Anda di halaman 1dari 28

BORANG UKM

F1.

1. Penyuluhan protokol kesehatan di Keluarga


Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sejak akhir tahun 2019 hingga
saat ini, angka kejadiannya terus mengalami kenaikan yang sangat pesat serta penyebaran infeksi
virus Covid- 19 ini sangat cepat ke seluruh bagian dunia termasuk negara Indonesia. Bahkan WHO
telah menyatakan wabah Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan global sejak bulan Januari
2020. Hingga saat ini kejadian terjangkit nya virus Covid-19masih terus bertambah.
Pemerintah Indonesia saat inisudah menetapkan status darurat bencana nasional terkait
dengan kejadian pandemi virus Covid-19. untuk mengatasi penyebaran virus, pemerintah membuat
kebijakan patuh protokol kesehatan yang menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan
pakai sabun 6 langkah, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari
pertemuan yang bersifat massal dan menggunakan masker saat keluar rumah, aktifitas bekerja,
belajar dan beribadah pun jug dilaksanakan dirumahmasing – masing.
Patuh terhadap protokol kesehatan merupakan salah satu bentuk upaya menghadapi
bencana wabah virus Covid-19 yangdilakukan dengan langkahlangkah yang efektif (Mardiatno,
2018).pengetahuan tentang ancaman yang dihadapi dan berada di sekitar lingkungan nya,
mengetahui cara melindungi diri dan melakukan upaya perlindungan diri dan orang lain serta faktor
dukungan dari orang terdekat merupakan hal yang sangat di perlukan dalampenerapan patuh
protokol kesehatan.

Permasalahan
Tingginya angka kejadian penyakit sangat ditentukan oleh peran masyarakat dalam
menjaga protocol kesehatan. Tindakan pencegahan sangat berpengaruh penting terhadap
pemutusan rantai penularan COVID-19. Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet
infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat
kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi dengan tema Promosi
Kesehatan Lindungi Keluarga dengan Menerapkan Protokol Kesehatan Keluarga. Intervensi yang
dilakukan adalah penyuluhan kesehatan saat dilakukannya pasien menunggu di depan poli umum
Puskesmas Depok Jaya dengan menggunakan media Power Point.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 5 Maret 2021 di Puskesmas Depok Jaya.
Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf puskesmas, kepala
puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship lainnya. Disela-sela materi yang
disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung apabila ada
materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 30 orang yang terdiri dari seluruh
staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship lainnya.
Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak
dengan antusias. Penyampaian materi juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih
menyimak materi yang ingin disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
seputar Pola Hidup Bersih dan Sehat. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya
jawab. Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik dan
media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.

2. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang
untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh departemen kesehatan
untuk mencapai Indonesia Sehat dalam rangka mengurangi beban negara terhadap pembiayaan
kesehatan. Sehat adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
individu hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup
sehat dan kondisi ini hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan untuk merubah
perilaku tidak sehat menjadi perilaku hidup sehat. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai
tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Rumah tangga sehat adalah
rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
a. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. memberi bayi asi eksklusif
c. menimbang bayi dan balita
d. menggunakan air bersih
e. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. menggunakan jambat sehat
g. memberantas jentik di rumah
h. makan buah dan sayur setiap hari
i. melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. tidak merokok dalam rumah

Permasalahan
Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesannya sederhana tidak
selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Dalam hal ini,
pendidikan dari keluarga sangat dibutuhkan. Dewasa ini semakin banyak penyakit
yang timbul karena sulitnya penerapan PHBS dimasyarakat luas.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Indonesia, masih tergolong rendah meskipun
banyak manfaat yang bisa kita peroleh seperti :
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Anggota keluarga giat bekerja
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga
Manfaat bagi Masyarakat :
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka kami
bermaksud mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi Perlaku Hidup Besih
dan Sehat di Rumah Tangga. Adapun materi yang disampaikan pada penyuluhan ini,
meliputi: defenisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), contoh Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga, tujuan PHBS, akibat jika tidak menerapkan
PHBS di rumah tangga, dan manfaat penerapan PHBS di rumah tangga.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 8 Maret 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Penyuluhan ini dibawakan dengan metode penyampaian lisan materi "Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga" dan diskusi dalam bentuk tanya
jawab kepada peserta penyuluhan, disertai pemeriksaan kesehatan secara umum.
Peserta terlihat antusias selama penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan sesi diskusi
dilakukan.

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 20 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta seputar Pola
Hidup Bersih dan Sehat. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya
jawab. Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang
lebih baik dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa
menyerap informasi lebih banyak dari materi yang disampaikan.
Untuk dapat mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), diperlukan
kerja sama dari berbagai pihak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai PHBS seperti :

1. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah, lurah dan tokoh masyarakat


untuk memperoleh dukungan dalam pembinaan PHBS
2. Sosialisasi PHBS ke seluruh sekolah yang berada dalam wilayah kerja
puskesmas

3. Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan


perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan penggerakan
masyarakat.
4. Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya PHBS sejak
dini,

3. Penyuluhan Hipertensi
Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi dapat menyebabkan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh,
terutama otak, jantung, paru, ginjal dan pembuluh darah. Umumnya penyakit
hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.

Permasalahan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hasil
RISKESDAS pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 8,4%, dengan Jawa Barat menempati posisi provinsi ke-9 dengan angka
prevalensi tertinggi se-Indonesia. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor
gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku
atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya,
padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita
hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan
penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan
pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Masyarakat diharapkan mengerti tentang hipertensi mulai dari penyebabnya,
yang meliputi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder, faktor resiko yang
berpengaruh mulai dari gaya hidup, olahraga, makanan, faktor keturunan, usia, gejala
awal dan lanjut dari hipertensi seperti sakit kepala, gangguan jantung, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, serta cara pencegahan hipertensi modifikasi gaya hidup, diet DASH,
serta compliance terhadap obat antihipertensi, sehingga direncanakan untuk dilakukan
penyuluhan dan edukasi tentang hipertensi.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 3 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 35 orang yang terdiri dari
seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter
internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama penyuluhan
berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi juga dilakukan
secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin disampaikan dan
agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta Setelah diberikan penyuluhan
dilanjutkan diskusi tanya jawab. Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai
dengan persiapan yang lebih baik dan media penyuluhan visual yang lebih menarik
agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih banyak dari materi yang disampaikan.
Pasien dengan hipertensi dijadwalkan untuk kontrol rutin untuk evaluasi
perkembangan klinis serta respon obat dan mengikuti program prolanis.
4. Penyuluhan Bahaya Rokok
Latar Belakang
Rokok adalah komoditas yang diminati terutama di negara berkembang,
terutama di Indonesia. Asap rokok merupakan hal yang paling berbahaya ketika
seseorang merokok, dan menjadi faktor resiko dari berbagai penyakit. Dengan
menghisap asap rokok, seorang perokok menghirup berbagai jenis bahan kimia
berbahaya, mulai dari karbon monoksida, sianida, dan zat karsinogenik yang mungkin
menyebabkan penyakit terutama pada sistem respirasi, seperti penyakit paru obstruktif
kronis, sistem sirkulasi, seperti serangan jantung, dan kanker. Selain itu, dengan
adanya nikotin, zat alkaloid yang bersifat adiktif dalam tembakau, menyebabkan
perokok mengalami adiksi, dan menyebabkan ketergantungan pada tembakau dan
produknya, terutama rokok. Dengan adanya asap rokok, tidak dapat dihindari pula
munculnya perokok pasif, baik perokok sekunder dan tersier. Perokok pasif memiliki
kemungkinan yang lebih besar mengalami penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
asap rokok, mulai dari penyakit sistem pernapasan dan kardiovaskuler, sindroma
kematian mendadak pada balita, dan dapat menyebabkan berat lahir rendah pada bayi
yang dikandung oleh wanita yang menghirup asap rokok sekunder.

Permasalahan
Setiap tahunnya, di seluruh dunia, lebih dari 8 juta orang meninggal akibat
penggunaan tembakau, termasuk rokok. Hal ini lebih sering terjadi terutama di negara
berkembang, dimana terdapat lebih dari 80% dari total seluruh perokok di seluruh
dunia. 7 dari 8 juta kematian tersebut merupakan hasil dari penggunaan tembakau
secara langsung, sedangkan sisanya merupakan hasil dari paparan terhadap asap
sekunder dan tersier. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan satu dari tiga orang
merupakan perokok pasif yang secara terus menerus terpapar asap rokok. Paparan
asap rokok sekunder dan tersier menyebabkan hampir sekitar 1.2 juta kematian per
tahunnya, dan sekitar 1% dari beban penyakit global setiap tahunnya. Selain itu,
Organisasi Kesehatan Dunia juga memperkirakan asap rokok sekunder dan tersier
menyebabkan meninggalnya lebih dari 65.000 anak per tahunnya.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Masyarakat diharapkan mengerti tentang bahaya merokok, mulai dari bahaya
kesehatan yang ditimbulkan, baik bagi diri sendiri, orang lain serta lingkungan,
kerugian ekonomi, dan dampak sosial yang disebabkan oleh rokok. Selain itu
masyarakat juga diharapkan mengerti cara penanggulangan adiksi rokok dan usaha
yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok, sehingga direncanakan untuk
penyuluhan dan edukasi tentang bahaya rokok dan berhenti merokok

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 31 Mei 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 40 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta Setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Diharapkan kedepannya penyuluhan ini
bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik dan media penyuluhan visual yang
lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih banyak dari materi
yang disampaikan. Masyarakat yang merokok dipantau perubahannya pada
penyuluhan berikutnya, dan masyarakat yang butuh pemahaman lebih lanjut
disarankan untuk dilakukan konseling di puskesmas Depok Jaya.

5. Penyuluhan HIV
Latar Belakang
Penularan HIV/AIDS di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Setiap
tahun penularan HIV/AIDS terus meningkat. Mayoritas orang yang mengalami
HIV/AIDS adalah anak-anak muda. Dengan berbagai penyebab utama, seperti
perilaku seksual berisiko yakni sering berganti pasangan seksual dan tidak
menggunakan kondom sebagai pengaman, melakukan tindik/tato, atau menggunakan
narkoba melalui jarum suntik. Untuk mengetahui status HIV seseorang, maka
klien/pasien harus melalui tahapan konseling dan tes HIV (KT HIV). Secara global
diperkirakan setengah ODHA tidak mengetahui status HIV-nya. Hasil Rikesdas
menyebutkan 1 dari 4 orang pengidap HIV belum mengetahui statusnya. Sebaliknya
mereka yang tahu sering terlambat diperiksa dan karena kurangnya akses hubungan
antara konseling dan tes HIV dengan perawatan, menyebabkan pengobatan sudah
pada stadium AIDS. Keterlambatan pengobatan mengurangi kemungkinan
mendapatkan hasil yang baik dan penularan tetap tinggi.

Permasalahan
Penyakit ini 20 tahun yang lalu belum dikenal sama sekali, akan tetapi saat ini
diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi dan lebih dari 21 juta orang meninggal
karenanya. Rata-rata setiap harinya terdapat 14 ribu orang terinfeksi, sebagian adalah
usia remaja antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbesar
keempat di seluruh dunia. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
HIV/AIDS.Masih banyaknya angka kejadian HIV/AIDS dikarenakan pemahaman
yang kurang mengenai HIV/AIDS. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bahaya yang ditimbulkannya.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
HIV/AIDS dilakukan melalui kegiatan konseling HIV per orangan serta penyuluhan
yang menggunakan metode ceramah yang diikuti sesi tanya jawab. Pada kegiatan
penyuluhan tersebut akan dijelaskan mengenai pengertian, bahaya HIV/AIDS,
penyebab, gejala, penularan, kelompok yang beresiko terkena HIV/AIDS, pencegahan
dari HIV/AIDS dan usaha yang dilakukan jika terkena AIDS.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 19 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
hipertensi kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya

Monitoring dan evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 28 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta Setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Diharapkan kedepannya penyuluhan ini
bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik dan media penyuluhan visual yang
lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih banyak dari materi
yang disampaikan. Kegiatan dilakukan dengan tertib dan antusias oleh tiap peserta.
Peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik, memperhatikan, dan aktif bertanya.

BORANG UKM
F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DAN KELUARGA BERANCANA
(KB)

1. Konseling Teknik Menyusui


Latar Belakang
Pemberian makanan yang benar pada awal kehidupan sangat berperan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, perkembangan kognitif,
imunitas, pencegahan obesitas, serta perlindungan masalah alergi juga dipengaruhi
oleh hal tersebut. Salah satu pemberian asupan yang tepat pada awal kehidupan
adalah ASI ekslusif selama 6 bulan. ASI mengandung bahan-bahan yang sangat
mudah dicerna dan diserap oleh bayi. Zat-zat yang terkandung didalamnya
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada saat masa 1.000
hari pertama kehidupan.
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu dan teknik dasar
menyusui. Sering kali program ASI eksklusif selama 6 bulan terhenti akibat dari ASI
yang tidak adekuat. Ibu yang sedang menyusui diwajibkan untuk mengetahui teknik
dasar dalam menyusui sehingga ASI yang dikeluarkan cukup bagi bayi.
Permasalahan
Pelaksanaan ASI eksklusif selama 6 bulan di masyarakat masih cukup rendah.
Salah satu penyebabnya karena produksi ASI yang tidak adekuat. Produksi ASI
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya cara menyusui yang tepat. Hal ini
menyebabkan ibu menggunakan susu formula untuk mengganti asupan ASI.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Intervensi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan
konseling teknik dasar menyusui. Kegiatan ini dilakukan di poli KIA oleh bidan dan
dokter. Kegiatan ini bertujuan agar pelaksanaan ASI eksklusif selama 6 bulan
tercapai.
Pelaksanaan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak dilakukan setiap kegiatan Neonatal Care di
Puskesmas Depok Jaya setiap hari Rabu dan Jumat. Konseling dilakukan oleh bidan
dan dokter internship mengenai teknik dasar menyusui. Disela-sela penyampaian
konseling ibu dapat bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan konseling di poli KIA KB Puskesmas Depok Jaya setiap hari Rabu
dan Jumat di-ikuti oleh kurang lebih 5-13 ibu. Konseling dilakukan menggunakan
media poster dan peragaan secara 2 arah. Selama konseling, ibu mengikuti dan
menyimak dengan seksama. Sesekali disertai dengan tanya jawab dan diskusi.

2. Penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil


Latar Belakang
Pentingnya pemenuhan nutrisi ibu hamil dan janin dalam rangka menjaga
kesehatan ibu hamil dan janin di dalam kandungan perlu untuk diketahui oleh para ibu
dalam masa kehamilan. Kebutuhan nutrisi ini penting untuk memenuhi tumbuh
kembang janin yang dapat diukur dari pertambahan berat badan ibu setiap bulannya
sesuai dengan target pertambahan berat badan. Berikut ini berbagai manfaat nutrisi
ibu hamil :
 Memenuhi kebutuhan bagi ibu dan bayi dalam kandungannya selama masa
kehamilan.
 Membantu proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
 Sebagai sumber tenaga bagi ibu dan janinnya.
 Mengurangi komplikasi dan resiko pada ibu hamil seperti halnya perdarahan
post partum.
 Mencegah terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir
sangat rendah pada janin.
 Menghindari dan mencegah terjadinya infeksi pada waktu persalinan
Adapun kebutuhan nutrisi pada ibu hamil merupakan sumber makanan yang
diperlukan mengandung fosfor, zat kapur, zat besi, protein, yodium, dan vitamin A,
vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan vitamin B6.
Permasalahan
Selama proses kehamilan terjadi perpindahan zat-zat gizi dari tubuh ibu ke
dalam tubuh janin melalui plasenta. Pertumbuhan janin dalam kandungan ibu sangat
bergantung pada asupan zat gizi ibu. Ibu hamil yang menderita gizi kurang, terutama
KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan anak, perkembangan intelektual, serta produktivitas
di kemudian hari. Banyak faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil, salah
satunya adalah pengetahuan ibu tentang gizi.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Mengatasi masalah KEK berkaitan dengan pengetahuan ibu hamil maka perlu
dilakukan adanya intervensi, salah satunya melalui pendidikan gizi atau penyuluhan
mengenai Nutrisi Penting Ibu Hamil
Pelaksanaan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak dilakukan pada 5 April 2021 di Puskesmas
Depok Jaya. Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship mengenai Nutrisi Ibu
Hamil dan disela-sela penyampaian materi, ibu dapat bertanya langsung apabila ada
materi yang tidak dimengerti..
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan penyuluhan di ruang tunggu poli KIA KB Puskesmas Depok Jaya t
di-ikuti oleh kurang lebih 5-13 ibu. Penyuluhan ini dilakukan menggunakan media
poster dan peragaan secara 2 arah. Selama penyuluhan, ibu mengikuti dan menyimak
dengan seksama. Sesekali disertai dengan tanya jawab dan diskusi.
3. D
Latar Belakang

Permasalahan

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi

4. S
Latar Belakang

Permasalahan

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi

5. E
Latar Belakang

Permasalahan

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi

BORANG UKM

F4. UPAYA PERBAIKAN GIZI

1. Latar Belakang
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (kol- total), kolesterol LDL (kol-LDL),
trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (kol-HDL).
Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya
memiliki peran yang penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu dengan
yang lainnya terhadap proses terjadinya aterosklerosis. Kadar lipoprotein, terutama
kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam keadaan
normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya
pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak
tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:
1. Riwayat keluarga dengan dislipidemia
2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang melakukan olahraga
5. Penggunaan alkohol
6. Merokok
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, antara lain:
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit serebrovaskular seperti strok
4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya
5. Pankreatitis akut

Dislipidemia sering disertai dengan keadaan lain yang tergabung dalam


sindroma metabolik. Keadaan-keadaan tersebut antara lain obesitas sentral, resistensi
insulin atau intoleransi glukosa, keadaan prothrombotic seperti peningkatan
fibrinogen dan plasminogen activator inhibitor di darah, hipertensi.

Permasalahan
Dislipidemia diketahui sebagai faktor risiko berbagai penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular membunuh lebih dari 4 juta orang di Eropa setiap tahunnya
dengan angka mortalitas pada wanita lebih tinggi, sekitar 2,2 juta wanita
dibandingkan 1,4 juta pada pria. Namun, penelitian menyatakan bahwa cardiovascular
death pada usia dini (<65 tahun) lebih sering terjadi pada pria (490.000 pada pria
berbanding 193.000 pada wanita). [6] Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung
koroner berkisar 1,5%.
Prevalensi dislipidemia pada penduduk berusia diatas 15 tahun atas dasar
pengukuran kadar kolesterol total >200 mg/dL adalah 35,9% berdasarkan data
RISKESDAS 2013. Data juga menunjukkan hingga 15,9% memiliki kadar LDL
sangat tinggi (≥190 mg/dL) dan 22,9% memiliki kadar HDL <40 mg/dL. Sementara
itu, 11,9% penduduk memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi yaitu ≥500 mg/dL.
Pentingnya konseling intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan
perubahan positif terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid. Tujuan intervensi
gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG,
dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
penyuluhan kepada masyarakat terkait definisi, faktor risiko, komplikasi dan
pencegahan agar masyarakat bisa lebih menjaga pola hidup sehat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Masyarakat diharapkan mengerti tentang dislipidemia, mulai dari
penyebabnya, faktor risiko yang mempengaruhi mulai dari gaya hidup (pola makan
dan aktivitas fisik), usia, gejala awal, komplikasi dan pencegahannya. Oleh karena itu
intervensi yang akan dilakukan adalah penyuluhan tentang dislipidemia pada pasien
yang sedang menunggu di poli umum.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 20 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor resiko, gejala dan cara pencegahan
dislipidemia kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 24 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 12 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta Setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab.
2. Penyuluhan Obesitas
Latar Belakang
Pergeseran epidemiologi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular telah terjadi beberapa dekade ini. Penyakit tidak menular merupakan
penyebab kematian terbesar di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pola makan
yang tidak teratur, sehingga menyebabkan timbulnya masalah gizi, contohnya
obesitas.
Obesitas disebabkan oleh jumlah asupan energi yang berlebih. Jenis makanan
dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak, gula, serta kurang serat)
menyebabkan ketidakseimbangan energi. Jika terus berlanjut akan terjadi
penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat timbul obesitas. Selain itu pola
aktivitas sedentari (kurang aktif) juga menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak
maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas. Genetik juga berperan dalam
munculnya obesitas. Penyakit yang dapat timbul jika kondisi tidak ditangani adalah
diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Oleh karena itu,
masyarakat perlu mengetahui bagaimana cara mencegah timbulnya obesitas dan apa
saja bahaya yang dapat terjadi akibat obesitas sehingga angka penderita obesitas dapat
menurun.

Permasalahan
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi obesitas pada dewasa usia
diatas 18 tahun mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Prevalensi obesitas usia diatas 18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 21,8%,
angka ini meningkat 7% dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 14,8%. Penyakit yang
dapat timbul jika kondisi tersebut tidak ditangani adalah diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
penyuluhan kepada masyarakat terkait definisi, faktor risiko, komplikasi dan
pencegahan agar masyarakat bisa lebih menjaga pola hidup sehat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Masyarakat diharapkan mengerti tentang obesitas, mulai dari penyebabnya,
faktor risiko yang mempengaruhi mulai dari gaya hidup (pola makan dan aktivitas
fisik), komplikasi dan pencegahannya. Oleh karena itu intervensi yang akan dilakukan
adalah penyuluhan tentang obesitas pada pasien yang sedang menunggu di poli
puskesmas Depok Jaya.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 18 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor risiko dan cara pencegahan obesitas
kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 25 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 11 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab.

3. Penyuluhan Gizi Buruk


Latar Belakang
Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan yang terjadi akibat
ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan tubuh. Masalah gizi yang terjadi
pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya,
seperti masalah gizi yang terjadi pada masa anak-anak yang dapat mengakibatkan
tubuh mudah terserang penyakit. Oleh karena itu anak-anak memerlukan perhatian
lebih dalam hal jaminan ketersediaan zat-zat gizi. Apabila makanan tidak cukup
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak sehingga struktur dan fungsi otak
terganggu, gangguan pertahanan tubuh serta dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap
tahun. Ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena
jaringan lemaknya tipis, hipoglikemi (kadar gula dalam darah dibawah kadar normal),
dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh.

Permasalahan
Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan regional dengan prevalensi
tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3% (WHO,2010). Data Riskesdas menyajikan
prevalensi berat-kurang (underweight) secara nasional Prevalensi berat-kurang tahun
2013 adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010
(17,9%) terjadi peningkatan. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
5,4% tahun 2007 4,9 % tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013. Ditahun 2007 dan
tahun 2010 terjadi penurunan anak yang mengalami gizi buruk sebesar 0,5% selama
tiga tahun. Pada Tahun 2013 terjadi peningkatan anak yang mengalami gizi buruk
sebesar 0,8%.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Masyarakat diharapkan mengerti tentang bahaya gizi buruk, mulai dari
penyebabnya, faktor risiko, tanda bahaya, komplikasi dan pencegahannya. Oleh
karena itu intervensi yang akan dilakukan adalah penyuluhan tentang obesitas pada
pasien yang sedang menunggu di poli puskesmas Depok Jaya.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 5 Mei 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang definisi, penyebab, faktor risiko dan cara pencegahan gizi buruk
kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok Jaya.
Monitoring dan Evaluasi
Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 34 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab.

BORANG UKM

F5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

1. Penyuluhan Infeksi Menular Seksual


Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. IMS merupakan satu kelompok penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Berdasarkan laporan – laporan yang dikumpulkan oleh
WHO (World Health Organization), setiap tahun diseluruh negara terdapat sekitar 250
juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes genetalis dan jumlah
tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu kewaktu.
Terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan pertahun. Kelompok remaja
dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular IMS, 2 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini
(Center for Disease Control and Preventation, 2004). Saat ini di dunia terjadi
peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS dari 36.6 juta pada tahun 2002 menjadi 39.4
juta orang pada tahun 2004 sedangkan di Asia diperkirakan mencapai 8,2 juta orang
dengan HIV/AIDS.

Permasalahan
Di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak kecenderungan meningkatnya
prevalensi IMS misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10% pada beberapa
kelompok WTS (Wanita Tuna Susila), 35% pada kelompok waria dan 2% pada
kelompok ibu hamil, prevalensi gonore meningkat sampai 30 – 40% pada kelompok
WTS dan juga pada penderita IMS yang berobat ke rumah sakit. Demikian juga
prevalensi HIV pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi meningkat tajam sejak
tahun 1993.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Masyarakat diharapkan mengerti tentang bahaya IMS, mulai dari
penyebabnya, faktor risiko, tanda dan gejala, serta komplikasi dan pencegahannya.
Oleh karena itu intervensi yang akan dilakukan adalah penyuluhan tentang infeksi
menular seksual pada pasien yang sedang menunggu di poli puskesmas Depok Jaya.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari 27 April 2021 di Puskesmas Depok
Jaya. Penyuluhan dibawakan oleh dokter internship dan disaksikan oleh seluruh staf
puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta dokter internship
lainnya. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti. Dilakukan
penyuluhan tentang penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala, serta komplikasi dan
pencegahan IMS kepada masyarakat yang ada di ruang tunggu Puskesmas Depok
Jaya.

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sebanyak 22 orang yang terdiri
dari seluruh staf puskesmas, kepala puskesmas, pasien yang menunggu dan peserta
dokter internship lainnya. Penyuluhan berlangsung selama 10 menit. Selama
penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi
juga dilakukan secara 2 arah agar peserta dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab.

2. Screening Hipertensi saat vaksinasi COVID-19


Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi dapat menyebabkan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh,
terutama otak, jantung, paru, ginjal dan pembuluh darah. Umumnya penyakit
hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.

Permasalahan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hasil
RISKESDAS pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 8,4%, dengan Jawa Barat menempati posisi provinsi ke-9 dengan angka
prevalensi tertinggi se-Indonesia. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor
gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku
atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya,
padahal hipertensi termasuk silent killer, karena penderita hipertensi merasa sehat dan
tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi yang akan dilakukan adalah screening pasien yang menderita
hipertensi saat akan dilakukan vaksinasi serta pemberian konseling, informasi dan
edukasi terkait hipertensi mulai dari penyebabnya, faktor resiko yang berpengaruh
mulai dari gaya hidup, olahraga, makanan, serta pencegahannya.

Pelaksanaan
Screening ini dilakukan pada hari 8 April 2021 Pukul 08.00 – 12.00. Target
peserta 50 orang berusia antara 45-70 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan
pengukuran tekanan darah dan diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi


Jumlah peserta yang hadir 50 orang dan didapatkan 24 orang dengan hipertensi
mulai dari grade I sampai grade II. Penderita hipertensi dengan tekanan sistolik 180
mmHg ke atas dan/atau diastolic 110 mmHg ke atas maka vaksinasi di tunda. Kurang
lebih terdapat 5 orang yang ditunda vaksinasi. Pasien tampak antusias terutama pada
sesi konseling dan edukasi , banyak peserta yang bertanya. Pasien kooperatif dalam
menjalani setiap pemeriksaan.

3. Vaksinasi COVID-19
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, angka kejadiannya terus mengalami kenaikan
yang sangat pesat serta penyebaran infeksi virus Covid- 19 ini sangat cepat ke seluruh
bagian dunia termasuk negara Indonesia. Bahkan WHO telah menyatakan wabah
Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan global sejak bulan Januari 2020. Hingga
saat ini kejadian terjangkit nya virus Covid-19masih terus bertambah.
Pemerintah Indonesia saat inisudah menetapkan status darurat bencana
nasional terkait dengan kejadian pandemi virus Covid-19. untuk mengatasi
penyebaran virus, pemerintah membuat kebijakan patuh protokol kesehatan yang
menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun 6 langkah, tidak
melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan yang bersifat
massal dan menggunakan masker saat keluar rumah, aktifitas bekerja, belajar dan
beribadah pun jug dilaksanakan dirumahmasing – masing. Selain itu pemerintah juga
menyelenggarakan kegiatan vaksinasi yang pertama kali dilakukan oleh Presiden RI
Joko Widodo, serta sejumlah perwakilan dari berbagai latar belakang seperti tenaga
kesehatan, pemuka agama, guru, dan lain-lain.
Vaksin adalah sejenis produk biologis yang mengandung unsur antigen berupa
virus atau mikroorganisme yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan,
yang sudah ditambahkan dengan zat lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu

Permasalahan
Vaksinasi Covid-19 di saat pandemic merupakan upaya “Public Goods” yang
dilakukan Pemerintah sebagai urusan wajib (Obligatory Public Health Functions).
Selain itu untuk mempercepat penurunan pandemic, diperlukan cakupan imunisasi
sebesar 70% agar ‘herd immunity’ segera tercapai dalam kurun waktu kurang dari 1
tahun. Vaksinasi Covid-19 harus mencakup kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang
merupakan kelompok risiko tinggi terinfeksi Covid-19 dengan mortalitas yang juga
tinggi. Oleh karena itu untuk mempercepat tercapainya herd immunity, pelayanan
vaksinasi dilakukan di fasilitas kesehatan salah satunya puskesmas dan seluruh biaya
vaksinasi ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi berupa kegiatan
vaksinasi COVID-19 di puskesmas Depok Jaya setiap hari selasa, rabu dan kamis
mulai pukul 08.00 – 12.00 dengan target 50 – 70 orang per hari. Akan terdapat 4 meja
vaksin yaitu meja pendaftaran, meja screening, meja vaksin dan meja observasi serta
edukasi.

Pelaksanaan
Dilakukan kegiatan vaksinasi COVID-19 di puskesmas Depok Jaya setiap hari
selasa, rabu dan kamis mulai pukul 08.00 – 12.00 dengan target 50 – 70 orang per hari
dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan. Kegiatan vaksinasi dilakukan oleh
dokter internship, bidan dan staf puskesmas dengan memprioritaskan kader, bapak/ibu
RT/RW di kelurahan Depok Jaya, guru dan lansia.

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan vaksinasi COVID-19 di puskesmas Depok Jaya diikuti oleh 50 – 70
orang per hari yang terdiri dari kader, bapak/ibu RT/RW di kelurahan Depok Jaya,
guru dan lansia. Peserta vaksinasi tampak antusias untuk menerima vaksin dan
mereka paham betul pentingnya vaksin untuk mencapai herd immunity. Diharapkan
angka kejadi COVID-19 setiap harinya bisa menurun dan bebas dari pandemi.

BORANG UKM

F6. Pengobatan Dasar

1. Melakukan Pelayanan di Poli Umum Puskesmas Depok Jaya


Latar Belakang
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung
kepada masyarakat yang bersifat komprehensif dengan kegiatannya terdiri dari upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas merupakan unit teknis yang
bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau
sebagaian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas
sebagai ujung tombak.
Dewasa ini, sistem informasi yang ada di puskesmas telah dikembangkan di
berbagai jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia dimana salah satu
bentuknya adalah Sistem Informasi Manajamen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS
adalah suatu sistem yang mendukung pengelolaan data dan informasi di puskesmas
khususnya untuk pelayanan rawat jalan pembangunan bidang kesehatan.
Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menekankan pentingnya
upaya peningkatan dan pembangunan kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Di
dalam rencana strategi Pembangunan Kesehatan Tahun 2015 sampai dengan 2019
yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

Permasalahan
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduk usia produktif di Indonesia (9,03%). Jumlah tersebut diprediksi
akan mengalami peningkatan sebesar 27,08 juta jiwa pada tahun 2020 dan terus
meningkat menjadi 40,95 juta jiwa di tahun 2030. Hal ini dapat berdampak positif
maupun negatif. Dampak negatif dapat terjadi akibat dari peningkatan angka kejadian
kesakitan pada usia produktif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga
usia produktif dapat menjadi sehat, aktif, produktif, serta mandiri.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan khusus yang berfokus
pada penduduk usia produktif, yaitu balai pengobatan umum. Balai pengobatan umum
perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti ruangan yang
nyaman, meja pemeriksaan, dan alat pemeriksaan yang mendukung jalannya
pelayanan kesehatan. Selain itu, dibutuhkan ruang tunggu yang nyaman dan aman
bagi pasien..

Pelaksanaan
Balai pengobatan umum dilaksanakan setiap hari (Senin – Sabtu) di
Puskesmas Depok Jaya. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengobatan dan edukasi
yang bersifat promotif dan preventif kepada pasien.

Monitoring dan Evaluasi


Pasien yang berkunjung ke balai pengobatan umum sekitar 15-30 orang setiap
harinya. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab, diagnosis, pemberian terapi, serta edukasi. Pelayanan di balai
pengobatan umum sudah dilakukan dengan optimal, baik dari sektor ketepatan waktu
maupun pelayanan yang diberikan, namun sarana dan prasarana masih menjadi
kendala seperti alat-alat kesehatan yang belum lengkap. Diharapkan kedepannya alat-
alat kesehatan yang dapat menunjang jalannya pelayanan dapat diperbaiki.

2. Tatalaksana TB di Poli Umum Puskesmas Depok Jaya


Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman MTB (Mycobacterium Tuberculosis), suatu Basil Tahan Asam, yang
biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Pada 2015, diperkirakan ada 10,4 juta insiden baru kasus TB di seluruh dunia,
dimana 5,9 juta (56%) pria dan 3,5 juta (34%) wanita dan 1,0 juta (10%) anak-anak.
Orang yang hidup dengan HIV menyumbang 1,2 juta (11%) dari semua kasus TB
baru. Enam negara menyumbang 60% kasus baru: India, Indonesia, Cina, Nigeria,
Pakistan dan Afrika Selatan. Pada tahun 2015, diperkirakan ada 480.000 kasus baru
TB resisten multidrug (MDR-TB) dan tambahan 100.000 orang dengan TB resisten
rifampisin (RR-TB) yang juga baru memenuhi syarat untuk pengobatan TB-MDR.
India, Cina dan Federasi Rusia menyumbang 45% dari jumlah gabungan total 580.000
kasus.
Permasalahan
Pada tahun 2015 sekitar 1,4 juta kematian akibat TB ditambahan 0,4 juta
kematian akibat penyakit TB + HIV. Walaupun jumlah kematian TB turun 22%
antara tahun 2000 sampai 2015, TB tetap menjadi salah satu dari 10 penyebab
kematian di seluruh dunia pada tahun 2015. Di Indonesia total kasus TB pada tahun
2015 adalah 330.729 kasus. Tingkat keberhasilan pengobatan di antara positif BTA-
positif adalah 84 persen untuk kohort pasien yang terdaftar pada tahun 2014.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui siapa saja yang berisiko tinggi
seperti orang yang kontak langsung dengan penderita TB, pasien HIV, orang dengan
kondisi medis seperti DM, keganasan, dan malnutrisi. Selain itu lingkungan yang
padat penduduk juga mempermudah penyebaran droplet dari satu individu ke individu
lainnya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan khusus pasien TB yang
mencakup kegiatan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis
dan terapi baik secara farmakologis dan non-farmakologis.

Pelaksanaan
Nama : Tn. H
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Kutilang Kelurahan Depok Jaya
Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh batuk berdahak disertai bercak darah.
Selain itu pasien juga merasakan adanya keringat yang keluar lebih banyak saat
malam. Keluhan mual -, muntah -, penurunan nafsu makan -. Namun pasien merasa
berat badan semakin berkurang sebelumnya 54 kg menjadi 46 kg dalam waktu 1
bulan meskipun makan teratur 3 kali sehari. Keluhan BAB dan BAK tidak ada.
Keluhan demam juga disangkal. Pasien belum pernah menerima pengobatan selama 6
bulan dan tidak ada orang disekelilingnya yang menderita TB. Pasien memiliki
riwayat DM sejak 5 tahun lalu dan mengonsumsi metformin 3x500 mg.
Hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, HR 98, RR 18, Suhu 36,5, SaO2 97%, IMT underweight. Pernapasan
cuping hidung -, retraksi dinding dada -, sela iga melebar +, palpasi pengembangan
dada sama kanan dan kiri, taktil fremitus normal, perkusi sonor, auskultasi terdengar
ronki kasar pada lapang atas paru kiri.
Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan sputum SP (sewaktu dan
pagi). Hasil sputum: positif BTA. Oleh karena itu pasien di diagnosis TB paru kasus
baru dengan DM tipe II. Maka terapi yang diberikan adalah OAT kategori 1 dan
Metformin 3x500 mg.

Monitoring dan Evaluasi


Pasien akan dilakukan pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan kedua dan
kelima. Bila hasil pemeriksaan dahak positif pada akhir bulan kedua maka fase
intensif dilanjutkan satu bulan dan cek dahak ulang di akhir bulan ketiga dan bila
hasilnya positif maka pasien harus dilakukan pemeriksaan resistensi obat.

Anda mungkin juga menyukai