jengket,
congkak maupun bermain serimbang.
b) Anak Dewasa (Akil Baligh)
Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa adalah baju kurung cekak
musang atau baju kurung teluk belanga bertulang belut. Bagi anak lelaki sering
membantu orang tuanya bekerja, sering memakai celana lima jari dari lutut
dengan maksud mudah bergerak dalam melaksanakan pekerjaan seperti
diladang, kelaut dan bertukang. Baju ini harus dilengkapi dengan kain samping
dan ikat kepala atau kopiah. Pakaian yang dipakai untuk bekerja ini lebih banyak
diberi keleluasannya agar tidak mengganggu pekerjaan atau sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan.

Pakaian bagi anak perempuan yang sudah dewasa memakai baju kurung
teluk belanga lapang berbunga sama dengan kainnya, atau memakai baju kebaya
pendek dengan kain batik sarong dan kain pelekat karong dan ada juga memakai
kebaya laboh dengan mempergunakan kombinasi warna yang serasi. Tutup
kepala pakai selendang lingkup dari kain pelekat pula.

Anak perempuan lebih ditekankan mengenal adat istiadat dan sopan


santun. Pantang membuka aurat, melanggar kaidah islam dan ketentuan adat
resam melayu. Pantang baju terlalu tipis yang mengakibatkan tubuh kelihatan
atau tembus pandang.
c) Pakaian orang setengah baya atau tua-tua
Pakaian lelaki setengah baya dan orang tua-tua memakai baju kurung
cekak musang atau baju kurung teluk belangga bertulang belut, berkain samping,
berkopiah dan bersandal capal. Baju kurung cekek musang maupun baju kurung
teluk belanga yang kain sampingnya terletak dipinggang diberi nama pakai baju
kurung “Ikat Dagang Dalam” kalau kainnya didalam. Sedangkan baju keluar diberi
nama “Ikat Dagang Luar”.
Pakaian perempuan setengah baya adalah baju kurung teluk belanga,
baju kurung laboh dan baju kurung stelan dan kebaya pendek, dilengkapi dengan
selendang tudung lingkup dan harus menaati pantangan-pantangan yang terpatri
diadat Melayu.
Bagi orang tua-tua perempuan berpakaian baju kurung lapang dan
berkain pelekat atau kain batik, leher baju disebut teluk belanga bertulang belut
mempunyai saku disamping kiri.

2. Pakaian Setengah Resmi


Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam acara resmi, dalam menghadiri
undangan pemerintahan, jemputan adat perkawinan, upacara agama dan
upacara lainnya.
Bentuk baju melayu lelaki adalah baju kurung cekak musang atau baju
kurung teluk belanga. Yang dimaksud baju kurung cekak musang lehernya
memakai kerah tegak dengan ketinggian dua jari tersusun, lazimnya memakai 5
buah butang baju, juga disebut baju melayu butang lima, yakni 2 buah butang
terletak dikerah dan 3 buah butang terletak pada bagian dada. Jumlah buah baju
yang lima ini disebut “Butang Lima” melambangkan “Lima Rukun Islam”.
Sedangkan butang baju teluk belanga hanya satu buah yang melambangkan
“Ketauhidatan Allah Yang Maha Esa”.
Ikat kain samping untuk orang setengah baya atau yang sudah
berkeluarga tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Sedangkan anak bujang atau
remaja, tingginya diatas lutut. Kepala kain lelaki setengah baya terletak
dibelakang sedangkan remaja kapala kainnya terletak disebelah samping kanan.
Orang tua-tua juga memakai baju kurung cekak musang atau baju kurung
teluk belanga, warna baju sesuai dengan taraf keruaannya. Ikat kain bagi orang
sering dalam dan tinggi kainnya hampir setengah betis kaki. Kepala kain sama
dengan orang setengah baya, terletak dibelakang.
Bentuk baju melayu kaum perempan didalam upacara resmi memakai
baju kurung kebaya laboh atau baju kurung teluk belanga tulang belut. Warna
yang dipakai sesuai dengan keadaan siang atau malam.
Pakaian kebaya laboh atau kebaya dalam bagi kaum perempuan remaja
dan setengah baya , tinggi baju diatas lutut. Sedangkan orang tua-tua tinggi baju
kebaya laboh tiga jari dibawah lutut atau lebih. Kepala dengan selendang atau
derihok yang lazim di pakai jilbab.

Pantangan dan larangan dalam berpakain melayu adalah :


A. Pantang membuka aurat
Setiap pemakai pakaian melayu diwajibkan untuk menutup aurat bagi
orang yang memakainya. Pakaian yang tidak menutup aurat dianggap
meremehkan harkat dan martabat diri, melanggar akidah islam dan ketentuan
resmi adat melayu.
B. Pantang terlalu tipis
Bahan pakaian melayu dipantangkan tipis (jarang) menyebabakan tubuh
sipemakai kelihatan terutama untuk kaum perempuan. Dikatakan orang tua
semakin tipis bajunya semakin tipis imannya.
Didalam ungkapan adat mengatakan “apabila berkaian baju terlalu tipis,
disitulah syetan dan iblis”.
C. Pantang terlalu ketat
Pakaian melayu dipantangkan terlalu ketat sehingga menampakkan liku-
liku tubuhnya. Ungkapan adat mengatakan “apabila memakai terlalu ketat,
agama hilang binasa adat”.

2.2 Pakaian Upacara Adat


Pakaian upacara adat adalah pakaian yang dipakai dalam suatu upacara
adat yang dilakasanakan oleh kerajaan atau lembaga adat melayu, antara lain :

1. Upacara pelantikan mentri, datuk-datuk, pengurus lembaga adat


2. Upacara menjunjung duli semasa zaman kerajaan
3. Upacara penyambutan tamu kehormatan, atau tamu agung
4. Upacara adat menerima anugrah, penyampaian dan penerimaan
persembahan dari negri lain atau dari rakyat sendiri, atau Negara-negar
lain yang bersahabat.

1. Pakaian laki-laki dalam upacara adat

Pakain adat untuk laki-laki baik tua maupun muda cara berpakain sama,

Hanya berbeda letak kepala kain dan tinggi letak kain samping seperti yang telah
disampaikan terdahulu. Pakaian acara adat berwarna hitam, baik baju maupun
celana. Baju model CEKAK MUSANG berbutang lima :

Pakaian Adat Melayu dilengkapi sebagai berikut :

a) Beju stelan dengan celana warna hitam


b) Kain samping terbuat dari tenunan asli melayu, Tenun Siak, Tenun Daik,
Tenunan Indragiri atau tenunan Tranggono
c) Tanjak sebagai tutup kepala dari bahan tenunan atau saten bertelepuk
warna hitam
d) Bengkong pengikat pinggang
e) Sebilah Keris, Sepukul, Tuasik, Tumbuk Lada tergantung pilihan
f) Sepatu atau kasud capal dari kulit

Bagi sipemakai keris waktu duduk keris dilatakkan dimuka sela duduk
dalam keadaan keris telungkup.

Tanjak sebagai penutup kepala terbuat dari kain hitam, ada yang ditenun
dan ada pula yang ditelepuk. Pemakaian tanjak tergantung pada tingkat
seseorang dalam masyarakat atau jabatan yang dipegangnya.

Jenis Tanjak adalah sebagai berikut :

1. Tanjak Elang menyongsong Angin


2. Tanjak Belang mumbang
3. Tanjak Ikat Laksemana
4. Tanjak Balong Ayam
5. Tanjak Tebing runtuh
6. Tanjak Ikan Biasa
2. Pakaian adat untuk kaum perempuan

Jenis dan bentuk dari perempuan yang dipakai dalam upacara adat, bagi
perempuan muda maupun tua ataupun setengah baya, pada dasarnya sama
dengan pakaian harian baju kurung Cekak Musang Laboh, Kebaya Panjang Laboh,
baju Kurung Belanga agak lapang. Hanya letak perbadaannya bahan kain dan tata
perhiasan yang dipakai untuk suatu upacara adat. Untuk warna bagi bangsawan,
Datin-datin dan Encik sering dipakai warna baju hitam kemerah-merahan seperti
warna kumbang jati.

Kelengkapan pakaian perempuan dalam upacara adat adalah :

a) Baju Kurung Cekak musang, Teluk belanga atau kebaya


Laboh
b) Kain sarung tenun asli
c) Kain sarung untuk tudung lingkup
d) Selendang penutup rambut
e) Selendang mente dijuraikan
f) Sanggul jonget, siput lipat pandan Dll
g) Tusuk sanggul dibenam
h) Jurai pendek atau jurai panjang
i) Anting-anting
j) Dukuh brtingkat
k) Pendeng mas atau perak
l) Gelang tangan atau gelang kaki
m) Kalung pendek-pendek permata dan kalung panjang
n) Keris pendek kecil atau keluait dilatakkan disanggul
o) Kesut atau selepa
2.3 Pakaian Upacara Keagamaan

Bagi masyarakat melayu kota pekanbaru, pakaian yang dipakai dalam


kegiatan keagamaan ini, sesuai dengan kegiatan keagamaan yang dihadiri seperti
sholat jum’at. Sholat Aidil Fitri, Aidil Adha, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan acara
lain yang bernuansa ritual.

Kaum laki-laki berbusana muslim, sering dipajai baju kurung cekak musang dan
baju taluk belanga, memakai kopiah atau kopiah haji dan memakai kain samping
dari bahan pelekat ataupun sutra.

Cara memakai ada dua macam :

1) Pamakain baju melayu dagang dalam


2) Pamakain baju melayu dagang luar

Memakai baju melayu kemudian memakai jubah yang dipakai ulama,


bilal, imam, khotib, dan ulama-ulam yang Peringkat tinggi.

Imam dan khotib memakai jubah warna hitam, sedangkan bilal berwana
Hijau lumut pada jubahnya dan dikepala memakai terbus warna merah.

Bagi imam dan khotib dikepalanya memakai terbus warna merah dibalut
dengan kain tipis berwarna putih, ujung kain tipi situ diuntaikan disebelah kiri
bahu.

Kaum perempuan dalam pemakaian upacara memakai baju kebaya laboh


atau baju kurung teluk belanga, dilengkapai dengan selendang, jilbab dan kain
sarong tudung langkop. Kalau untuk kegiatan jama’ah harian orang tua-tua
perempuan memakai baju kurung teluk belanga dari bahan katun dan kain
perekat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa sumber, maka penulis


mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Pakaian tradisional adalah salah satu bagian dari nilai-nilai yang


menggambarkan kepribadian masyarakat pemakainya, karena itu
kita harus memelihar dan melestarikan nilai-nilai budaya
tersebut.
2) Kita harus memperhatikan nilai, norma dan tata krama dalam
berpakaian karena dengan cara seperti apa seseorang
berpakaian orang lain akan dapat menilai kepribadian dalam
dirinya.
3) Kita harus dapat memilah dan memilih pakaian kita sesuai
tempat dan keadaan sekitar kita agar tercipta suasana yang
damai dan selaras.
4) Pakaian adat melayu secara umum berpandangan pada aqidah
islam, karena itu terdapat pantangan-pantangan yang sesuai
dengan ajaran islam yang sangat baik dan sopan untuk kita
gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

3.2 SARAN

Sebagai masyarakat Riau yang memiliki nilai budaya yang cukup tinggi
sebaiknya kita dapat menjaga dan memanfaatkan kebudayaan-kebudayaan
sekitar kitaagar terus hidup hingga generasi-generasi yang akan dating.
3.3 PENDAPAT

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat beberapa hambatan


diantaranya :

I. Susahnya mencari bahan dan sumbar-sumbar yang menunjang makalah ini.


II. Kurangnya peng

Anda mungkin juga menyukai