Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Nifas

2.1.1 Defenisi

Nifas (puerperium) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu

yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Margareth,

2013 ; 315)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam stelah lahirnya plasenta 6

minggu ( 42 hari ) setelah itu (Sarwono, 2014; 357)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti kedaan semula (sebelum hamil).

Masa ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ari, 2015;1)

2.1.2 Pembagian Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 periode

1. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa pemulihan, yang dalam hal ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu


3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi ( Ari,

2015 ; 5)

2.1.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1.   Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas

a.    Proses Involusi Uteri

Involusi uterus atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelu hamil dengan bobot hanya 60 gram ( Margareth, 2013 ;

317)

Proses involusi uterus dalah sebagai berikut:

1)     Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang tejadi di dalam otot

uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur sehingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari

semula selama kehamilan.

2) Atrofi Jaringan

Jaringan yang berfoliferasi karena adanya estrogen yang sangat besar

kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi

estrogen yang menyertai pelepasan plasenta, lapisan desidua akan mengalami

atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi

menjadi endonetrium yang baru.


3)    Efek oksitosin

Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir diduga terjadi

sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin.Hormon oksitosin

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan

membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi

suplai darah ke uterus sehingga akan mengurangi bekas luka tempat implantasi

plasenta dan mengurangi pendarahan (Ari, 2015 ; 87)

b. Involusi alat-alat kandungan

   1) Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh

darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. (Sarwono, 2002).

Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah

pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara

symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.

(Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. (Reader,

1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil (Ari, 2015 ; 73)

Involusi TFU Berat uterus


Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2-3 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 60 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

2)   Bekas implantasi uri

Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan

diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke-6, 24 cm

dan akhirnya pulih (Margareth, 2013 ; 319)

 3) Servik

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Warna

servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,

konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih

dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke

dalam kavum uteri. (Sarwono, 2014)

4) Ligamen-ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil

kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor

mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan kembali jaringan-

jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar

panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post

partum sudah dapat diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2014)

c. Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selmaamasa nifasdan mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal (Margareth, 2013 ; 321)
1) Lochia rubra/merah (kruenta)

Muncul pada hari ke-1 sampai ke-3 masa postpartum. Berisi darah merah

segar dan mengandung darah robekan perineum/ luka pada plasentapada plsenta

dan selabut dari desidua dan chroin

2) Lochea Sanguinolenta

Terjadi pada hari ke-2 – ke-7 pasaca persalinan. Berwarna merah kunign

berisi darah dan lendir

3) Lochea Serosa

Berwarna kunign, cairan tidak berwarna lagi. Terjadi pada hari ke-7

smapi ke-14 pasca persalinan. Tediri dari sedikit darah dan lebih banyak serum,

leukosit dan rbekan laserasi plasenta

4) Lochea Alba

Cairan ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih

pucat, putih kekuningan dan lebih banyak leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan mati.

5) Lochea Purelenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh bau busuk.

6) Lashiastacis : Lochea idak lancar keluarnya (Ari, 2015 ; 76)

d. Perubahan pada vulva, vagina, dan perineum

Mengalami peregangan serta penekanan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebur, kedua

organ ini tetapmberada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina
secar berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol

(Margareth, 2013 ; 322)

2. Sistem Perkemihan pada Masa Nifas

Sebagian besar ibu nifas mengalami kesulitan buang air kecil selama 24 jam

pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah

bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. . Kandung kemih biasanya akan pulih dalam waktu 5-7 hari pasca

melahirkan sedangkan saluran kemih normal dalam waktu 2-8 minggu

tergantung pada keadaan atau status sebelum persalinan, lamanya kala II. Bila

kandung kemih penuh, dan sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi (Margareth,

2013 ; 325)

3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Masa Nifas

. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4

jam pertama setelah kelahiran bayi.

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 200 – 500 cc. Setelah

persalinan, shunt akan hilang secara tiba-tiba. Volumr darah ibu relatif bertambah

menyebabkan beban pada jantung Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan

darah dapat dua kali lipat.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif

akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah

kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum (Ari, 2015 ;

82)

4. Perubahan Sistem Hematologis Pada Masa Nifas

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel

darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa

hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi

sampai 25.000 atau 30.000. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume

plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan

dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Penurunan volume dan

peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan

hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu

postpartum (Ari, 2015 ; 82)

5. Perubahan Sistem Pencernaan Pada Masa Nifas

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya

disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Di samping

itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan
sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari

setelah persalinan (Ari, 2015 ; 78)

6. Perubahan Sistem Endokrin Pada Masa Nifas

a. Hormon Plasenta

Hormon ini menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic

Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga

hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 post

partum

b. Hormon Pituitary

Proklaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui,

prolaktin menurun dalam 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase

konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi

c. Hypotalamik Piutary Ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasijuga dipengaruhi oleh faktor menyusui.

Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi karena rendahnya kadar ekstrogen

dan progesteron

d. Kadar Ekstrogen

Setelah persalinan terjadi penurunan kadar ekstrogen yang bermakna sehingga

aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat memengaruhi produksi kelenjar

mammae dalam menghasilkan ASI (Ari, 2015 ; 80)

8. Perubahan Sistem Musculoskeletal Pada Masa Nifas


Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak

jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum

menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama

akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk

sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan (Ari, 2015 ; 79)

9. Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada Masa Nifas

a. Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,

buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu

tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus

genitalis atau sistem lain (Ari, 2015 ; 80)

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang

melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau

perdarahan postpartum (Ari, 2015 ; 81)

c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat

menandakan terjadinya preeklampsi postpartum (Ari, 2015 ; 81)

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Ari, 2015 ; 81)

2.1.4 Tanda Bahaya pada Masa Nifas

1. Tanda – tanda bahaya

a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa

atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam wakrtu

setengah jam)

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras

c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.

d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.

e. Pembengkakan pada wajah dan tangan.

f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak enak badan.

g. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit.

h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.

i. Rasa sakit, warna merah, kelembutan, dan atau pembekakan pada kaki.

j. Merasa sangat sedih atatu tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.

k. Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah ( Mustika, 2013 ; 285)


2. Infeksi masa nifas

Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada

masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38ºC

tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya:

a. Makin meningkatnya pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi darah.

b. Terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh vena sehingga terjadi

peningkatan suhu badan sekitar 0,5ºC yang bukan merupakan keadaan patologis atau

menyimpang pada hari pertama.

3. Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

a. Infeksi local seperti : pembengkakan luka episiotomy, terjadi penanahan, perubahab

warna local, pengeluaran lochia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa

nyeri, temperature badan dapat meningkat.

b. Infeksi general seperti : tampak sakit dan lemah, temperature meningkat diatas

39oC. tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat

meningkat, dan napas terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma,

terjadi gangguan involusi uterus. Lochia: berbau, bernanah serta kotor ( Mustika,

2013 ; 288)

1. Faktor predisposisi infeksi masa nifas

Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah:


a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar

b. Tindakan operasi persalinan

c. Tertinggalnya placenta, selaput ketuban dan bekuan darah

d. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam

e. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan

postpartum, amenia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan

penyakit infeksi ( Mustika, 2013 ; 288)

2. Terjadinya infeksi masa nifas

Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang

dipakai kurang suci hama.

b. Infeksi yang didapat dirumah sakit (nosokomial)

c. Hubungan seks menjelang persalinan

d. Sudah terdapat infeksi intrapartum:persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih

dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh atau local infeksi.

3. Keadaan abnormal pada rahim

Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :

a. Sub involusi uteri:proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana

mestinya,sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub

involusi adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan

selaputnya,terdapat bekuan darah atau mioma uteri.


b. Pendarahan masa nifas sekunder : adalah perdarahan yg terjadi pada 24 jam

pertama.penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat

sisa plasenta dan selaputnya.

c. Flegmansia alba dolens : merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang

mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliknya : 1) terjadi

pembengkakan pada tungkai; 2) berwarna putih; 3) terasa sangat nyeri; 4) tampak

bendungan pembuluh darah; 5) temperatur badan dapat meningkat ( Mustika,

2013 ; 285)

2. Keadaan abnormal pada payudara

Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :

a. Bendungan ASI : disebabkan oleh penyumbatan saluran ASI.keluhan mamae

bengkak,keras,dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.

b. Mastitis dan abses mamae : infeksi ini menimbulkan demam,nyeri local pada

mamae,pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae ( Mustika, 2013

; 286)

3. Keadaan abnormal pada psikologis

a. Psikologis pada masa nifas :

Kondisi ini akan berangsur normal sampai pada minggu ke-12 setelah melahirkan.

Pada 0-3 hari setelah melahirkan,ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah

melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu

sulit beristirahat. Pada 3-10 hari setelah melahirkan, post natal blues biasanya
muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataannya berdasarkan

riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke-5. Postnatal blues adalah

suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap

kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panic dengan sedikit saja

perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya. Pada 1-12 minggu setelah

melahirkan,kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal.pengembalian

kondisi ibu ini sangat dipegaruhi oleh kondisi lingkunganya,misalnya perhatian dari

anggota keluarga terdekat.semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin

cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.

b. Depresi pada masa nifas

Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama

1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu

karena harus melahirkan,kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama suami

dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara

( Mustika, 2013 ; 287)

2.1.6 Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Menurut Reva Rubin (1963) ada 3 fase perilaku ibu :

1. Fase taking-in

a. Fase ini terjadi selama 1-2 hari pertama, ibu lebih memfokuskan pada dirinya.

b. Beberapa hari setelah melahirkan akan dpat mempertanggung jawabkan kepercayaan

kepada orang lain untuk merespon kebutuhan rasa nyaman.


c. Mewujudkan kegembiraan yang sangat dan suka bercerita tentang melahirkan

2. Fase taking hold

a. Ibu sudah menunjukkan perluasan fokus pehatian yaitu memperlihatkan bayinya

b. Ibu muli terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi banyinya dan dirinya

3. Fase Letting go

a. Kemandirian dalam merawat diri dan bayinya meningkat

b. Mengenal bahwa bayinya terpisah dari dirinya (Ari, 2015 ; 5 )

2.1.7 Kunjungan Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifa dilakukan untuk menilai status ibu dan

bayi Bru Lhir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalh-masalah yang

terjadi.

Kunjunga Waktu Tujuan

n
1 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah perarahan masa nifas

karena atonia uteri

b. Mendetaksi dan merawat penyakit

lain perdarahan : bila ada

perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI awal


e. Melakukan hubungan secara ibu

dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan

mencegah hipotermi jika petugas

kesehatan ia tinggal dengan ibu

atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil
2 6 hari setelah persalinan a. Memtikan involusi uteri berjalan

normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada

b. Mulai adanya tanda-tanda demam

atau infeksi atau perdarahan

abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan

makanan cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tak memperlihatkan tanda-

tanda penyakit

e. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada tali pusat

bayi, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari


3 2 minggu setalah Sama seperti diatas ( 6 hari setelah

persalinan persalinan)
4 6 minggu persalinan a. Menanyakan ibu tentang penyakit-
penyakit yang ia atau bayi alami

b. Memberikan konseling untuk KB

secara dini (Ari, 2015 )

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Kebersihan Diri

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b. Mengajarkan pada ibu bagiaman membersihkan darah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan darah di sekitra vulva terlebih dahulu

dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan darah disekitar anus.

Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali sekali buang air kecil dan besar.

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalutnya 2x/hari kain dapat

digunakan ulang jika dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau

disetrika

d. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menhindari menyentuh daerah luka (Ari, 2015 ; 102)

2. Istirahat

a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup utuk mencegah kelelahan yang berlebihan

b. Sarankan untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga bisa perlahan-lahan, serta

untuk tidur siang atau istirahat siang selagi bayi tidur

c. Kurang istirahat dan mempengaruhi ibu dalam beberapa hari hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi


2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri (Ari, 2015 ; 103)

3. Latihan / Senam Nifas

a. Diskusikan pentingnya pengambalian otot-otot perut dan panggul kembali

b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu

pemulihan.

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan panggul dan

tangan sampai 5 hitungan kemudian kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali

(Ari, 2015 ; 103)

4. Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien

kelaur dari tempat tidur dan membimbing untuk berjalan. Keuntungan ambulasi dini :

a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih sehat

c. Memungkinkan bidan unruk memberikn bimbingan kepada ibu mengenai cara

merawat bayinya (Ari, 2015 ; 101)

5. Gizi
Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik memproduksi ASI sekitar 800 cc

yang mengandung 600 kkal (Ari, 2015 ; 97)

a. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin

yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui )

d. Pil zat besi harus diminum untuk menahan zat gizi setidaknya 40 hari pasca

persalinan.

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A pada

bayinya melalui aslinya (Ari, 2015 ; 97)

Tambahan nutrisi ibu menyusui :

KEBUTUHAN IBU
NO NUTRISI
NIFAS
1 Kalsium 0,5-1 gram
2 Zat besi 20 mg
3 Vitamin C 100 mg
4 Vitamin B-1 1,3 mg
5 Vitamin B-2 1,3 mg
6 Vitamin B-12 2,6 mikrogram
7 Vitamin D 10 mikrogram

6. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering

b. Menggunakan bra yang menyokong payudara

c. Apabila puting lecet oleskan saja kolstrum atau ASI yang keluar disekitar puting susu

setiap kali selesai menyusui

d. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI dilakukan :

1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat

2) Urut payudara dari pangkal menuju payudara

3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara

4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali

5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

6) Payudara dikeringkan (Ari, 2015 ; 15)

7. Senggama

a. Secara fisik umum untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa

nyeri aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa

waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan (Ari, 2015 ;

103)

8. Keluarga Berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu. Sekurang-kurangnya 2 tahun. Sebelum ibu

hamil kembali setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin KB.

b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan

lagi haidnya selama mendeteksi metode amenorhea dapat dicapai.

c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko menggunakan kontrasepsi tetap

lebih lama.

d. Sebelum menggunakan metode KB ini dapat mencegah kehamilan dan

keevektifannya, kelebihan/keuntungan, kekurangan, bagaiamana menggunakan

metode itu, kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pasca persalinan yang

menyusui (Margareth, 2013 )

Anda mungkin juga menyukai