F1.
Permasalahan
Tingginya angka kejadian penyakit sangat ditentukan oleh peran masyarakat dalam
menjaga protocol kesehatan. Tindakan pencegahan sangat berpengaruh penting terhadap
pemutusan rantai penularan COVID-19. Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet
infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat
kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 5 Maret 2021 di Puskesmas Depok Jaya.
Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf puskesmas, kepala
puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship lainnya. Disela-sela materi yang
disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung apabila ada
materi yang tidak dimengerti.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang
untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh departemen kesehatan
untuk mencapai Indonesia Sehat dalam rangka mengurangi beban negara terhadap pembiayaan
kesehatan. Sehat adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
individu hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup
sehat dan kondisi ini hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan untuk merubah
perilaku tidak sehat menjadi perilaku hidup sehat. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai
tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Rumah tangga sehat adalah
rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
a. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. memberi bayi asi eksklusif
c. menimbang bayi dan balita
d. menggunakan air bersih
e. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. menggunakan jambat sehat
g. memberantas jentik di rumah
h. makan buah dan sayur setiap hari
i. melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. tidak merokok dalam rumah
Permasalahan
Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesannya sederhana tidak
selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Dalam hal ini,
pendidikan dari keluarga sangat dibutuhkan. Dewasa ini semakin banyak penyakit
yang timbul karena sulitnya penerapan PHBS dimasyarakat luas.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Indonesia, masih tergolong rendah meskipun
banyak manfaat yang bisa kita peroleh seperti :
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Anggota keluarga giat bekerja
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga
Manfaat bagi Masyarakat :
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 8 Maret 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Penyuluhan ini dibawakan dengan metode penyampaian lisan materi "Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga" dan diskusi dalam bentuk tanya
jawab kepada peserta penyuluhan, disertai pemeriksaan kesehatan secara umum.
Peserta terlihat antusias selama penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan sesi diskusi
dilakukan.
3. Penyuluhan Hipertensi
Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi dapat menyebabkan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh,
terutama otak, jantung, paru, ginjal dan pembuluh darah. Umumnya penyakit
hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.
Permasalahan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hasil
RISKESDAS pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 8,4%, dengan Jawa Barat menempati posisi provinsi ke-9 dengan angka
prevalensi tertinggi se-Indonesia. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor
gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku
atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya,
padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita
hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan
penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan
pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Masyarakat diharapkan mengerti tentang hipertensi mulai dari penyebabnya,
yang meliputi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder, faktor resiko yang
berpengaruh mulai dari gaya hidup, olahraga, makanan, faktor keturunan, usia, gejala
awal dan lanjut dari hipertensi seperti sakit kepala, gangguan jantung, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, serta cara pencegahan hipertensi modifikasi gaya hidup, diet DASH,
serta compliance terhadap obat antihipertensi, sehingga direncanakan untuk dilakukan
penyuluhan dan edukasi tentang hipertensi.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 3 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya
Permasalahan
Setiap tahunnya, di seluruh dunia, lebih dari 8 juta orang meninggal akibat
penggunaan tembakau, termasuk rokok. Hal ini lebih sering terjadi terutama di negara
berkembang, dimana terdapat lebih dari 80% dari total seluruh perokok di seluruh
dunia. 7 dari 8 juta kematian tersebut merupakan hasil dari penggunaan tembakau
secara langsung, sedangkan sisanya merupakan hasil dari paparan terhadap asap
sekunder dan tersier. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan satu dari tiga orang
merupakan perokok pasif yang secara terus menerus terpapar asap rokok. Paparan
asap rokok sekunder dan tersier menyebabkan hampir sekitar 1.2 juta kematian per
tahunnya, dan sekitar 1% dari beban penyakit global setiap tahunnya. Selain itu,
Organisasi Kesehatan Dunia juga memperkirakan asap rokok sekunder dan tersier
menyebabkan meninggalnya lebih dari 65.000 anak per tahunnya.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Masyarakat diharapkan mengerti tentang bahaya merokok, mulai dari bahaya
kesehatan yang ditimbulkan, baik bagi diri sendiri, orang lain serta lingkungan,
kerugian ekonomi, dan dampak sosial yang disebabkan oleh rokok. Selain itu
masyarakat juga diharapkan mengerti cara penanggulangan adiksi rokok dan usaha
yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok, sehingga direncanakan untuk
penyuluhan dan edukasi tentang bahaya rokok dan berhenti merokok
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 31 Mei 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya
5. Penyuluhan HIV
Latar Belakang
Penularan HIV/AIDS di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Setiap
tahun penularan HIV/AIDS terus meningkat. Mayoritas orang yang mengalami
HIV/AIDS adalah anak-anak muda. Dengan berbagai penyebab utama, seperti
perilaku seksual berisiko yakni sering berganti pasangan seksual dan tidak
menggunakan kondom sebagai pengaman, melakukan tindik/tato, atau menggunakan
narkoba melalui jarum suntik. Untuk mengetahui status HIV seseorang, maka
klien/pasien harus melalui tahapan konseling dan tes HIV (KT HIV). Secara global
diperkirakan setengah ODHA tidak mengetahui status HIV-nya. Hasil Rikesdas
menyebutkan 1 dari 4 orang pengidap HIV belum mengetahui statusnya. Sebaliknya
mereka yang tahu sering terlambat diperiksa dan karena kurangnya akses hubungan
antara konseling dan tes HIV dengan perawatan, menyebabkan pengobatan sudah
pada stadium AIDS. Keterlambatan pengobatan mengurangi kemungkinan
mendapatkan hasil yang baik dan penularan tetap tinggi.
Permasalahan
Penyakit ini 20 tahun yang lalu belum dikenal sama sekali, akan tetapi saat ini
diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi dan lebih dari 21 juta orang meninggal
karenanya. Rata-rata setiap harinya terdapat 14 ribu orang terinfeksi, sebagian adalah
usia remaja antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbesar
keempat di seluruh dunia. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
HIV/AIDS.Masih banyaknya angka kejadian HIV/AIDS dikarenakan pemahaman
yang kurang mengenai HIV/AIDS. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bahaya yang ditimbulkannya.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 19 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya
BORANG UKM
F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DAN KELUARGA BERANCANA
(KB)
Permasalahan
Pelaksanaan
4. S
Latar Belakang
Permasalahan
Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi
5. E
Latar Belakang
Permasalahan
Pelaksanaan
BORANG UKM
1. Latar Belakang
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (kol- total), kolesterol LDL (kol-LDL),
trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (kol-HDL).
Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya
memiliki peran yang penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu dengan
yang lainnya terhadap proses terjadinya aterosklerosis. Kadar lipoprotein, terutama
kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam keadaan
normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya
pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak
tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:
1. Riwayat keluarga dengan dislipidemia
2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang melakukan olahraga
5. Penggunaan alkohol
6. Merokok
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, antara lain:
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit serebrovaskular seperti strok
4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya
5. Pankreatitis akut
Permasalahan
Dislipidemia diketahui sebagai faktor risiko berbagai penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular membunuh lebih dari 4 juta orang di Eropa setiap tahunnya
dengan angka mortalitas pada wanita lebih tinggi, sekitar 2,2 juta wanita
dibandingkan 1,4 juta pada pria. Namun, penelitian menyatakan bahwa cardiovascular
death pada usia dini (<65 tahun) lebih sering terjadi pada pria (490.000 pada pria
berbanding 193.000 pada wanita). [6] Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung
koroner berkisar 1,5%.
Prevalensi dislipidemia pada penduduk berusia diatas 15 tahun atas dasar
pengukuran kadar kolesterol total >200 mg/dL adalah 35,9% berdasarkan data
RISKESDAS 2013. Data juga menunjukkan hingga 15,9% memiliki kadar LDL
sangat tinggi (≥190 mg/dL) dan 22,9% memiliki kadar HDL <40 mg/dL. Sementara
itu, 11,9% penduduk memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi yaitu ≥500 mg/dL.
Pentingnya konseling intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan
perubahan positif terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid. Tujuan intervensi
gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG,
dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
penyuluhan kepada masyarakat terkait definisi, faktor risiko, komplikasi dan
pencegahan agar masyarakat bisa lebih menjaga pola hidup sehat.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 20 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
dislipidemia kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya
Permasalahan
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi obesitas pada dewasa usia
diatas 18 tahun mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Prevalensi obesitas usia diatas 18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 21,8%,
angka ini meningkat 7% dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 14,8%. Penyakit yang
dapat timbul jika kondisi tersebut tidak ditangani adalah diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
penyuluhan kepada masyarakat terkait definisi, faktor risiko, komplikasi dan
pencegahan agar masyarakat bisa lebih menjaga pola hidup sehat.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 18 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor risiko dan cara pencegahan obesitas
kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya
Permasalahan
Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan regional dengan prevalensi
tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3% (WHO,2010). Data Riskesdas menyajikan
prevalensi berat-kurang (underweight) secara nasional Prevalensi berat-kurang tahun
2013 adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010
(17,9%) terjadi peningkatan. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
5,4% tahun 2007 4,9 % tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013. Ditahun 2007 dan
tahun 2010 terjadi penurunan anak yang mengalami gizi buruk sebesar 0,5% selama
tiga tahun. Pada Tahun 2013 terjadi peningkatan anak yang mengalami gizi buruk
sebesar 0,8%.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 5 Mei 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor risiko dan cara pencegahan gizi buruk
kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya.
Monitoring dan Evaluasi
Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 34 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab.
BORANG UKM
F5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Permasalahan
Di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak kecenderungan meningkatnya
prevalensi IMS misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10% pada beberapa
kelompok WTS (Wanita Tuna Susila), 35% pada kelompok waria dan 2% pada
kelompok ibu hamil, prevalensi gonore meningkat sampai 30 – 40% pada kelompok
WTS dan juga pada penderita IMS yang berobat ke rumah sakit. Demikian juga
prevalensi HIV pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi meningkat tajam sejak
tahun 1993.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 27 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala, serta komplikasi dan
pencegahan IMS kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok
Jaya.
Permasalahan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hasil
RISKESDAS pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 8,4%, dengan Jawa Barat menempati posisi provinsi ke-9 dengan angka
prevalensi tertinggi se-Indonesia. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor
gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku
atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya,
padahal hipertensi termasuk silent killer, karena penderita hipertensi merasa sehat dan
tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya.
Pelaksanaan
Screening ini dilakukan pada hari 8 April 2021 Pukul 08.00 – 12.00. Target
peserta 50 orang berusia antara 45-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran tekanan darah dan diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.
3. Vaksinasi COVID-19
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, angka kejadiannya terus mengalami kenaikan
yang sangat pesat serta penyebaran infeksi virus Covid- 19 ini sangat cepat ke seluruh
bagian dunia termasuk negara Indonesia. Bahkan WHO telah menyatakan wabah
Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan global sejak bulan Januari 2020. Hingga
saat ini kejadian terjangkit nya virus Covid-19masih terus bertambah.
Pemerintah Indonesia saat inisudah menetapkan status darurat bencana
nasional terkait dengan kejadian pandemi virus Covid-19. untuk mengatasi
penyebaran virus, pemerintah membuat kebijakan patuh protokol kesehatan yang
menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun 6 langkah, tidak
melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan yang bersifat
massal dan menggunakan masker saat keluar rumah, aktifitas bekerja, belajar dan
beribadah pun jug dilaksanakan dirumahmasing – masing. Selain itu pemerintah juga
menyelenggarakan kegiatan vaksinasi yang pertama kali dilakukan oleh Presiden RI
Joko Widodo, serta sejumlah perwakilan dari berbagai latar belakang seperti tenaga
kesehatan, pemuka agama, guru, dan lain-lain.
Vaksin adalah sejenis produk biologis yang mengandung unsur antigen berupa
virus atau mikroorganisme yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan,
yang sudah ditambahkan dengan zat lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu
Permasalahan
Vaksinasi Covid-19 di saat pandemic merupakan upaya “Public Goods” yang
dilakukan Pemerintah sebagai urusan wajib (Obligatory Public Health Functions).
Selain itu untuk mempercepat penurunan pandemic, diperlukan cakupan imunisasi
sebesar 70% agar ‘herd immunity’ segera tercapai dalam kurun waktu kurang dari 1
tahun. Vaksinasi Covid-19 harus mencakup kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang
merupakan kelompok risiko tinggi terinfeksi Covid-19 dengan mortalitas yang juga
tinggi. Oleh karena itu untuk mempercepat tercapainya herd immunity, pelayanan
vaksinasi dilakukan di fasilitas kesehatan salah satunya puskesmas dan seluruh biaya
vaksinasi ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.
Pelaksanaan
Dilakukan kegiatan vaksinasi COVID-19 di puskesmas Depok Jaya setiap hari
selasa, rabu dan kamis mulai pukul 08.00 – 12.00 dengan target 50 – 70 orang per hari
dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan. Kegiatan vaksinasi dilakukan oleh
dokter internship, bidan dan staf puskesmas dengan memprioritaskan kader, bapak/ibu
RT/RW di kelurahan Depok Jaya, guru dan lansia.
BORANG UKM
Permasalahan
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduk usia produktif di Indonesia (9,03%). Jumlah tersebut diprediksi
akan mengalami peningkatan sebesar 27,08 juta jiwa pada tahun 2020 dan terus
meningkat menjadi 40,95 juta jiwa di tahun 2030. Hal ini dapat berdampak positif
maupun negatif. Dampak negatif dapat terjadi akibat dari peningkatan angka kejadian
kesakitan pada usia produktif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga
usia produktif dapat menjadi sehat, aktif, produktif, serta mandiri.
Pelaksanaan
Balai pengobatan umum dilaksanakan setiap hari (Senin – Sabtu) di
Puskesmas Depok Jaya. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengobatan dan edukasi
yang bersifat promotif dan preventif kepada pasien.
Pelaksanaan
Nama : Tn. H
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Kutilang Kelurahan Depok Jaya
Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh batuk berdahak disertai bercak darah.
Selain itu pasien juga merasakan adanya keringat yang keluar lebih banyak saat
malam. Keluhan mual -, muntah -, penurunan nafsu makan -. Namun pasien merasa
berat badan semakin berkurang sebelumnya 54 kg menjadi 46 kg dalam waktu 1
bulan meskipun makan teratur 3 kali sehari. Keluhan BAB dan BAK tidak ada.
Keluhan demam juga disangkal. Pasien belum pernah menerima pengobatan selama 6
bulan dan tidak ada orang disekelilingnya yang menderita TB. Pasien memiliki
riwayat DM sejak 5 tahun lalu dan mengonsumsi metformin 3x500 mg.
Hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, HR 98, RR 18, Suhu 36,5, SaO2 97%, IMT underweight. Pernapasan
cuping hidung -, retraksi dinding dada -, sela iga melebar +, palpasi pengembangan
dada sama kanan dan kiri, taktil fremitus normal, perkusi sonor, auskultasi terdengar
ronki kasar pada lapang atas paru kiri.
Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan sputum SP (sewaktu dan
pagi). Hasil sputum: positif BTA. Oleh karena itu pasien di diagnosis TB paru kasus
baru dengan DM tipe II. Maka terapi yang diberikan adalah OAT kategori 1 dan
Metformin 3x500 mg.