Anda di halaman 1dari 15

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

Teknik Penentuan Lokasi Gigi Molar Tiga


Rahang Bawah Impaksi

Oleh:

o I Gst Ngurah Swarga Prawira 2106129010057

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat yang telah dilimpahkan berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Kepaniteraan Klinik Radiologi
Kedokteran Gigi yang berjudul “Teknik Penentuan Lokasi Gigi Molar Tiga
Rahang Bawah Impaksi” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh teman dan keluarga atas
saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah
ini. Penulis berharap makalah mengenai Teknik Penentuan Lokasi Gigi Molar
Tiga Rahang Bawah Impaksi dapat membantu dan memberikan manfaat
sebagaimana mestinya.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan berharap makalah yang telah
berhasil penulis susun ini dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sebelumnya penulis meminta maaf bilamana terdapat kesalahan
kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa penulis juga berharap
adanya masukan serta kritikan yang membangun dari pembaca agar penulis dapat
mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.

Denpasar, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.2.1 Apakah definisi dari impaksi molar tiga............................................2
1.2.2 Bagaimana diagnosis impaksi molar tiga...........................................2
1.2.3 Apa metode penentuan lokasi objek secara radiografis.....................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Definisi Impaksi Molar Tiga.....................................................................4
2.2 Diagnosis Impaksi Molar Tiga.................................................................4
2.3 Metode penentuan lokasi objek secara radiografis....................................5
2.3.1 Periapikal oklusal...............................................................................5
2.4 Buccal Object Rule....................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus impaksi molar 3 rahang bawah rahang bawah seringkali tampak
mudah pada awal pemeriksaan, tetapi pada saat dilakukan odontektomi lebih
sulit dari yang diperkirakan. Disamping itu dapat erjadi masalah yang tidak
terduga sebelumnya, seperti fraktur ujung akar atau trauma dan rusaknya
kanalis mandibula. Untuk menentukan tingkat kesulitan prosedur
odontektomi, dokter gigi harus melakukan pemeriksaaan secara sistematis.
Salah satu pemeriksaaan yang sangat penting dalam menentukan tingkat
kesulitan odontekktomi adalah radiografik khusus untuk memperoleh
informasi diagnostic yang tidak dipeproleh dari pemeriksaan lain. Yang harus
selalu diingat adalah setiap keputusan untuk melakukan pemeriksaan
radiografik pada pasien, harus melalui pertimbangan skema seorang dokter
gigi, dan tidak diaggap sebagai pemeriksaan rutin.
Pemeriksaaan radiografi gigi impaksi molar 3 rahang bawah, dapat
membantu dokte gigi menentukan lokasi dan bentuk gigi, teknik pencabutan
yang akan digunakan dan struktur anatomis yang harus dihindari pada saat
tindakan. Dengan pemeriksaan radiografik maka keberhasila perawatan dapat
diprkirakan dengan lebih pasti. Selain itu melalui radiografi dapat diperoleh
gambaran lokasi objek dengan tepat sehingga dapat disusun rencana
perawatan yang sesuai. Resiko pengambilan jaringan, serta timbulnya trauma
dapat dibatasi seminimal mungkin, sehingga komplikasi atau kegagalan
perawatan dapat dihindari. Dengan demikian, waktu serta resiko perawatan
dapat diminimalkan sehingga hasil perawatan lebih optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :

1.2.1 Apakah definisi dari impaksi molar tiga


1.2.2 Bagaimana diagnosis impaksi molar tiga
1.2.3 Apa metode penentuan lokasi objek secara radiografis

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu :

1.3.1 Untuk mengetahui definisi impaksi molar tiga


1.3.2 Untuk mengetahui diagnosis impaksi molar tiga
1.3.3 Untuk mengetahui metode penentuan lokasi objek secara radiografis.

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai tambahan ilmu
pengetahuan mengenai Teknik Penentuan Lokasi Gigi Molar Tiga Rahang
Bawah Impaksi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Impaksi Molar Tiga


Impaksi molar tiga adalah kondisi ketika gigi bungsu (molar) ketiga tidak
memiliki cukup ruang untuk tumbuh keluar atau berkembang secara normal.
Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang
bawah dan molar tiga rahang atas.

Gigi bungsu adalah gigi geraham terakhir yang tumbuh di penghujung usia
remaja dan awal usia dua puluh tahunan. Gigi bungsu ini berjumlah empat,
yakni dua di atas dan dua di bawah.

Impaksi molar tiga biasa dialami pada usia 20 tahun, tetapi dapat juga
terjadi hingga usia 25 tahun.

2.2 Diagnosis Impaksi Molar Tiga


Diagnosis klinis dari impaksi molar tiga dapat ditegakkan dengan melihat
posisi gigi tersebut dalam lengkung rahang. Jika sama sekali tidak terdapat gigi
molar tiga pada lengkung rahang, maka diperlukan pemeriksaan penunjang.
Misalnya: pemeriksaan radiografi untuk memastikan bahwa gigi molar tiga
memang terhalang untuk erupsi.

Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan radiografi


panoramik untuk melihat posisi impaksi gigi molar tiga. Pemeriksaan ini juga
berguna untuk melihat hubungan gigi tersebut dengan tulang rahang
mandibula.

Metode pencitraan lainnya untuk penegakan diagnosis adalah cone beam


computed tomography. Pencitraan ini dapat memberikan gambaran tiga
dimensi dari sudut dan posisi gigi molar tiga, serta hubungannya dengan
struktur anatomis lain yang berdekatan dengannya. Pencitraan ini terutama
dibutuhkan saat gigi molar tiga impaksi harus diambil dengan cara
pembedahan.

4
2.3 Metode penentuan lokasi objek secara radiografis
2.3.1 Periapikal oklusal
Metode yang dapat diguanakan untuk menentukan lokasi objek
secara radiografis adalah metode yang saling tegak lurus. Dengan
metode ini dapat ditentukan posisi objek, yaitu dengan melakukan dua
pemotretan yang memiliki sudut saling tegak lurus. Radiograf pertama
unutuk melihat hubungan anteroposterior dan superinferior objek
terhadap struktur anatomis yang permanen. Radiograf kedua bertujuan
untuk mengetahui hubungan mesiolateral objek yang digunakan.
Metode ini disebut metode “periapikal-oklusal”.
Proyeksi perapikal merupakan proyeksi pertama yang lazim
digunakan untuk melihat gigi dan jaringan periapikal dibawahnya. Pada
kasus gigi molar tiga rahang bawah impaksi, proyeksi ini dapat
memperlihatkan bentuk akar gigi, yang berperan besar dalam
menentukan tingkat kesulitan prosedur odontekomi gigi molar tiga
rahang bawah impaksi.
Ada beberapa factor yang eprlu dipertimbangkan saat menilai bentuk
akar. Pertama adalah bentuk ujung akar. Bentuk ujung akar yang bulat
tidak mudah patah, sehingga lebih aman untuk prosedur odontektomi.

5
( gambar 1 kiri) Harus diperhatikan apakah akarnya menyatu sehingga
berbentuk konus atau terpisah. (gambar 1 tengah).

Gambar 1. Radiogram akar membulat (kiri), terpisah (tengah), dan membengkok (kanan)

Perhatikan pula apakah ada akar distal dan mesial yang


membengkok (gambar 1 kanan) atau melengkung sedemikian sehingga
membentuk cincin yang mengelilingi tulang interradikular (gambar 2).
Pemeriksaan radiografik dapat memastikan kondisi tersebut. Pada contoh
kasus, radiograf menunjukkan adanya gigi molar tiga rahang bawah
impaksi dengan posisi horizontal dengan kedua akar hampir berkontak
(gambar 2). Hal semacam ini seringkali memberikan kesan prosedur
ekstraksi yang mudah karena gambarannya menyerupai gigi dengan akar
tunggal. Akantetapi bila diperhatikan, bentuk saluran akar umumnya
memiliki lengkung yang jelas disaluran akar mesial dan distal yang kedua
ujungnya bertaut. Hal ini memastikan bahwa kedua akar membentuk
cincin mengelilingi tulang interradikular.

Gambar 2. Radiogram gigi molar tiga rahang bawah dengan kedua akar membentuk
cincin yang mengelilingi tulang interradikular.

Selanjutnya perhatikan pula ruang yang ada diantara sisi distal gigi
molar 2 dan gigi yang impaksi. Umumnya jika kedudukan gigi impaksi
mesioangular atau horizontal, gambarnya akan terlihat berkontak
langsung dengan gigi molar 2 (gambar 3). Hal lain yang juga harus

6
diperhatikan adalah apakah gigi molar 2 tersebut mengalami karies atau
terdapat restorasi yang besar, yang mempermudah terjadinya fraktur
sebagian mahkota atau restorasi saat prosedur ododntektomi.

Gambar 3. Radiogram gigi molar tiga rahang bawah yang berkontak langsung
dengan gigi molar dua dengan restorasi dan karies yang luas.

Proyeksi kedua yang umum digunakan pada metode periapikal


oklusal adalah proyeksi oklusal (crossection) yang dapat memberikan
informasi mengenai inklinasi gigi dalam bidang frontal dan/atau rotasi gigi
molar 3 rahang bawah impaksi. Hasil penelitian terhadap 168 gigi molar 3
impaksi rahang bwah pada 90 mahasiswa kedokteran gigi menunjukkan
bahawa 65% diantaranya terletak di bukal lengkung rahang, dan 4%
dilingual. 59% mengalami rtasi kearah mesial. Rotasi gigi impaksi ini
dapat menimbulkan kesan yang salah terhadap morfologi akar seperti yang
tampak pada proyeksi periapikal (gambar 4).

7
Gambar 4. Radiogram proyeksi oklusal crossection gigi molar 3 rahang bawah
menunjukkan bahwa gigi berotasi ke arah distal dan akar distal terletak di lingual akar
mesial (fato kiri).

Selain itu proyeksi oklusal memberikan informasi mengenai


lengung akar apakah sangat membengkok (dilaserasi), lurus atau hanya
sedikit membengkok. Akar yang sangat membengkok akan mempersulit
prosedur odon tektomi. Untuk itu pada radiograf harus diperhatikan daerah
apeks dengan teliti dengan cara menelusuri tepinya untuk memperoleh
gambaran ada atau tidaknya ujung akar yang membengkok atau abnormal,
yang memudahkan terjdinya fraktur jika kurang diperhatikan. Selain itu,
perhatikan juga arah lengkung akar tersebut (gambar 5).

Gambar 5. Radiogram proyeksi oklusal crossection gigi molar 3 rahang bawah yang akar
distalnya bengkok kea rah lingual (kanan) yang tidak tampak pada proyeksi periapikal
(kiri).

2.4 Buccal Object Rule


Metode kedua adalah Buccal Object Rule (BOR). Metode ini digunakan
untuk menentukan posisi benda asing atau struktur anatomis yang saling
tumpang tindih, apakah terletak dibukal atau lingual. Prinsip metode ini

8
adalah jika dibuat dua proyeksi yang beda pada sepasang objek yang berada
dibukal dan lingual, maka pergeseran objek dibukal terhadap objek dilingual
akan searah dengan arah pergeseran sinar x. radiograf pertama biasanya
dilakukan dengan teknik periapikal standar, sedangkan yang kedua dengan
mengubah arah kon (cone) dalam arah vertical dan/atau horizontal. Untuk
menentukan lokasi kanelis mandibular terhadap gigi molar 3 rahang bawah.
Untuk merencanakan prosedur perawatan informasi mengenai posisi kanelis
mandibular terhadap ujung akar ini sangat penting diketahui. Akar gigimolar
3 rahang bawah impaksi diradiograf seringkali tampak tumpang tindih dengan
kanaelis alveolar inferior (inferior alveolar canal). Walaupun kanelis tersebut
pada umumnya terletak di aspek bukal gigi, biasanya letaknya berdekatan
dengan gigi. Hal ini penting diperhatikan, karena memungkinkan terjadinya
kerusakan nervus alveolaris inferior menjadi lebih besar. Berdasarkan suatu
penelitian, pada bidang frontal (bukal lingual), kanalis mandibular yang
terletak di bukal gigi molar 3 rahang bwah dengan posisi normal, terdapat
pada setengah sampai dua pertiga kasus, ada 6-7% kasus, kanalis mandibular
terletak di lingual dan sisanya dibawah apeks. Pada bidang sagittal
(anteroposterior) jarak rata-rata antara akar gigi molar 3 rahang bawah dan
kanalis adalah 3mm. ada sekitar 10% kasus, kanal terletak pada atau diatas
ketinggian apeks molar 3 rahang bawah. Peluang kanalis terletak dilingual,
misalnya pada ruang lingual yang sempit, meningkat sampai 33%.
Untuk menentukan posisi kanalis mandibular terhadap gigi molar 3 rahang
bawah, radiograf pertama dilakukan dengan teknik standar. Yang kedua
dilakukan dengan sudut vertical -20derajat. Jika kanalis mandibular terletak
dibukal apeks gigi molar 3 rahang bawah maka gambaran kanalis mandibular
akan bergerak ke arah atas atau superior apeks gigi molar 3. Sebaliknya jika
kanalis mandibular terletak dilingual apeks, maka ia akan bergerak ke arah
bawah, atau berlawanan arah dengan perubahan sudut vertical kon. Jika tidak
tejadi perubahan posisi pada radiograf kedua maka berarti kanal dan ujung
akar berada diposisi yang sama. Jika hanya terjadi sedikit perubahan yang
tampak dalam posisi akar dan kanalis, maka kanal tersebut berdekatan dengan
komplek akar.

9
Akantetapi dapat terjadi perbedaan pada kasus kasus tertentu misalnya gigi
mengalami rotasi dan akarya terletak pada kedua sisi kanal. Hal ini akan
terbukti jika dilakukan pemeriksaan radiografik periapikal, yang kemudian
dibandingkan dengan pemeriksaan radiografik oklusal (gambar 6).

Gambar 6. Radiogram proyeksi periapikal standar gigi molar 3 rahang bawah (kiri atas),
sudut vertical -15 derajat (kanan atas), radiogram dengan sudut vertical -30 derajat (kiri
bawah), tampak kanalis mandibular bergeser ke kranial yang menunjukkan posisinya ada
di bukal akar gigi. Akar gigi terdiri dari 3 komponen. Pada proyeksi oklusal crossection
(kanan bawah) tampak mahkota terletak di bukal dengan rotasi distal 45 derajat.
Apabila pada radiografi ujung akar dan kanalis mandibular tampak
tumpang tindih, biasanya kanalis tidak mengalami perforasi karena ujung
akar pada umumnya terletak dibukal atau lingual. Jadi yang terpenting adalah
menelusuri gambar ujung akar dan memperhatikan adanya lamina dura yang
membatasi ujung akar dengan dinding kanalis, serta ada tidaknya batas tulang
kortikal yang tampak jelas. Kemungkinan terjadinya perforasi adalah bila (1)
tulang kortikal didaerah dekat kanalis menghilang atau tidak jelas, (2)
terdapat radiolusensi diujung akar, atau (3) lamina dura yang membentuk
dinding kanal menghilang atau putus (gambar).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang berhubungan dengan anomaly akar gigi, hubungan gigi
impaksi dengan struktur anatomis disekitarnya dan sebagainya, seringkali
menimbulkan kesulitan pada saat odontektomi gigi molar 3 rahang bawah
impaksi. Oleh karenanya penentuak proyeksi atau metode pemeriksaan dan
interpretasi radiografis gigi molar 3 rahang bawah impaksi harus dilakukan
secara teliti dan sitemis, untu dapat menusun rencana perawatan yang tepat.
Pemilikan metode untuk menentukan gigi molar 3 rahang bwah impaksi
harus disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencapai tujuan pemeriksaan
radiografik dalam penentuan lokasi gigi molar tiga rahang bawah impaksi,
seorang doktergigi sebaiknya mencantumkan tujuan ini dalam surat konsul
rujukan, misalnya untuk melihat posisi gigi, morfologi akar dan sebagainya,
agar pemeriksaan yang diakukan tepat guna, sekaligus menghindari dosis
radisasi yang berlebih terhadap pasien.
Diharapkan dengan memanfaatkan teknik penentuan lokasi, maka rencana
perawatan yang tepat dapat disusun sebaik mungkin, menghindari kompliksi
perawatan, under treatment maupun over treatment.

11
DAFTAR PUSTAKA

Savitri, E. & Alhamid, A., 2003, ‘Teknik Penentuan Lokasi Gigi Molar
Tiga Rahang Bawah Impaksi’, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia, 10 (edisi khusus) : 152-15

12
4

Anda mungkin juga menyukai